• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis pembentukan perilaku hemat listrik dengan pendekatan norm activation model (kasus pelanggan listrik rumahtangga di Kota Bogor)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis pembentukan perilaku hemat listrik dengan pendekatan norm activation model (kasus pelanggan listrik rumahtangga di Kota Bogor)"

Copied!
255
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS PEMBENTUKAN PERILAKU HEMAT LISTRIK

DENGAN PENDEKATAN NORM ACTIVATION MODEL

(Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor)

LAILI HIDAYATI

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis Analisis Pembentukan Perilaku

Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor) adalah karya saya dengan arahan dari

komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apapun kepada perguruan

tinggi manapun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang

diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam

Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini.

Bogor, 2010

(3)

ABSTRACT

LAILI HIDAYATI. Analysis of Energy-Saving Forming Behavior with Norm Activation Model Approach (The Case Study of Household Consumer in Bogor ). Under direction of LILIK NOOR YULIATI and MOH. DJEMDJEM DJAMALUDIN. 

The use of electrical energy is an important factor to support some activities in daily life, industries, households, educational activities, transportations, lightings, and communications. Indonesian people are still doing inefficient utilization of energies, including electrical energy. Saving the energy is an important part of efficiency. The study was aimed to analyze: 1) characteristics of household at differnt electricity power class; 2) the correlations between awareness, responsibility, personal norms, behavior intention and electrical energy saving behavior in household; 3) factors that influence norm activation model in household; 4) some factors which influence the electrical energy saving behavior, electrical cost and the use of electrical tools in household. This study design was cross sectional study. This study was conductedin Taman Cimanggu region which is a location where KDK (Kedung Waringin Komplek) electrical substation exists, with the subject was household in Taman Cimanggu. The results found that respondent get the information about electrical energy saving from many medias and reference groups. The awareness, resposibility, personal norms, and behavior intention variable were not correlated with electrical energy saving behavior. Respondents were still to intend to save the energy, however they were not doing some actions. Althought respondents want to do some actions to save the electrical energy, but it is still on average level. The multiple linear regression result showed that some factors which have significant effect on electrical energy saving behavior, that were: electrical power class, knowledge, number of information and responsibility.

(4)

Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor). Dibimbing oleh LILIK NOOR YULIATI dan MOH. DJEMDJEM DJAMALUDIN.

Penggunaan energi listrik merupakan unsur penting yang menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat, baik itu untuk industri, rumahtangga, pendidikan, transportasi, penerangan, dan komunikasi. Pola penggunaan listrik masyarakat Indonesia masih tidak efisien, sementara tarif listrik yang dikenakan masih sangat murah. Berbagai upaya dilakukan oleh PLN untuk mengatasi masalah kekurangan pasokan listrik dan penghematan listrik.

Hemat energi merupakan bagian dari efisiensi, dengan hemat energi listrik berarti membantu mengefisiensikan subsidi listrik yang diberikan pemerintah. Bagi masyarakat, hemat energi akan menghemat pengeluaran dan dapat mengalihkannya untuk keperluan yang lebih penting. Perilaku masyarakat dalam melakukan hemat energi listrik ditentukan oleh karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Terciptanya kesadaran, tanggungjawab dan norma personal dalam masyarakat dapat membentuk keinginan dari masyarakat untuk melakukan suatu tindakan yang positif yaitu perilaku untuk menghemat energi listrik melalui pendekatan norm activation model.

Penelitian in bertujuan untuk: 1) menganalis karakteristik pelanggan listrik rumahtangga pada kelompok daya yang berbeda; 2) Menganalisis hubungan antara variabel kesadaran, tanggungjawab, norma personal, maksud perilaku (intend to) dan perilaku hemat listrik pelanggan listrik rumahtangga; 3) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi norm activation model pada pelanggan listrik rumahtangga; 4) Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku hemat listrik, biaya rekening listrik dan penggunaan peralatan listrik pada pelanggan listrik rumahtangga.

Penelitian ini menggunakan disain cross sectional study. Lokasi penelitian dilakukan di Kota Bogor pada pelanggan rumahtangga PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) UPJ Bogor Kota pada gardu Kedung Waringin Komplek (KDK) yang berada di wilayah Taman Cimanggu. Pemilihan lokasi dilakukan secara purposive karena memenuhi kriteria yakni memiliki keragaman daya listrik dari 900VA hingga ≥2200VA dan merupakan gardu listrik dengan total pelanggan terbesar dibandingkan gardu lain yang juga memenuhi kriteria. Contoh dalam penelitian ini berjumlah 113 pelanggan rumahtangga dengan metode pemilihan contoh dilakukan secara stratified random sampling.

(5)

Rata-rata pengeluaran rekening listrik responden per bulan adalah antara Rp 47.393 sampai dengan Rp 160.738 dan 52,2 persen responden membayar rekening listrik masih di atas rata-rata besarnya rekening listrik dari PLN.

Akses informasi mengenai penghematan listrik diperoleh responden dari media dan kelompok acuan. Jumlah sumber informasi yang diperoleh responden tentang hemat listrik adalah satu sumber informasi dengan frekuensi 1-4 kali dalam enam bulan terakhir. Media yang menurut responden paling banyak menyampaikan informasi penghematan listrik adalah televisi. Sumber informasi yang paling dipercaya dalam menyampaikan informasi hemat listrik pada kelompok media adalah televisi sedangkan pada kelompok acuan memilih pemerintah. Televisi merupakan jenis media yang sering memuat informasi hemat listrik dan pemerintah sebagai yang dipercaya oleh responden dalam menyampaikan atau memberi informasi tentang hemat listrik. Pengetahuan penghematan listrik contoh umumnya berada pada tingkat sedang.

Kesadaran, tanggungjawab, norma personal, dan maksud berperilaku hemat listrik responden pada kategori sedang, jumlah anggota keluarga memberi pengaruh pada kesadaran hemat listrik responden dalam penghematan listrik. Terdapat perbedaan yang nyata tanggungjawab dalam menghemat listrik pada masing-masing kelompok daya. Perilaku hemat listrik pada responden hampir sebagian besar pada kategori sedang dan terdapat perbedaan yang nyata perilaku hemat listrik pada masing-masing kelompok daya.

Variabel kesadaran, tanggung jawab, norma personal, maksud perilaku tidak berhubungan dengan perilaku hemat listrik, responden masih dalam tahap bermaksud atau berkeinginan untuk berperilaku hemat listrik. Umumnya responden memiliki keinginan menghemat listrik, namun perilaku penghematan listriknya masih berada pada kategori sedang.

Hasil analisis Regresi Linier Berganda menunjukkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap perilaku hemat listrik adalah daya listrik, pengetahuan, jumlah informasi, dan tanggungjawab. Pada faktor yang berpengaruh nyata pada pengeluaran rekening listrik adalah jumlah anggota keluarga, pendapatan per kapita, daya listrik, pengetahuan, dan kesadaran, sedangkan faktor yang berpengaruh nyata terhadap penggunaan peralatan listrik adalah kepemilikan alat elektronik.

(6)

© Hak cipta milik IPB, tahun 2010 Hak Cipta dilindungi Undang-Undang

1. Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya.

a. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan

b. Pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan yang wajar IPB 2. Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh

(7)

ANALISIS PEMBENTUKAN PERILAKU HEMAT LISTRIK

DENGAN PENDEKATAN NORM ACTIVATION MODEL

(Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor)

LAILI HIDAYATI

Tesis

Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada

Program Studi Ilmu Konsumen

SEKOLAH PASCASARJANA

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Judul Tesis : Analisis Pembentukan Perilaku Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor).

Nama : Laili Hidayati

NIM : I252080011

Disetujui

Komisi Pembimbing

Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. Ketua

Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc. Anggota

Diketahui

Ketua Program Studi Ilmu Konsumen

Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc.

Dekan Sekolah Pascasarjana

Prof. Dr. Ir. Khairil A. Notodiputro, M.S.

(10)

Segala puji hanya milik Alloh Subhanahu wa Ta’aala. Shalawat dan salam

semoga senantiasa dilimpahkan kepada Rasulullah shallallaahu’alaihi wa sallam,

kepada keluarga, dan kepada para sahabatnya. Alhamdulillah, dengan taufiq,

pertolongan, dan rahmat Alloh Ta’aala, tesis yang berjudul “Analisis

Pembentukan Perilaku Hemat Listrik dengan Pendekatan Norm Activation Model (Kasus Pelanggan Listrik Rumahtangga di Kota Bogor)” telah dapat penulis

selesaikan. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Mei sampai Juli 2010,

merupakan salah satu penelitian gabungan dari penelitian utama Perilaku

Penghematan Listrik di Rumahtangga.

Penulis ingin menyampaikan terima kasih atas semua bantuan dan do’a,

dukungan, semangat, arahan, dan bimbingan kepada:

1. Dr. Ir. Lilik Noor Yuliati, M.F.S.A. selaku ketua komisi pembimbing dan

Ir. Moh. Djemdjem Djamaludin, M.Sc. selaku anggota komisi pembimbing

atas arahan, bimbingan dan saran yang diberikan dengan penuh kesabaran

mulai dari penulisan proposal hingga penulisan tesis ini selesai.

2. Ir. Retnaningsih, M.Si. selaku dosen pembahas pada kolokium dan penguji

luar komisi atas saran dan masukan bagi perbaikan tesis saya.

3. Ir. Istiqlaliyah Muflikhati, M.Si. selaku dosen pembahas pada kolokium atas

saran dan masukannya bagi perbaikan proposal penelitian.

4. Dekan dan Wakil Dekan Sekolah Pascasarjana IPB beserta seluruh staf

yang banyak membantu selama saya mengikuti kuliah di Program

Pascasarjana IPB.

5. Dr. Ir. Hartoyo, M.Sc. selaku Ketua Program Studi Ilmu Konsumen

6. Staf pengajar dan karyawan Departeman Ilmu Keluarga dan Konsumen

Fakultas Ekologi Manusia IPB.

7. Dirjen Pendidikan Tinggi (DIKTI) Pusat, yang telah memberikan bantuan

biaya BPPS kepada penulis selama melanjutkan pendidikan S2.

8. Kepala PLN UPJ Bogor Kota atas pemberian informasi terkait penelitian ini.

9. Kepala Kelurahan Kedung Waringin beserta staf atas bantuan selama

pengambilan data.

10. Rekan-rekan Tim Sensus Penduduk Kedung Waringin yang membantu

(11)

11. Rektor Universitas Negeri Malang yang memberikan kesempatan saya untuk

melanjutkan pendidikan S2.

12. Dekan dan Pembantu Dekan Fakultas Teknik Universitas Negeri Malang

yang telah memberikan izin bagi penulis untuk melanjutkan pendididkan S2.

13. Staf Pengajar dan karyawan pada Jurusan Teknologi Industri Fakultas

Teknik Universitas Negeri Malang atas doa dan semangat yang diberikan.

14. Orang Tua yang penulis cintai, Bapak H. Asnawi Arjo Puger dan Ibu Hj.

Suryani. Kakak-kakakku dr. H. Yusuf Asmunandar, S.P.An., Arif Murachman,

S.E., Achmad Harjianto, S.T., Arif Lukman Hakim, S.P. beserta istri dan

keponakan yang telah memberikan doa, semangat dan bantuan demi

penyelesaian pendidikan S2.

15. Suami tercinta Rofik Budiyanto, S.E. dan putraku Zahran Anas Syarif yang

telah memberikan doa, semangat, perhatian, bantuan serta keikhlasan

sehingga penulis dapat menyelesaikan pendidikan S2.

16. Keluarga besar Bapak dan Ibu Hadi Budiarto serta Bapak dan Ibu H. Zaim di

Banjarnegara atas doa dan dukungannya.

17. Kepala Sekolah, Guru, dan karyawan SMK Kartika IV-1 Malang atas doa dan

semangat yang diberikan.

18. Teman-teman penelitian Anggi Mayang Sari dan Irma Nurasrina, juga

adik-adik IKK Angkatan 43.

19. Teman-teman program studi IKO Moh. Nasarullah, S.P., Program Studi IKA

Megawati Simanjuntak, S.P. M.Si., Rani Koesumo, S.P. M.Si., dan Salimari

SP. M.Si., dan teman-teman dari Program Studi Ilmu Manajemen.

20. Teman-teman di Puri Hapsara: Ainun, Cha-cha, Diah, Dita, Harfiati, Lisda,

Meisji Lianasari, Nita Yulianis, Neina, Rahmi Dianita, Reisi Nurdiani, Sofia

Sandi, Uli, serta bibi Eha dan keluarga.

Semua pihak yang secara langsung maupun tidak langsung telah membantu

secara moril dalam penyelesaian tesis ini, semoga segala bantuan yang telah di

berikan kepada penulis mendapat balasan yang setimpal dari Allah SWT. Amin.

Bogor, November 2010

(12)

Penulis dilahirkan di Malang pada tanggal 11 April 1976 sebagai putri ke

lima dari lima bersaudara dari pasangan Bapak H. Asnawi Arjo Puger dan

Ibu Hj. Suryani. Pendidikan dasar sampai menengah atas diselesaikan di Kota

Malang. Pada tahun 1994 penulis diterima sebagai mahasiswa Universitas

Negeri Surabaya (IKIP Surabaya) melalui jalur Ujian Masuk Perguruan Tinggi

Negeri (UMPTN) pada Jurusan Pendidikan Kesejahteraan Keluarga, Fakultas

Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, lulus pada tahun 1999.

Sejak tahun 2000 sampai sekarang bekerja sebagai guru di SMK Kartika

V-1 Malang dan pada tahun 2005 penulis diterima sebagai staf pengajar di

Universitas Negeri Malang, Fakultas Teknik, Jurusan Teknologi Industri sampai

sekarang. Penulis berkesempatan untuk melanjutkan pendidikan S2 di Sekolah

Pascasarjana IPB Program Studi Ilmu Konsumen pada tahun 2008 dengan

(13)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...

DAFTAR GAMBAR ...

DAFTAR LAMPIRAN ...

PENDAHULUAN ... Latar Belakang ... Rumusan Masalah ... Tujuan Penelitian ... Manfaat Penelitian ...

TINJAUAN PUSTAKA ... Teori Perilaku Prososial ... Model Perilaku Prososial ... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik ... Penghematan Energi... Pelanggan Perusahaan Listrik Negara dan Tarif Dasar Listrik ... Kebijakan Pemerintah tentang Hemat Listrik...

KERANGKA PEMIKIRAN ...

METODE PENELITIAN ... Disain, Lokasi, dan Waktu Penelitian ... Teknik Penarikan Contoh ... Jenis dan Teknik Pengumpulan Data ... Instrumen dan Pengukuran ………. Pengolahan dan Analisis Data ... Definisi Operasional ...

(14)

xiii 

 

Sumber Informasi yang Dipercaya Menyampaikan Informasi tentang Hemat Listrik ... Pengetahuan ... Pembentukan Perilaku Hemat Listrik... Kesadaran Hemat Listrik ... Tanggungjawab Hemat Listrik ... Norma Personal ... Maksud Berperilaku... Perilaku Hemat Listrik ... Hubungan antar Variabel Kesadaran, Tanggungjawab, Norma

Personal, Maksud Perilaku, dan Perilaku Kebiasaan... Norm Activation Model sebagai Mediator... Pengaruh Karakteristik Rumahtangga, Pengetahuan, dan Akses Informasi terhadap Norm Activation Model ... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik ... Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pengeluaran Rekening Listrik ... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penggunaan Peralatan

Elektronik (jam/hari)... Pemberdayaan Konsumen untuk Hidup Hemat Listrik... Keterbatasan Penelitian ...

SIMPULAN DAN SARAN ... Simpulan ... Saran ...

DAFTAR PUSTAKA ………...

LAMPIRAN ………...

61 62 65 65 66 68 69 71 73 75

76 78 80

82 83 87

88 88 90

92

(15)

  xiv

DAFTAR TABEL

Halaman 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16

Perbedaan theory of planned behavior dan norm activation theory…

Konsumsi listrik dan besarnya rekening listrik per pelanggan per bulan dari setiap kelompok pelanggan di seluruh Indonesia ...

Jumlah pelanggan PLN menurut sektor ...

Jumlah pelanggan dan konsumsi tenaga listrik PLN per kapita dan per pelanggan di Profinsi Jawa Barat ...

Jumlah pelanggan PLN pada gardu KDK lingkungan Taman Cimanggu dan jumlah contoh ...

Variabel, skala data, dan pengkategorian data penelitian ……...

Sebaran responden berdasarkan usia responden dan kelompok daya ...

Sebaran responden berdasarkan jenis kelamin responden dan kelompok daya ...

Sebaran responden berdasarkan jumlah anggota keluarga dan kelompok daya ………...

Sebaran responden berdasarkan pendidikan responden dan kelompok daya...

Sebaran responden berdasarkan pekerjaan responden dan kelompok daya...

Sebaran responden berdasarkan pendapatan per kapita dan kelompok daya...

Sebaran responden berdasarkan usaha di rumahtangga dan kelompok daya ...

Sebaran responden berdasarkan rata-rata kepemilikan alat elektronik, lama pemakaian per hari dan kelompok daya ...

Sebaran responden berdasarkan rata-rata rekening listrik perbulan dan kelompok daya ...

Sebaran jumlah responden yang boros dan tidak boros dalam pembayaran rekening listrik ...

(16)

xv    17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34

Sebaran responden berdasarkan jumlah sumber informasi dan kelompok daya...

Sebaran responden berdasarkan kategori jumlah informasi (frekwensi) dan kelompok daya...

Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi dan kelompok daya ………...

Sebaran responden berdasarkan jenis sumber informasi yang dipercaya dan kelompok daya………...………..

Sebaran responden berdasarkan pengetahuan perilaku dan kelompok daya...

Sebaran responden berdasarkan pengetahuan perilaku hemat listrik (n=113) ...

Sebaran responden berdasarkan kesadaran hemat listrik dan kelompok daya ...

Skor rataan (1-5) kesadaran hemat listrik (n=113) ...

Sebaran contoh berdasarkan tanggung jawab hemat listrik ...

Skor rataan (1-5) tanggung jawab hemat listrik (n=113) ...

Sebaran contoh berdasarkan norma personal hemat listrik ...

Skor rataan (1-5) norma personal hemat listrik (n=113)...

Sebaran contoh berdasarkan maksud berperilaku hemat listrik ...

Skor rataan (1-5) maksud berperilaku hemat listrik (n=113) ... 

Sebaran contoh berdasarkan perilaku hemat listrik ...

Skor rataan (1-3) perilaku kebiasaan hemat listrik (n=113) ...

Nilai koefisien korelasi antar variabel kesadaran, tanggung jawab, norma personal, maksud perilaku, dan perilaku hemat listrik ...

   

(17)

  xvi Halaman

35

36

37

38

Analisis faktor yang berpengaruh terhadap norm activation model.... Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku hemat listrik ...

Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengeluaran rekening listrik ...

Analisis regresi faktor-faktor yang berpengaruh terhadap perilaku kebiasaan penggunaan peralatan listrik ...

76

78

81

(18)

xvii 

 

1

2

3

4

5

6

7

Theory of reasoned action

………

Theory of planned behavior ……….. Norm activation theory ………. Norm activation model sebagai moderator ... Norm activation model sebagai mediator ………. Modifikasi norm activation model sebagai mediator untuk perilaku penghematan listrik ………...

Bagan penarikan contoh ...

11

12

13

14

14

36

38

(19)

  xviii

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Peta lokasi penelitian ...

Nilai validitas dan nilai reliabilitas setiap variabel ……….

Nilai koefisien korelasi antar variabel ...

Analisis faktor yang berpengaruh terhadap kesadaran hemat listrik...

Analisis faktor yang berpengaruh terhadap tanggungjawab hemat listrik...

Analisis faktor yang berpengaruh terhadap norma personal hemat listrik...

Analisis faktor yang berpengaruh terhadap maksud perilaku hemat listrik...

Tarif dasar listrik ...

Booklet Tips menghemat listrik di rumah ...

Sosialisasi hemat listrik PT PLN APJ Bogor dan PLN Batam...

Mengenal, mencatat dan menghitung meter kWh ...

Langkah menghemat biaya dengan cara menghemat listrik oleh PT PLN (Persero) distribusi Jawa Barat dan Banten ...

98

99

100

101

101

102

102

103

104

106

109

(20)

Latar Belakang

Hadirnya energi listrik ke dalam kehidupan manusia merupakan salah

satu hal penting yang mendukung pesatnya perkembangan kemajuan kehidupan

di dunia sekarang ini. Hampir setiap aktivitas yang dilakukan setiap hari

membutuhkan energi listrik. Penggunaan energi listrik merupakan unsur penting

yang menunjang berbagai kegiatan dalam kehidupan masyarakat, baik itu untuk

industri, rumahtangga, pendidikan, transportasi, penerangan, dan komunikasi.

Energi listrik merupakan energi yang sangat fleksibel, karena energi listrik

dengan mudah diubah menjadi energi lain, misalnya energi listrik dapat diubah

menjadi energi panas, dingin, gerak, dan cahaya. Tanpa energi listrik, sebuah

kota akan gelap gulita dan kehilangan keindahannya pada malam hari, seorang

ibu akan kerepotan mencuci dan mengolah makanan serta menyimpannya, anak

kesulitan tidur karena AC atau kipas angin tidak berfungsi. Efek yang ditimbulkan

oleh energi listrik menjadikan ketergantungan pada masyarakat (Handoko 2010).

Energi listrik sangat diperlukan untuk meningkatkan kesejahteraan

masyarakat dan merupakan parameter penting bagi pembangunan dan

pertumbuhan ekonomi. Pertumbuhan penduduk dan aktivitas ekonomi di

Indonesia mendorong peningkatan konsumsi listrik dari waktu ke waktu.

Konsumsi listrik saat ini didominasi di wilayah Jawa-Bali yakni sekitar 80 persen

dari konsumsi listrik nasional. Peningkatan konsumsi listrik nasional di tengah

melambungnya harga minyak dunia sangat berpengaruh pada biaya produksi

listrik sehingga sulit sekali diimbangi oleh peningkatan kapasitas produksi listrik.

Hal ini menyebabkan terjadinya krisis pasokan listrik, yang dalam jangka panjang

akan dapat memperlambat pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Pola penggunaan listrik masyarakat Indonesia masih tidak efisien,

sementara tarif listrik yang dikenakan masih sangat murah. Permintaan (demand) tinggi tetapi kebutuhan (suplai) lemah jadi demand dan suplai tidak seimbang oleh karenanya dimana-mana ada keluhan listrik (Mochtar 2009). Permasalahan

kelangkaan listrik semakin nyata dengan adanya kebijakan pergiliran yang tidak

resmi yang dilaksanakan oleh PT. Perusahaan Listrik Negara (PLN). Menurut

Kuncoro (2008) krisis kelistrikan terjadi akibat beberapa hal, pertama,

menyangkut terbatasnya kapasitas pembangkit dan menyangkut keterbatasan

(21)

2  

kuartal terakhir tumbuh di atas 6 persen ternyata tidak dibarengi ketersediaan

daya listrik sebagai infrastruktur pendukung. Kedua, sejak terjadi kenaikan harga

bahan bakar minyak (BBM), banyak industri yang mengalihkan konsumsi listrik

ke PLN. Pengalihan itu dikarenakan biaya pengoperasian pembangkit listrik

secara swadaya dengan solar menjadi mahal.

Berbagai upaya dilakukan oleh PLN untuk mengatasi masalah

kekurangan pasokan listrik dan penghematan listrik. Sejumlah strategi yang

dilakukan PLN, pertama mengelola pasokan (supply side management) diimplementasikan dalam bentuk program percepatan pembangunan pembangkit

listrik berbahan bakar batu bara sebesar 10.000 MW. Kedua, mengelola

permintaan dengan mengajak masyarakat untuk menghemat listrik. Demi

memastikan gerakan penghematan listrik berjalan sesuai sasaran, PLN

membagikan 51 juta lampu hemat energi (LHE) berkekuatan 8 Watt kepada 34

juta pelanggan rumahtangga. Pembagian secara gratis itu bertujuan mendorong

masyarakat mengganti lampu pijar dengan LHE.

Lampu hemat energi dari sisi konsumsi daya, jauh lebih hemat ketimbang

lampu pijar. Dengan memakai lampu LHE berkekuatan 8 Watt, pengguna bisa

mendapatkan pencahayaan yang terangnya setara dengan lampu pijar

berkekuatan 40 Watt (Noy 2008). Program LHE juga mendatangkan klaim CDM

(Clean Development Mechanism) dimana program ini menghasilkan CO2 reduction, setiap 1 kWh yang dihemat dihindari 0,9 kilo CO2, setiap ton CO2 yang direduksi mendapat klaim 15 Euro (Kementerian Energi Dan Sumber Daya

Mineral 2008a).

Himbauan kepada seluruh pelanggan PLN agar ikut berpartisipasi dalam

Gerakan Hemat Listrik, yang terkenal dengan “1722” yaitu menggunakan listrik

cukup antara pukul 17.00 sampai 22.00 (waktu malam untuk pelanggan

rumahtangga), melakukan inovasi-inovasi seperti meluncurkan produk teknologi

listrik prabayar dalam bentuk voucher yang diharapkan membantu masyarakat mengendalikan konsumsi listrik (Praptono 2006). Pada sektor industri

pemerintah dalam Surat Keputusan Bersama (SKB) yang ditandatangani oleh

Menteri Perindustrian, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral, Menteri Tenaga

Kerja dan Transmigrasi, Menteri Dalam Negeri, dan Menteri Badan Usaha Milik

Negara disebutkan, setiap perusahaan industri diwajibkan mengalihkan satu atau

dua hari kerja dalam sebulan, bukan dua hari kerja setiap pekan, ke hari Sabtu

(22)

secara bergiliran, tidak semuanya pada Sabtu atau Minggu karena idle capacity listrik pada hari tersebut cukup besar sekitar 3.000 MW.

Hemat energi merupakan bagian dari efisiensi, dengan hemat energi

listrik berarti membantu mengefisiensikan subsidi listrik yang diberikan

pemerintah. Menggunakan listrik secara sia-sia, maka sama halnya telah

menyianyiakan subsidi listrik yang diberikan oleh pemerintah. Pemberian subsidi

oleh pemerintah menjadi lebih efektif jika masyarakat dapat menghemat

pemakaian listrik. Sebaliknya, menyianyiakan pemakaian listrik, tentunya subsidi

tersebut akan terbuang percuma.

Bagi masyarakat, hemat energi akan menghemat pengeluaran dan dapat

mengalihkannya untuk keperluan yang lebih penting. Penghematan energi listrik

yang terus meningkat, maka pada gilirannya kebutuhan terhadap pembangunan

pembangkit-pembangkit baru dapat ditekan. Jika 10 juta pelanggan listrik dapat

menghemat 50 W setiap hari selama 5 jam beban puncak, maka 10 juta x 50 W

X 5 jam = 2500 juta Watt jam atau 2500 MWh dapat dihemat setiap hari

(Kementerian Energi Dan Sumber Daya Mineral 2006).

Untuk menghindari biaya rekening listrik yang tinggi, maka diperlukan

perilaku penggunaan listrik yang efisien. Perilaku hemat energi listrik dimulai

dengan menyambung daya listrik dari PLN sesuai dengan kebutuhan, memilih

peralatan listrik yang tepat dan sesuai dengan kebutuhan, membentuk perilaku

anggota keluarga yang hemat listrik, seperti menggunakan listrik sesuai dengan

keperluan, menggunakan energi listrik secara bergantian, menggunakan listrik

untuk menambah pendapatan keluarga, memilih produk rumahtangga yang

hemat energi listrik (Rasidi 2005)

Program hemat energi harus di tingkatkan karena saat ini sebagian besar

pembangkit yang digunakan untuk memproduksi listrik di Indonesia digerakan

menggunakan bahan bakar minyak (BBM) dan batubara. Hanya beberapa

pembangkit listrik saja yang menggunakan sumber energi terbarukan seperti air.

Pemerintah memperkirakan penggunaan batubara untuk listrik pada 2015

meningkat tajam menjadi 90 juta ton. Konsumsi ini berarti nyaris tiga kali lipat dari

penggunaan batubara untuk listrik pada tahun 2006 yang sebanyak 31,1 juta ton.

Konsumsi batubara untuk listrik terus meningkat menjadi 200 juta ton tahun

2025. Indonesia memiliki cadangan batubara terbesar se Asia yaitu sebanyak 5,3

(23)

4  

per tahun, batubara sebanyak 5,3 miliar ton akan habis dalam kurun 26,5 tahun

(Bhaskoro 2008).

Perlu diketahui bahwa pertambangan batubara menimbulkan sejumlah

tantangan lingkungan yang diantaranya meliputi erosi tanah, debu, kebisingan,

pencemaran air, serta gangguan terhadap keanekaragaman hayati yang ada

disekitar area penambangan. Pembakaran sumber energi fosil (misalnya: minyak

bumi, batu bara) melepaskan gas-gas, antara lain karbon dioksida (CO2),

nitrogen oksida (NOx), dan sulfur dioksida (SO2) yang menyebabkan

pencemaran udara (hujan asam, smog dan pemanasan global) (Bhaskoro 2008). Pemerintah melalui SK Menteri ESDM No 2 th 2004: tentang kewajiban

hemat energi dengan menggunakan teknologi efisien dan ramah lingkungan,

INPRES No 10 tahun 2005 tentang penghematan energi pada sektor

pemerintahan, INPRES No 2 tahun 2008: tentang penghematan energi di semua

sektor. Pencanangan gerakan hemat listrik nasional pun dilakukan oleh

pemerintah pada tanggal 27 April 2008, pemerintah berharap masyarakat

memiliki kesadaran dan membudayakan perilaku hemat dalam mengkonsumsis

listrik. Menggunakan maskot hemat listrik yang berbentuk lampu pijar bernama

kak bili (bijak listrik) pemerintah berharap kepedulian akan penghematan listrik

juga di tanamkan pada anak-anak sehingga akan tercipta Genematik (Generasi

Hemat Listrik) (Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral 2008b). 

Rumusan Masalah

Kehadiran listrik mengubah pola dan gaya hidup masyarakat.

Penggunaan listrik terus berkembang pesat, tidak sebatas untuk mengaliri lampu

pijar penerang ruangan seperti pada awal penggunaan tetapi penggunaannya

listrik di rumahtangga sekarang adalah untuk menyalakan barang-barang

elektronik yang beragam, semakin modern dan semuanya memerlukan listrik.

Barang-barang elektronik terus diciptakan dan manusia terus mengkonsumsinya

(Arif et al 2009).

Pengguna listrik di Indonesia hanya sekitar 125 juta dari 225 juta

penduduk Indonesia, tetapi fenomena pemadaman bergilir yang secara umum

karena kurangnya pasokan energi primer untuk pembangkitan energi listrik

sampai sekarang masih menjadi persoalan yang tiada habisnya. Sehingga

kelangkaan listrik menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari masyarakat

(24)

hari, PLN meminta agar pelanggan listrik Jawa dan Bali untuk mengurangi

pemakaian listrik pada pukul 17.00-22.00 WIB (waktu beban puncak)

(Yanuwirawan et al 2006).

Kelangkaan listrik di Indonesia juga terjadi karena gaya hidup konsumtif

masyarakat. Pembelian barang elektronik yang lebih mengedepankan nilai

prestige dari pada fungsi merupakan indikator yang juga cukup penting, disamping penggunaannya yang tidak sesuai. Semakin banyak barang elektronik

yang dipakai dalam waktu yang tidak lama, tidak ada bedanya dengan

menggunakan sedikit barang elektronik dengan durasi yang lama, karena

sama-sama menggunakan daya listrik yang besar (Manurung 2008).

Pelanggan listrik rumahtangga dan bisnis besar sejumlah 22.007

pelanggan atau 43,4 persen dari 46.460 pelanggan di wilayah distribusi Jawa

Barat dan Banten masih melakukan pemborosan. Sejak awal tahun 2009,

konsumsi untuk listrik di wilayah tersebut mencapai 101.479.334 kWh. Jika di

konversikan jumlah tersebut sama dengan penambahan daya di bawah 4.400 VA

bagi 115.000 pelanggan. Hal ini bertolak belakang dengan 5 juta warga Jawa

Barat dan Banten yang belum menikmati listrik (Sapta 2009).

Pelanggan PLN Area Pelayanan Jaringan (APJ) Bogor sekitar 800.000

lebih, dengan rincian sekitar 500.000 pelanggan di Kabupaten Bogor dan

300.000 pelanggan PLN di Kota Bogor. PLN APJ Bogor memiliki delapan Unit

Pelayanan Jaringan (UPJ), empat UPJ berada di Kabupaten Bogor dan empat

UPJ berada di Kota Bogor. UPJ Bogor Kota memiliki 160.869 pelanggan, terdiri

dari 2.891 pelanggan kelompok sosial, 150.142 pelanggan kelompok

rumahtangga dan 7.836 pelanggan kelompok bisnis. Pada kelompok

rumahtangga terbagi atas tipe R1 dengan daya 450 VA sebanyak 65.072

pelanggan, 900 VA sebanyak 60.594 pelanggan, 1300 VA sebanyak 15.477

pelanggan, 2200 VA sebanyak 6.740 pelanggan. Tipe R2 dengan daya 2201 VA

sampai dengan 6600 VA sebanyak 2.094 pelanggan dan tipe R3 dengan daya

>6601 VA sebanyak 164 pelanggan (PT. PLN).

Perilaku masyarakat dalam melakukan hemat energi listrik ditentukan

oleh karakteristik dari masyarakat itu sendiri. Perilaku tersebut juga dipengaruhi

oleh faktor internal dan eksternal yang ada pada masyarakat. Kesadaran

seseorang dalam proses berpikir akan membentuk pola berpikir yang positif,

serta dapat bertanggung jawab akan keadaan lingkungannya yang dapat

(25)

6  

alam. Kesadaran dan tanggung jawab masyarakat yang beragam dikarenakan

karakteristik seseorang dan akses informasi yang didapat berbeda-beda.

Perilaku juga di tentukan oleh norma personal seseorang dalam kehidupannya

yang terbentuk karena kepribadian dan lingkungan sosial yang ada di sekitarnya.

Terciptanya kesadaran, tanggungjawab, dan norma personal dalam

masyarakat dapat membentuk keinginan dari masyarakat untuk melakukan suatu

tindakan yang positif yaitu untuk menghemat energi listrik. Tindakan yang positif

tersebut akan membentuk perilaku hemat listrik yang diharapkan dapat

mengurangi keluhan dari masyarakat tentang pemadaman, pembayaran tarif

listrik yang mahal, menggunakan listrik dengan rasa aman, dan membantu

mencegah kerusakan alam dari eksploitasi sumber daya alam yang berlebihan.

Berdasarkan pemaparan di atas, maka dapat dirumuskan masalah yang akan

diteliti yaitu :

1. Bagaimana perbedaan karakteristik pelanggan listrik rumahtangga pada

kelompok daya yang berbeda?

2. Bagaimana hubungan antara variabel kesadaran, tanggungjawab, norma

personal, maksud perilaku (intend to), dan perilaku hemat listrik pelanggan listrik rumahtangga?

3. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi norm activation model pada pelanggan listrik rumahtangga?

4. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku hemat listrik, pengeluaran

rekening listrik, dan penggunaan peralatan listrik pada pelanggan listrik

rumahtangga?

Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk

menganalisis perilaku hemat energi listrik pada pelanggan rumahtangga di PLN

wilayah UPJ Bogor Kota di kota Bogor.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk :

1. Menganalisis perbedaan karakteristik pelanggan listrik rumahtangga pada

kelompok daya yang berbeda.

2. Menganalisis hubungan antara variabel kesadaran, tanggungjawab, norma

(26)

3. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi norm activation model pada pelanggan listrik rumahtangga.

4. Menganalisis faktor-faktor apa yang mempengaruhi perilaku hemat listrik,

pengeluaran rekening listrik dan penggunaan peralatan listrik pada

pelanggan listrik rumahtangga.

Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai masukan bagi

pelanggan rumahtangga dalam penggunaan listrik yang hemat karena

penghematan listrik tidak ditujukan untuk mengurangi kenyamanan, melainkan

untuk merubah perilaku buruk (boros) menjadi lebih bijaksana dalam

menggunakan peralatan listrik secara keseluruhan dan sebagai upaya untuk

menghambat pemanasan global (global warming).

Penelitian ini diharapkan sebagai masukan bagi pemerintah dalam hal ini

PT. PLN, agar kebijakan tentang sosialisasi hemat listrik kepada masyarakat

yang telah di lakukan oleh PLN tidak sia-sia sehingga dapat menentukan

kebijakan yang lebih baik dalam gerakan hemat listrik agar dapat meningkatkan

kesadaran, tanggung jawab, norma personal dan maksud perilaku masyarakat

dalam berperilaku hemat listrik.

Penelitian ini juga di harapkan bermanfaat bagi bidang ilmu konsumen

khususnya tentang ilmu perilaku konsumen melalui pembentukan kesadaran,

tanggung jawab, norma personal dan maksud perilaku pelanggan PLN akan

hemat listrik di tinjau dari teori norm activation model, sehingga dapat mewujudkan perilaku pelanggan yang dapat menghemat listrik sebaik dan

(27)

TINJAUAN PUSTAKA

Teori Perilaku Prososial

Perilaku prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif,

perilaku prososial sebagai tindakan yang ditujukan untuk memberi bantuan atau

kebaikan pada orang lain atau kelompok orang tanpa mengharapkan balasan

dengan cara-cara yang cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu

kadang-kadang memerlukan pengorbanan atau resiko pada diri sipelaku.

Orang yang prososial sama dengan orang yang sosial yaitu mereka yang

perilakunya mencerminkan keberhasilan di dalam tiga proses sosialisasi, dimana

proses sosialisasi itu sendiri adalah belajar berperilaku yang dapat diterima

secara sosial, memainkan peran sosial yang dapat diterima, dan perkembangan

sikap sosial, sehingga mereka cocok dengan kelompok tempat mereka

menggabungkan diri dan diterima sebagai anggota kelompok (Pradista 2009).

Menurut Tan (1981) dalam Pradista (2009) perilaku prososial meliputi

penampilan seseorang dalam tindakan yang diinginkan atau dikehendaki oleh

masyarakat sekitar, seperti mau menolong orang lain, mampu mengontrol sifat

agresif, pengungkapan perasaan diri sendiri atau orang lain, mampu melawan

godaan (seperti godaan untuk mencontek), pengungkapan perasaan simpati

kepada orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain, mampu menahan diri

dari pengungkapan rasa atau kepuasan diri sendiri, menjalankan tugas

sebagaimana mestinya dan menaati peraturan-peraturan yang ada. Sedangkan

menurut Wibawa, Arif dan Sosiawan (1997) dalam Pradista (2009) perilaku

prososial adalah perilaku yang memiliki konsekuensi positif sebagai tindakan

yang ditujukan untuk memberi bantuan atau kebaikan pada orang lain atau

kelompok orang tanpa mengharapkan balasan dengan cara-cara yang

cenderung mentaati norma sosial. Tindakan itu kadang-kadang memerlukan

pengorbanan atau resiko pada diri sipelaku.

Staub dalam Setiawan (2009) mendefinisikan perilaku prososial sebagai

suatu perilaku yang memiliki konsekuensi sosial positif secara fisik maupun

secara psikologis, dilakukan secara sukarela dan menguntungkan orang lain.

Wrightsman dan Daux dalam Setiawan (2009) menjelaskan bahwa perilaku

prososial merupakan tindakan yang mempunyai akibat sosial secara positif, yang

ditujukan bagi kesejahteraan orang lain baik secara fisik maupun secara

(28)

memberikan keuntungan pada orang lain daripada dirinya sendiri. Menurut Staub

(Dayakisni dan Hudaniah 2006) dalam Setiawan (2009) ada tiga indikator yang

menjadi tindakan prososial, yaitu:

a. Tindakan itu berakhir pada dirinya dan tidak menuntut keuntungan pada

pihak pelaku.

b. Tindakan itu dilahirkan secara sukarela.

c. Tindakan itu menghasilkan kebaikan.

Beberapa faktor yang mendasari seseorang untuk bertindak prososial, yaitu;

a. Self-gain: harapan seseorang untuk memperoleh atau menghindari kehilangan sesuatu, misalnya ingin mendapatkan pengakuan, pujian atau

takut dikucilkan.

b. Personal values and norms: adanya nilai-nilai dan norma sosial yang diinternalisasikan oleh individu selama mengalami sosialisasi dan

sebagian nilai-nilai serta norma tersebut berkaitan dengan tindakan

prososial, seperti berkewajiban menegakkan kebenaran dan keadilan

serta adanya norma timbal balik.

c. Empathy: kemampuan seseorang untuk ikut merasakan perasaan atau pengalaman orang lain.

Perilaku prososial mencakup tindakan-tindakan membagi (sharing), kejujuran (honesty), tanggung jawab (responsibility) kerjasama (kooperatif), menyumbang (donating), menolong (helping), dermawan (generousity) serta mempertimbangkan hak-hak kesejahteraan orang lain (Mussen et al, 1989 dalam Darmadji 2009).

Perilaku manusia tidak dapat lepas dari keadaan individu itu sendiri dan

lingkungan di mana individu itu berada. Perilaku manusia itu didorong oleh motif

tertentu sehingga manusia itu berperilaku tertentu pula (Walgito 2003). Perilaku

prososial juga bisa muncul dalam diri seseorang kalau individu memilliki

kepercayaan. Dalam konteks ini terdapat beberapa teori yang dirangkum dari

berbagai pendapat para ahli, yaitu: (a) teori insting, yang merupakan perilaku innate, perilaku yang bawaan, dan insting akan mengalami perubahan karena pengalaman; (b) teori dorongan(drive theory), yang bertitik tolak dari pandangan bahwa organisme itu mempunyai dorongan-dorongan tertentu.

Dorongan-dorongan ini berkaitan dengan kebutuhan-kebutuhan organisme yang

(29)

  10

adanya insentif. Insentif atau disebut juga reinforcement di mana ada yang positif dan ada yang negatif.

Reinforcement yang positif berkaitan dengan hadiah yang akan mendorong organisme dalam berbuat, sedangkan reinforcement yang negatif berkaitan dengan hukuman yang akan dapat menghambat dalam organisme

berperilaku; (d) teori atribusi, yang menjelaskan tentang sebab-sebab perilaku

orang apakah disebabkan oleh disposisi internal (seperti motif, sikap, dan

sebagainya) ataukah disebabkan oleh keadaan eksternal; dan (e) teori kognitif,

yang menjelaskan apabila seseorang harus memilih perilaku mana yang mesti

dilakukan, maka yang bersangkutan akan memilih alternatif perilaku yang akan

membawa manfaat yang sebesar-besarnya bagi yang bersangkutan (subjective expected utility).

Perilaku prososial konsumen adalah perilaku ekologis konsumen antara

lain memperhatikan bagaimana dampak produk yang dikonsumsi, melakukan

penghematan energi, melakukan daur ulang, membeli produk organik dan

membeli produk serta memanfaatkan secara bijaksana. Perilaku prososial

merupakan suatu perilaku cerminan dari aspek kognitif yang melandasi individu

dalam mengolah informasi dan membuat suatu keputusan. Perilaku prososial

merupakan perilaku yang dipertimbangkan dengan memperhatikan segala

sesuatu risiko dan konsekuensinya. Tidak semua individu bisa menerapkannya

dalam kegiatan sehari-hari. Perilaku ini tidak bisa tumbuh begitu saja, tetapi

merupakan sesuatu yang dipahami oleh individu dalam jangka waktu yang lama.

Perilaku prososial merupakan perilaku yang ideal dan dianggap bisa

menciptakan suatu tatanan hidup bermasyarakat yang bersih, langgeng, dan

sehat. Keluarga bisa mengajarkan anak sebagai konsumen yang bijaksana sejak

kecil. Orangtua bisa menjadi panutan anak dalam bertindak. Lingkungan sekitar

yaitu teman, sekolah, dan masyarakat bisa mempengaruhi terbentuknya norma

personal dalam diri individu.

Model Perilaku Prososial

Ada dua model psikologis tradisi yang telah diterapkan untuk menjelaskan

(30)

Theory of Reasoned Action

Menurut Jogiyanto (2007) dalam Ramdhani (2009) Theory Reasoned Action pertama kali dicetuskan oleh Ajzen pada tahun 1980. Teori ini disusun menggunakan asumsi dasar bahwa manusia berperilaku dengan cara yang

sadar dan mempertimbangkan segala informasi yang tersedia. Dalam TRA,

Ajzen (1980) dalam Ramdhani (2009) menyatakan bahwa niat seseorang

untuk melakukan suatu perilaku menentukan akan dilakukan atau tidak

dilakukannya perilaku tersebut. Lebih lanjut, Ajzen mengemukakan bahwa

niat melakukan atau tidak melakukan perilaku tertentu dipengaruhi oleh dua

penentu dasar, yang pertama berhubungan dengan sikap (attitude towards behavior) dan yang lain berhubungan dengan pengaruh sosial yaitu norma subjektif (subjective norms).

Dalam upaya mengungkapkan pengaruh sikap dan norma subjektif

terhadap niat untuk dilakukan atau tidak dilakukannya perilaku, Ajzen melengkapi

TRA dengan keyakinan (beliefs). Pengaruh sikap berasal dari keyakinan terhadap perilaku (behavioral beliefs), sedangkan norma subjektif berasal dari keyakinan normatif (normative beliefs). Secara skematik TRA digambarkan seperti pada Gambar 1.

Gambar 1 Theory of Reasoned Action (Ajzen (1980) dalam Ramdhani, 2009)

Theory of Planned Behavior

Theory of Planned Behavior (TPB) merupakan pengembangan lebih lanjut dari TRA. Ajzen (1988) dalam Ramdhani (2009) menambahkan konstruk yang

belum ada dalam TRA, yaitu kontrol perilaku yang dipersepsi (perceived behavioral control). Konstruk ini ditambahkan dalam upaya memahami keterbatasan yang dimiliki individu dalam rangka melakukan perilaku tertentu (Chau dan Hu 2002)

dalam Ramdhani ( 2009). Dengan kata lain, dilakukan atau tidak dilakukannya Behavioral

Belief

Normative Belief

Attitude towards Behavior

Subjective Norms

Intention to Behave

(31)

  12

suatu perilaku tidak hanya ditentukan oleh sikap dan norma subjektif semata,

tetapi juga persepsi individu terhadap kontrol yang dapat di lakukannya yang

bersumber pada keyakinan terhadap kontrol tersebut (control beliefs). Ajzen (2005) dalam Ramdhani (2009) menambahkan faktor latar belakang individu ke

dalam TPB, sehingga secara skematik TPB digambarkan secara lengkap seperti

[image:31.595.110.536.222.478.2]

Gambar 2.

Gambar 2 Theory of Planned Behavior (Ajzen (1980) dalam Ramdhani, 2009)

Norm Activation Theory

Schwartz dan Howard (1981) mengembangkan Norm Activation Theory (NAT) (Gambar 3) untuk menjelaskan perilaku altruistik yaitu perilaku yang

dilakukan untuk kepentingan orang lain, bermanfaat secara sosial dan

menekankan nilai yang diberikan kepada orang lain. Norma personal atau

personal norm (PN) di aktifkan oleh perilaku kesadaran dan keyakinan tentang tanggung jawab pribadi. Schwartz juga beranggapan bahwa kesadaran dan

tanggung jawab berpengaruh terhadap perilaku

 

Behavioral Belief

Attitude

Toward the  Behavior

 

Normative

Beliefs 

Subjective

Norms 

 

Control

Beliefs 

Perceived Behavior

Control

intention Behavior Backgound

Factors. Personal General- Attitudes Personality- Trait Values

Emotions Intelligence

Social

Age, gender, Race, Etnicity, Education, Income, Religion.

(32)

Gambar 3 Norm Activation Theory (Schwartz dan Howard, 1981)

[image:32.595.79.486.22.500.2]

Wall et al (2007) mengemukakan perbedaan TPB dan NAT seperti yang terdapat pada Tabel 1.

Tabel 1 Perbedaan Theory of Planned Behavior dan Norm-Activation Theory No Theory of Planned Behavior Norm-Activation Theory

1 Menekankan pada utilitas pribadi Menekankan pada altruistik dan manfaat bagi orang lain yang di prioritaskan di atas kepentingan pribadi

2 Fokus pada eksternal (Subyektif Norm) Fokus pada norma-norma internal (Personal Norm) 3 Terdapat perilaku yang di kontrol NAT tidak ada kontrol

4 Terdapat niat (BI / Behavior Intention) NAT tidak ada BI

Norm Activation Model

Sebuah model yang umum digunakan untuk mempertimbangkan

hasil-hasil yang diharapkan bagi orang lain ketika menjelaskan perilaku prosocial

adalah Norm Activation Model (NAM) yang di populerkan oleh Schwartz. NAM telah banyak digunakan pada penelitian untuk menjelaskan keinginan dan

perilaku prososial. Model ini mengasumsikan bahwa perilaku prosocial adalah

hasil dari aktivasi norma-norma pribadi yang didefinisikan sebagai kewajiban

moral untuk melakukan atau menahan diri dari tindakan-tindakan tertentu

(Schwartz dan Howard 1981). NAM menyebutkan bahwa norma-norma pribadi

atau Personal Norm (PN) sudah diaktifkan ketika seseorang mengakui bahwa tidak bertindak prosocial akan mengakibatkan konsekuensi negatif bagi orang

lain (Awareness of Consequences; AC) dan merasa bertanggung jawab atas konsekuensi negatif ini (Ascription of Responsibility; AR). Jika PN tidak

Awareness of

 a behavior’s 

Consequences 

Responsibility beliefs

Personal Norm

(33)

  14

diaktifkan, tidak ada tindakan prososial yang akan diakui sebagaimana mestinya

dan tidak ada tindakan prososial yang akan mengikuti.

Penelitian prososial dan penelitian pro lingkungan lebih banyak

menerapkan NAM sebagai modelnya. Perilaku pro lingkungan merupakan hal

yang khusus di perilaku prososial, dimana perilaku pro lingkungan mensyaratkan

seseorang juga bermanfaat untuk orang yang lain , tetapi sering kali tidak ada

manfaat langsung yang di terima oleh individu yang terlibat dalam perilaku ini.

Norm activation model dapat digunakan sebagai moderator dan mediator dalam menentukan perilaku, seperti yang terlihat pada Gambar 4 dan Gambar 5.

NAM sebagai mediator beranggapan bahwa AC dan AR memiliki efek tidak

langsung pada niat dan perilaku melalui norma personal. PN diasumsikan untuk

menjembatani hubungan antara AR, niat Prososial dan perilaku. AR diasumsikan

untuk menjembatani hubungan AC dan PN. Jika NAM sebagai mediator

implementasi kebijakan akan relatif lebih berhasil karena sasaran utamanya

adalah kesadaran (AC) sebelum berfokus pada tanggung jawab dan norma.

NAM sebagai moderator akan meningkatkan tanggung jawab kemungkinan

cukup ketika mempromosikan perilaku prososial (De Groot dan Steg 2009)

Moderator Model

Gambar 4 Norm Activation Model sebagai moderator (De Groot dan Steg 2009)

Mediator Model

Gambar 5 Norm Activation Model sebagai mediator (De Groot dan Steg 2009)

Personal Norm

Awareness of

Consequences 

Ascription of Responsibility

Prosocial Intentions and

Behavior

Awareness of 

Consequences 

Ascription of Responsibility

Personal Norm

Prosocial Intentions and

(34)

Penelitian yang dilakukan oleh De Groot dan Steg (2009) menyatakan

bahwa dari lima penelitian menunjukkan NAM yang terbaik harus diartikan

sebagai model mediator, bahwa perilaku prososial dapat dipromosikan dengan

meningkatkan kesadaran terlebih dahulu dan kemudian meningkatkan tanggung

jawab untuk masalah-masalah yang ada, hal ini memperkuat kewajiban moral

untuk mengambil tindakan prososial. 

Kesadaran

Sadar artinya merasa, tahu atau ingat (kepada keadaan yang

sebenarnya), keadaan ingat akan dirinya. Kesadaran yang dimiliki

oleh manusia merupakan bentuk unik dimana ia dapat menempatkan diri

manusia sesuai dengan yang diyakininya (Wikipedia 2010). Menururt Siswanto

(2010) konsep atau makna kesadaran dapat diartikan sebagai sikap perilaku diri

yang tumbuh dari kemauan diri dengan dilandasai suasana hati yang ikhlas/rela

tanpa tekanan dari luar untuk bertindak yang umumnya dalam upaya

mewujudkan kebaikan yang berguna untuk diri sendiri dan lingkungannya.

Teori kesadaran (cognotive theory) menyatakan bahwa perilaku merupakan respon positif atau negatif, tidak ada variabel-variabel lain yang turut

mempengaruhinya. Dalam teori kesadaran proses belajar di pengaruhi oleh

faktor-faktor seperti; sikap, keyakinan, pengalaman masa lalu dan kesadaran

mengenai bagaimana memanfaatkan suatu keadaan untuk mencapai tujuan.

Teori kesadaran lebih menekankan pada proses pemikiran seseorang

yang sangat menentukan pola perilakunya. Kesadaran dalam mendukung usaha

efisiensi dan konservasi energi hendaknya diikuti dengan pembentukan perilaku

masyarakat yang hemat energi.

Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (2001), kesadaran lingkungan

diartikan sebagai pengertian yang mendalam pada orang seorang atau

sekelompok orang yang terwujud di pemikiran, sikap, dan tingkah laku yang

mendukung pengembangan lingkungan. Menurut Soerjani (1987) dalam Utami

(1998) kesadaran masyarakat mengenai masalah lingkungan sudah mulai

tumbuh, tetapi tingkat kesadaran yang ada belum cukup tinggi untuk mengetahui

perilaku mereka atau untuk menjadi motivasi yang kuat sehingga dapat

(35)

  16

Tanggungjawab

Tanggungjawab menurut kamus besar Bahasa Indonesia adalah

keadaan wajib menanggung segala sesuatunya artinya jika ada sesuatu hal,

boleh dituntut, dipersalahkan, diperkarakan dan sebagainya, sedangkan

bertanggungjawab adalah suatu sikap seseorang yang secara sadar dan berani

mau mengakui apa yang dilakukan, kemudian ia berani memikul segala

resikonya. Menurut Johannesen (1996) tanggungjawab mencakup unsur

pemenuhan tugas dan kewajiban, dapat dipertanggungjawabkan ketika dinilai

menurut yang disepakati, dan dapat dipertanggungjawabkan menurut hati nurani

kita sendiri.

Kewajiban dan tanggungjawab moral bisa dinyatakan dalam bentuk

maksimal dengan melakukan tindakan merawat (care), melindungi, menjaga, dan melestarikan alam. Terkait dengan prinsip hormat terhadap alam menjadi

tanggung jawab moral terhadap alam, karena secara ontologis adalah manusia

bagian integral dari alam. Kenyataan ini melahirkan sebuah prinsip moral bahwa

manusia mempunyai tanggung jawab baik terhadap alam semesta seluruhnya

dan integritasnya, maupun terhadap keberadaan dan kelestarian setiap bagian

dan benda di alam semesta ini, khususnya makhluk hidup. Tanggungjawab ini

bukan saja bersifat individual melainkan juga kolektif.

Menurut Keraff dalam Sondurubun (2006) masalah lingkungan hidup

memiliki kesatuan yang amat integral dengan masalah moral, atau persoalan

perilaku manusia. Krisis energi secara global yang kita alami dewasa ini adalah

juga merupakan persoalan moral, atau krisis moral secara global, karenanya kita

perlu etika dan moralitas untuk mengatasinya. Hanya bisa diatasi dengan

melakukan perubahan cara pandang dan perilaku manusia terhadap alam yang

fundamental dan radikal. Dibutuhkan sebuah pola hidup atau gaya hidup baru

yang tidak hanya menyangkut orang per orang, tetapi juga budaya masyarakat

secara keseluruhan. Beberapa prinsip yang perlu dilakukan:

1. Sikap Hormat terhadap Alam (Respect for Nature)

2. Prinsip Tanggung Jawab ( Moral Responsibility for Nature) 3. Solidaritas Kosmis ( Cosmic Solidarity)

4. Prinsip Kasih Sayang dan Kepedulian terhadap Alam ( Caring for Nature) 5. Prinsip “No Harm

(36)

Prinsip tanggungjawab moral ini menuntut manusia untuk mengambil

prakarsa, usaha, kebijakan, dan tindakan bersama secara nyata untuk menjaga

alam semesta dengan segala isinya. Itu berarti, kelestarian dan kerusakan alam

merupakan tanggung jawab bersama seluruh umat manusia.

Norma Personal

Menurut Schwartz (1973) dalam Aertsens et al (2009) yang dimaksud norma personal adalah keyakinan seseorang atas tindakan yang dianggap benar

atau salah. Ketika sesorang tidak memiliki norma personal yang jelas terhadap

tindakan tertentu, jika ia harus bertindak, maka ia dapat menetapkan norma

berdasarkan nilai umum yang dimilikinya. Berdasarkan Schwartz (1977) dalam

Aertsens et al (2009) norma personal teraktivasi adalah norma personal yang dirasakan sebagai kewajiban moral. Norma personal dapat mengacu pada norma

sosial yang terinternalisasi, ataupun juga sebagai hasil dari penalaran mengenai

konsekuensi perilaku moral. 

Schwartz dan Howard (1981) dalam De Groot dan Steg (2009)

menyatakan bahwa norma personal adalah perasaan kewajiban moral untuk

melakukan atau menahan diri dari tindakan-tindakan tertentu yang

mengakibatkan tindakan prososial. Norma personal diaktifkan ketika seseorang

mengakui bahwa tidak bertindak prososial akan mengakibatkan konsekwensi

negatif bagi orang lain atau lingkungan. Norma personal dapat di artikan juga

sebagai sejauh mana seseorang memiliki motivasi untuk mengikuti kata hatinya

terhadap tindakan atau perilaku yang akan dilakukannya.

Norma personal merupakan aspek internal pada perilaku prososial,

sedangkan aspek eksternalnya adalah norma sosial. Norma personal, terhadap

keyakinan akan konsekuensi tindakan, merupakan sesuatu yang diyakini baik

dan harus dilakukan oleh setiap individu dalam kegiatan keseharinya. Norma

personal ini mempengaruhi tindakan yang ada dalam diri seseorang dan menjadi

pedoman hidup. Norma personal bisa ditumbuhkan melalui aspek sosialisasi baik

oleh keluarga, lingkungan, dan media.

Maksud Perilaku

Maksud perilaku adalah kecenderungan atau indikasi dari keputusan

seseorang untuk melakukan suatu tindakan (Crano dan Brewer (1986) dalam

(37)

  18

(2004) mendefinisikan intensi berperilaku merupakan suatu konsep yang

menunjuk pada seberapa besar kemungkinan subyektif seseorang untuk

menampilkan suatu perilaku tertentu. Menurut Allport (1978) dalam Kusumastuti

(2004) bahwa konsep intensi mempresentasikan harapan, keinginan, ambisi,

aspirasi dan rencana seseorang yang akan dilakukannya di masa yang akan

datang.

Maksud berperilaku adalah niat atau maksud seseorang untuk melakukan

sesuatu dengan perhatian yang diberikan kepada objek sikap. Niat untuk

melakukan sesuatu ini tidak selalu menghasilkan perilaku aktual (Solomon 1999).

Mowen dan Minor (2002) mendefinisikan maksud berperilaku sebagai keinginan

konsumen untuk berperilaku menurut cara tertentu dalam rangka memiliki,

membuang, dan menggunakan produk atau jasa

Menurut Sumarwan (2002) maksud berperilaku adalah sebagai

kecenderungan dari seseorang untuk melakukan tindakan tertentu yang

berkaitan dengan objek sikap (produk atau merek tertentu). Shiffman dan Kanuk

(2004) mendefinisikan maksud berperilaku sebagai kesukaan atau

kecenderungan yang akan dilakukan oleh seseorang melalui tindakan yang

spesifik atau perilaku dalam cara tertentu dengan perhatian atau fokus pada

objek sikap.

Menurut Ramdhani (2008) niat untuk melakukan perilaku (intention) adalah kecenderungan seseorang untuk memilih melakukan atau tidak

melakukan sesuatu pekerjaan. Niat ini ditentukan oleh sejauh mana individu

memiliki sikap positif pada perilaku tertentu, dan sejauh mana kalau dia memilih

untuk melakukan perilaku tertentu itu dia mendapat dukungan dari orang-orang

lain yang berpengaruh dalam kehidupannya.

Hal ini dapat di simpulkan bahwa intensi atau maksud perilaku

merupakan konsep yang menunjuk pada seberapa besar kemungkinan, niat dan

harapan seseorang untuk menunjukkan sikap dan tingkah laku tertentu di masa

yang akan datang. Teori sikap dari Fishbein dan Ajzen menyatakan bahwa sikap

memiliki tiga komponen yaitu:

1. komponen perasaan (affection). 2. komponen pemikiran (cognition).

(38)

Jika melihat dari teori Fishbein maka konsep intensi atau maksud perilaku pada

penelitian ini masuk pada komponen yang ketiga. Dimana teori intensi

menunjukkan pada ditampilkannya suatu tingkah laku pada situasi tertentu.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Perilaku Hemat Listrik

Karakteristik individu merupakan uraian suatu populasi yang dinyatakan

dalam besaran (size), struktur dan distribusi (Suprapto dan Limakrisna 2007). Menurut De Fleur dan Rokeach (1989), perbedan individu sangat kuat

mempengaruhi perilaku seseorang dan akan memberikan respons yang

berlainan karena setiap orang memiliki tingkat predisposisi motivasional yang

berbeda dalam memberikan respons. Selanjutnya Sumarwan (2004) menyatakan

bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi karakteristik konsumen adalah

pengetahuan dan pengalaman konsumen, kepribadian konsumen dan

karakteristik demografi.

Menurut Engel et al, (1994) perilaku konsumen dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu:

1. Pengaruh lingkungan, yang meliputi lingkungan budaya, pengaruh

pribadi, situasi dan kelompok acuan.

2. Perbedaan individu, yang meliputi sumber daya konsumen, sikap, gaya

hidup, dan demografi.

3. Proses psikologi, yang meliputi pemprosesan informasi, pembelajaran

dan perubahan sikap dan perilaku.

Menurut Asael (1984) dalam Nurjanah (2000), menyatakan bahwa

karakteristik konsumen seperti usia, jenis kelamin, pendidikan, pengetahuan dan

pendapatan berpengaruh terhadap perilaku konsumen. Karakteristik konsumen

dapat berfungsi untuk mengetahui motivasi dan niat dalam melakukan tindakan.

Usia

Usia seseorang dapat mempengaruhi selera seseorang terhadap suatu

barang atau jasa. Usia merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi

persepsi seseorang dalam pembuatan keputusan dan menjaga segala sesuatu,

seperti barang dan jasa, sebagai sesuatu yang baru. Hal tersebut disebabkan

oleh usia yang berpengaruh terhadap kecepatan seseorang dalam menerima

sesuatu yang baru (Kotler 2002). Perbedaan usia akan mempengaruhi

(39)

  20

Pendidikan dan Pekerjaan

Pendidikan adalah sumber daya manusia potensial yang merupakan

kunci utama kemajuan suatu bangsa. Inti pendidikan itu sendiri (baik resmi atau

tidak) pada dasarnya adalah proses alih informasi dan nilai-nilai yang ada.

Selama proses itu terjadi, pengalaman dan kemampuan menalar atau

pengambilan kesimpulan seseorang bertambah baik (Suntoro et al 1992).

Tingkat pendidikan seseorang menggambarkan kesanggupan intelektual

orang tersebut. Kesanggupan intelektual merupakan ciri khusus manusia yang

membedakannya dari makhluk hidup lainnya (Sediaoetama 1991). Tingkat

pendidikan akan mempengaruhi proses keputusan dan pola konsumsi

seseorang. Tingkat pendidikan juga akan mempengaruhi nilai-nilai yang dianut,

cara berfikir, cara pandang, bahkan persepsinya terhadap suatu masalah.

Konsumen atau pelanggan yang memiliki pendidikan yang lebih baik akan

sangat responsif terhadap informasi. Umumnya semakin tinggi pendidikan

seseorang, semakin besar kemungkinan orang itu berpendapatan tinggi

(Schiffman dan Kanuk 2004).

Menurut Kasmir (2006) konsumen yang berpendidikan Sekolah Dasar

memiliki pola pikir yang berbeda dalam memilih produk atau jasa dengan lulusan

Sekolah Lanjutan Tingkat Atas atau sarjana. Selain itu, pelanggan yang memilki

pendidikan sarjana lebih mampu bersikap kritis terhadap apa yang akan

dilakukan.

Pendapatan dan Pengeluaran

Pendapatan adalah sumberdaya material yang diterima oleh seseorang

dari pekerjaan yang dilakukannya untuk mencari nafkah yang umumnya diterima

dalam bentuk uang. Tersedianya uang menentukan banyaknya benda ekonomi

yang dibutuhkan oleh suatu keluarga untuk dapat membeli dan memiliki benda

tersebut. Anggota keluarga yang menjadi sumber utama keuangan keluarga

disebut pencari nafkah dan biasanya dipegang oleh ayah atau suami

(Sediaoetama 1991).

Pola pemakaian sumber keuangan sangat dipengaruhi oleh pola atau

gaya hidup keluarga. Pendapatan yang tinggi akan membuat seseorang ingin

membeli barang-barang elekrtonik untuk mempermudah dalam pekerjaan rumah,

(40)

pola pengeluaran rumahtangga merupakan salah satu cara untuk dapat

mengetahui tingkat kehidupan masyarakat.

Usaha Rumahtangga yang Membutuhkan Energi Listrik

Listrik pada tingkat rumahtangga tidak hanya digunakan untuk

kepentingan anggota rumahtangga saja, tetapi dapat juga digunakan untuk

proses produksi usaha rumah tangga jika rumahtangga tersebut memiliki usaha.

Dalam proses produksi yang dilakukan, terdapat beberapa jenis usaha di rumah

tangga yang membutuhkan energi listrik. Jenis usaha rumah tangga tersebut

antara lain usaha menjahit/konveksi, percetakan, salon, usaha makanan atau

catering, laundry, dan usaha-usaha lainnya. Penggunaan energi listrik ini tentu menambah jumlah konsumsi listrik dalam rumahtangga. Oleh karena itu, usaha

rumahtangga perlu diperhitungkan sebagai faktor yang mempengaruhi tingkat

konsumsi energi listrik dalam rumahtangga.

Kepemilikan Alat Elektronik di Rumahtangga

Secara bahasa peralatan dapat diartikan sebagai benda yang dipakai

untuk mengerjakan sesuatu (Kamus Besar Bahasa Indonesia 2001), listrik

merupakan daya atau kekuatan yang ditimbulkan oleh adanya pergesekan atau

melalui proses kimia, dapat digunakan untuk menghasilkan panas atau cahaya,

atau untuk menjalankan mesin. Jadi yang dimaksud dengan peralatan listrik

adalah semua benda yang dapat digunakan untuk melakukan sesuatu yang

dapat berfungsi jika menggunakan listrik sebagai sumber energinya. Sedangkan

peralatan listrik rumah yaitu berkaitan dengan peralatan listrik yang biasa

digunakan di rumah (Sunarto 2009). Pada saat ini hampir semua peralatan

rumah tangga tidak bisa lepas dari penggunaan energi listrik yang lebih

memberikan kepraktisan dalam pengoperasiannya (Susanta dan Agustoni 2007).

Peralatan listrik rumah tangga pada umumnya sudah dirancang untuk

pemakaian listrik yang hemat, namun pada prakteknya masih ditemukan

pemborosan energi listrik. Hal ini dapat terjadi antara lain karena penggunaan

peralatan dengan cara yang kurang tepat.

Menurut Handoko (2010) pemanfaatan listrik dapat dibagi menjadi dua

yaitu manfaat primer dan manfaat sekunder. Manfaat primer karena peran listrik

sangat pokok dalam menunjang kegiatan rumahtangga, misalnya untuk

(41)

  22

membagi manfaat primer menjadi tiga yaitu listrik untuk pencahayaan yang

digunakan untuk menyalakan lampu-lampu listrik, listrik untuk pengudaraan,

digunakan untuk menyalakan alat-alat pengudaraan buatan seperti kipas angin

dan AC (air conditioner) dan listrik untuk tata air yang dimanfaatkan untuk menyalakan pompa air listrik dan pemanas air (water heater).

Listrik memiliki manfaat sekunder karena listrik hanya digunakan untuk

menunjang kegiatan yang dilakukan di dalam rumah, seperti sumber tenaga

untuk televisi, radio, lemari es, microwave, mesin cuci dan peralatan listrik

lainnya. Jumlah peralatan listrik yang dimiliki oleh sebuah rumahtangga lebih

banyak dipengaruhi oleh daya listrik yang dimiliki, jumlah anggota keluarga,

kebutuhan alat listrik masing-masing anggota rumahtangga, dan tipe rumah.

Pengetahuan

Pengetahuan adalah sebagai kepercayaan konsumen terhadap objek

(Solomon 1999). Hawkins, Best, dan Coney (2001) juga menyatakan bahwa

pengetahuan adalah kepercayaan konsumen terhadap suatu objek. Menurut

Schiffman dan Kanuk (2004) menyatakan bahwa pengetahuan seseorang

didefinisikan sebagai pengetahuan dan persepsi yang merupakan kombinasi dari

pengalaman nyata terhadap suatu objek dengan informasi terkait dari

sumber-sumber lainnya. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang mencakup ingatan

akan hal-hal yang pernah dipelajari dan disimpan dalam ingatan. Hal ini dapat

meliputi fakta, kaidah dan prinsip, serta metode yang diketahui (Winkel 2004).

Engel, Blackwell, dan Miniard (1994) mendefinisikan pengetahuan

sebagai informasi yang disimpan di dalam ingatan. Himpunan bagian dari

informasi total yang relevan dengan fungsi pelanggan di pasar disebut

pengetahuan pelanggan. Pengetahuan pelanggan terdiri dari informasi yang

disimpan dalam ingatan, yaitu pengetahuan produk (product knowledge), pengetahuan pemakaian (usage knowledge) dan pengetahuan pembelian (purchase knowledge).

Pengetahuan produk kumpulan berbagai macam informasi mengenai

produk. Pengetahuan produk meliputi kategori produk, merek, terminologi

produk, atribut atau fitur produk, harga produk dan kepercayaan produk

(Sumarwan 2002). Pada masyarakat pengguna listrik diharapkan mengetahui

sejauh mana pelanggan tenaga listrik mengetahui proses, seperti dari energi

(42)

listrik, disalurkan melalui saluran udara bertegangan tinggi (SUTT), di

distribusikan melalui saluran udara bertegangan rendah (SUTR) ke rumah-rumah

dan industri.

Pengetahuan pembelian mencakup berbagai informasi yang dimiliki

konsumen dan berhubungan erat dengan pembelian produk. Melalui jasa

pelayanan seperti mengajukan permohonan tambah daya atau pasang baru

dapat dilakukan oleh masyarakat langsung ke kantor pelayanan listrik.

Pengetahuan pemakaian menurut Sumarwan (2002) adalah bahwa suatu

produk akan memberikan manfaat secara maksimal apabila produk tersebut

digunakan secara tepat. Masyarakat sebagai pelanggan listrik apabila

menggunakan listrik secara tepat, maka biaya penggunaan listrik menjadi lebih

hemat. Biaya pemakaian tenaga listrik adalah merupakan biaya yang wajib di

bayar oleh pelanggan tiap bulan, pemakaian energi dalam kWh meter,

pemakaian pada waktu beban puncak pukul 17.00 – 22.00, pemakaian energi

dapat di hemat melalui peningkatan dan kesadaran untuk lebih efisien dalam

penggunaan peralatan listrik.

Sumber Informasi

Keberadaan media informasi telah menjadi bagian dalam hidup manusia.

Perkembangan teknologi informasi direspon oleh masyarakat yang menghendaki

kemudahan akses yang berkaitan dengan jasa telekomunikasi. Interaksi yang

tercapai antara manusia dengan teknologi komunikasi dan informasi

mengakibatkan terjadinya perubahan pola hidup manusia modern masa kini

(Deppen 1993)

Menurut Kotler (2002) sumber-sumber informasi konsumen terdiri dari

empat kelompok: (1) sumber pribadi (keluarga, teman, tetangga dan kenalan, (2)

sumber komersial (iklan, tenaga penjual, pedagang, kemasan dan pedagang di

toko), (3) sumber publik (media massa dan organisasi penilaian konsumen), (4)

sumber pengalaman atau percobaan (penanganan, pengujian dan penggunaan

produk). Setiap sumber imformasi memberikan fungsi yang berbeda-beda dalam

mempengaruhi keputusan pembelian. Informasi dari sumber komer

Gambar

Gambar 2 Theory of Planned Behavior (Ajzen (1980) dalam Ramdhani, 2009)
Tabel 1 Perbedaan   Theory of Planned Behavior dan Norm-Activation Theory
Tabel 2 Konsumsi listrik dan besarnya rekening listrik per pelanggan per bulan  dari setiap kelompok pelanggan di seluruh Indonesia
Gambar 6 Modifikasi Norm Activation Model sebagai Mediator untuk Perilaku Penghematan  Listrik
+7

Referensi

Dokumen terkait

Analisis tujuan dilakukan guna merumuskan tujuan yang ingin dicapai dari penelitian pengembangan yang akan dilakukan. Memperkirakan dana, tenaga, dan waktu yang

Dalam pengembangan sistem pemandu wisata berbasis WAP pada Dinas Pariwisata Provinsi DIY untuk mobile device, diharapkan menghasilkan informasi yang lebih detail dari sistem

LABORATORIUM ILMU UKUR TANAH FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS PANCASILA. Nama Pesawat : Diukur oleh

Menimbang bahwa adapun surat rekomendasi Nomor 523/80/II/2014 kepada ALEXANDER TIANDA yang diterbtikan HENDRA DARMALIUS, A.Pi., kepala dinas dan kelautan Kota Sibolga,

Sedang Afrina dkk (2001) memanfaatkan serbuk KKS untuk papan partikel dengan perekat campuran polypropilena (pp) dan urea formaldehida, ternyata papan partikel

Khusus DL karena berupa kelas jamak, perlu perubahan dari kategori berupa “string” (setosa, versicolor dan virginica) perlu dikonversi menjadi 0, 1, dan 2. Langkah kedua

(2012) mengemukakan bahwa pemberian pakan tambahan berupa suplementasi ampas tahu dan mineral Cu-organik dapat meningkatkan kinerja pertumbuhan sapi Bali yang diberikan