ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PEMBUATAN
KERUPUK OPAK
(Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
OLEH
ANNISA NAILUFAR 040304012 AGRIBISNIS
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PEMBUATAN
KERUPUK OPAK
(Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
OLEH
ANNISA NAILUFAR 040304012 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. DR. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.
NIP. 131 689 798 NIP. 132 207 411
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PEMBUATAN
KERUPUK OPAK
(Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
SKRIPSI
OLEH
ANNISA NAILUFAR 040304012 AGRIBISNIS
Skripsi Sebagai Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Di Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, Medan
DEPARTEMEN SOSIAL EKONOMI PERTANIAN
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
Judul Skripsi : ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PEMBUATAN KERUPUK OPAK (Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara)
Nama : ANNISA NAILUFAR
NIM : 040304012
Departemen : Sosial Ekonomi Pertanian
Program Studi : Agribisnis
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. DR. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.
NIP. 131 689 798 NIP. 132 207 411
Mengetahui :
Ketua Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
Ir. Luhut Sihombing, M.P. NIP. 132 005 055
RINGKASAN
Annisa Nailufar (040304012) dengan judul skripsi ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PEMBUATAN KERUPUK OPAK (Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara). Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. dan Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.
Industri pembuatan kerupuk opak merupakan industri yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot
utilissima). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara kerupuk opak terpilih menjadi Produk Unggulan Prioritas (PUP) Pertama diantara 9 komoditi unggulan lainnya.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh industri pembuatan kerupuk opak yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku tidak cukup tersedia di daerah penelitian tetapi
modal dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menjalankan industri pembuatan kerupuk opak cukup tersedia di daerah penelitian.
2. Rata-rata penerimaan yang diperoleh responden dari industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi yaitu sebesar Rp. 11.939.062,50,-/minggu, Rp. 47.756.250,-/bulan dan Rp. 476.562.500,-/tahun.
3. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian rendah yaitu sebesar Rp. 1.700.258,74,-/minggu, Rp. 6.799.198,64,-/bulan dan Rp. 67.936.896,40,-/tahun.
4. Rata-rata nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri
pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi yaitu sebesar Rp. 290.375,52,-/hari, Rp. 1.742.253,13,-/minggu, Rp. 6.969.012,50,-/bulan, Rp. 69.690.125,-/tahun.
5. Rata-rata Break Even Point Produksi sebesar 513,33 kg/hari, 3.098,28
kg/minggu, 12.393,66 kg/bulan dan 123.953,25 kg/tahun. Kenyataan rata-rata volume produksi yang diperoleh 602,03 kg/hari, 3.612,19 kg/minggu, 14.448,75 kg/bulan dan 144.487,50 kg/tahun.
6. Rata-rata Break Even Point Harga yaitu Rp. 2.837,82,-/kg/minggu, Rp.
2.837,95,-/kg/bulan, dan Rp. 2.838,35,-/kg/tahun. Kenyataan harga jual rata-rata kerupuk opak per minggu, bulan dan tahun sebesar Rp. 3.306,25/kg. 7. Nilai rata-rata R/C Ratio per minggu, bulan, dan tahun yaitu 1,17, artinya R/C
RIWAYAT HIDUP
ANNISA NAILUFAR, dilahirkan di Medan pada tanggal 24 Februari
1986 dari Ayahanda Mardjudin dan Ibunda Purwanti. Penulis merupakan anak
pertama dari tiga bersaudara.
Penulis menyelesaikan pendidikan formal di TK Negeri Pembina 1 Medan
tahun 1992, SD Swasta Karya Bhakti I Medan tahun1998, Madrasah Tsanawiyah
(MTs) Negeri 3 Medan tahun 2001 dan Madrasah Aliyah Negeri (MAN) I Medan
tahun 2004. Pada tahun 2004 penulis diterima di Program Studi Agribisnis,
Departemen Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera
Utara melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB)
Selama masa perkuliahan, penulis aktif mengikuti berbagai organisasi
kemahasiswaan, antara lain Badan Kenaziran Mushola (BKM) Al-Mukhlisin FP
USU, Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Komisariat USU,
Tim Mentoring Agama Islam FP USU, Forum Silaturahmi Mahasiswa Muslim
Sosial Ekonomi Pertanian (FSMM-SEP) dan Kelompok Aspirasi Mahasiswa
(KAM) Rabbani FP USU.
Pada bulan Maret 2008 penulis melaksanakan penelitian skripsi di Desa
Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli
Serdang. Kemudian pada bulan Juni 2008 melaksanakan Praktik Kerja Lapangan
(PKL) di Desa Dalig Raya, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena atas rahmat,
hidayah dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi ini dengan
baik.
Skripsi ini berjudul ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI
PEMBUATAN KERUPUK OPAK (Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan
Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang,
Provinsi Sumatera Utara). Adapun tujuan dari penulisan skripsi ini adalah
sebagai salah satu syarat untuk dapat memperoleh gelar sarjana pada Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Pada kesempatan ini dengan segala ketulusan dan kerendahan hati penulis
mengucapkan terima kasih kepada :
1. Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. selaku Ketua Komisi Pembimbing
2. Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting, M.S. selaku Anggota Komisi Pembimbing
3. Bapak Ir. Luhut Sihombing, MP selaku Ketua Departemen SEP, FP, USU
4. Ibu DR. Salmiah, MS selaku Sekretaris Departemen SEP, FP, USU
5. Seluruh staf pengajar dan pegawai di Departemen SEP, FP, USU
6. Bapak Afrizal Nasution selaku Ka. Subdis Bina Program Departemen
Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang yang menangani
bidang Industri Kecil Menengah (IKM)
7. Seluruh instansi dan respoden yang terkait dengan penelitian ini yang telah
Segala hormat dan terima kasih secara khusus penulis ucapkan kepada
Ayahanda Mardjudin dan Ibunda Purwanti atas motivasi, kasih sayang, dan
dukungan baik secara moril maupun materil yang diberikan kepada penulis
selama menjalani kuliah, serta kepada adik-adik penulis yaitu Faishal Mahfuzh
dan Roykhan Mubarak yang telah turut membantu dan menyemangati dalam
penyelesaian skripsi ini.
Terima kasih penulis ucapkan kepada teman-teman penulis di Departemen
Sosial Ekonomi Pertanian stambuk 2004 khususnya Siti, Yessi, Fauziah dan
Muslainy yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan penulisan
skripsi ini serta kepada adik-adik di Departemen Sosial Ekonomi Pertanian
stambuk 2005 atas semangat dan motivasi yang telah diberikan. Tak lupa pula
kepada teman-teman seperjuangan di BKM Al-Mukhlisin, KAMMI Komisariat
USU, DPW KAM Rabbani FP USU serta sahabat-sahabat yang terus berjuang di
jalan dakwah dimanapun berada. Semoga apa yang kita cita-citakan dapat
terwujud dan semoga Allah SWT selalu memberikan yang terbaik untuk kita
semua.
Terakhir, penulis berharap semoga skripsi ini dapat bermanfaat untuk kita
semua. Amin.
Medan, November 2008
Luas dan Letak Geografis ...26
Tata Guna Tanah ...26
Jenis Bangunan ...28
Sumber Air ...28
Keadaan Penduduk...29
Sarana dan Prasarana ...34
Desa Tuntungan II ...35
Luas dan Letak Geografis ...35
Tata Guna Tanah ...36
Jenis Bangunan ...37
Sumber Air ...37
Keadaan Penduduk...38
Sarana dan Prasarana ...43
Karakteristik Respoden ...45
HASIL DAN PEMBAHASAN ...48
Proses Pembuatan Kerupuk Opak ...48
Ketersediaan Bahan Baku, Modal dan Tenaga Kerja Pembuatan Kerupuk Opak ...53
Penerimaan Industri Pembuatan Kerupuk Opak ...55
Pendapatan Industri Pembuatan Kerupuk Opak ...57
Nilai Tambah Industri Pembuatan Kerupuk Opak ...59
Volume dan Harga Jual Produk Pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak ...60
Analisis Kelayakan Usaha Industri Pembuatan Kerupuk Opak ...62
KESIMPULAN DAN SARAN ...65
Kesimpulan ...65
Saran ...66
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Hal
1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah
Di Kabupaten Deli Serdang ... 2
2. Data Usaha Pengolahan Kerupuk Opak di Kabupaten Deli Serdang ...19
3. Data Usaha Pengolahan Kerupuk Opak di Kecamatan Pancurbatu ...20
4. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...27
5. Jenis Bangunan di Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...28
6. Sumber Air di Desa Tuntungan I Tahun 2007...29
7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...30
8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...31
9. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...32
10.Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...33
11.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...34
12.Sarana dan Prasarana Desa Tuntungan I Tahun 2007 ...35
13.Keadaan Tata Guna Tanah Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...36
14.Jenis Bangunan di Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...37
15.Sumber Air di Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...38
16.Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...39
18.Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Tuntungan II Tahun 2007...41
19.Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...42
20.Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...43
21.Sarana dan Prasarana Desa Tuntungan II Tahun 2007 ...44
22.Karakteristik Responden di Desa Tuntungan I ...45
23.Karakteristik Responden di Desa Tuntungan II ...46
24.Karakteristik Keseluruhan Responden ...47
25.Penerimaan Industri Pembuatan Kerupuk Opak di daerah Penelitian Per Responden Tahun 2007 ...56
26.Pendapatan dan Rasio Pendapatan terhadap Penerimaan pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Per Responden Tahun 2007 ...58
27.Rata-Rata Nilai Tambah Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007 ...59
28.Rata-Rata Biaya Produksi, Harga Jual dan BEP Produksi pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007 ...61
29.Rata-Rata Biaya Produksi, Volume Produksi dan BEP Harga pada Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian Tahun 2007 ...62
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Hal
1. Grafik Break Even Point (BEP) ...14
2. Skema Kerangka Pemikiran...17
DAFTAR LAMPIRAN
No. Judul
1. Karakteristik Responden di Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II
2. Karakteristik Keseluruhan Responden
3. Biaya Bahan Baku Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
4. Biaya Kayu Bakar Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
5. Biaya Bahan Bakar Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
6. Biaya Karung Pembungkus Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah
Penelitian (Tahun 2007)
7. Biaya Gedung Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
8. Biaya Peralatan Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
9. Biaya Tenaga Kerja Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
10. Biaya Tetap Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian (Tahun 2007)
11. Biaya Tidak Tetap Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
12. Biaya Produksi Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian
(Tahun 2007)
13. Penerimaan Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian (Tahun 2007)
14. Pendapatan Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian (Tahun 2007)
16. Nilai Tambah Industri Pembuatan Kerupuk Opak di Daerah Penelitian (Tahun 2007)
17. Break Even Point Produksi (BEP Produksi) Industri Pembuatan Kerupuk
Opak di Daerah Penelitian (Tahun 2007)
18. Break Even Point Harga (BEP Harga) Industri Pembuatan Kerupuk Opak di
Daerah Penelitian (Tahun 2007)
19. Revenue Cost Ratio (R/C Ratio) Industri Pembuatan Kerupuk Opak di
RINGKASAN
Annisa Nailufar (040304012) dengan judul skripsi ANALISIS FINANSIAL INDUSTRI PEMBUATAN KERUPUK OPAK (Studi Kasus : Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara). Penulisan skripsi ini dibawah bimbingan Bapak H.M. Mozart B. Darus, M.Sc. dan Bapak DR. Ir. Rahmanta Ginting, M.Si.
Industri pembuatan kerupuk opak merupakan industri yang menggunakan bahan baku dari salah satu komoditas pertanian yaitu ubi kayu (Manihot
utilissima). Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, Provinsi Sumatera Utara kerupuk opak terpilih menjadi Produk Unggulan Prioritas (PUP) Pertama diantara 9 komoditi unggulan lainnya.
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive yaitu daerah dipilih secara cermat sehingga sesuai dengan tujuan penelitian. Metode pengambilan sampel menggunakan metode sensus yaitu seluruh industri pembuatan kerupuk opak yang terdapat di daerah penelitian dijadikan sebagai sampel dan pemiliknya dijadikan sebagai responden.
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh secara langsung melalui wawancara kepada responden sedangkan data sekunder diperoleh dari lembaga atau instansi yang terkait dalam penelitian ini.
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh hasil sebagai berikut : 1. Ketersediaan bahan baku tidak cukup tersedia di daerah penelitian tetapi
modal dan tenaga kerja yang diperlukan untuk menjalankan industri pembuatan kerupuk opak cukup tersedia di daerah penelitian.
2. Rata-rata penerimaan yang diperoleh responden dari industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi yaitu sebesar Rp. 11.939.062,50,-/minggu, Rp. 47.756.250,-/bulan dan Rp. 476.562.500,-/tahun.
3. Rata-rata pendapatan yang diperoleh responden dari industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian rendah yaitu sebesar Rp. 1.700.258,74,-/minggu, Rp. 6.799.198,64,-/bulan dan Rp. 67.936.896,40,-/tahun.
4. Rata-rata nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri
pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi yaitu sebesar Rp. 290.375,52,-/hari, Rp. 1.742.253,13,-/minggu, Rp. 6.969.012,50,-/bulan, Rp. 69.690.125,-/tahun.
5. Rata-rata Break Even Point Produksi sebesar 513,33 kg/hari, 3.098,28
kg/minggu, 12.393,66 kg/bulan dan 123.953,25 kg/tahun. Kenyataan rata-rata volume produksi yang diperoleh 602,03 kg/hari, 3.612,19 kg/minggu, 14.448,75 kg/bulan dan 144.487,50 kg/tahun.
6. Rata-rata Break Even Point Harga yaitu Rp. 2.837,82,-/kg/minggu, Rp.
2.837,95,-/kg/bulan, dan Rp. 2.838,35,-/kg/tahun. Kenyataan harga jual rata-rata kerupuk opak per minggu, bulan dan tahun sebesar Rp. 3.306,25/kg. 7. Nilai rata-rata R/C Ratio per minggu, bulan, dan tahun yaitu 1,17, artinya R/C
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Sumber daya pertanian di Indonesia merupakan salah satu keunggulan
yang secara sadar telah dijadikan salah satu pilar pembangunan dalam bentuk
agroindustri, baik pada era orde baru, reformasi dan saat ini. Pertanian akan
mampu menjadi penyelamat bila dilihat sebagai sebuah sistem yang terkait
dengan industri dan jasa. Jika pertanian hanya berhenti sebagai aktifitas budidaya
(on farm agribusiness) nilai tambahnya kecil. Nilai tambah pertanian dapat
ditingkatkan melalui kegiatan hilir (off farm agribusiness), berupa agroindustri
dan jasa berbasis pertanian (Mangunwidjaja dan Illah, 2005).
Pembangunan industri di Indonesia dimulai sejak Pelita II, bersamaan
dengan masuknya penanaman modal dari luar negeri (PMA). Kebijakan ini
terutama untuk mendorong terciptanya struktur perekonomian yang seimbang,
sehingga diharapkan terjadi transformasi struktural dari sektor pertanian ke sektor
industri. Karena selama ini sektor pertanian cenderung mengalami laju
pertumbuhan yang menurun, sedangkan sektor industri termasuk industri
pengolahan hasil pertanian, terjadi laju pertumbuhan yang meningkat
(Departemen Perindustrian dan Perdagangan, 2000).
Transformasi sektor pertanian ke sektor industri bagi negara sedang
berkembang seperti Indonesia ini, tidaklah dapat dihindarkan. Karena Indonesia
beranjak dari negara agraris menuju negara industri yang maju, maka peranan
diperlukan suatu kondisi struktur ekonomi yang seimbang antara bidang industri
yang kuat dengan dukungan pertanian yang tangguh (Soekartawi (c), 1999).
Di Sumatera Utara sektor pertanian yang bersinergi dengan sektor industri
didominasi oleh agroindustri yang mengelola hasil-hasil pertanian yang berbasis
kelapa sawit, karet, pengolahan ubi kayu, pengolahan hasil laut, serta industri
kecil dan rumah tangga pangan. Agroindustri ini baik formal maupun non formal
tersebar di berbagai kabupaten/kota di Sumatera Utara. Salah satunya adalah
kabupaten Deli Serdang. Di kabupaten ini potensi agroindustri yang berkembang
cukup baik antara lain : mebel rotan, kerupuk opak, dodol, emping melinjo,
makanan ternak, dan lain-lain
(Badan Informasi dan Komunikasi Pemerintah Propinsi Sumatera Utara, 2007).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan Wahyudin (2007) diperoleh
sembilan komoditi andalan Kabupaten Deli Serdang yang telah mampu menopang
dan memberikan kontribusi produk dari industri pengolahan berskala kecil dan
menengah terhadap perekonomian di seputar kawasan kabupaten ini. Hal ini dapat
dilihat pada Tabel 1 :
Tabel 1. Komoditi Andalan Produk Industri Kecil Menengah di Kabupaten Deli Serdang
Pemilihan sembilan komoditi diatas menjadi produk unggulan di
Kabupaten Deli Serdang didasarkan pada kriteria : penggunaan tenaga kerja,
keterampilan, kualitas rasa, manajemen distribusi pemasaran, desain dan inovasi.
Dari kriteria-kriteria tersebut kemudian diperoleh bahwa kerupuk opak menjadi
Produk Unggulan Prioritas (PUP) peringkat pertama, yang kemudian disusul oleh
produk sapu ijuk dan meubel kayu pada peringkat kedua dan ketiga
(Wahyudin, 2007).
Terpilihnya kerupuk opak sebagai Produk Unggulan Prioritas (PUP)
peringkat pertama diantara kesembilan produk unggulan Kabupaten Deli Serdang
karena kerupuk opak memiliki keunggulan-keunggulan seperti cita rasa (taste)
yang spesifik dan unik dibandingkan produk sejenis, bahkan kerupuk opak
produksi Kabupaten Deli Serdang ini mulai merambah negara tetangga Malaysia.
Kemungkinan kerupuk opak produksi Kabupaten Deli Serdang ini digemari
masyarakat tetangga di Malaysia karena adanya faktor serumpun - Melayu. Selain
itu, harga kerupuk opak yang relatif murah dan kompetitif membuat jaringan
pemasaran produk ini telah menembus pasar domestik dan internasional
(Wahyudin, 2007).
Berdasarkan keunggulan-keunggulan yang dimiliki kerupuk opak tersebut,
maka diperlukan suatu analisis untuk mengetahui sejauh mana kemampuan
Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan
beberapa masalah sebagai berikut :
1. Bagaimana ketersediaan bahan baku, modal dan tenaga kerja pada industri
pembuatan kerupuk opak cukup di daerah penelitian?
2. Bagaimana penerimaan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak
di daerah penelitian?
3. Bagaimana pendapatan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak
di daerah penelitian?
4. Berapa besar nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri
pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian?
5. Berapakah volume produksi dan harga jual minimal agar industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian dapat memberikan keuntungan atau
melampaui titik impas?
6. Apakah industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian layak
diusahakan secara finansial?
Tujuan Penelitian
1. Untuk mengidentifikasi ketersediaan bahan baku, modal dan tenaga kerja
industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian
2. Untuk mengidentifikasi penerimaan yang diperoleh dari industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian
3. Untuk mengidentifikasi pendapatan yang diperoleh dari industri pembuatan
4. Untuk mengidentifikasi nilai tambah (value added) produk yang diperoleh
dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian
5. Untuk mengidentifikasi volume produksi dan harga jual minimal agar industri
pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian dapat memberikan keuntungan
atau melampaui titik impas
6. Untuk mengidentifikasi kelayakan usaha secara finansial dari industri
pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian
Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi pengusaha industri pembuatan kerupuk opak
untuk meningkatkan usahanya supaya lebih efisien
2. Sebagai bahan informasi bagi para pengambil keputusan untuk perbaikan
industri pembuatan kerupuk opak
TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA
PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN
Tinjauan Pustaka
Tinjauan Teknologi
Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan
selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan
mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira, dkk, 2001).
Dalam lingkup industri pengolahan hasil pertanian, teknologi ditujukan
untuk meningkatkan nilai tambah suatu komoditas. Semakin tinggi nilai produk
olahan diharapkan devisa yang diterima oleh negara juga meningkat, serta
keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku industri pengolahan juga relatif
tinggi (Anonim, 1997).
Sebagai contoh aplikasi peningkatan teknologi yang dapat meningkatkan
nilai tambah bagi produk pertanian dapat dilihat pada industri pengolahan ubi
kayu. Pemanfaatan teknologi untuk pengolahan ubi kayu dapat dilakukan dengan
beberapa tahap, yaitu :
1. Tahap Primer, yaitu output utama yang dihasilkan dalam proses produksi
langsung dinikmati oleh konsumen tanpa adanya pengolahan lebih lanjut.
Contohnya ubi goreng, ubi rebus, keripik ubi
2. Tahap Sekunder, yaitu produk yang dihasilkan mengalami proses pengolahan
tertentu secara tradisional. Pengolahan secara tradisional ini kemudian
dikonsumsi. Sampai dengan batas tertentu, pengolahan tahap sekunder
berkembang ke tahap tersier
3. Tahap Tersier, yaitu ketika output yang dihasilkan oleh tahap sekunder diolah
dengan proses yang lebih canggih sehingga menghasilkan bahan pangan yang
dapat diolah lagi menjadi berbagai macam makanan turunan dari produk
tersebut
(Siswono, 2004).
Dari segi teknologi, pembuatan kerupuk opak di kabupaten Deli Serdang
masih bersifat sederhana. Namun kesederhanaan teknologi ini sudah mampu
menciptakan produk yang kompetitif. Selain itu pengalaman telah mampu
menciptakan produk yang spesifik dalam kategori jenis kerupuk opak. Bahkan cita
rasa yang spesifik dan unik dari kerupuk opak yang dihasilkan kabupaten Deli
Serdang ini cenderung digemari masyarakat tetangga di Malaysia (mungkin
karena faktor serumpun – Melayu) (Wahyudin, 2007).
Tinjauan Finansial
Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri.
Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus
diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya
sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana
produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha
yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah
Salah satu tanaman pangan yang telah lama dikenal dan dibudidayakan
oleh petani di seluruh wilayah Nusantara adalah ubi kayu. Saat ini ubi kayu sudah
banyak digarap sebagai komoditas agroindustri (Rukmana, 1997).
Sebagai komoditas agroindustri, nilai tambah yang dapat dihasilkan dari
ubi kayu ini mutlak diperlukan. Hal ini disebabkan bahwa suatu produk akan
dinilai sesuai dengan nilai tambah yang ada pada produk tersebut. Semakin tinggi
value add yang dimiliki oleh produk tersebut maka semakin tinggi kepuasan
konsumen. Pada akhirnya, konsumen akan menghargai produk tersebut dengan
lebih mahal. Pada ubi kayu, harga komoditi pertanian tersebut akan menjadi
bertambah mahal ketika konsumen membelinya sudah tidak berwujud ubi kayu
lagi, tetapi telah berubah menjadi keripik yang enak dan gurih dengan
penambahan berbagai keterangan seperti nilai kandungan gizi, manfaat, expired
date dan tertera merek dagang tertentu. Ubi kayu tersebut menjadi mahal karena
konsumen mendapat seperangkat nilai tambah, yakni kemudahan dan kenyamanan
karena tidak perlu mengolahnya lagi, keamanan karena tertera kandungan gizi,
manfaat serta expired date serta adanya pilihan rasa (Siswono, dkk, 2004).
Selain memberikan nilai tambah, ubi kayu juga memiliki potensi pasar
yang cukup baik. Banyak industri-industri baik industri makanan maupun industri
kimia yang muncul dari komoditi ubi kayu ini. Contohnya dari industri makanan
adalah industri pembuatan tepung tapioka, tepung gaplek, tiwul instan, keripik
ubi, dan lain-lain. Dari industri kimia, ubi kayu ini dapat diolah menjadi alkohol,
etanol dan gasohol (Siswono, dkk, 2004).
Di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, telah banyak industri
data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, pada tahun
2007 tercatat ada 41 unit usaha pembuatan kerupuk opak yang tersebar di
berbagai kecamatan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah unit usaha ini akan dapat
terus bertambah seiring dengan ditetapkannya kerupuk opak sebagai komoditi
andalan Kabupaten Deli Serdang
(Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, 2008).
Landasan Teori
Agroindustri merupakan sistem pengolahan hasil-hasil pertanian, baik
berupa bentuk setengah jadi (work in process) dan bentuk akhir (finished product)
dengan cara teknologi dan manajemen (Rahim dan Diah, 2007).
Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan
erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses
yang menghasilkan produk pertanian tingkat primer, maka kaitannya dengan
industri dapat berkaitan kebelakang (backward linkage) maupun kedepan
(forward linkage) (Soekartawi (a), 1994).
Kaitan kebelakang terjadi karena kegiatan pertanian memerlukan input
produksi, alat pertanian dan mesin yang langsung dipakai dalam proses produksi
di sektor pertanian. Kaitan kedepan dapat terjadi karena adanya ciri-ciri produk
pertanian seperti bersifat musiman, volume besar nilai kecil, mudah rusak, atau
karena permintaan konsumen yang semakin menuntut persyaratan kualitas bila
pendapatan konsumen tersebut meningkat. Kegiatan ini ada yang memerlukan
memerlukan pengolahan lebih lanjut yang mengubah sifat asalnya ataupun sifat
kimianya (manufacturing) (Soekartawi (a), 1994).
Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena
memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui,
tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif
(segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu
bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan
memberikan beberapa keuntungan antara lain :
1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian
2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian
3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar
maupun dalam bentuk olahan
4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian
5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan
(Muzhar, 1994).
Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena
pertimbangan sebagai berikut :
1. Meningkatkan Nilai Tambah
Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh
produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses.
Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas
pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan
mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini
tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik
pasar domestik maupun pasar luar negeri
2. Kualitas Hasil
Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan
kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan
keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja
menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi
harga barang itu sendiri
3. Penyerapan Tenaga Kerja
Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap.
Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga
kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan
4. Meningkatkan keterampilan
Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan
keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh
hasil penerimaan usahatani yang lebih besar
5. Peningkatan Pendapatan
Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total
penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya
petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas
hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan
mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar
Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan
penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai
tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi modal
tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen (Suryana, 1990)
Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali harga. Sedangkan
pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali
periode produksi (Samuelson, 2001).
Keberhasilan industri pada masa yang akan datang sangat tergantung pada
pengembangan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan potensi yang
sangat besar di dalam negeri (Sumarsono, 2003).
Kebijaksanaan ketenagakerjaan diarahkan kepada perluasan kesempatan
kerja, perlindungan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan yang sifatnya
menyeluruh di semua sektor. Disamping adanya peningkatan produksi juga dapat
dicapai pemerataan hasil pembangunan, karena adanya perluasan partisipasi
masyarakat secara aktif dalam pembangunan (Sumarsono, 2003).
Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan target hasil
yang direncanakan atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan
mempunyai daya serap yang berbeda terhadap tenaga kerja, baik dalam kuantitas
maupun dalam kualitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut
penggunaan teknologi sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya
pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak
terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor
relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi
(Simanjuntak, 1998)
Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi barang atau jasa
mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang
disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi
diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua,
penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan
pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan
pula. Karenanya perluasan kesempatan kerja merupakan sarana yang sangat
penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial untuk bisa tumbuh secara otomatis
dan terus-menerus (Sagir, 1992)
Dalam pembangunan sektor industri, usaha industri kecil dan kerajinan
rumah tangga (IKKR) merupakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja
tanpa harus mensyaratkan jenjang pendidikan formal yang tinggi. Penyerapan
tenaga kerja di sektor industri khususnya IKKR cukup besar dibandingkan sektor
lainnya (Badan Pusat Statistik Jakarta, 2004)
Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan/usaha industri
pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja
yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal
yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Empat kategori tersebut
adalah :
1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang
2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang
4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih
(Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001)
Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue
sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha,
terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan
sebuah usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya
modal lainnya. Perpotongan antara garis biaya total (TC) dan penerimaan total
(TR) disebut dengan titik Break Even Point. Titik ini menunjukkan bahwa pada
jumlah produksi tersebut tidak ada rugi dan untung karena jumlah biaya dan total
penerimaan tepat sama besarnya (Gilarso, 1994).
Perhitungan Benefit dan biaya proyek pada dasarnya dapat dilakukan
melalui 2 penekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam
proyek. Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau analisis finansial,
bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah Jumlah Produksi TC
BEP
0
VC
FC
individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai benefit adalah apa
yang diperoleh orang-orang atau badan-badan swasta yang menanmkan modalnya
dalam proyek tersebut. Sebaliknya, perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau
analisa ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya
proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini yang
dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai hasil dari
proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati
benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut (Gray, dkk, 2002).
Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar
persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek telah dikembangkan
berbagai macam cara yang dinamakan investmen criteria atau kriteria investasi,
diantaranya adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio) yang merupakan perbandingan
antara penerimaan dan biaya (Gray, dkk, 2002).
Kerangka Pemikiran
Industri pembuatan kerupuk opak merupakan salah satu jenis industri
dengan memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku utamanya, dimana ubi kayu
tersebut akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial.
Dalam hal ini ubi kayu tersebut diolah menjadi kerupuk opak.
Industri pengolahan ubi kayu menjadi kerupuk opak yang dilakukan
pengusaha di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat
sederhana dengan bahan baku yang diperoleh dari desa sekitar industri pembuatan
kerupuk opak dan sentra-sentra penghasil ubi kayu di Propinsi Sumatera Utara..
dalam bentuk segar. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan lebih
lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat
diperoleh nilai tambah sehingga produk olahan ubi kayu ini mampu menerobos
pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses
pengolahan ubi kayu menjadi kerupuk opak ini tentu juga dapat menciptakan
kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat
mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian.
Dalam proses produksi industri pembuatan kerupuk opak tidak lepas dari
biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya
bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari
peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi
dan penerimaan yang diterima oleh pengusaha kerupuk opak maka hasil olahan
tersebut harus dijual dengan harga yang berlaku di pasar supaya hasil olahan ubi
kayu tersebut dapat bersaing di pasaran.
Untuk menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisis proyek,
dalam hal ini digunakan analisis finansial. Analisis finansial merupakan
pemeriksaan keuangan yang dilihat dari sudut orang yang menanam modal untuk
mengetahui sampai dimana keberhasilan usaha yang telah dijalankan sehingga
mampu berkembang dan berdiri sendiri secara finansial. Dengan analisis finansial
ini, pengusaha dalam hal ini pengusaha industri pembuatan kerupuk opak dapat
membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan
meningkatkan keuntungan usahanya. Dengan mengetahui keuntungan yang
diperoleh maka dapat disimpulkan industri pembuatan kerupuk opak ini layak
Keterangan :
: Ada hubungan
Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Produksi
(Kerupuk Opak)
Kelayakan Usaha Secara Finansial Pendapatan
Penerimaan Proses Pengolahan
Ubi Kayu Segar
Total Biaya Produksi Harga Jual
Kesempatan Kerja Biaya – Biaya Produksi :
- Bahan Baku - Bahan Penunjang - Tenaga Kerja - Penyusutan
Hipotesis Penelitian
1. Penerimaan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah
penelitian adalah tinggi
2. Pendapatan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah
penelitian adalah tinggi
3. Nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri pembuatan
kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi
4. Volume produksi dan harga jual produk pada industri pembuatan kerupuk
opak di daerah penelitian telah melampaui titik impas
5. Industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian layak diusahakan secara
METODE PENELITIAN
Metode Penentuan Daerah Penelitian
Penentuan daerah penelitian dilakukan secara purposive, yaitu di
Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang, dimana daerah tersebut
merupakan sentra produksi industri pembuatan kerupuk opak yang terbesar di
kabupaten Deli Serdang. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 2 sebagai berikut :
Tabel 2. Data Usaha Pengolahan Kerupuk Opak di Kabupaten Deli Serdang
No. Kecamatan Jumlah Pengusaha
1 Lubuk Pakam -
Sumber : Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, 2007
Dari Tabel 2 diatas diketahui bahwa terdapat 16 pengusaha kerupuk opak
di kecamatan Pancurbatu yang merupakan sentra terbesar pembuatan kerupuk
opak di Kabupaten Deli Serdang. Berdasarkan keterangan dari pihak Dinas
Perindustrian dan Perdagangan jumlah pengusaha tersebut hanyalah sampel dari
unggulan prioritas Kabupaten Deli Serdang, dan ketika melakukan survei
lapangan ternyata di kecamatan Pancurbatu terdapat satu lagi desa yang
mengusahakan pembuatan kerupuk opak yaitu Desa Tuntungan II. Berikut hasil
survei lapangan yang telah dilakukan :
Tabel 3. Data Usaha Pengolahan Kerupuk Opak di Kecamatan Pancurbatu
No. Alamat Usaha Jumlah Unit Usaha
1 Desa Tuntungan I 15
2 Desa Tuntungan II 17
JUMLAH 32
Sumber : Analisis Data Primer, 2008
Dari Tabel 3 diatas diketahui bahwa jumlah unit usaha di Desa Tuntungan
I sebanyak 15 unit. Jumlah ini menurun dibandingkan dengan jumlah sampel yang
diteliti oleh Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang yakni
sebanyak 16 unit. Sedangkan untuk Desa Tuntungan II terdapat 17 unit usaha
pembuatan kerupuk opak. Berdasarkan data dan keterangan yang diperoleh dari
lapangan dan Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang,
maka dalam penelitian ini daerah yang dijadikan sampel adalah Desa Tuntungan I
dan Desa Tuntungan II.
Metode Pengambilan Sampel
Metode pengambilan sampel dilakukan dengan cara sensus, dimana semua
populasi di daerah penelitian dijadikan sampel. Dalam hal ini jumlah pengusaha
kerupuk opak di daerah penelitian sebanyak 32 pengusaha.
Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan dalam penelitian adalah data primer dan data
responden dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuisioner) yang dibuat
terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang
diperoleh dari instansi atau lembaga terkait seperti Dinas Perindustrian dan
Perdagangan Propinsi Sumatera Utara, Dinas Perindustrian dan Perdagangan
Kabupaten Deli Serdang, Badan Pusat Statistik Propinsi Sumatera Utara serta
literatur yang ada hubungannya dengan penelitian ini.
Metode Analisis Data
Untuk identifikasi masalah (1) dianalisis dengan menggunakan analisa
deskriptif untuk mengetahui bagaimana ketersediaan bahan baku, modal dan
tenaga kerja pada industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian.
Untuk identifikasi masalah (2) dianalisis dengan menggunakan rumus
sebagai berikut:
TR= Y.Py
Keterangan :
TR = Total Revenue (Total Penerimaan) penjualan kerupuk opak
Y = Produksi yang diperoleh dalam pembuatan kerupuk opak
Py = Harga jual kerupuk opak
(Soekartawi (a), 1995)
Untuk identifikasi masalah (3) dianalisis dengan menggunakan rumus sebagai
berikut :
I = TR – TC
Keterangan : I = Income (Pendapatan) usaha kerupuk opak
TC = Total Cost (Total Biaya) kerupuk opak
(Soekartawi (a), 1995)
Untuk mengetahui apakah pendapatan yang diperoleh telah sesuai dengan
penerimaan yang didapat maka digunakan rumus Rasio Pendapatan terhadap
Penerimaan, yaitu :
Kriteria Uji : Pendapatan Rendah bila Penerimaan ≤ 50 % Pendapatan Tinggi bila Penerimaan > 50 %
(Samadi, 2001)
Untuk identifikasi masalah (4), dianalisis dengan menggunakan rumus
nilai tambah yaitu :
NBP = Nilai Bahan Penunjang (Rp/kg)
Kriteria uji : Nilai Tambah Tinggi bila NP ≥ NBB+NBP
Nilai Tambah Rendah bila NP < NBB+NBP
(Suryana, 1990)
Untuk identifikasi masalah (5) dianalisis dengan menggunakan rumus
Untuk identifikasi masalah (6) dianalisis dengan menggunakan rumus :
Cost venue CRatio
R/ = Re
Kriteria uji : - R/C < 1, industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian
tidak layak diusahakan secara finansial
- R/C >1, industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian
layak diusahakan secara finansial
(Soekartawi (a), 1995)
Defenisi dan Batasan Operasional
Untuk memperjelas dan menghindari kesalahpahaman mengenai
pengertian tentang istilah-istilah dalam penelitian ini, maka dibuat defenisi dan
batasan operasional sebagai berikut :
Defenisi
1. Analisis Finansial adalah analisis yang menitikberatkan evaluasi proyek
dilihat dari sudut badan-badan atau orang-orang yang menanam modalnya
dalam proyek atau yang berkepentingan langsung dalam proyek
2. Bahan baku adalah segala sesuatu atau bahan-bahan dasar yang dipakai untuk
memulai suatu produksi yang akan menghasilkan suatu produk yang baru
3. Biaya produksi adalah semua biaya yang dikeluarkan dalam kegiatan
pembuatan kerupuk opak seperti biaya bahan baku, biaya bahan penunjang,
biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan yang dikeluarkan pengusaha sampai
4. Industri pembuatan kerupuk opak adalah suatu industri yang mengolah ubi
kayu segar dengan teknologi tertentu sehingga menjadi produk olahan yang
dinamakan kerupuk opak
5. Kerupuk opak adalah makanan ringan kering yang mengandung pati cukup
tinggi yang terbuat dari ubi kayu (Manihot utilissima)
6. Kesempatan kerja adalah kesempatan kerja bagi angkatan kerja dengan
adanya usaha pengolahan kerupuk opak
7. Nilai tambah adalah besarnya output suatu usaha setelah dikurangi dengan
pengeluaran atau biaya antaranya
8. Teknologi adalah penggunaan alat-alat produksi dan pengetahuan untuk
menghasilkan produk tertentu
9. Tenaga kerja adalah orang-orang yang bekerja dalam suatu industri
10.Pendapatan adalah total penerimaan yang diperoleh pengusaha setelah
dikurangi total biaya dalam satuan Rp/ton per tahun
11.Penerimaan adalah jumlah produksi dikali dengan harga yang dihitung dalam
satuan Rp/ton per tahun
12.Produksi adalah nilai produksi yang benar-benar dihasilkan dan yang
diperoleh dari kegiatan lain yang berkaitan dengan usaha
13.Proses produksi adalah proses mengolah bahan baku (ubi kayu segar) menjadi
kerupuk opak dengan menggunakan faktor-faktor produksi seperti tenaga
Batasan Operasional
1. Sampel adalah industri pembuatan kerupuk opak yang terletak di daerah
penelitian
2. Responden adalah pemilik dari industri pembuatan kerupuk opak yang terletak
di daerah penelitian
3. Kerupuk opak yang diusahakan di daerah penelitian adalah kerupuk opak
kukus
4. Waktu penelitian dilaksanakan pada bulan April tahun 2008
5. Daerah penelitian di Desa Tuntungan I dan Desa Tuntungan II, Kecamatan
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK
RESPONDEN
Deskripsi Daerah Penelitian
Penelitian dilakukan di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli Serdang
dan yang menjadi daerah penelitian adalah Desa Tuntungan I dan Tuntungan II.
Berikut deskripsi daerah penelitian di Desa Tuntungan I dan Tuntungan II.
Desa Tuntungan I
Luas dan Letak Geografis
Desa Tuntungan I berada di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli
Serdang, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar ± 255,73 Ha. Jarak
Desa Tuntungan I dengan Kecamatan Pancurbatu (ibukota kecamatan) adalah 5
km, jarak ke Kabupaten Deli Serdang (ibukota kabupaten) adalah 30 km dan jarak
ke ibukota propinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 22 km.
Secara administratif Desa Tuntungan I mempunyai batas-batas sebagai
berikut :
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Anom
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Kutalimbaru
Sebelah Barat berbatasan dengan Sei Glugur
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Tuntungan I
Tata Guna Tanah
Tabel 4. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Tuntungan I Tahun 2007
Penggunaan Tanah Nama Wilayah Jumlah (Ha)
Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Sawah 5 1 7 6 19 9,36
Ladang 3 2 7 5 17 8,37
Pemukiman 30 33 47 56 166 81,77
Kuburan 0 1 0 0 1 0,49
Total Luas Wilayah 38 37 61 67 203 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Dari Tabel 4 di atas dapat diketahui bahwa wilayah terluas di Desa
Tuntungan I berada di Dusun IV yaitu seluas 67 Ha yang kemudian diikuti oleh
Dusun III seluas 61 Ha, Dusun I seluas 38 Ha dan yang terakhir Dusun II seluas
37 Ha.
Penggunaan lahan terbesar di Desa Tuntungan I dimanfaatkan untuk lahan
pemukiman yaitu sebesar 166 Ha (81,77 %). Penggunaan tanah untuk pemukiman
yang cukup luas dibandingkan dengan penggunaan tanah yang lainnya ini
disebabkan karena sebagian besar penduduk di Desa Tuntungan I mempunyai
lahan pekarangan yang cukup luas. Pekarangan yang cukup luas ini kemudian
dimanfaatkan oleh penduduk terutama oleh penduduk yang mempunyai industri
pembuatan kerupuk opak sebagai tempat penjemuran kerupuk opak. Selain
sebagai tempat pemukiman, penggunaan lahan terbesar kedua dimanfaatkan
sebagai areal pertanian. Areal pertanian ini dibagi menjadi 2 yaitu lahan
persawahan sebesar 19 Ha (9,36 %) dan lahan perladangan sebesar 17 Ha (8,37
%). Adapun tanaman dominan yang ditanam di ladang penduduk adalah ubi kayu
(Manihot utilissima). Dan yang terakhir penggunaan tanah di Desa Tuntungan I
Jenis Bangunan
Jenis Bangunan di desa Tuntungan I dapat dilihat pada Tabel 5 :
Tabel 5. Jenis Bangunan di Desa Tuntungan I Tahun 2007
Jenis Bangunan Nama Wilayah Jumlah (Buah)
Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Permanen 29 31 9 15 84 24,14 Semi Permanen 31 78 37 28 174 50,00
Kayu 5 9 17 27 58 16,67
Bambu 9 5 7 11 32 9,20
Total 74 123 70 81 348 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Dari Tabel 5 diatas diketahui bahwa di Desa Tuntungan I sebagian besar
bangunan baik perumahan maupun sarana dan prasarana desa merupakan
bangunan semi permanen, yaitu sebesar 174 buah (50 %) dari total 348 buah
bangunan. Bangunan semi permanen ini merupakan bangunan yang sebagian
bangunannya (pondasinya) terbuat dari batu bata dan sebagian lagi menggunakan
kayu. Sedangkan untuk bangunan yang permanen hanya berjumlah 84 buah
(24,14 %), bangunan yang terbuat dari kayu berjumlah 58 buah (16,67 %) dan
bangunan yang terbuat dari bambu berjumlah 32 buah (9,20 %).
Sumber Air
Untuk mencukupi kebutuhan air bersih, seluruh penduduk di Desa
Tuntungan I memanfaatkan sumber air sumur. Hal ini disebabkan karena air
sumur mudah diperoleh dengan cara menggali tanah dan tidak memerlukan biaya
yang besar untuk membuat sebuah sumur. Karena kemudahan ini maka penduduk
di desa ini tidak menggunakan air yang berasal dari Perusahaan Daerah Air
Tabel 6. Sumber Air di Desa Tuntungan I Tahun 2007
Sumber Air Nama Wilayah Jumlah Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
PDAM 0 0 0 0 0 0
Sumur 258 220 150 85 713 100 Total 258 220 150 85 713 100
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Dari Tabel 6 diatas diketahui bahwa dari 713 rumah dan fasilitas umum
yang ada di Desa Tuntungan I semuanya menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih.
Keadaan Penduduk
Penduduk di Desa Tuntungan I pada tahun 2007 berjumlah 2794 jiwa atau
713 kepala keluarga. Terdiri dari berbagai suku yaitu suku Batak, Jawa, Minang
dan Melayu. Sementara jumlah suku yang terbanyak adalah suku Jawa.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 1.533 jiwa (55
%) dari total penduduk sebanyak 2.794 jiwa dan penduduk laki-laki berjumlah
1.261 jiwa (45 %). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk perempuan
lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk laki-laki dan
perempuan ini dibedakan menjadi 2 bagian berdasarkan kelompok umurnya yaitu
dewasa dan anak-anak. Jumlah penduduk perempuan dewasa sebanyak 708 jiwa
(25,34 %) dan jumlah penduduk perempuan anak-anak sebanyak 825 jiwa (29,53
%). Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dewasa berjumlah 683 jiwa (24,45 %)
dan penduduk laki-laki anak-anak berjumlah 578 jiwa (20,69 %). Berikut
Tabel 7. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tuntungan I Tahun 2007
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Nama Wilayah Jumlah Persentase (%)
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Dari Tabel 7 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak
berada di Dusun III dengan jumlah penduduk 836 jiwa yang kemudian diikuti
oleh Dusun I berjumlah 699 jiwa, Dusun II 635 jiwa dan Dusun IV 624 jiwa. Dan
menurut jenis kelamin jumlah penduduk terbanyak adalah anak-anak perempuan.
Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di
Desa Tuntungan I cukup besar. Kelompok umur yang mempunyai jumlah paling
besar adalah kelompok umur 10 -14 tahun yaitu 536 jiwa atau sekitar 19,18 % dari
total 2.794 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok
umur 55 tahun keatas yaitu sebesar 65 jiwa (2,33 %). Berikut gambaran jumlah
Tabel 8. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tuntungan I
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Tabel 8 diatas menunjukkan bahwa di setiap dusun di Desa Tuntungan I
jumlah kelompok umur 0–14 tahun menempati porsi yang cukup besar (lebih dari
10 %), dimana umur 0–4 tahun berjumlah 419 jiwa (15 %), 5–9 tahun berjumlah
448 jiwa (16,03 %) dan 10–14 tahun berjumlah 536 jiwa (19,18 %). Sedangkan
untuk umur 15-19 tahun berjumlah 268 jiwa (9,59 %), umur 20-24 tahun
berjumlah 186 jiwa (6,66 %), umur 25-29 tahun berjumlah 158 jiwa (5,65 %),
umur 30-34 tahun berjumlah 154 jiwa (5,51 %), umur 35-39 tahun berjumlah 152
jiwa (5,44 %), umur 40-44 tahun berjumlah 146 jiwa (5,23 %), umur 45-49 tahun
berjumlah 141 jiwa (5,05 %) dan umur 50-54 tahun berjumlah 121 jiwa (4,33 %).
Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa
Tuntungan I banyak yang memeluk agama Islam tetapi tidak sedikit juga yang
memeluk agama Protestan maupun Katolik. Meskipun jumlah pemeluk agama
Islam dominan tetapi kerukunan antar umat beragama tetap terjaga. Berikut data
Tabel 9. Jumlah Penduduk Menurut Agama di Desa Tuntungan I Tahun 2007
Agama Nama Wilayah Jumlah (Jiwa)
Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Islam 714 526 643 427 2.310 82,68 Protestan 57 63 69 27 216 7,73 Katolik 32 58 56 116 262 9,38
Budha 0 6 0 0 6 0,21
Total 803 653 768 570 2.794 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Dari Tabel 9 diatas penduduk yang memeluk agama Islam menempati
jumlah yang paling besar yaitu sebesar 2.310 jiwa (82,86 %) dari jumlah total
penduduk dan jumlah pemeluk agama Budha sangat sedikit yaitu sebesar 6 jiwa
atau (0,21 %). Sedangkan jumlah pemeluk agama Protestan sebesar 216 jiwa
(7,73 %) dan jumlah pemeluk agama Katolik sebanyak 262 jiwa (9,38 %).
Berdasarkan tingkat pendidikan, rata-rata penduduk di Desa Tuntungan I
ini hanya mampu menyelesaikan pendidikan hingga jenjang Sekolah Dasar (SD).
Namun demikian, tidak sedikit pula penduduk yang dapat menyelesaikan
pendidikannya hingga SLTA bahkan sarjana. Secara keseluruhan perhatian
penduduk setempat terhadap tingkat pendidikan sudah cukup baik dilihat dari
telah banyaknya penduduk yang menyelesaikan pendidikan dasar 9 tahun dan
telah ada penduduk yang menempuh jenjang pendidikan hingga sarjana. Berikut
Tabel 10. Distribusi Penduduk Menurut Pendidikan di Desa Tuntungan I Tahun 2007
Tingkat Pendidikan
Nama Wilayah Jumlah Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Tidak Tamat SD 17 67 25 58 167 10,31 SD 162 187 123 105 577 35,62 SLTP 73 112 98 83 366 22,59 SLTA 102 115 154 97 468 28,89
Diploma 6 9 3 5 23 1,42
Sarjana 3 4 5 7 19 1,17
Total 363 498 408 355 1.635 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Tabel 10 diatas menunjukkan bahwa tingkat pendidikan penduduk paling
banyak adalah tamatan SD yaitu sebesar 577 jiwa (35,62 %) dan tingkat
pendidikan yang paling sedikit jumlahnya adalah Sarjana yang berjumlah 19 jiwa
(1,17 %). Sedangkan penduduk yang tidak tamat SD sebesar 167 jiwa (10,31 %),
tamat SLTP 366 jiwa (22,59 %), dan Diploma sebanyak 23 jiwa (1,42 %).
Untuk mata pencaharian, pada tahun 2007 penduduk di Desa Tuntungan I
banyak yang berprofesi sebagai buruh, pedagang, wiraswasta dan petani.
Penduduk yang bermata pencaharian sebagai buruh yaitu sebesar 163 jiwa (18,50
%), pedagang 158 jiwa (17,93 %), wiraswasta 147 jiwa (16,69 %) dan petani 141
jiwa (16 %). Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel distribusi penduduk
Tabel 11. Distribusi Penduduk Menurut Mata Pencaharian di Desa Tuntungan I Tahun 2007
Mata Pencaharian Nama Wilayah Jumlah (Jiwa)
Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Petani 40 37 39 25 141 16,00 Pegawai Negeri 35 28 16 21 100 11,35 Pegawai Swasta 49 23 31 25 128 14,53 Pensiunan 10 7 13 9 39 4,43
ABRI 0 2 3 0 5 0,57
Pedagang 46 47 38 27 158 17,93 Wiraswasta 36 41 45 25 147 16,69 Buruh 33 42 47 41 163 18,50 Total 249 227 232 173 881 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Dari Tabel 11 diatas diketahui bahwa selain bermata pencaharian sebagai
buruh, pedagang, wiraswasta dan petani, ada juga penduduk yang bermata
pencaharian sebagai pegawai baik pegawai negeri maupun pegawai swasta.
Penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai negeri sebanyak 100 jiwa
(11,35 %) dan penduduk yang bermata pencaharian sebagai pegawai swasta
sebanyak 128 jiwa (14,53 %). Jumlah penduduk yang bermata pencaharian
sebagai ABRI menempati posisi yang paling sedikit jumlahnya yaitu sebesar 5
jiwa (0,57 %).
Sarana dan Prasarana
Sarana dan prasarana yang ada di suatu desa sangat dibutuhkan demi
perkembangan desa tersebut. Di Desa Tuntungan I, sarana dan prasarana yang
dibutuhkan penduduk, seperti sarana ibadah, kesehatan, pendidikan, transportasi,
Tabel 12. Sarana dan Prasarana Desa Tuntungan I Tahun 2007
No Jenis Sarana dan Prasarana Jumlah (unit)
1 Sarana Ibadah
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan I, 2008
Desa Tuntungan II
Luas dan Letak Geografis
Desa Tuntungan II berada di Kecamatan Pancurbatu, Kabupaten Deli
Serdang, Propinsi Sumatera Utara dengan luas wilayah sebesar ± 390 Ha. Jarak
Desa Tuntungan II dengan Kecamatan Pancurbatu (ibukota kecamatan) adalah 4
km, jarak ke Kabupaten Deli Serdang (ibukota kabupaten) adalah 15 km dan jarak
ke ibukota propinsi Sumatera Utara (Medan) adalah 19 km.
Secara administratif Desa Tuntungan II mempunyai batas-batas sebagai
Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Tanjung Anom
Sebelah Selatan berbatasan dengan Desa Namorih
Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Tuntungan I
Sebelah Timur berbatasan dengan Desa Durian Jangak
Tata Guna Tanah
Pola penggunaan tanah di desa Tuntungan II dapat dilihat pada Tabel 13 :
Tabel 13. Keadaan Tata Guna Tanah Desa Tuntungan II Tahun 2007
Penggunaan Tanah
Nama Wilayah Jumlah (Ha)
Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Sawah 7 3 15 10 35 11,67
Ladang 4 2 8 6 20 6,67
Pemukiman 42 54 67 80 243 81,00
Kuburan 0 1 1 0 2 0,67
Total Luas
Wilayah 53 60 91 96 300 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan II, 2008
Dari Tabel 13 di atas dapat diketahui bahwa Dusun IV memiliki wilayah
yang paling luas di Desa Tuntungan II yaitu seluas 96 Ha yang kemudian diikuti
oleh Dusun III seluas 91 Ha, Dusun II seluas 60 Ha dan yang terakhir Dusun I
seluas 53 Ha.
Penggunaan lahan terbesar di Desa Tuntungan II dimanfaatkan untuk
lahan pemukiman yaitu sebesar 243 Ha (81 %). Sama seperti Desa Tuntunga I,
penggunaan tanah untuk pemukiman yang cukup luas ini disebabkan karena
sebagian besar penduduk di Desa Tuntungan II mempunyai lahan pekarangan
yang cukup luas, dimana pekarangan rumah ini kemudian dimanfaatkan oleh
penduduk terutama oleh penduduk yang mempunyai industri pembuatan kerupuk
lahan persawahan sebesar 35 Ha (11,67 %) dan lahan perladangan sebesar 20 Ha
(6,67 %). Dan yang terakhir penggunaan tanah di Desa Tuntungan II ini
digunakan sebagai tempat pemakaman seluas 1 Ha (0,67 %).
Jenis Bangunan
Jenis Bangunan di desa Tuntungan II dapat dilihat pada Tabel 14 :
Tabel 14. Jenis Bangunan di Desa Tuntungan II Tahun 2007
Jenis Bangunan
Nama Wilayah Jumlah (Buah)
Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
Permanen 38 48 15 15 116 21,52 Semi Permanen 31 175 54 35 295 54,73
Kayu 4 12 30 38 84 15,58
Bambu 9 7 10 18 44 8,16
Total 82 242 109 106 539 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan II, 2008
Dari Tabel 14 diatas diketahui bahwa di Desa Tuntungan II sebagian besar
bangunan baik perumahan maupun sarana dan prasarana desa merupakan
bangunan semi permanen, yaitu sebesar 295 buah (54,73 %) dari total 539 buah
bangunan. Bangunan semi permanen ini merupakan bangunan yang sebagian
bangunannya (pondasinya) terbuat dari batu bata dan sebagian lagi menggunakan
kayu. Sedangkan untuk bangunan yang permanen berjumlah 116 buah (21,52 %),
bangunan yang terbuat dari kayu berjumlah 84 buah (15,58 %) dan bangunan
yang terbuat dari bambu berjumlah 44 buah (8,16 %).
Sumber Air
Sama seperti Desa Tuntungan I, seluruh penduduk di Desa Tuntungan II
menggunakan air sumur untuk memenuhi kebutuhan air bersih. Hal ini dapat
Tabel 15. Sumber Air di Desa Tuntungan II Tahun 2007
Sumber Air Nama Wilayah Jumlah Persentase (%) Dusun I Dusun II Dusun III Dusun IV
PDAM 0 0 0 0 0 0,00
Sumur 131 162 114 110 517 100,00 Total 131 162 114 110 517 100,00
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan II, 2008
Dari Tabel 15 diatas diketahui bahwa dari 517 rumah dan fasilitas umum
yang ada di Desa Tuntungan II semuanya menggunakan sumur sebagai sumber air
bersih. Hal ini disebabkan karena air yang terdapat di Desa Tuntungan II sangat
bersih dan jumlahnya banyak sehingga mereka merasa tidak perlu menggunakan
air dari PDAM.
Keadaan Penduduk
Penduduk di Desa Tuntungan II pada tahun 2007 berjumlah 4104 jiwa
atau 1.052 kepala keluarga yang terdiri dari Dusun I 230 kepala keluarga, Dusun
II 306 kepala keluarga, Dusun III 210 kepala keluarga dan Dusun IV 306 kepala
keluarga. Sementara itu suku-suku yang ada di Desa Tuntungan II sangat
beragam, antara lain terdiri dari suku yaitu suku Batak, Jawa, Minang, Melayu,
Cina dan lain-lain. Dan jumlah suku yang mayoritas adalah suku Jawa.
Berdasarkan jenis kelamin jumlah penduduk perempuan sebanyak 2.111
jiwa (51,41 %) dari total penduduk sebanyak 4.106 jiwa dan penduduk laki-laki
berjumlah 1.995 jiwa (48,59 %). Data ini menunjukkan bahwa jumlah penduduk
perempuan lebih banyak daripada jumlah penduduk laki-laki. Jumlah penduduk
laki-laki dan perempuan ini dibedakan menjadi 2 bagian berdasarkan kelompok
umurnya yaitu dewasa dan anak-anak. Jumlah penduduk perempuan dewasa
sebanyak 1.585 jiwa (38,60 %). Sedangkan jumlah penduduk laki-laki dewasa
berjumlah 506 jiwa (12,32 %) dan penduduk laki-laki anak-anak berjumlah 1.489
jiwa (36,26 %). Berikut distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di Desa
Tuntungan II :
Tabel 16. Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Desa Tuntungan II Tahun 2007
Jumlah Penduduk (Jiwa)
Nama Wilayah Jumlah Persentase (%)
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan II, 2008
Dari Tabel 16 diatas dapat diketahui bahwa jumlah penduduk terbanyak
berada di Dusun IV dengan jumlah penduduk 1.150 jiwa yang kemudian diikuti
oleh Dusun II berjumlah 1.061 jiwa, Dusun I 1.039 jiwa dan Dusun III 856 jiwa.
Dan menurut jenis kelamin jumlah penduduk terbanyak adalah anak-anak
perempuan.
Dilihat dari kelompok umur ternyata kelompok umur usia produktif di
Desa Tuntungan II cukup besar. Kelompok umur yang mempunyai jumlah paling
besar adalah kelompok umur 10 -14 tahun yaitu 662 jiwa atau sekitar 16,48 % dari
total 4.016 jiwa penduduk. Dan jumlah yang paling sedikit berada pada kelompok
umur 55 tahun keatas yaitu sebesar 180 jiwa (4,48 %). Berikut gambaran jumlah
Tabel 17. Jumlah Penduduk Menurut Kelompok Umur di Desa Tuntungan
Sumber : Kantor Kepala Desa Tuntungan II, 2008
Tabel 17 diatas menunjukkan bahwa di setiap dusun di Desa Tuntungan II
jumlah kelompok umur 10–14 tahun menempati porsi yang cukup besar (lebih
dari 10 %) yang kemudian diikuti oleh kelompok umur 0 – 4 tahun, dimana umur
10 – 14 tahun berjumlah 662 jiwa (16,48 %), 0 – 4 tahun berjumlah 573 jiwa
(14,27 %). Sedangkan untuk umur 5 – 9 tahun berjumlah 257 jiwa (6,40 %), umur
15-19 tahun berjumlah 337 jiwa (8,39 %), umur 20-24 tahun berjumlah 362 jiwa
(9,01 %), umur 25-29 tahun berjumlah 401 jiwa (9,99 %), umur 30-34 tahun
berjumlah 257 jiwa (6,40 %), umur 35-39 tahun berjumlah 237 jiwa (5,90 %),
umur 40-44 tahun berjumlah 357 jiwa (8,89 %), umur 45-49 tahun berjumlah 256
jiwa (6,37 %) dan umur 50-54 tahun berjumlah 137 jiwa (3,41 %).
Berdasarkan jumlah penduduk menurut agama, penduduk di Desa
Tuntungan II banyak yang memeluk agama Islam tetapi tidak sedikit juga yang
memeluk agama Protestan maupun Katolik. Meskipun jumlah pemeluk agama
Islam dominan tetapi kerukunan antar umat beragama tetap terjaga. Berikut data