• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Pustaka

Tinjauan Teknologi

Teknologi merupakan sumberdaya buatan manusia yang kompetitif dan selalu mengalami perkembangan yang cepat. Penggunaan teknologi akan mengubah input menjadi output yang diinginkan (Gumbira, dkk, 2001).

Dalam lingkup industri pengolahan hasil pertanian, teknologi ditujukan untuk meningkatkan nilai tambah suatu komoditas. Semakin tinggi nilai produk olahan diharapkan devisa yang diterima oleh negara juga meningkat, serta keuntungan yang diperoleh oleh para pelaku industri pengolahan juga relatif tinggi (Anonim, 1997).

Sebagai contoh aplikasi peningkatan teknologi yang dapat meningkatkan nilai tambah bagi produk pertanian dapat dilihat pada industri pengolahan ubi kayu. Pemanfaatan teknologi untuk pengolahan ubi kayu dapat dilakukan dengan beberapa tahap, yaitu :

1. Tahap Primer, yaitu output utama yang dihasilkan dalam proses produksi

langsung dinikmati oleh konsumen tanpa adanya pengolahan lebih lanjut. Contohnya ubi goreng, ubi rebus, keripik ubi

2. Tahap Sekunder, yaitu produk yang dihasilkan mengalami proses pengolahan tertentu secara tradisional. Pengolahan secara tradisional ini kemudian perlahan menjadi lebih maju, output dari hasil pengolahan itu baru kemudian

dikonsumsi. Sampai dengan batas tertentu, pengolahan tahap sekunder berkembang ke tahap tersier

3. Tahap Tersier, yaitu ketika output yang dihasilkan oleh tahap sekunder diolah dengan proses yang lebih canggih sehingga menghasilkan bahan pangan yang dapat diolah lagi menjadi berbagai macam makanan turunan dari produk tersebut

(Siswono, 2004).

Dari segi teknologi, pembuatan kerupuk opak di kabupaten Deli Serdang masih bersifat sederhana. Namun kesederhanaan teknologi ini sudah mampu menciptakan produk yang kompetitif. Selain itu pengalaman telah mampu menciptakan produk yang spesifik dalam kategori jenis kerupuk opak. Bahkan cita rasa yang spesifik dan unik dari kerupuk opak yang dihasilkan kabupaten Deli Serdang ini cenderung digemari masyarakat tetangga di Malaysia (mungkin karena faktor serumpun – Melayu) (Wahyudin, 2007).

Tinjauan Finansial

Sektor pertanian sebetulnya mempunyai kaitan erat dengan sektor industri. Karena sektor pertanian menghasilkan bahan mentah yang pada gilirannya harus diolah oleh industri menjadi barang setengah jadi atau barang jadi dan sebaliknya sektor industri diharapkan mampu menghasilkan sendiri berbagai macam sarana produksi yang sangat diperlukan oleh industri pengolah pertanian, meliputi usaha yang mengolah bahan baku menjadi komoditi yang secara ekonomi menambah tinggi nilainya (Karmadi, 2003).

Salah satu tanaman pangan yang telah lama dikenal dan dibudidayakan oleh petani di seluruh wilayah Nusantara adalah ubi kayu. Saat ini ubi kayu sudah banyak digarap sebagai komoditas agroindustri (Rukmana, 1997).

Sebagai komoditas agroindustri, nilai tambah yang dapat dihasilkan dari ubi kayu ini mutlak diperlukan. Hal ini disebabkan bahwa suatu produk akan dinilai sesuai dengan nilai tambah yang ada pada produk tersebut. Semakin tinggi

value add yang dimiliki oleh produk tersebut maka semakin tinggi kepuasan

konsumen. Pada akhirnya, konsumen akan menghargai produk tersebut dengan lebih mahal. Pada ubi kayu, harga komoditi pertanian tersebut akan menjadi bertambah mahal ketika konsumen membelinya sudah tidak berwujud ubi kayu lagi, tetapi telah berubah menjadi keripik yang enak dan gurih dengan penambahan berbagai keterangan seperti nilai kandungan gizi, manfaat, expired

date dan tertera merek dagang tertentu. Ubi kayu tersebut menjadi mahal karena

konsumen mendapat seperangkat nilai tambah, yakni kemudahan dan kenyamanan karena tidak perlu mengolahnya lagi, keamanan karena tertera kandungan gizi, manfaat serta expired date serta adanya pilihan rasa (Siswono, dkk, 2004).

Selain memberikan nilai tambah, ubi kayu juga memiliki potensi pasar yang cukup baik. Banyak industri-industri baik industri makanan maupun industri kimia yang muncul dari komoditi ubi kayu ini. Contohnya dari industri makanan adalah industri pembuatan tepung tapioka, tepung gaplek, tiwul instan, keripik ubi, dan lain-lain. Dari industri kimia, ubi kayu ini dapat diolah menjadi alkohol, etanol dan gasohol (Siswono, dkk, 2004).

Di Kabupaten Deli Serdang Propinsi Sumatera Utara, telah banyak industri yang tumbuh dari komoditi ubi kayu ini. Salah satunya adalah kerupuk opak. Dari

data Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, pada tahun 2007 tercatat ada 41 unit usaha pembuatan kerupuk opak yang tersebar di berbagai kecamatan Kabupaten Deli Serdang. Jumlah unit usaha ini akan dapat terus bertambah seiring dengan ditetapkannya kerupuk opak sebagai komoditi andalan Kabupaten Deli Serdang

(Dinas Perindustrian dan Perdagangan Kabupaten Deli Serdang, 2008).

Landasan Teori

Agroindustri merupakan sistem pengolahan hasil-hasil pertanian, baik berupa bentuk setengah jadi (work in process) dan bentuk akhir (finished product) dengan cara teknologi dan manajemen (Rahim dan Diah, 2007).

Agroindustri adalah salah satu cabang industri yang mempunyai kaitan erat dan langsung dengan pertanian. Apabila pertanian diartikan sebagai proses yang menghasilkan produk pertanian tingkat primer, maka kaitannya dengan industri dapat berkaitan kebelakang (backward linkage) maupun kedepan (forward linkage) (Soekartawi (a), 1994).

Kaitan kebelakang terjadi karena kegiatan pertanian memerlukan input produksi, alat pertanian dan mesin yang langsung dipakai dalam proses produksi di sektor pertanian. Kaitan kedepan dapat terjadi karena adanya ciri-ciri produk pertanian seperti bersifat musiman, volume besar nilai kecil, mudah rusak, atau karena permintaan konsumen yang semakin menuntut persyaratan kualitas bila pendapatan konsumen tersebut meningkat. Kegiatan ini ada yang memerlukan penanganan yang tanpa mengubah struktur aslinya (processing) dan ada pula yang

memerlukan pengolahan lebih lanjut yang mengubah sifat asalnya ataupun sifat kimianya (manufacturing) (Soekartawi (a), 1994).

Industri pengolahan hasil pertanian memiliki daya saing yang kuat, karena memiliki keunggulan komparatif (sumber daya alam yang dapat diperbaharui, tenaga kerja yang banyak dan murah, serta berdaya tahan lama) dan kompetitif (segmen pasar dan diferensiasi produk). Pengolahan hasil menjadi salah satu bentuk kegiatan agroindustri yang utama. Usaha pengolahan hasil akan memberikan beberapa keuntungan antara lain :

1. Mengurangi kerugian ekonomi akibat kerusakan hasil pertanian 2. Meningkatkan nilai ekonomi hasil pertanian

3. Memperpanjang masa ketersediaan hasil pertanian baik dalam bentuk segar

maupun dalam bentuk olahan

4. Meningkatkan keanekaragaman produk pertanian

5. Mempermudah penyimpanan dan pengangkutan

(Muzhar, 1994).

Komponen pengolahan hasil pertanian menjadi penting karena pertimbangan sebagai berikut :

1. Meningkatkan Nilai Tambah

Dari beberapa penelitian menunjukkan bahwa pengolahan yang baik oleh produsen dapat meningkatkan nilai tambah dari hasil pertanian yang diproses. Kegiatan petani hanya dilakukan oleh petani yang mempunyai fasilitas pengolahan (pengupasan, pengirisan, tempat penyimpanan, keterampilan mengolah hasil, mesin pengolah, dan lain-lain). Sedangkan bagi pengusaha ini menjadikan kegiatan utama, karena dengan pengolahan yang baik maka nilai

tambah barang pertanian meningkat sehingga mampu menerobos pasar, baik pasar domestik maupun pasar luar negeri

2. Kualitas Hasil

Salah satu tujuan dari hasil pertanian adalah meningkatkan kualitas. Dengan kualitas hasil yang lebih baik, maka nilai barang menjadi lebih tinggi dan keinginan konsumen menjadi terpenuhi. Perbedaan kualitas bukan saja menyebabkan adanya perbedaan segmentasi pasar tetapi juga mempengaruhi harga barang itu sendiri

3. Penyerapan Tenaga Kerja

Bila pengolahan hasil dilakukan, maka banyak tenaga kerja yang diserap. Komoditi pertanian tertentu kadang-kadang justru menuntut jumlah tenaga kerja yang relatif besar pada kegiatan pengolahan

4. Meningkatkan keterampilan

Dengan keterampilan mengolah hasil, maka akan terjadi peningkatan keterampilan secara kumulatif sehingga pada akhirnya juga akan memperoleh hasil penerimaan usahatani yang lebih besar

5. Peningkatan Pendapatan

Konsekuensi logis dari pengolahan yang lebih baik akan menyebabkan total penerimaan yang lebih tinggi. Bila keadaan memungkinkan, maka sebaiknya petani mengolah sendiri hasil pertaniannya ini untuk mendapatkan kualitas hasil yang lebih baik yang harganya tinggi dan juga akhirnya akan mendatangkan total penerimaan atau total keuntungan yang lebih besar

Nilai tambah adalah produk dikurangi dengan nilai bahan baku dan bahan penunjang yang dipergunakan dalam proses produksi. Dengan kata lain, nilai tambah merupakan sejumlah nilai jasa (return) terhadap faktor produksi modal tetap, tenaga kerja, keterampilan dan manajemen (Suryana, 1990)

Penerimaan adalah total produksi yang dihasilkan dikali harga. Sedangkan pendapatan adalah penerimaan dikurangi dengan biaya produksi dalam satu kali periode produksi (Samuelson, 2001).

Keberhasilan industri pada masa yang akan datang sangat tergantung pada pengembangan sumber daya manusia yang sekaligus merupakan potensi yang sangat besar di dalam negeri (Sumarsono, 2003).

Kebijaksanaan ketenagakerjaan diarahkan kepada perluasan kesempatan kerja, perlindungan tenaga kerja dan pemerataan pendapatan yang sifatnya menyeluruh di semua sektor. Disamping adanya peningkatan produksi juga dapat dicapai pemerataan hasil pembangunan, karena adanya perluasan partisipasi masyarakat secara aktif dalam pembangunan (Sumarsono, 2003).

Dasar perkiraan kesempatan kerja adalah rencana investasi dan target hasil yang direncanakan atau secara umum rencana pembangunan. Tiap kegiatan mempunyai daya serap yang berbeda terhadap tenaga kerja, baik dalam kuantitas maupun dalam kualitas. Daya serap tersebut berbeda secara sektoral dan menurut penggunaan teknologi sektor kegiatan yang dibangun dengan cara padat karya pada dasarnya dapat menciptakan kesempatan kerja yang relatif besar dan tidak terlalu terikat kepada persyaratan keterampilan yang tinggi. Sebaliknya sektor yang dibangun dengan cara padat modal menimbulkan kesempatan kerja yang

relatif sedikit, akan tetapi dengan tenaga keterampilan yang cukup tinggi (Simanjuntak, 1998)

Penggunaan tenaga kerja dalam proses produksi barang atau jasa mempunyai 2 macam nilai ekonomis. Pertama, dengan tenaga kerja yang disumbangkan, masukan lain yang berupa modal, bahan, energi atau informasi diubah menjadi keluaran atau produk yang mempunyai nilai tambah. Kedua, penggunaan tenaga kerja memberikan pendapatan kepada orang yang melakukan pekerjaan dan memungkinkan penyumbang masukan lain memperoleh pendapatan pula. Karenanya perluasan kesempatan kerja merupakan sarana yang sangat penting bagi kehidupan ekonomi dan sosial untuk bisa tumbuh secara otomatis dan terus-menerus (Sagir, 1992)

Dalam pembangunan sektor industri, usaha industri kecil dan kerajinan rumah tangga (IKKR) merupakan usaha yang banyak menyerap tenaga kerja tanpa harus mensyaratkan jenjang pendidikan formal yang tinggi. Penyerapan tenaga kerja di sektor industri khususnya IKKR cukup besar dibandingkan sektor lainnya (Badan Pusat Statistik Jakarta, 2004)

Badan Pusat Statistik menggolongkan perusahaan/usaha industri pengolahan di Indonesia kedalam empat kategori berdasarkan jumlah pekerja yang dimiliki oleh suatu perusahaan/usaha tanpa memperhatikan besarnya modal yang ditanam ataupun kekuatan mesin yang digunakan. Empat kategori tersebut adalah :

1. Industri kerajinan rumah tangga mempunyai tenaga kerja 1 - 4 orang 2. Industri kecil mempunyai tenaga kerja 5 - 19 orang

4. Industri besar mempunyai tenaga kerja 100 orang atau lebih (Badan Pusat Statistik Sumatera Utara, 2001)

Break Even Point (BEP) adalah titik pulang pokok dimana total revenue

sama dengan total cost. Dilihat dari jangka waktu pelaksanaan sebuah usaha, terjadinya titik pulang pokok TR = TC tergantung pada arus lama penerimaan sebuah usaha dapat menutupi segala biaya operasi dan pemeliharaan beserta biaya modal lainnya. Perpotongan antara garis biaya total (TC) dan penerimaan total (TR) disebut dengan titik Break Even Point. Titik ini menunjukkan bahwa pada jumlah produksi tersebut tidak ada rugi dan untung karena jumlah biaya dan total penerimaan tepat sama besarnya (Gilarso, 1994).

Perhitungan Benefit dan biaya proyek pada dasarnya dapat dilakukan melalui 2 penekatan, tergantung pada pihak yang berkepentingan langsung dalam proyek. Suatu perhitungan dikatakan perhitungan privat atau analisis finansial, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah

Jumlah Produksi TC BEP 0 VC FC

Gambar 1. Grafik Break Even Point (BEP) TR Jumlah Penerimaan

individu atau pengusaha. Dalam hal ini yang dihitung sebagai benefit adalah apa yang diperoleh orang-orang atau badan-badan swasta yang menanmkan modalnya dalam proyek tersebut. Sebaliknya, perhitungan dikatakan perhitungan sosial atau analisa ekonomi, bila yang berkepentingan langsung dalam benefit dan biaya proyek adalah pemerintah atau masyarakat secara keseluruhan. Dalam hal ini yang dihitung adalah seluruh benefit yang terjadi dalam masyarakat. Sebagai hasil dari proyek dan semua biaya yang terpakai terlepas dari siapa saja yang menikmati benefit dan siapa yang mengorbankan sumber-sumber tersebut (Gray, dkk, 2002).

Dalam rangka mencari suatu ukuran yang menyeluruh sebagai dasar persekutuan atau penolakan atau pengurutan suatu proyek telah dikembangkan berbagai macam cara yang dinamakan investmen criteria atau kriteria investasi, diantaranya adalah Return Cost Ratio (R/C Ratio) yang merupakan perbandingan antara penerimaan dan biaya (Gray, dkk, 2002).

Kerangka Pemikiran

Industri pembuatan kerupuk opak merupakan salah satu jenis industri dengan memanfaatkan ubi kayu sebagai bahan baku utamanya, dimana ubi kayu tersebut akan diolah sesuai dengan kebutuhan untuk dijual secara komersial. Dalam hal ini ubi kayu tersebut diolah menjadi kerupuk opak.

Industri pengolahan ubi kayu menjadi kerupuk opak yang dilakukan pengusaha di daerah penelitian masih tergolong pengolahan yang bersifat sederhana dengan bahan baku yang diperoleh dari desa sekitar industri pembuatan kerupuk opak dan sentra-sentra penghasil ubi kayu di Propinsi Sumatera Utara..

dalam bentuk segar. Oleh karena itu perlu dilakukan proses pengolahan lebih lanjut agar dapat dikonsumsi. Selain itu, melalui proses pengolahan akan dapat diperoleh nilai tambah sehingga produk olahan ubi kayu ini mampu menerobos pasar baik pasar domestik maupun pasar luar negeri. Dengan adanya proses pengolahan ubi kayu menjadi kerupuk opak ini tentu juga dapat menciptakan kesempatan kerja bagi tenaga kerja yang ada di daerah penelitian, sehingga dapat mengurangi tingkat pengangguran yang ada di daerah penelitian.

Dalam proses produksi industri pembuatan kerupuk opak tidak lepas dari biaya produksi. Biaya produksi yang dikeluarkan oleh pengusaha antara lain biaya bahan baku, bahan penunjang, biaya tenaga kerja dan biaya penyusutan dari peralatan yang digunakan. Sedangkan untuk mengetahui seberapa besar produksi dan penerimaan yang diterima oleh pengusaha kerupuk opak maka hasil olahan tersebut harus dijual dengan harga yang berlaku di pasar supaya hasil olahan ubi kayu tersebut dapat bersaing di pasaran.

Untuk menilai kelayakan suatu usaha dapat digunakan analisis proyek, dalam hal ini digunakan analisis finansial. Analisis finansial merupakan pemeriksaan keuangan yang dilihat dari sudut orang yang menanam modal untuk mengetahui sampai dimana keberhasilan usaha yang telah dijalankan sehingga mampu berkembang dan berdiri sendiri secara finansial. Dengan analisis finansial ini, pengusaha dalam hal ini pengusaha industri pembuatan kerupuk opak dapat membuat perhitungan dan menentukan tindakan untuk memperbaiki dan meningkatkan keuntungan usahanya. Dengan mengetahui keuntungan yang diperoleh maka dapat disimpulkan industri pembuatan kerupuk opak ini layak atau tidak untuk diusahakan secara finansial.

Keterangan :

: Ada hubungan

Gambar 2. Skema Kerangka Pemikiran Produksi

(Kerupuk Opak)

Kelayakan Usaha Secara Finansial Pendapatan

Penerimaan Proses Pengolahan

Ubi Kayu Segar

Total Biaya Produksi Harga Jual

Kesempatan Kerja Biaya – Biaya Produksi :

- Bahan Baku - Bahan Penunjang - Tenaga Kerja - Penyusutan

Hipotesis Penelitian

1. Penerimaan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi

2. Pendapatan yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi

3. Nilai tambah (value added) produk yang diperoleh dari industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian adalah tinggi

4. Volume produksi dan harga jual produk pada industri pembuatan kerupuk

opak di daerah penelitian telah melampaui titik impas

5. Industri pembuatan kerupuk opak di daerah penelitian layak diusahakan secara finansial

Dokumen terkait