• Tidak ada hasil yang ditemukan

E. Analisis Data

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Histogram

Histogram pada penelitian ini dibuat berdasarkan pengukuran kadar air, kadar abu, kadar bahan tak larut, kadar gula reduksi, kadar gula total dan kadar sukrosa. Langkah-langkah pembuatan histogram diawali dengan penentuan banyaknya kelas interval (L), besarnya kisaran (R), batas kelas, dan nilai tengah untuk tiap nilai parameter mutu.

1. Kadar air

Kadar air sangat penting untuk mengetahui mutu suatu produk pangan. Air yang terdapat dalam bentuk bebas pada bahan pangan dapat membantu terjadinya proses kerusakan pangan.

Hasil analisis statistik menggunakan histogram diketahui rata-rata kadar air yang dihasilkan adalah sebesar 2,75 % bb. Nilai tersebut berada dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yaitu maksimal 3%, jumlah data kadar air yang memenuhi spesifikasi yaitu 80% (lampiran 1). Tabel frekuensi untuk parameter mutu kadar air bisa dilihat pada Tabel 1, sedangkan gambar histogram untuk parameter kadar air dapat dilihat pada Gambar 1.

Tabel 3. Frekuensi kadar air gula kelapa kristal

Interval Nilai Tengah (Xi) Frekuensi (fi)

1,3248 – 2,2183 1,7716 13 2,2184 – 3,1119 2,6652 19 3,1120 – 4,0055 3,5588 4 4,0056 – 4,8991 4,4524 1 4,8992 – 5,7927 5,3460 0 5,7928 – 6,6863 6,2396 3 Jumlah 40

Keterangan : x = Rata-rata kadar air yang dihasilkan USL = Batas atas spesifikasi (SNI) N = Jumlah sampel

UCL= Batas pengendali atas LCL = Batas pengendali bawah

Gambar 1. Kadar air gula kelapa kristal

Hasil analisis statistik juga diketahui bahwa nilai UCL (Upper Control

Limit) adalah sebesar 3,15% dan LCL (Low Control Limit) sebesar 2,33%.

Berdasarkan histogram tersebut dapat pula diketahui pola penyebaran datanya, data cenderung terpusat pada nilai rata-rata, hal ini berarti keseragaman produk kurang baik, sedangkan nilai UCL lebih tinggi dari nilai USL (Upper Standard

Limit) yang ditetapkan yakni maksimal 3%, hal tersebut berarti penyebaran data

cenderung berada mendekati batas spesifikasi dan dikhawatirkan ada beberapa produk yang masuk dalam batas pengendalian tetapi tidak berada dalam batas spesifikasi, disamping masih terdapat data yang berada diatas spesifikasi, berarti masih perlu adanya perbaikan proses.

2. Bahan tidak larut (ketidaklarutan)

Bahan tidak larut (ketidaklarutan) merupakan kandungan padatan yang tidak bisa larut (kotoran) yang terdapat dalam gula, dimana jika kadarnya tinggi akan mempengaruhi kandungan bahan lain dalam gula.

LCL =2,33%

X =2.7485 X=2,784%

USL=3%

Hasil analisis menggunakan histogram diketahui rata-rata ketidaklarutan yang dihasilkan adalah sebesar 0,83 % bk. Nilai tersebut berada dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yaitu 1 %, banyaknya data bahan tidak larut yang memenuhi spesifikasi yaitu 70 % (lampiran 3).

Penyimpangan tersebut disebabkan beberapa faktor antara lain adanya bahan-bahan lain non gula seperti potongan manggar yang ikut masuk pada saat pengambilan nira maupun pada saat pemasakan dan juga kotoran dari sisa pembakaran yang ikut masuk pada saat pemasakan. Tabel frekuensi untuk parameter mutu kadar bahan tak larut bisa dilihat pada Tabel 2, sedangkan gambar histogram untuk parameter ketidaklarutan dapat dilihat pada Gambar 2.

Tabel 4. Frekuensi kadar bahan tak larut gula kelapa kristal

Interval Nilai Tengah (Xi) frekuensi (fi)

0,0748 – 0,3783 0,2266 4 0,3784 – 0,6819 0,5302 13 0,6820 – 0,9855 0,8338 9 0,9856 – 1,2891 1,1374 10 1,2892 – 1,5927 1,4410 3 1,5928 – 1,8963 1,7446 1 Jumlah 40

Keterangan : x = Rata-rata bahan tak larut yang dihasilkan USL = Batas atas spesifikasi (SNI)

N = Jumlah sampel UCL = Batas pengendali atas LCL = Batas pengendali bawah

Gambar 2. Bahan tidak larut gula kelapa kristal

Hasil analisis statistik juga diketahui bahwa nilai UCL (Upper Control

Limit) adalah sebesar 1,3% dan LCL (Low Control Limit) sebesar 0,36%.

Berdasarkan histogram tersebut dapat pula diketahui pola penyebaran datanya, penyebaran data merata dan mempunyai dispersi yang cukup besar, hal ini berarti adanya keseragaman produk yang besar, sedangkan nilai UCL lebih tinggi dari nilai USL (Upper Standard Limit) yang ditetapkan yakni maksimal 1%, hal tersebut berarti penyebaran data cenderung berada mendekati batas spesifikasi dan dikhawatirkan ada beberapa produk yang masuk dalam batas pengendalian tetapi tidak berada dalam batas spesifikasi, disamping masih terdapat data yang berada diatas spesifikasi, berarti masih perlu adanya perbaikan proses.

X =0.827 USL =1%

3. Kadar abu

Kadar abu penting untuk mengetahui mutu suatu produk pangan. Kadar abu ada hubungannya dengan mineral suatu bahan. Mineral berbentuk garam organic dan anorganik. Kadar abu ini berhubungan juga dengan proses kebersihan suatu proses pengolahan.

Hasil analisis menggunakan histogram diketahui rata-rata kadar abu yang dihasilkan adalah sebesar 2,22 % bk. Nilai tersebut berada diatas spesifikasi yang ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yaitu 2 %. Hal ini berarti banyak data kadar abu yang tidak sesuai dengan spesifikasi mutu yang ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yang mencapai 72,5%, dan hanya 27,5 % sampel yang memenuhi spesifikasi (lampiran 5). Tabel frekuensi untuk parameter mutu kadar abu bisa dilihat pada Tabel 3, sedangkan gambar histogram untuk parameter kadar abu dapat dilihat pada Gambar 3.

Tabel 5. Frekuensi kadar abu gula kelapa kristal

Interval Nilai tengah (Xi) Frekuensi (fi)

0,0304 – 0,7260 0,3782 2 0,7261 – 1,4217 1,0739 4 1,4218 – 2,1174 1,7696 9 2,1175 – 2,8131 2,4653 16 2,8132 – 3,5088 3,1610 6 3,5089 – 4,2045 3,8567 3 Jumlah 40

Keterangan : x = Rata-rata kadar abu yang dihasilkan USL = Batas atas spesifikasi (SNI) N = Jumlah sampel

UCL = Batas pengendali atas LCL = Batas pengendali bawah

Gambar 3. Kadar abu gula kelapa kristal

Hasil analisis statistik juga diketahui bahwa nilai UCL (Upper Control

Limit) adalah sebesar 2,78 % dan LCL (Low Control Limit) sebesar 1,66 %.

Berdasarkan histogram tersebut dapat pula diketahui pola penyebaran datanya, penyebaran data cenderung terpusat pada nilai rata-rata, hal ini berarti keseragaman produk baik, tetapi nilai UCL lebih tinggi dari nilai USL (Upper

Standard Limit) yang ditetapkan yakni maksimal 2 %, hal tersebut berarti

penyebaran data cenderung berada mendekati batas spesifikasi bahkan banyak data yang melebihi batas spesifikasi dan dikhawatirkan ada beberapa produk yang masuk dalam batas pengendalian tetapi tidak berada dalam batas spesifikasi, berarti masih perlu adanya perbaikan proses.

4. Kadar gula reduksi

Kadar gula reduksi berhubungan dengan kadar air, dimana semakin bertambahnya gula reduksi menyebabkan gula kelapa lebih bersifat higroskopis (Sudewo, et al, 2000).

X =2.224 USL =2%

LCL=1,66%

Hasil analisis menggunakan histogram diketahui rata-rata kadar gula reduksi yang dihasilkan adalah sebesar 3,16 % bk. Nilai tersebut berada dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yaitu maksimal 6 %, jumlah data kadar gula reduksi yang memenuhi spesifikasi yaitu 97,5 % (lampiran 7). Tabel frekuensi untuk parameter mutu kadar gula reduksi bisa dilihat pada Tabel 4, sedangkan gambar histogram untuk parameter kadar gula reduksi dapat dilihat pada Gambar 4.

Tabel 6. Frekuensi kadar gula reduksi gula kelapa kristal

Interval Nilai Tengah (Xi) Frekuensi (fi)

1,2719 – 2,1402 1,7060 5 2,1403 – 3,0086 2,5744 13 3,0087 – 3,8770 3,4428 16 3,8771 – 4,7454 4,3112 4 4,7455 – 5,6138 5,1796 1 5,6139 – 6,4822 6,0480 1 Jumlah 40

Keterangan : x = Rata-rata kadar gula reduksi yang dihasilkan USL = Batas atas spesifikasi (SNI)

N = Jumlah sampel UCL= Batas pengendali atas LCL= Batas pengendali bawah

Gambar 4. Kadar gula reduksi gula kelapa kristal

X=3.1624 USL = 6%

UCL= 4,07% LCL= 2,55%

Hasil analisis statistik juga diketahui bahwa nilai UCL (Upper Control

Limit) adalah sebesar 4,07 % dan LCL (Low Control Limit) sebesar 2,25 %.

Berdasarkan histogram tersebut dapat pula diketahui pola penyebaran datanya, penyebaran data cenderung terpusat pada nilai rata-rata, hal ini berarti keseragaman produk baik, sedangkan nilai UCL lebih rendah dari nilai USL (Upper Standard Limit) yang ditetapkan yakni maksimal 6 %, hal tersebut berarti penyebaran data berada didalam pengendali dan berada dalam batas spesifikasi. 5. Kadar sukrosa

Kadar sukrosa penting untuk mengetahui mutu gula kelapa, kadar sukrosa berhubungan dengan gula reduksi yang ada pada gula, dimana semakin rendah kandungan sukrosa juga akan meningkatkan gula reduksi sehingga mempengaruhi kandungan gula total.

Hasil analisis menggunakan histogram diketahui rata-rata kadar sukrosa yang dihasilkan adalah sebesar 79,65 % bk. Nilai tersebut berada dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yaitu minimal 75 %, semua sampel memenuhi standar yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 atau 100 % (lampiran 9). Tabel frekuensi untuk parameter mutu kadar sukrosa bisa dilihat pada Tabel 5, sedangkan gambar histogram untuk parameter kadar sukrosa dapat dilihat pada Gambar 5.

Tabel 7. Frekuensi kadar sukrosa gula kelapa kristal

Interval Nilai Tengah (Xi) Frekuensi (fi)

76,2860 – 77,5615 76,9237 3 77,5616 – 78,8371 78,1993 8 78,8372 – 80,1127 79,4749 16 80,1128 – 81,3883 80,7505 9 81,3884 – 82,6639 82,0261 3 82,6640 – 83,9395 83,3017 1 Jumlah 40

Keterangan : x = Rata-rata kadar sukrosa yang dihasilkan USL = Batas atas spesifikasi (SNI)

N = Jumlah sampel UCL = Batas pengendali atas LCL = Batas pengendali bawah

Gambar 5. Kadar sukrosa gula kelapa kristal

Hasil analisis statistik juga diketahui bahwa nilai UCL (Upper Control

Limit) adalah sebesar 81,61 % dan LCL (Lower Control Limit) sebesar 77,67 %.

Berdasarkan histogram tersebut dapat pula diketahui pola penyebaran datanya, penyebaran data cenderung terpusat pada nilai rata-rata, hal ini berarti keseragaman produk baik, sedangkan nilai LCL lebih tinggi dari nilai LSL (Lower

Standard Limit) yang ditetapkan yakni minimal 75 %, hal tersebut berarti

penyebaran data berada didalam pengendali dan berada dalam batas spesifikasi,

X =79.64% LSL =75 %

UCL = 81,61% LCL=77,67%

namun masih adanya beberapa data yang melebihi UCL berarti produk berada diluar batas pengendalian untuk menghasilkan produk yang seragam.

6. Kadar gula total

Kadar gula total penting untuk mengetahui mutu gula, karena gula total memperlihatkan total kandungan gula yang ada dalam suatu produk, dimana gula merupakan salah satu komponen gizi penting yang terdapat dalam gula kelapa.

Hasil analisis menggunakan histogram diketahui rata-rata kadar gula total yang dihasilkan adalah sebesar 82,81 % bk. Nilai tersebut berada dalam batas spesifikasi yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 yaitu minimal 80 %, sehingga semua sampel memenuhi standar yang telah ditetapkan menurut SNI-SII.0268-1985 atau 100 % (lampiran 11). Tabel frekuensi untuk parameter mutu kadar gula total bisa dilihat pada Tabel 6, sedangkan gambar histogram untuk parameter kadar gula total dapat dilihat pada Gambar 6.

Tabel 8. Frekuensi kadar gula total gula kelapa kristal

Interval Nilai Tengah (Xi) Frekuensi (fi)

81,4324 – 82,0621 81,7472 5 82,0622 – 82,6919 82,3770 13 82,6920 – 83,3217 83,0068 13 83,3218 – 83,9515 83,6366 7 83,9516 – 84,5813 84,2664 1 84,5814 – 85,2111 84,8962 1 Jumlah 40

Keterangan : x = Rata-rata kadar gula reduksi yang dihasilkan USL = Batas atas spesifikasi (SNI)

N = Jumlah sampel UCL= Batas pengendali atas LCL= Batas pengendali bawah

Gambar 6. Kadar gula total gula kelapa kristal

Hasil analisis statistik juga diketahui bahwa nilai UCL (Upper Control

Limit) adalah sebesar 84,19 % dan LCL (Lower Control Limit) sebesar 81,42 %.

Berdasarkan histogram tersebut dapat pula diketahui pola penyebaran datanya, penyebaran data cenderung terpusat pada nilai rata-rata, hal ini berarti keseragaman produk baik, sedangkan nilai LCL lebih tinggi dari nilai LSL (Lower

Standard Limit) yang ditetapkan yakni minimal 75 %, hal tersebut berarti

penyebaran data berada didalam pengendali dan berada dalam batas spesifikasi, namun masih adanya beberapa data yang melebihi UCL berarti produk berada diluar batas pengendalian untuk menghasilkan produk yang seragam.

X =82.8113 LSL = 80 % LCL=81,42 % UCL=84,19%

Dokumen terkait