• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keadaan Umum Lokasi Penelitian Letak Geografis dan Luas Wilayah

Kelurahan Kedung Waringin terletak di Kecamatan Tanah Sareal. Secara geografis Kelurahan Kedung Waringin berbatasan dengan wilayah sebelah utara Kelurahan Kedung Badak, sebelah selatan Kelurahan Menteng, sebelah barat, Kelurahan Cilendek Timur dan sebelah timur Kelurahan Kedung Jaya. Kelurahan Kedung Waringin berada 300-400 meter di atas permukaan laut. Suhu rata-rata berkisar antara 23° hingga 32° Celcius.

Luas wilayah Kelurahan Kedung Waringin adalah ± 151.352 ha, luas wilayah paling besar digunakan sebagai pemukiman penduduk dan sisanya digunakan untuk jalan, bangunan umum, pertokoan, aset pemerintahan, dan lain- lain. Fasilitas sarana dan prasarana bagi penduduk yang ada di wilayah Kelurahan Kedung Waringin sudah sangat mencukupi. Semua rumah di wilayah tersebut telah mendapatkan aliran listrik dari PLN, wilayah Kedung Waringin khususnya lingkungan Taman Cimanggu terhubung pada gardu KDK (Kedung Waringin Komplek) yang masuk pada Unit Pelayanan Jaringan Bogor Kota.

Penduduk

Kepadatan penduduk di Kelurahan Kedung Waringin relatif besar, yaitu 151 jiwa per km² yang terbagi ke dalam 15 Rukun Warga (RW) dan 66 Rukun Tetangga (RT), dengan jumlah penduduk sebesar 22.832 jiwa terdiri dari 5.449 Kepala Keluarga (KK) dengan rincian 11.386 jiwa berjenis kelamin laki-laki dan 11.446 jiwa berjenis kelamin perempuan. Pekerjaan penduduk Kelurahan Kedung Waringin adalah pegawai swasta sebesar 27,40 persen, wiraswasta dan jasa sebesar 19,04 persen, PNS, TNI, dan Polri sebesar 21,12 persen, buruh sebesar 14,49 persen, pengangguran sebesar 9,7 persen, dan pensiunan sebesar 8,22 persen.

Karakteristik Pelanggan PLN di Kelurahan Kedung Waringin Umur Responden

Jumlah responden seluruhnya adalah 113 orang. Umur responden pada kelompok daya 900 VA antara 23 sampai 67 tahun dengan rataan umur 44,8 tahun, sedangkan kelompok daya 1300 VA antara 29 sampai 66 tahun dengan

rataan umur 47 tahun serta pada kelompok daya ≥ 2200 VA umur responden antara 17 sampai 79 tahun dengan rataan umur 48,3 tahun.

Umur responden yang paling muda berusia 17 tahun dan yang paling tua berusia 79 tahun dengan rataan umur 46,5 tahun. Hal ini menunjukkan bahwa sebaran usia responden sangat beragam dari kategori remaja hingga kategori lansia lanjut.

Pada semua kelompok daya, responden berumur antara 41 sampai 50 tahun (41,6%), responden termasuk dalam tahapan dewasa akhir dan berada pada umur produktif yaitu kurang dari 50 tahun, urutan kedua lansia awal dengan umur 51 sampai 60 tahun (25,7%), dewasa madya (20,4%), lansia akhir (6,2%), dewasa awal (5,3%), dan yang masuk dalam tahapan remaja (0,9%) (Tabel 8). Berdasarkan uji beda rataan, menunjukkan tidak ada perbedaan rataan umur pada masing-masing kelompok daya.

Tabel 7 Sebaran responden berdasarkan usia responden dan kelompok daya

Kategori Rentang Usia (tahun)

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % Remaja (17-19) 0 ,0 0 ,0 1 2,9 1 ,9 Dewasa Awal (20-30) 4 8,7 2 6,2 0 ,0 6 5,3 Dewasa Madya (31-40) 10 21,7 7 21,9 6 18,8 23 20,4 Dewasa Akhir (41-50) 21 45,7 12 37,5 14 40,0 47 41,6 Lansia Awal (51-60) 8 17,4 9 28,1 12 34,3 29 25,7 Lansia Lanjut (>61) 3 6,5 2 6,2 2 5,7 7 6,2 Total 46 100 32 100 35 100 113 100 Min-max 27-67 29-78 17-79 17-79 rataan±SD 44,80±8,95 47,03±10,89 48,26±10,83 46,50±10,14 p-value 0,300

Jenis Kelamin Responden

Berdasarkan data yang diperoleh, responden yang diambil sebanyak 113 responden terdiri dari 69,9 persen perempuan (79 responden) dan 30,1 persen laki-laki (34 responden). Hal ini sesuai dengan keragaman proporsi jumlah penduduk di Kelurahan Kedung Waringin, yang menunjukkan bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk laki-laki. Pada kelompok daya 900 VA jumlah responden perempuan sebanyak 73,9 persen, kelompok

48

daya 1300 VA sebanyak 68,8 persen, dan pada kelompok daya ≥2200 VA jumlah responden dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 65,7 persen.

Tabel 8 Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin responden dan kelompok daya

Jenis Kelamin

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % Laki-laki 12 26,1 10 31,2 12 34,3 34 30,1 Perempuan 34 73,9 22 68,8 23 65,7 79 69,9 Total 46 100 32 100 35 100 113 100

Jumlah Anggota Keluarga

Jumlah anggota keluarga ditentukan oleh besar kecilnya jumlah anak yang dimiliki. Tabel 9 menunjukkan bahwa pada kelompok daya 900 VA jumlah responden dengan kategori keluarga kecil sebanyak 58,7 persen dengan rataan jumlah anggota keluarga 4,4 orang, pada kelompok daya 1300 VA jumlah responden dengan kategori keluarga kecil sebanyak 59,4 persen dengan rataan jumlah anggota keluarga 4,2 orang, dan pada kelompok daya ≥2200 VA jumlah responden dengan kategori keluarga kecil sebanyak 48,6 persen dengan rataan jumlah anggota keluarga 4,6 orang.

Tabel 9 Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dan kelompok daya

Jumlah Anggota Keluarga

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % Keluarga Kecil (≤4 orang) 27 58,7 19 59,4 17 48,6 63 55,8 Keluarga Sedang (5-6 orang) 18 39,1 12 37,5 14 40,0 44 38,9 Keluarga Besar (≥7 orang) 1 2,2 1 3,1 4 11,4 6 5,3 Total 46 100,0 32 100,0 35 100 113 100,0 Min-max 2-7 2-8 2-8 2-8 Rataan±SD 4,39±1,26 4,19±1,45 4,63±1,59 4,41±1,42 p-value 0,447

Hasil penelitian menunjukkan bahwa 55,8 persen keluarga memiliki jumlah anggota keluarga ≤ 4 orang dan relatif sedikit (5,3%) keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga ≥ 7 orang, sedangkan yang tergolong pada keluarga sedang sebesar 38,9 persen (Tabel 9). Cukup besarnya keluarga yang memiliki jumlah anggota keluarga lebih dari empat orang disebabkan masih adanya keluarga luas (extended family), yaitu keluarga yang tidak hanya terdiri

dari keluarga inti (ayah, ibu, dan anak) tetapi juga ditambah dengan anggota keluarga lain seperti: kakek, nenek, keponakan atau sepupu. Rataan jumlah anggota keluarga responden secara keseluruhan adalah 4,4 orang. Hasil uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah anggota keluarga pada masing- masing kelompok daya.

Sesuai dengan standar BKKBN tentang NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia Sejahtera) maka jumlah anggota keluarga pada masing-masing responden telah sesuai dengan standar pada BKKBN yaitu terdiri dari orangtua dan dua orang anak yang masuk pada kategori keluarga kecil. Hal ini menunjukkan bahwa tingkat kesadaran keluarga untuk tidak memiliki keluarga dengan jumlah besar cukup tinggi, dengan memiliki jumlah keluarga yang besar tentunya jumlah pengeluaran akan semakin besar salah satunya adalah biaya untuk pengeluaran listrik.

Jumlah anggota keluarga atau rumahtangga akan menentukan jumlah dan pola konsumsi suatu barang dan jasa (Sumarwan 2002). Rumahtangga dengan jumlah anggota keluarga yang lebih banyak akan lebih banyak pemakaian listriknya dibandingkan dengan jumlah anggota keluarga yang memiliki anggota keluarga lebih sedikit. Jumlah anggota keluarga akan menggambarkan potensi permintaan terhadap suatu produk dari sebuah rumahtangga (Sumarwan 2002).

Pendidikan Responden

Tingkat pendidikan seseorang akan mempengaruhi nilai-nilai yang di anutnya, cara berfikir, cara pandang bahkan persepsinya terhadap suatu masalah (Sumarwan 2002). Tingginya tingkat pendidikan akan berkaitan erat dengan jenis pekerjaan kemudian akan turut mempengaruhi tingkat pendapatan dan jabatan yang dimiliki oleh seseorang. Semakin tinggi pendidikan yang di peroleh akan semakin tinggi tingkat pengetahuan seseorang. Konsumen yang memiliki tingkat pendidikan yang lebih baik akan sangat responsif terhadap informasi, pendidikan juga mempengaruhi konsumen dalam pilihan produk atau merek (Sumarwan 2002)

Tingkat pendidikan responden beragam dari tamat SD hingga pascasarjana, tingkat pendidikan responden pada kelompok daya 900 VA yang tertinggi adalah pada tingkat SMA (39,1%), dan lama pendidikan responden berkisar antara 6 sampai 20 tahun dengan rataan lama pendidikan 13,8 tahun,

50

sedangkan pada kelompok daya 1300 VA tingkat pendidikan responden yang tertinggi adalah sarjana (40,6%) dengan rataan lama pendidikan 14,8 tahun serta pada kelompok daya ≥2200 tingkat pendidikan responden yang tertinggi adalah sarjana (34,3%) yang berbeda sedikit dengan tingkat pendidikan pasca sarjana (31,4%) yang memiliki rataan lama pendidikan 15,6 tahun (Tabel 10).

Tabel 10 Sebaran responden berdasarkan pendidikan responden dan kelompok daya

Pendidikan

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % SD,SMP 3 6,5 1 3,1 2 5,7 6 5,3 SMA 19 41,3 10 31,2 4 11,4 33 29,2 Diploma 8 17,4 4 12,5 6 17,1 18 15,9 Sarjana 12 26,1 13 40,6 12 34,3 37 32,7 Pasca Sarjana 4 8,7 4 12,5 11 31,4 19 16,8 Total 46 100,0 32 100,0 35 100 113 100 Min-max 6-18 9-20 9-20 6-20 rataan±SD (thn) 13,76±2,61 14,75±2,58 15,60±2,68 14,61±2,71 p-value 0,006

Pendidikan responden yang menyelesaikan pendidikan hingga sarjana sebesar 32,7 persen dan diikuti tamat SMA sebanyak 15,9 persen. Hanya sebagian kecil responden yang tamat SD-SMP yaitu sebanyak 5,3%. Rataan lama pendidikan responden 14,6 tahun. Berdasarkan uji beda rataan, menunjukkan ada perbedaan lamanya pendidikan responden pada masing- masing kelompok daya listrik.

Pekerjaan Responden

Bekerja adalah suatu kegiatan yang dilakukan secara teratur dan berkesinambungan dalam jangka waktu tertentu, dengan tujuan yang jelas yaitu untuk menghasilkan atau mendapatkan sesuatu dalam bentuk uang, benda, jasa maupun ide (Achir 1985).

Apabila dilihat dari kelompok daya listrik, 47,8 persen responden pada kelompok daya 900 VA bekerja sebagai ibu rumahtangga, 37,5 persen pada kelompok daya 1300 VA dan 34,3 persen pada kelompok daya ≥2200 VA. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada masing-masing kelompok daya pekerjaan terbesar adalah sebagai ibu rumahtangga (Tabel 11).

Tabel 11 menunjukkan bahwa jenis pekerjaan responden sangat bervariasi, diantaranya yaitu PNS, swasta, wiraswasta, ibu rumahtangga, dan

lain-lain serta ada juga yang tidak memiliki pekerjaan. Pekerjaan responden yang paling banyak adalah ibu rumahtangga (39,8%), diikuti dengan PNS (23,9%), swasta (15%), wiraswasta (9,7%), pensiunan (7,1%), dan sebanyak 1,8 persen pada kategori tidak bekerja dan lain-lain.

Tabel 11 Sebaran responden berdasarkan pekerjaan dan kelompok daya

Pekerjaan

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % PNS 9 19,6 10 31,2 8 22,9 27 23,9 Swasta 6 13,0 5 15,6 6 17,1 17 15 Wiraswasta 4 8,7 3 9,4 4 11,4 11 9,7 Ibu RT 22 47,8 12 37,5 12 34,3 46 41,6 Pensiunan 3 6,5 1 3,1 4 11,4 8 7,1 Tidak Bekerja 2 4,3 0 ,0 0 ,0 2 1,8 Lain-lain 0 ,0 1 3,1 1 2,9 2 1,8 Total 46 100,0 32 100,0 35 100 113 100,0

Pendapatan per Kapita

Menurut Sumardi (1982) pendapatan adalah jumlah penghasilan riil seluruh keluarga yang disumbangkan untuk memenuhi kebutuhan bersama maupun perseorangan dalam keluarga. Pendapatan adalah sumber daya materiil yang sangat penting bagi konsumen (Sumarwan 2002). Pendapatan keluarga memperlihatkan kemampuan ekonomi keluarga dan daya beli keluarga dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Pendapatan seseorang berhubungan dengan tingkat pendidikan dan pekerjaan yang miliki, semakin tinggi tingkat pendidikan maka jenis pekerjaan yang dilakukan berpeluang untuk mendapatkan penghasilan yang tinggi.

Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat tahun 2010, garis kemiskinan masyarakat di perkotaan adalah Rp 212.210 per kapita per bulan. Apabila dibandingkan antar kelompok daya maka sebanyak 6,5 persen responden pada kelompok daya 900 VA masih berada di bawah garis kemiskinan, sedangkan pada kelompok daya 1300 VA dan ≥2200 VA sebesar 3,1 persen dan 2,9 persen. Tabel 12 secara total menunjukkan bahwa masih terdapat 4,4 persen responden yang memiliki pendapatan kurang dari Rp 212.210, sebaran pendapatan per kapita responden terbesar adalah antara Rp 212.211 sampai dengan Rp 1.700.000 (66,4%), pendapatan per kapita antara Rp 1.700.001 sampai dengan Rp 3.400.000 (20,4%), sedangkan responden yang memiliki pendapatan per kapita lebih dari Rp 5.100.001 sebanyak 7,1 persen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa rataan pendapatan per kapita sebesar Rp 1.781.410.

52

Hasil uji beda rataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan nyata rataan pendapatan per kapita responden pada masing-masing kelompok daya. Uji korelasi pada semua variabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara lama pendidikan dengan pendapatan per kapita dengan koefisien korelasi 0,345 (P<0,01). Artinya semakin lama pendidikan maka semakin tinggi pendapatan per kapita rumah tangga. Hasil penelitian Nababan (2008) menunjukkan semakin tinggi jumlah pendapatan rumah tangga, semakin meningkat jumlah energi listrik yang dikonsumsi.

Tabel 12 Sebaran responden berdasarkan pendapatan per kapita dan kelompok daya

Pendapatan per kapita/bulan (Rp)

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % < 212.210 3 6,5 1 3,1 1 2,9 5 4,4 212.211-1.700.000 39 84,8 19 59,4 17 48,6 76 66,4 1.700.001-3.400.000 3 6,5 11 34,4 9 25,7 23 20,4 3.400.001 – 5.100.000 0 ,0 0 ,0 2 5,7 2 1,8 >5.100.001 1 2,2 1 3,1 6 17,1 8 7,1 Total 46 100,0 32 100,0 35 100,0 113 100,0 Min-max 67.000- 22.500.000 188.000- 1.517.780 156.000- 10.000.000 67.000- 22.500.000 Rataan±SD (Rp) 1.354.610+ 3.246.830 1.517.780+ 9.70131 2.583.370± 2.362.036 2.546.659,38 1.781.410+ p-value 0,077 Usaha Rumahtangga

Berdasarkan gambaran umum karakteristik Kelurahan Kedung Waringin, sekitar 19,04 persen penduduknya bekerja sebagai wiraswasta. Pekerjaan sebagai wiraswasta memungkinkan responden untuk mengelola usaha di rumahnya sendiri. Pada rumahtangga dengan kelompok daya 900 VA terdapat jenis usaha seperti catering makanan, konveksi dan warung masing-masing dengan presentase sebesar 2,2 persen.

Pada rumahtangga dengan kelompok daya 1300 VA terdapat beberapa jenis usaha seperti catering makanan, konveksi, percetakan, dan warung masing-masing dengan persentase sebesar 3,1 persen. Sedangkan rumahtangga pada kelompok daya ≥2200 VA terdapat jenis usaha antara lain catering makanan, produksi es, produksi jamur, jasa inspeksi dan sertifikasi alat

berat, konveksi, salon dan pembuatan bumbu masing-masing dengan persentase sebesar 2,9 persen.

Uji korelasi pada semua variabel menunjukkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan usaha dengan rekening listrik responden dengan koefisien korelasi 0,185 (P<0,05). Artinya usaha yang dimiliki oleh rumahtangga responden akan berdampak pada pengeluaran rekening listrik rumahtangga responden.

Tabel 13 Sebaran responden berdasarkan usaha di rumahtangga dan kelompok daya

No Kepemilikan Usaha

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % 1 Punya Usaha Catering 1 2,2 1 3,1 1 2,9 3 2,7 Pembuatan Bumbu 0 ,0 0 ,0 1 2,9 1 ,9 Warung 1 2,2 1 3,1 0 ,0 1 ,9 Produksi es 0 ,0 0 ,0 1 ,0 1 ,9 Produksi jamur 0 ,0 0 ,0 1 2,9 1 ,9 Konveksi 1 2,2 1 3,1 1 2,9 3 2,7 Salon 0 ,0 0 ,0 1 2,9 1 ,9 Percetakan 0 ,0 1 3,1 0 ,0 1 ,9 Jasa inspeksi alat berat 0 ,0 0 ,0 1 2,9 1 ,9 2 Tidak Punya Usaha 43 93,4 29 90,6 28 80,0 100 88.5 Total 46 100,0 32 100,0 35 100,0 113 100.0

Usaha rumahtangga merupakan salah satu faktor yang berpengaruh terhadap besar konsumsi listrik. Hal ini dikarenakan dalam proses produksinya, ada jenis-jenis usaha yang mengkonsumsi listrik. Besarnya konsumsi listrik akan berpengaruh pula terhadap besarnya daya listrik. Kepemilikan usaha rumahtangga, berpengaruh terhadap perbedaan besar daya listrik pada rumahtangga. Pada Tabel 13 terlihat sebaran bahwa rumahtangga yang memiliki usaha rumahtangga cenderung memiliki daya listrik yang juga besar 2200 VA.

Kepemilikan Alat Elektronik

Penggunaan listrik di rumahtangga pada tahun 1980, hanya sebatas untuk menyalakan lampu, televisi, kulkas satu pintu, radio/tape dan seterika. Penggunaan listrik saat ini tidak hanya untuk alat tersebut diatas tetapi sudah

54

berkembang seiring dengan gaya hidup masyarakat dan berkembangnya berbagai macam alat elektronik.

Tabel 14 memperlihatkan kepemilikan alat elektronik yang dimiliki oleh responden. Jumlah alat elektronik yang dimiliki oleh responden bervariasi sesuai dengan daya listrik dan kemampuan membeli dari rumahtangga. Semakin banyak dan beragamnya alat elektronik yang dimiliki akan menunjukkan kemampuan daya beli dan gaya hidup dari rumahtangga tersebut.

Pada kepemilikan alat dengan pemanfaatan primer pada kategori pencahayaan, lampu TL rata-rata pada kelompok daya 900 VA memiliki 7 buah dengan lama pemakaian rata-rata 8,8 jam per hari, kelompok daya 1300 VA memiliki 6,8 buah dengan lama pemakaian rata-rata 9,8 jam per hari, sedangkan pada kelompok daya ≥2200 VA memiliki 11 buah dengan pemakaian rata-rata 10 jam per hari. Lampu taman rata-rata penggunaan paling lama pada kelompok pencahayaan yaitu 11,2 jam per hari, dimana pada kelompok daya 900 VA dan 1300 VA memiliki rata-rata 1,3 buah lampu, sedangkan pada kelompok daya ≥2200 VA memiliki sebanyak 1,7 buah lampu taman dengan lama pemakaian masing-masing daya rata-rata 11,2 jam per hari.

Listrik untuk pengudaraan, kepemilikan alat responden meliputi kipas angin, AC dan exhaust fan. Kepemilikan yang terbanyak pada kepemilikan kipas angin dengan rata-rata kepemilikan 1,4 buah dengan lama pemakaian rata-rata 6,7 jam per hari. Pada listrik untuk tata air kepemilikan alat responden adalah pompa air dan water heater. Rata-rata responden memiliki pompa air sebanyak 0,4 buah dengan pemakaian rata-rata 2,6 jam per hari. Penggunaan energi untuk pompa air listrik bisa menjadi tinggi seiring dengan tingginya kebutuhan air dalam rumahtangga, baik untuk mencuci, mandi, memasak, dan sebagainya (Susanta dan Agustoni 2007). Penggunaan perlu ditekan semaksimal mungkin agar biaya listrik lebih hemat.

Listrik untuk pemanfaatan sekunder kepemilikan alat elektronik responden antara lain seperti televisi, seterika, mesin cuci, kulkas, radio/tape, magic com, rice cooker, dispenser, komputer, laptop, DVD player dan charger handphone. Kulkas merupakan alat elektronik yang setiap kelompok daya memilikinya (1,1 buah) dengan lama pemakaian dalam satu hari paling lama di banding alat elektronik yang lain yaitu 23,3 jam per hari, diikuti dispenser (12,8 jam per hari), magic com (11,4 jam per hari), dan televisi (7,2 jam per hari).

Tabel 14 Rata-rata kepemilikan alat elektronik, lama pemakaian per hari dan kelompok daya

No Kepemilikan Alat Elektronik

Rata-rata kepemilikan alat Lama pemakaian (jam /hari) Daya listrik (VA)

Total Daya listrik (VA) Total 900 1300 2200 900 1300 2200 A Pemanfaatan Primer - Pencahayaan 1 Lampu TL 7 6,8 11 8,2 8,8 9,8 10 9,6 2 Lampu bohlam 1,7 1,3 1,7 1,6 6,9 8,5 7,1 7,4 3 Lampu taman/halaman 1,3 1,3 1,7 1,4 11,2 11,2 11,2 11,2 - Pengudaraan 1 Kipas angin 1,4 1.3 1,6 1,4 6,7 7,1 6,2 6,7 2 AC 0,2 0,4 1,3 0,6 5,4 9,5 6,9 7,3 3 Exhaust Fan 0,2 0,3 0,5 0,3 0,7 3,7 1,3 1,9 - Tata air 1 Pompa Air 0,4 0,3 0,5 0,4 3 3,9 1,5 2,6 2 Water heater 0,1 0,3 0,3 0,2 1,8 1,8 1,9 1,9 B Pemanfaatan Sekunder 1 Televisi 1,5 1,5 1,8 1,6 6,9 8,3 6,8 7,2 2 Radio / Tape 0,9 0,8 1 1 2,7 2.3 2 2,4 3 Setrika 1 1 1 1 1,6 1,6 1,6 1,6 4 Mesin cuci 0,7 0,9 1 0,8 1,3 1,6 1,2 1,4 5 Kulkas 1 1 1,3 1,1 23 23,1 23,7 23,3 6 Rice cooker 0,4 0,5 0,6 0,5 4,6 2,4 2,6 3,2 7 Magic com 0,8 0,7 0,6 0,7 11 13 10 11,4 8 Dispenser 0,4 0,3 0,5 0,4 13,1 11,8 13,1 12,8 9 Charger Handphone 2,2 2,7 3,5 2,8 1,7 1,8 1,6 1,7 10 DVD/VCD player 0,5 0,6 0,8 0,6 0,5 0,3 0,6 0,6 11 Komputer 0,5 0,7 0,9 0,7 3,6 5 3 3,8 12 Laptop 0,7 0,7 1,2 0,8 2 3,8 2,7 2,7

Kulkas menjadi sesuatu yang dibutuhkan mengingat kemampuannya dalam mendinginkan makanan dan minuman sehingga lebih tahan lama dan tetap segar, namun untuk membentuk suhu dingin tersebut dibutuhkan energi listrik yang tidak sedikit ((Susanta dan Agustoni 2007). Rata-rata responden memiliki peralatan elektronik yang beraneka ragam untuk memenuhi kebutuhan rasa nyaman.

Hasil penelitian juga memperilhatkan bahwa terdapat hubungan yang positif antara kepemilikan alat dengan daya listrik dengan koefisien korelasi 0,415 (P<0,01). Artinya semakin banyak peralatan elektronik yang dimiliki maka semakin tinggi daya listrik yang dibutuhkan. Hasil penelitian Nababan (2008) menunjukkan bahwa semakin tinggi strata atau kapasitas daya rumah tangga,

56

maka intensitas pemakaian alat-alat listrik semakin tinggi dan juga jumlah alat- alat listrik yang dimiliki semakin banyak.

Pembayaran Rekening Listrik Per Bulan

Pengeluaran biaya rekening listrik per bulan ditentukan oleh besarnya daya yang di miliki oleh masing-masing pelanggan. Semakin besar daya akan semakin besar pula pengeluaran untuk listrik meski ada faktor-faktor tertentu sehingga biaya pengeluaran listrik besar misalnya, jumlah anggota rumahtangga dan kebiasaan anggota rumahtangga dalam pemakaian listrik.

Merujuk pada data PLN, rumahtangga dengan daya listrik 900 VA dengan pemakaian 93kWh/bulan rata-rata rekening listrik per bulan Rp 47.392 (Tabel 2), responden pada kelompok daya 900 VA yang pembayaran < Rp 47. 392 (4,3%) dan 93,5 persen membayar listrik antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 dengan rataan pembayaran listrik Rp 95.989, hal ini melebihi dari rata-rata pengeluaran listrik yang di keluarkan oleh PLN. Daya listrik 1300 VA dengan

pemakaian 241 kWh/bulan rata-rata rekening listrik pelanggan per bulan Rp 60.738, responden pada kelompok daya 1300 VA pembayaran listrik antara

Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 (68,8%), sedangkan 25,0 persen lainnya membayar rekening listrik antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086, dengan rataan pembayaran listrik Rp 147.100 hampir sama dengan rata-rata rekening yang di keluarkan oleh PLN.

Tabel 15 Sebaran responden berdasarkan rata-rata rekening listrik perbulan dan kelompok daya

Rekening Listrik (Rp)

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % < 47.392 2 4,3 0 ,0 0 ,0 2 1,8 47.393 - 160.738 43 93,5 22 68,8 6 17,1 71 62,8 160.739 - 274.086 1 2,2 8 25,0 10 28,6 19 16,8 274.087 - 387.432 0 ,0 2 6,2 10 28,6 12 10,6 387.433 – 500.778 0 ,0 0 ,0 5 14,3 5 4,4 > 500.779 0 ,0 0 ,0 4 11,4 4 3,5 Total 46 100,0 32 100,0 35 100,0 113 100,0 Min-max (Rp) 31.000- 173.000 83.000- 302.000 112.000- 880.000 31.000- 880.000 Rataan±SD (Rp) 95.990± 31.064 147.100± 54.802 305.410± 165.808 175.330± 132.913 p-value 0,000

Pada daya listrik ≥ 2200 VA dengan pemakaian 636 kWh/bulan, PLN mengeluarkan rata-rata rekening listrik per bulan antara Rp160.738 sampai dengan Rp 492.090 (Tabel 2). Pada Tabel 15 menunjukkan sebanyak 28,6 persen responden mengeluarkan biaya untuk listrik masing-masing antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086 dan antara Rp 274.087 sampai dengan Rp 387.432, sedangkan yang mengeluarkan biaya untuk listrik antara Rp 387.432 sampai dengan Rp 500.778 sebanyak 14,3 persen, dan yang mengeluarkan biaya untuk listrik > Rp 500.779 sebanyak 11,4 persen, melebihi rata-rata biaya listrik pelanggan yang dikeluarkan olah PLN, dengan rataan pembayaran listrik pada kelompok daya ≥ 2200 VA adalah Rp 305.410.

Tabel 15 menunjukkan bahwa sebanyak 62,8 persen responden membayar untuk rekening listrik antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738. Pembayaran rekening listrik responden kurang dari Rp 47.392 sebanyak 1,8 persen, antara Rp 160.739 sampai dengan Rp 274.086 sebanyak 16,8 persen, antara antara Rp 274.087 sampai dengan Rp 387.432 sebanyak 10,6 persen, antara Rp 387.432 sampai dengan Rp 500.77 sebanyak 4,4 persen dan > Rp 500.779 sebanyak 3,5 persen. Rataan pembayaran rekening listrik responden adalah Rp 175.330. Hasil uji beda rataan menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang sangat nyata pembayaran rekening listrik untuk masing-masing kelompok daya, semakin besar daya listrik maka semakin besar pembayaran rekening listriknya.

Tabel 16 menunjukkan jumlah responden yang membayar rekening diatas rata-rata pembayaran rekening listrik perbulan sesuai dengan rata-rata rekening listrik yang dikeluarkan oleh PLN (Tabel 2). Pada kelompok daya 900 VA sebagian besar (95,7%) responden membayar rekening listrik masih diatas rata-rata rekening listrik yang dikeluarkan PLN , hanya sebagian kecil (4,3%) yang membayar dibawah rata-rata rekening PLN. Pada kelompok daya 1300 VA sebanyak 68,8 persen membayar rekenig listrik kurang dari rata-rata rekeking listrik yang dikeluarkan PLN, sedangkan pada daya ≥2200 VA sebanyak 85,7 persen membayar dibawah rata-rata rekeking listrik yang dikeluarkan PLN. Pada dua kelompok daya 1300 VA, dan ≥2200 VA biaya rekening listrik dibawah rata- rata yang dikeluarkan oleh PLN, dimungkinkan karena banyaknya informasi yang diperoleh oleh responden pada kelompok tersebut tentang bagaimana menggunakan peralatan listrik dengan benar sehingga mempengaruhi biaya listrik yang dikeluarkan.

58

Tabel 16 Sebaran jumlah responden dalam pembayaran rekening listrik dan rata-rata rekening listrik PLN

Daya listrik Rata-rata biaya rekening listrik PLN (Rp) Di atas rata-rata pembayaran listrik PLN Rata-rata biaya rekening listrik responden (Rp) Di bawah rata-rata pembayaran listrik PLN Total n % n % n % 900 VA 47.393 44 95,7 95.989 2 4,3 46 100,0 1300 VA 160.738 10 31,2 147.104 22 68,8 32 100,0 ≥2200 VA 490.090 5 14,3 305.411 30 85,7 35 100,0 Total 59 52,2 54 47,8 113 100,0 Akses Informasi

Jumlah Sumber Informasi. Apabila dibandingkan dengan masing-

masing kelompok daya, kelompok daya 900 VA mendapat informasi hemat listrik dari satu sampai enam sumber informasi dengan rataan 2,28. Pada kelompok daya 1300 VA mendapat informasi hemat listrik dari satu sampai enam sumber informasi dengan rataan 2,16, sedangkan pada kelompok daya ≥2200 VA mendapat informasi hemat listrik dari satu sampai enam sumber informasi dengan rataan 2,34.

Tabel 17 Sebaran responden berdasarkan jumlah sumber informasi dan kelompok daya

Jumlah Sumber Informasi Hemat

Listrik

Daya Listrik (VA)

Total 900 1300 ≥2200 n % n % n % n % 1 21 45,7 14 43,8 10 28,6 45 39,8 2 8 17,4 9 28,1 9 25,7 26 23,0 3 7 15,2 5 15,6 10 28,6 21 18,6 4 6 13,0 2 6,2 3 8,6 12 10,6 5 1 2,2 1 3,1 1 2,9 3 2,7 >5 3 6,5 1 3,1 2 5,7 6 5,3 Total 46 100,0 32 100,0 35 100,0 113 100,0 Min-max 1-6 Rataan±SD 2,28±1,53 2,16±1,32 2,34±1,43 2,27±1,43 p-value 0,467

Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden mendapatkan informasi tentang hemat listrik berasal dari satu sumber (39,8%). Pada urutan kedua (23,0%) responden mendapat informasi hemat listrik dari dua sumber, dari tiga sumber sebanyak (18,6%) dan responden yang mendapat informasi hemat listrik dari empat sumber sebanyak 10,6% responden, serta responden yang mendapatkan informasi hemat listrik sebanyak lima sumber (2,7%) dan lebih dari

lima sumber (5,3%). Rataan jumlah sumber informasi yang di terima responden sebanyak 2,27 (Tabel 17). Hasil uji beda rataan menunjukkan tidak ada perbedaan jumlah informasi hemat listrik yang diperoleh pada masing-masing kelompok daya.

Frekuensi Informasi Hemat Listrik. Frekuensi responden untuk

mengetahui informasi tentang hemat listrik juga merupakan variabel yang dilihat dalam penelitian ini untuk menunjukkan peranan informasi dalam menentukan perilaku pelanggan PLN dalam menghemat listrik dan seberapa sering responden memperoleh informasi tentang hemat listrik. Responden memperoleh informasi dengan kategori jarang menerima sumber informasi yaitu menerima informasi satu sampai empat kali pada kelompok daya 900 VA sebesar 73,9 persen, kelompok daya 1300 VA sebesar 71,9 persen dan pada kelompok daya ≥ 2200 VA sebesar 60,0 persen.

Secara keseluruhan kategori jumlah sumber informasi yang diterima tentang hemat listrik menunjukkan bahwa responden jarang menerima informasi sebesar 69,0 persen, yang menerima dalam kategori sedang sebesar 17,7 persen dan sebesar 13,3 persen responden sering mendapatkan informasi

Dokumen terkait