• Tidak ada hasil yang ditemukan

Proses Pembuatan Kerupuk Opak

Adapan proses atau tahapan kerja dari pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah sebagai berikut :

1. Dikupas kulit ubi kayu kemudian cuci sampai bersih

2. Dipotong ubi kayu menjadi beberapa bagian kemudian kukus di dalam

dandang sampai matang (kira-kira 2,5-3 jam untuk mengukus ubi sebanyak 50 kg)

3. Digiling ubi kayu yang telah matang dengan menggunakan mesin penggiling 4. Dipres (dipipihkan) adonan kerupuk opak yang telah digiling dengan mesin

pres

5. Dicetak adonan kerupuk opak dengan alat pencetak opak yang dialasi dengan lembaran plastik. Opak hasil cetakan berbentuk bulat atau persegi panjang tergantung dari permintaan konsumen

6. Dijemur kerupuk opak di terik matahari sampai kering (sekitar 5 jam)

7. Dilepaskan kerupuk opak satu per satu dari alas plastik setelah kering

1. Pengupasan Ubi Kayu

2. Pencucian Ubi Kayu

4. Ubi Kayu Kukus

5. Penggilingan Ubi Kayu

7. Pengepresan Adonan

8. Pencetakan Adonan

10. Pelepasan Kerupuk Opak Dari Alas Penjemuran

11. Kerupuk Opak

Ketersediaan Bahan Baku, Modal dan Tenaga Kerja Industri Pembuatan Kerupuk Opak

Ketersediaan Bahan Baku

Berdasarkan hasil pengamatan dan wawancara dengan responden, diketahui bahwa di daerah penelitian bahan baku untuk membuat kerupuk opak yaitu ubi kayu tidak cukup tersedia. Kebutuhan ubi kayu untuk membuat kerupuk opak dapat diperoleh dari daerah-daerah di sekitar daerah penelitian yang masih berada dalam kecamatan Pancurbatu. Bahkan untuk memperlancar ketersediaan pasokan ubi kayu, responden memiliki beberapa pelanggan atau pihak yang diberi kepercayaan untuk memenuhi permintaan ubi kayu setiap kali akan berproduksi.

Ketersediaan Modal

Setiap kegiatan dalam mencapai tujuan mumbutuhkan modal apalagi kegiatan proses produksi komoditi pertanian. Ketersediaan modal yang mencukupi dalam menjalankan suatu usaha sangat diperlukan demi keberlangsungan usaha yang dijalankan. Besar kecilnya modal yang dibutuhkan tergantung dari skala usaha yang dijalankan. Semakin besar skala usaha yang dijalankan semakin besar pula modal yang diperlukan, demikian pula sebaliknya. Dalam industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian modal yang diperlukan cukup besar yaitu pada tahun 2007 berkisar antara Rp. 10.000.000,- −

Rp. 20.000.000,- tergantung dari luasnya gedung usaha dan kualitas peralatan yang dimiliki. Meskipun jumlah yang diperlukan untuk memulai usaha cukup besar tetapi tidak ada responden yang menggunakan modal dari bank, koperasi atau lembaga keuangan lainnya. Hal ini disebabkan karena mereka takut tidak dapat membayar bunga apabila meminjam dari bank sedangkan di daerah

penelitian belum ada koperasi. Sebagian besar responden menggunakan modal sendiri (modal pribadi) untuk menjalankan usahanya. Kalaupun ada yang memakai modal dari luar yakni modal pinjaman maka pinjaman itu diperoleh dari dari anggota keluarga sendiri ataupun tetangga. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan modal di daerah penelitian cukup tersedia.

Ketersediaan Tenaga Kerja

Menurut Simanjuntak (1998) penggunaan tenaga kerja dalam suatu kegiatan terutama kegiatan proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula (Sagir, 1992).

Tenaga kerja dalam industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian diperlukan untuk mengerjakan berbagai macam kegiatan produksi seperti pengupasan kulit ubi kayu, mengukus ubi kayu, mengangkat kukusan ubi kayu dari dandang dan menggilingnya, mencetak dan menjemur adonan kerupuk opak serta mengangkat, mengayak dan mengepak kerupuk opak yang telah kering. Berdasarkan kegiatannya industri pembuatan kerupuk opak merupakan suatu kegiatan yang padat karya. Artinya kegiatan tersebut mampu menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar tanpa terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi yang juga berarti industri pembuatan kerupuk opak ini memiliki daya

serap yang baik. Rata-rata industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian mampu menyerap tenaga kerja sebanyak 8-12 orang diluar dari tenaga kerja pengupasan kulit ubi kayu yang dibayar berdasarkan banyaknya jumlah ubi kayu yang dapat dikupas kulitnya. Kebutuhan tenaga kerja ini dipenuhi dari penduduk yang bertempat tinggal di daerah penelitian dan tidak ada tenaga kerja yang berasal dari luar daerah penelitian. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa ketersediaan tenaga kerja di daerah penelitian cukup tersedia.

Penerimaan Industri Pembuatan Kerupuk Opak

Penerimaan adalah nilai rupiah dari total produksi yang dihasilkan dikali dengan harga jual produk. Dalam hal ini perkalian antara produksi kerupuk opak dengan harga jual kerupuk opak.

Penerimaan dari penjualan kerupuk opak di daerah penelitian diperoleh responden setiap seminggu sekali. Hal ini disebabkan karena para pelanggan datang untuk membeli kerupuk opak seminggu. Namun tak jarang juga responden menjual kerupuk opaknya tiga hari sekali kepada pelanggan yakni apabila permintaan dari pelanggan meningkat sehingga responden juga harus meningkatkan produksinya. Berikut penerimaan responden di daerah penelitian per minggu, per bulan dan per tahun di daerah penelitian :

Tabel 25. Penerimaan Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Per Responden Tahun 2007

Sampel Produksi (Kg)

Harga Jual (Rp/Kg)

Total Penerimaan (Rp)

Minggu Bulan Tahun Minggu Bulan Tahun

1 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 2 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 3 3.750 15.000 150.000 3.300 12.375.000 49.500.000 495.000.000 4 2.820 11.280 112.800 3.400 9.588.000 38.352.000 383.520.000 5 3.450 13.800 138.000 3.300 11.385.000 45.540.000 455.400.000 6 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 7 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 8 3.450 13.800 138.000 3.300 11.385.000 45.540.000 455.400.000 9 3.750 15.000 150.000 3.200 12.000.000 48.000.000 480.000.000 10 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 11 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 12 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 13 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 14 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 15 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 16 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 17 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 18 3.750 15.000 150.000 3.300 12.375.000 49.500.000 495.000.000 19 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 20 3.450 13.800 138.000 3.400 11.730.000 46.920.000 469.200.000 21 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 22 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 23 3.750 15.000 150.000 3.200 12.000.000 48.000.000 480.000.000 24 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 25 3.420 13.680 136.800 3.300 11.286.000 45.144.000 451.440.000 26 2.760 11.040 110.400 3.300 9.108.000 36.432.000 364.320.000 27 2.820 11.280 112.800 3.300 9.306.000 37.224.000 372.240.000 28 3.480 13.920 139.200 3.400 11.832.000 47.328.000 473.280.000 29 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 30 3.720 14.880 148.800 3.300 12.276.000 49.104.000 491.040.000 31 3.780 15.120 151.200 3.400 12.852.000 51.408.000 514.080.000 32 3.780 15.120 151.200 3.300 12.474.000 49.896.000 498.960.000 Total 115.590 462.360 4.623.600 105.800 382.050.000 1.528.200.000 15.282.000.000 Rata-Rata 3.612,19 14.448,75 144.487,50 3.306,25 11.939.062,50 47.756.250 477.562.500 Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 13), 2008

Dari Tabel 25 diatas diketahui bahwa jika diasumsikan dalam satu tahun responden bekerja aktif membuat kerupuk opak selama 240 hari (10 bulan) dengan rata-rata produksi kerupuk opak yang dihasilkan para responden setiap minggunya adalah 3.612,19 kg dan harga jual rata-rata Rp. 3.306,25,-/kg maka akan diperoleh penerimaan sebesar Rp. 11.939.062,50,-/minggu, Rp. 47.756.250,-/bulan dan Rp. 476.562.500,-/tahun. Tinggi rendahnya penerimaan responden ini

sangat dipengaruhi oleh biaya produksi yang dikeluarkan, harga jual dan jumlah produksi kerupuk opak yang mampu dihasilkan. Semakin kecil biaya produksi yang dikeluarkan atau semakin tinggi harga jual dan jumlah produksi yang dihasilkan maka akan semakin tinggi pula penerimaan yang akan diperoleh. Adapun jumlah penerimaan yang diterima responden dalam industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian ini sudah cukup besar karena telah dapat menutupi total biaya produksi yang dikeluarkan, dimana rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan adalah Rp. 10.238.803,76,-/minggu, Rp. 40.957.051,36,-/bulan dan Rp. 409.625.603,60,-/tahun (lampiran 12).

Berdasarkan paparan tersebut maka hipotesis 1 yang menyatakan penerimaan industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi dapat diterima.

Pendapatan Industri Pembuatan Kerupuk Opak

Menurut Samuelson (2001) pendapatan adalah total penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi. Biaya produksi yang dimaksud adalah semua pengeluaran yang dipergunakan dalam industri pembuatan kerupuk opak. Karena penerimaan dari penjualan kerupuk opak diperoleh responden seminggu sekali maka pendapatan juga diperoleh selama semingu sekali. Berikut tabel pendapatan dan rasio pendapatan terhadap penerimaan responden di daerah penelitian pada tahun 2007 :

Tabel 26. Pendapatan dan Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Per Responden Tahun 2007

Sampel Pendapatan (Rp) Rasio (%)

Minggu Bulan Tahun Minggu Bulan Tahun 1 2.280.518,27 9.119.648,86 91.123.761,36 18,28 18,28 18,26 2 2.276.520,55 9.103,960,99 90.975.973,49 18,25 18,25 18,23 3 2.260.154,39 9.039,136,11 90.346.916,67 18,26 18,26 18,25 4 1.282.635,96 5.129,062,40 51.246.179,49 13,38 13,37 13,36 5 1.612.522,98 6.449,081,81 64.460.515,16 14,16 14,16 14,15 6 1.519.748,86 6.077,177,27 60.717.227,26 12,38 12,38 12,37 7 1.694.750,19 6.777.637,12 67.735.462,12 13,59 13,58 13,58 8 1.683.519,70 6.732.563,64 67.280.181,81 14,79 14,78 14,77 9 1.292.306,26 5.167.709,91 51.631.644,52 10,77 10,77 10,76 10 1.707.152,20 6.827.868,06 68.256.458,34 13,69 13,68 13,68 11 1.563.337,15 6.252.237,50 62.489.041,67 12,73 12,73 12,73 12 1.529.311,80 6.115.025,00 61.083.583,32 12,46 12,45 12,45 13 1.588.515,53 6.352.243,93 63.467.893,92 12,94 12,94 12,93 14 1.709.826,76 6.837.690,91 68.328.424,25 13,71 13,70 13,69 15 1.573.966,25 6.294.097,35 62.887.943,18 12,82 12,82 12,81 16 1.551.224,24 6.203.381,82 61.988.363,64 12,64 12,63 12,62 17 1.534.912,12 6.139.042,42 61.372.242,42 12,50 12,50 12,50 18 2.268.244,21 9.072.513,89 90.711.250,01 18,33 18,33 18,33 19 1.520.476,93 6.080.673,15 60.769.694,45 12,39 12,38 12,38 20 1.990.631,81 7.960.709,09 79.552.545,46 16,97 16,97 16,95 21 1.717.313,66 6.868.513,89 68.662.916,67 13,77 13,77 13,76 22 1.772.064,39 7.087.954,55 70.870.454,56 14,21 14,21 14,20 23 1.278.095,45 5.110.109,09 51.032.909,08 10,65 10,65 10,63 24 1.667.814,64 6.668.480,76 66.601.474,35 13,59 13,58 13,56 25 1.548.642,77 6.193.560,98 61.905.306,82 13,72 13,72 13,71 26 738.094,52 2.944.970,71 29.227.484,85 8,10 8,08 8,02 27 1.018.685,54 4.072.721,97 40.666.613,64 10,95 10,94 10,92 28 2.031.053,62 8.116.807,07 80.945.848,50 17,17 17,15 17,10 29 2.127.641,05 8.509.792,60 85.074.777,79 17,33 17,33 17,33 30 2.177.920,45 8.709.863,63 87.044.090,91 17,74 17,74 17,73 31 2.163.182,71 8.651.959,26 86.496.444,45 16,83 16,83 16,83 32 1.727.494,69 6.908.160,60 69.027.060,60 13,85 13,85 13,83 Total 54.408.279,65 217.574.356,34 2.173.980.684,76 452,93 452,80 452,43 Rata-Rata 1.700.258,74 6.799.198,64 67.936.896,40 14,15 14,15 14,14

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 14 dan 15), 2008

Dari Tabel 26 diatas diperoleh bahwa rata-rata pendapatan yang diterima responden sebesar Rp. 1.700.258,74,-/minggu, Rp. 6.799.198,64,-/bulan dan Rp. 67.936.896,40,-/tahun. Berdasarkan kriteria uji pada rasio pendapatan terhadap penerimaan maka pendapatan yang diterima responden dapat dikatakan rendah karena hanya mampu memperoleh rasio sebesar 14,15 %/minggu, 14,15 %/bulan dan 14,14%/tahun dari seluruh penerimaan yang diperolehnya. Berdasarkan

pernyataan ini maka dapat disimpulkan bahwa hipotesis 2 yang menyatakan pendapatan industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi ditolak.

Nilai Tambah Industri Pembuatan Kerupuk Opak

Pengertian nilai tambah untuk industri pembuatan kerupuk opak ini adalah nilai produk olahan (penerimaan) dikurangi dengan total nilai bahan baku dan bahan penunjang. Dimana nilai bahan baku diperoleh dari perkalian antara jumlah bahan baku yang dibutuhkan dengan harga beli bahan baku, sedangkan nilai bahan penunjang diperoleh dari banyaknya bahan penunjang yang digunakan dikali dengan harga bahan penunjang.

Menurut Suryana (1990) nilai tambah tinggi apabila NP ≥ NBB+NBP dan

nilai tambah rendah apabila NP < NBB+NBP. Semakin besar nilai tambah dari suatu produk yang dihasilkan maka semakin baik pula kegiatan pengolahan yang dilakukan. Sebagai contoh, berikut data nilai tambah per hari yang mampu dihasilkan dari kerupuk opak :

Tabel 27. Rata-Rata Nilai Tambah Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007

Uraian NP (Rp) NBB (Rp) NBP (Rp) NT (Rp) Per Hari 1.989.843,75 1.326.562,50 372.905,73 290.375,52 Per Minggu 11.939.062,50 7.959.375,00 2.237.434,38 1.742.253,13 Per Bulan 47.756.250,00 31.837.500,00 8.949.737,50 6.969.012,50 Per Tahun 476.562.500,00 318.375.000,00 89.497.375,00 69.690.125,00

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 16), 2008

Keterangan :

NT = Nilai Tambah (Rp/kg) NBB = Nilai Bahan Baku (Rp/kg)

Dari Tabel 27 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai tambah yang dihasilkan dari 1.921,88 kg ubi kayu/hari (lampiran 3) menjadi kerupuk opak adalah sebesar Rp. 290.375,52,-/hari, Rp. 1.742.253,13,-/minggu, Rp. 6.969.012,50,-/bulan, Rp. 69.690.125,-/tahun dari rata-rata nilai produk (NP) yang dihasilkan sebesar Rp. 1.989.843,75,-/hari, Rp. 11.939.062,50,-/minggu, Rp. 47.756.250,-/bulan, Rp. 476.562.500,-/tahun dikurangi dengan nilai bahan baku (NBB) Rp. 1.326.562,50,-/hari, Rp. 7.959.375,-/minggu, Rp. 31.837.500,-/bulan, Rp. 318.375.000,-/tahun dan nilai bahan penunjang (NBP) Rp. 372.905,73,-/hari, Rp. 2.237.434,38,-/minggu, Rp. 8.949.737,50,-/bulan, Rp. 89.497.375,-/tahun. Data ini menunjukkan bahwa nilai produk yang dihasilkan dari pengolahan ubi kayu lebih besar dari nilai bahan baku dan nilai bahan penunjang yang digunakan sehingga diperoleh nilai tambah yang juga besar. Dengan demikian hipotesis 3 yang menyatakan bahwa nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi dapat diterima.

Volume Produksi dan Harga Jual Produk Industri Pada Pembuatan Kerupuk Opak

Volume produksi adalah jumlah produk yang dihasilkan dalam satu kali proses produksi, sedangkan harga jual adalah nilai dari suatu produk yang ditawarkan kepada konsumen. Berikut volume produksi, harga jual, BEP Produksi dan BEP Harga pada industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian :

Tabel 28. Rata-Rata Biaya Produksi, Harga Jual dan BEP Produksi Pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007

No. Uraian Biaya Produksi (Rp) Harga Jual (Rp/Kg) BEP Produksi (Kg) 1 Per Hari 1.706.314,27 3.306,25 513,33 2 Per Minggu 10.238.803,76 3.306,25 3.098,28 3 Per Bulan 40.957.051,36 3.306,25 12.393,66 4 Per Tahun 409.625.603,60 3.306,25 123.953,25

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 17), 2008

Tabel 28 diatas menunjukkan bahwa rata-rata biaya produksi yang dikeluarkan untuk memproduksi kerupuk opak per harinya adalah Rp. 1.706.314,27,-, per minggunya Rp. 10.238.803,76,-, per bulannya Rp. 40.957.051,36,- dan per tahunnya adalah Rp. 409.625.603,60,-. Adapun rata-rata volume produksi kerupuk opak di daerah penelitian adalah sebanyak 602,03 kg/hari, 3.612,19 kg/minggu, 14.448,75 kg/bulan dan 144.487,50 kg/tahun. Berdasarkan Tabel 28 dengan rata-rata harga jual kerupuk opak Rp. 3.306,25/kg diketahui bahwa volume produksi kerupuk opak yang dihasilkan responden telah melampaui titik impas produksi (Break Even Point Produksi), dimana BEP Produksi per hari sebesar 513,33 kg, per minggu 3.098,28 kg, per bulan 12.393,66 kg dan per tahun 123.953,25 kg. Artinya titik impas produksi akan diperoleh jika responden rata-rata dapat menjual kerupuk opak sebanyak 513,33 kg/hari, 3.098,28 kg/minggu, 12.393,66 kg/bulan dan 123.953,25 kg/tahun.

Tabel 29. Rata-Rata Biaya Produksi, Volume Produksi dan BEP Harga Pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007

No. Uraian Biaya Produksi (Rp) Volume Produksi (Kg) BEP Harga (Rp) 2 Per Minggu 10.238.803,76 3.612,19 2.837,82 3 Per Bulan 40.957.051,36 14.448,75 2.837,95 4 Per Tahun 409.625.603,60 144.487,50 2.838,35

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 18), 2008

Dari Tabel 29 diatas dengan biaya produksi sebesar Rp. 10.238.803,76,-/minggu, Rp. 40.957.051,36,-/bulan dan Rp. 409.625.603,60,-/tahun serta volume produksi sebesar 3.612,19 kg/minggu, 14.448,75 kg/bulan dan 144.487,50 kg/tahun akan diperoleh Break Even Point Harga (BEP Harga) sebesar Rp. 2.837,82,-/kg/minggu, Rp. 2.837,95,-/kg/bulan, dan Rp. 2.838,35,-/kg/tahun. Ini artinya titik impas harga akan diperoleh jika harga jual kerupuk opak mencapai Rp. 2.837,82,-/kg/minggu, Rp. 2.837,95,-/kg/bulan, dan Rp. 2.838,35,-/kg/tahun. Dan sepanjang tahun 2007 harga jual kerupuk opak yang ditetapkan oleh responden telah melampaui titik impas yaitu dengan rata-rata harga jual sebesar Rp. 3.306,25,-/kg

Berdasarkan keterangan diatas maka hipotesis 4 yang menyatakan volume produksi dan harga jual produk pada industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian telah melampaui titik impas diterima.

Analisis Kelayakan Usaha Industri Pembuatan Kerupuk Opak

Analisis kelayakan usaha industri pembuatan kerupuk opak dilakukan untuk mengetahui kelayakan usaha industri pembuatan kerupuk opak yang dijalankan responden di daerah penelitian. Untuk mengetahui kelayakan usaha secara finansial industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian digunakan

kriteria kelayakan Revenue Cost Ratio (R/C Ratio). Berikut nilai R/C Ratio pada industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian tahun 2007 :

Tabel 30. Nilai R/C Ratio Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007

Sampel R/C Ratio

Minggu Bulan Tahun

1 1,22 1,22 1,22 2 1,22 1,22 1,22 3 1,22 1,22 1,22 4 1,15 1,15 1,15 5 1,16 1,16 1,16 6 1,14 1,14 1,14 7 1,16 1,16 1,16 8 1,17 1,17 1,17 9 1,12 1,12 1,12 10 1,16 1,16 1,16 11 1,15 1,15 1,15 12 1,14 1,14 1,14 13 1,15 1,15 1,15 14 1,16 1,16 1,16 15 1,15 1,15 1,15 16 1,14 1,14 1,14 17 1,14 1,14 1,14 18 1,22 1,22 1,22 19 1,14 1,14 1,14 20 1,20 1,20 1,20 21 1,16 1,16 1,16 22 1,17 1,17 1,17 23 1,12 1,12 1,12 24 1,16 1,16 1,16 25 1,16 1,16 1,16 26 1,09 1,09 1,09 27 1,12 1,12 1,12 28 1,21 1,21 1,21 29 1,21 1,21 1,21 30 1,22 1,22 1,22 31 1,20 1,20 1,20 32 1,16 1,16 1,16 Total 37,30 37,30 37,30 Rata-Rata 1,17 1,17 1,17

Sumber : Analisis Data Primer (Lampiran 19), 2008

Dari Tabel 30 diatas diketahui bahwa rata-rata nilai R/C Ratio per minggu, per bulan dan per tahun sebesar 1,17. Artinya setiap modal Rp. 1,- yang dikeluarkan akan menghasilkan Rp. 1,17,- dimana Rp. 1,- merupakan modal yang telah mampu dikembalikan dan Rp. 0,17,- merupakan keuntungan yang diperoleh. Berdasarkan kriteria investasi yang menyatakan suatu usaha dapat dikatakan layak

untuk diusahakan apabila memiliki nilai R/C Ratio ≥ 1, maka usaha pembuatan

kerupuk opak di daerah penelitian layak untuk diusahakan atau dijalankan. Dengan demikian hipotesis 5 yang menyatakan industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian layak untuk diusahakan secara finansial dapat diterima.

Dokumen terkait