• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Letak dan Keadaan Geografis

Secara geografis, Kota Depok terletak di antara 06°19’ Lintang Selatan-

06°28’ Lintang Selatan dan 106°43’ Bujur Timur-106°55’ Bujur Timur. Pemerintah Kota Depok merupakan bagian wilayah dari Provinsi Jawa Barat yang berbatasan dengan tiga kabupaten dan satu provinsi, yaitu:

a. Sebelah Utara berbatasan dengan DKI Jakarta dan Kecamatan Ciputat, Kabupaten Tangerang.

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Cibinong, Kabupaten Bogor. c. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pondok Gede, Kota Bekasi dan

Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

d. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Parung dan Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor.

Luas keseluruhan dari Kota Depok adalah 20.504,54 ha atau 200,29 km2 yang mencakup enam kecamatan yaitu Kecamatan Beji, Kecamatan Limo, Kecamatan Cimanggis, Kecamatan Sawangan, Kecamatan Sukmajaya, dan Kecamatan Pancoran Mas.

Keadaan Alam

Wilayah Kota Depok termasuk wilayah yang beriklim tropis dengan perbedaan curahhujan cukup kecil yang dipengaruhi oleh angin muson. Musim kemarau jatuh pada periode April-September dan musim penghujan jatuh pada periodeOktober-Maret. Temperatur rata-rata di wilayah Kota Depok adalah 24,3- 33 derajat Celcius, kelembaban udararata-rata 82 persen, penguapan udara rata-

rata 3,9 mm/tahun, dan penyinaranmatahari rata-rata 49,8 persen.Sedangkan banyaknya curah hujan di wilayah Kota Depok sekitar 872 mm/tahun dengan curah hujan rata-ratasekitar 2,4 mm.

Secara umum topografi wilayah Kota Depok di bagian utaramerupakan dataran rendah dengan elevasi antara 40-80 meter di atas permukaan laut, sedangkan dibagian selatan merupakan perbukitan bergelombang lemah dengan elevasi 80-140 meter di atas permukaan laut. Berdasarkan hal tersebut, terlihat bahwa sebagian besar wilayah Kota Depok memiliki kemiringan lereng kurang dari 15 persen.Bentuk kemiringan wilayah tersebut sangat menentukan jenis penggunaan lahan, intensitas penggunaan lahan, dan kepadatan bangunan. Wilayah dengan kemiringan datar hingga sedang digunakan untuk berbagai keperluan khususnya di bidang pemukiman, industri, dan pertanian. Wilayah Kota Depok dari segi hidrologis didominasi oleh kelompok litologiendapan lanau, pasir, kerikil, dan kerakal hasil pengendapan kembali dari endapan vulkanik kwarter (kipas alluvial muda), konglomerat, dan pasir sungai (endapan alluvial tua) dengan tingkat intensitas air dari sedang sampai tinggi termasuk akifer dengan produktivitas tinggi di bagian utara dan akifer dengan produktivitas sedang di bagian selatan dengan penyebaran akifer luas dengan debit air antara 1 sampai 5 liter/detik. Keadaan ini menunjukkan bahwa Kota Depok memiliki kandungan air tanah yang cukup baik sehingga wilayah ini sangatlah cocok untuk digunakan dalam bidang pertanian. Selain sumberdaya air tanah, di Kota Depok juga terdapat sumberdaya air lain yang berasal dari sumberdaya air permukaan yang meliputi 30 setu dan 14 sungai yang melintasi Kota Depok.

Gambaran Umum Pertanian Belimbing di Kota Depok

Salah satu potensi pertanian yang cukup potensial di Kota Depok adalah pertanian belimbing. Belimbing Depok atau yang lebih dikenal dengan sebutan belimbing Dewa merupakan hasil buah karya petani penangkar di Depok yang bernama Bapak H. Usman Mubin. Buah yang berwarna orange kuning keemasan ini mengandung vitamin C dan vitamin A yang cukup tinggi, buah belimbing yang berukuran besar dapat mencapai 0.8 kg per buah. Rasa manis dipercayai dapat sebagai obat herbal penurun darah tinggi (hipertensi), kencing manis, nyeri lambung, dan lain-lain.

Belimbing Dewa sangat prospektif untuk dikembangkan di Kota Depok dan pada saat ini buah tersebut telah menjadi buah unggulan di Kota Depok, hal ini disebabkan karena secara komparatif buah belimbing Dewa lebih unggul jika dibandingkan dengan buah belimbing varietas lainnya yang ada di Indonesia. Pada setiap penyelenggaraan event lomba buah unggulan dan pameran-pameran buah nasional serta internasional, buah belimbing Dewa ini lebih unggul dan selalu menjuarai event-event tersebut salah satunya adalah sebagai buah unggul nasional versi Majalah Trubus. Potensi pertanian belimbing di Kota Depok sampai tahun 2012 selalu mengalami peningkatan dengan total luas areal 135 ha yang menyebar di seluruh wilayah Kota Depok. Perkiraan tanaman belimbing yang sudah produktif dengan umur tanaman lebih dari 4 tahun memiliki kapasitas produksi per tahun sekitar 100 kg sampai 150 kg per pohon per tahun. Tanaman produktif ini kurang lebih sekitar 27500 sampai 28000 pohon yang terdapat di Kota Depok

sehingga perkiraan total produksi yang dihasilkan dari belimbing Dewa berkisar antara 2700 ton sampai 3000 ton per tahun. Kapasitas produksi belimbing Dewa apabila diterapkan budidaya sesuai dengan SOP belimbing Dewa diharapkan produktivitas per pohon dapat mencapai 300 kg per tahun, dan jika diasumsikan harga belimbing Dewa dari produsen berkisar antara Rp 4.000,00 sampai Rp 6.000,00 maka omzet penjualan belimbing Dewa setiap tahunnya berkisar Rp 16 miliar sampai Rp 24 miliar per tahun. Nilai ini merupakan nilai yang cukup besar untuk suatu produk pertanian perkotaan.

Pertanaman belimbing Dewa di Kota Depok banyak dikembangkan di lahan-lahan masyarakat dan uniknya banyak juga dikembangkan di sepanjang Sungai Ciliwung, contohnya seperti di Kelurahan Pondok Cina, Kelurahan Tugu, dan Kelurahan Kelapa Dua. Hal tersebut membuat pemandangan di sepanjang Sungai Ciliwung menjadi lebih indah dan asri dengan adanya tanaman belimbing Dewa ini, sehingga kawasan ini berpotensi menjadi kawasan Agrowisata Belimbing Dewa di Kota Depok dan merupakan suatu potensi sumberdaya alam yang tidak ternilai harganya di tengah hiruk-pikuknya kemacetan jalan-jalan di Kota Depok.

Upaya lain dalam meningkatkan nilai tambah dari produk belimbing Dewa adalah pengolahan produk, walaupun usaha pengolahan produk hortikultura di Kota Depok masih minim. Akan tetapi sosialisasi pelatihan di bidang pengolahan produk hortikultura terus dilakukan untuk memotivasi pengusaha-pengusaha mikro di bidang tersebut dalam memproduksi produk olahan hortikultura khususnya produk olahan buah-buahan seperti minuman sari buah segar, dodol buah, keripik buah, dan lain-lain. Sekarang ini mulai banyak pengusaha produk olahan di Kota Depok yang merintis untuk mengolah produk holtikultura seperti buah belimbing Dewa dan jambu biji merah. Selain melakukan peningkatan nilai tambah dari belimbing Dewa, upaya lain yang dilakukan adalah melakukan kemitraan dalam memasarkan belimbing Dewa. Toko Buah Fresh adalah salah satu toko buah segar di Kota Depok yang terletak di Jalan Margonda Raya yang telah melakukan kemitraan dengan Asosiasi Petani Belimbing Dewa Depok (APBDD) dalam pemasaran buah belimbing, jambu, dan lain-lain. Walaupun kapasitas penerimaan produk masih rendah yaitu sekitar 15 kg sampai 20 kg per minggu, akan tetapi para petani belimbing Dewa perlu upaya untuk mempertahankan kemitraan ini sehingga para petani tersebut memiliki kemampuan untuk berkomitmen dengan pengusaha-pengusaha ritel buah segar yang selalu memenuhi syarat 3K (Kapasitas, Kontinuitas, dan Kualitas). Selain Toko Buah Fresh ada juga yang melakukan kemitraan dalam memasarkan belimbing Dewa yaitu PT. Sewu Segar. PT. Sewu Segar merupakan supplier buah belimbing untuk wilayah Jakarta dan Surabaya, PT. Sewu Segar telah membantu pemasaran belimbing Dewa hingga mencapai 1 ton per bulan, dan kapasitasnya akan terus ditingkatkan sesuai dengan peningkatan hasil kualitas belimbing Dewa dari para petani di Kota Depok.

Dalam upaya pemenuhan kualitas produk, para petani belimbing Dewa mulai menerapkan SOP dan GAP. Hal ini juga dipicu dengan peluang pasar komoditas belimbing Dewa yang masih cukup besar, peluang pasar belimbing Dewa untuk kawasan Jabodetabek mencapai angka 6000 ton per tahun. Hal ini disebabkan karena selain sangat diminati oleh konsumen, komoditas belimbing Dewa juga memiliki keunggulan spesifik apabila dibandingkan dengan belimbing

varietas lain. Kota Depok yang memiliki visi sebagai kota niaga dan jasa yang nyaman diharapkan dapat menjadi daerah yang memberikan kenyamanan bagi penduduknya. Kenyamanan tersebut dapat terwujud salah satunya adalah dengan tetap mempertahankan ruang terbuka hijau dengan memanfaatkan potensi lahan pertanian belimbing Dewa yang produktif yang menjadi salah satu pilihan dalam mempertahankan ruang terbuka hijau perkotaan sesuai dengan amanat Undang- Undang Tata Ruang yaitu ruang terbuka hijau perkotaan harus mencapai 30 persen dari total luas wilayah kota tersebut. Kota Depok diharapkan tetap memiliki komoditas unggulan yang bernilai kompetitif dan komparatif khususnya komoditas hortikultura yaitu belimbing Dewa yang merupakan icon kota dan sumber daya lokal Kota Depok. Keunggulan spesifik yang dimiliki komoditas belimbing Dewa harus dilestarikan dengan sebaik-baiknya, sehingga di masa mendatang Kota Depok tetap memiliki kebanggaan akan sumberdaya alam yang potensial dari hasil pengembangan produk pertanian spesifik wilayah yang mendukung ruang terbuka hijau di Kota Depok.

Karakteristik Umum Responden

Karakteristik umum responden pada penelitian ini dibedakan berdasarkan nama, jenis kelamin, usia, jumlah anggota keluarga, pendidikan terakhir atau pendidikan yang sedang ditempuh, status pernikahan, pekerjaan, rata-rata pendapatan atau uang saku per bulan, rata-rata konsumsi belimbing Dewa per bulan, dan rata-rata anggaran belanja belimbing Dewa per bulan. Gambaran umum responden ini diharapkan dapat menjadi sumber informasi untuk melakukan evaluasi maupun penyusunan rekomendasi kebijakan strategi pemasaran bagi para pelaku usaha belimbing Dewa serta pihak-pihak yang membutuhkan informasi tentang perilaku konsumen ketika melakukan pembelian belimbing Dewa.

Definisi responden pada penelitian ini adalah pria dan wanita dewasa dengan usia 17 tahun ke atas yang mengetahui, mengenal, dan pernah mengkonsumsi belimbing Dewa dalam tiga bulan terakhir. Jumlah responden dalam penelitian adalah 60 responden dengan lokasi pengambilan sampel yang terdiri dari tiga lokasi pemasaran yaitu Pasar Depok Lama, Toko Buah Fresh, dan Carrefour Depok. Karakteristik responden digunakan sebagai informasi awal untuk menyusun rekomendasi kebijakan strategi pemasaran. Berikut sebaran karakteristik responden secara keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 9.

Tabel 9. Sebaran Karakteristik Responden Konsumen Belimbing Dewa.

No. Kriteria Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. Jenis kelamin Laki-laki 32 53

Perempuan 28 47 2. Usia 17-27 tahun 13 22 28-38 tahun 24 40 39-49 tahun 13 22 ≥ 50 tahun 10 16 3. Jumlah anggota keluarga ≤ 3 orang 8 14 4 orang 14 23 5 orang 23 28 ≥ 6 orang 15 25 4. Pendidikan terakhir atau yang sedang

ditempuh SD 0 0 SMP 0 0 SMA 17 28 Diploma/Akademi 0 0 Sarjana (S1) 31 52 Pasca Sarjana (S2/S3) 12 20

5. Status pernikahan Menikah 52 87

Belum menikah 8 13

6. Pekerjaan

Pelajar/mahasiswa 2 3

Pegawai Negeri Sipil (PNS) 11 18

Pegawai Swasta 36 60

Wiraswasta 4 7

Pensiunan 0 0

Ibu Rumah Tangga 7 12

Tidak/belum bekerja 0 0 7. Rata-rata pendapatan per bulan < Rp 500.000 0 0 Rp 500.000-Rp 1.499.999 3 5 Rp 1.500.000-Rp 2.499.999 6 10 Rp 2.500.000-Rp 3.499.999 15 25 Rp 3.500.000-Rp 4.499.999 22 37 ≥ Rp 4.500.000 14 23 8. Rata-rata konsumsi belimbing Dewa per bulan 1 kali 37 62 2 kali 22 37 ≥ 3 kali 1 1 9. Rata-rata anggaran belanja belimbing

Dewa per bulan

< Rp 50.000 41 68

Rp 50.000-Rp 74.999 18 31

Dari tabel di atas, dapat terlihat bahwa konsumen belimbing Dewa lebih banyak yang berjenis kelamin laki-laki yaitu sebesar 53 persen dari total responden sedangkan konsumen yang berjenis kelamin perempuan hanya sebesar 47 persen dari total responden. Hal ini disebabkan karena sebagian besar laki-laki merupakan kepala keluarga yang harus bekerja untuk keluarga sehingga mereka sangat jarang memperhatikan kesehatan mereka, untuk itu mereka menerapkan pola hidup sehat dengan cara mengkonsumsi buah-buahan termasuk buah lokal seperti belimbing Dewa yang banyak mengandung gizi dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh. Dari segi usia, sebagian besar kelompok usia responden pada penelitian ini berada pada kisaran usia 28-38 tahun yaitu sebesar 40 persen dari total responden. Hal ini disebabkan karena pada kisaran usia 28-38 tahun orang- orang mulai memperhatikan kesehatan mereka karena mereka mulai merasakan bahwa usia mereka sudah tidak muda lagi sehingga mereka perlu untuk menerapkan pola hidup sehat salah satunya dengan mengkonsumsi buah-buahan seperti belimbing Dewa yang banyak mengandung gizi dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh, selain itu kisaran usia 28-38 tahun merupakan usia yang produktif untuk bekerja sehingga orang-orang lebih berkonsentrasi untuk menjaga kesehatan mereka agar mereka dapat bekerja dengan maksimal walaupun usia mereka sudah tidak tergolong muda. Sedangkan pada kisaran usia 17-27 tahun respondennya sebesar 22 persen, jumlah tersebut sama besarnya dengan jumlah responden pada kisaran usia 39-49 tahun dan sisanya sebesar 16 persen merupakan responden pada kisaran usia 50 tahun dan di atas 50 tahun.

Dari segi jumlah anggota keluarga, sebagian besar responden konsumen belimbing Dewa memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak lima orang dengan persentase sebesar 28 persen dari total responden. Berikutnya adalah responden yang memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak enam orang atau lebih dari enam orang dengan persentase sebesar 25 persen, setelah itu sebesar 23 persen dari total responden memiliki jumlah anggota keluarga sebanyak empat orang dan sebesar 14 persen dari total responden yang memiliki jumlah anggota keluarga kurang atau sama dengan tiga orang.

Dari segi tingkat pendidikan terakhir atau pendidikan yang sedang ditempuh oleh seluruh responden, menurut besarnya persentase secara berturut- turut adalah responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir sarjana yaitu sebesar 52 persen diikuti dengan responden yang memiliki tingkat pendidikan terakhir SMA yaitu sebesar 28 persen dan sebesar 20 persen yang merupakan responden dengan tingkat pendidikan terakhir pasca sarjana. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa tingkat pendidikan konsumen belimbing Dewa cukup tinggi.

Dari segi status pernikahan, sebesar 87 persen dari total responden merupakan konsumen yang mempunyai status menikah dan sisanya sebesar 13 persen merupakan konsumen yang mempunyai status belum menikah. Hal ini disebabkan karena adanya kecenderungan bahwa konsumen yang sudah menikah lebih memperhatikan kesehatan dirinya sendiri dan juga kesehatan anggota keluarganya dibandingkan dengan konsumen yang belum menikah. Salah satu cara yang digunakan adalah dengan mengkonsumsi buah-buahan seperti belimbing Dewa yang baik untuk kesehatan tubuh karena banyak mengandung gizi dan berkhasiat bagi kesehatan tubuh.

Dari segi pekerjaan, sebesar 60 persen dari total responden merupakan konsumen belimbing Dewa yang berprofesi sebagai pegawai swasta. Hal ini disebabkan karena responden yang berprofesi sebagai pegawai swasta lebih keras dalam bekerja baik dari segi waktu maupun dari segi pekerjaan sehingga mereka perlu menjaga kesehatan tubuh mereka agar mereka dapat tetap bekerja dengan baik, salah satu cara yang digunakan untuk menjaga kesehatan tubuh yaitu dengan mengkonsumsi buah-buahan yang baik untuk kesehatan tubuh mereka. Selanjutnya diikuti oleh responden yang berprofesi sebagai pegawai negeri sipil (pns) dengan persentase sebesar 18 persen dari total responden, sisanya sebesar 12 persen berprofesi sebagai ibu rumah tangga, 7 persen berprofesi sebagai wiraswasta, dan 3 persen berprofesi sebagai mahasiswa.

Dari segi tingkat pendapatan rata-rata per bulan, responden konsumen belimbing Dewa didominasi oleh responden dengan pendapatan rata-rata yang berkisar antara Rp 3.500.000-Rp 4.499.999 dengan persentase sebesar 37 persen dari total responden. Selanjutnya diikuti oleh responden dengan pendapatan rata- rata yang berkisar antara Rp 2.500.000-Rp 3.499.999 dengan persentase sebesar 25 persen dari total responden. Selain itu, sebesar 23 persen merupakan responden dengan pendapatan rata-rata lebih dari atau sama dengan Rp 4.500.000 sisanya sebesar 10 persen merupakan responden dengan pendapatan rata-rata yang berkisar antara Rp 1.500.000-Rp 2.499.999 dan sebesar 5 persen merupakan responden dengan pendapatan rata-rata yang berkisar antara Rp 500.000-Rp 1.499.999. Dominasi pada tingkat pendapatan rata-rata responden konsumen belimbing Dewa disebabkan karena hampir sebagian besar responden merupakan konsumen yang sudah mempunyai profesi atau pekerjaan tetap, sehingga para responden tersebut mempunyai pendapatan atau penghasilan tetap dari pekerjaan mereka. Dari tingkat pendapatan rata-rata per bulan, dapat diketahui bahwa pendapatan rata-rata responden konsumen belimbing Dewa cukup tinggi.

Dari segi tingkat konsumsi belimbing Dewa, sebesar 62 persen dari total responden yang mengkonsumsi belimbing Dewa sebanyak satu kali setiap bulannya. Selanjutnya, sebesar 37 persen dari total responden yang mengkonsumsi belimbing Dewa sebanyak dua kali setiap bulannya. Sisanya sebesar 1 persen merupakan responden yang mengkonsumsi belimbing Dewa sebanyak tiga kali atau lebih setiap bulannya. Sedangkan dari segi rata-rata anggaran belanja belimbing Dewa per bulan, sebesar 68 persen dari total responden menghabiskan uang kurang dari Rp 50.000 setiap bulannya untuk membeli belimbing Dewa. Selanjutnya sebesar 31 persen merupakan responden yang menghabiskan uang antara Rp 50.000-Rp 74.999 setiap bulannya untuk membeli belimbing Dewa dan sisanya sebesar 1 persen merupakan responden yang menghabiskan uang Rp 75.000 atau lebih untuk membeli belimbing Dewa setiap bulannya.

Proses Keputusan Pembelian Konsumen

Proses keputusan pembelian konsumen merupakan suatu proses di mana konsumen memutuskan untuk membeli suatu produk atau komoditas tertentu dengan memperhatikan berbagai aspek seperti alasan mengkonsumsi produk atau komoditas tersebut, tempat pembelian, pertimbangan dalam memilih tempat

pembelian, waktu pembelian, dan respon konsumen terhadap kenaikan harga produk atau komoditas tersebut. Berikut data mengenai proses keputusan pembelian konsumen secara keseluruhan yang diperlihatkan pada Tabel 10, Tabel 11, Tabel 12, Tabel 13, dan Tabel 14.

Tabel 10. Alasan Mengkonsumsi Belimbing Dewa.

No. Alasan Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. Pengganti buah lain 32 53

2. Pemenuhan gizi atau nutrisi 22 37

3. Menyembuhkan penyakit 1 1

4. Sekedar mencoba 5 9

Jumlah 60 100

Dari tabel di atas, sebagian besar responden yaitu sebesar 53 persen menyatakan bahwa alasan mereka mengkonsumsi belimbing Dewa adalah sebagai pengganti buah lain. Selanjutnya sebesar 37 persen responden menyatakan alasan mereka mengkonsumsi belimbing Dewa yaitu untuk pemenuhan gizi atau nutrisi, sisanya sebesar 9 persen menyatakan mereka hanya sekedar mencoba dan 1 persen menyatakan alasan untuk menyembuhkan penyakit. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa alasan konsumen membeli belimbing Dewa yaitu sebagai pengganti buah lain, hal ini dapat disebabkan karena adanya berbagai isu yang terdengar bahwa sudah banyak buah-buahan impor yang disuntikkan pengawet agar bisa tahan lama sehingga menyebabkan banyak konsumen yang memilih untuk mengganti buah-buahan yang mereka konsumsi dari buah-buahan impor menjadi buah-buahan lokal seperti belimbing Dewa. Dengan beralihnya konsumen buah-buahan impor menjadi konsumen buah-buahan lokal, diharapkan hal tersebut dapat meningkatkan angka konsumsi buah-buahan lokal di Indonesia.

Tabel 11. Tempat Pembelian Belimbing Dewa.

No. Tempat Pembelian Jumlah (orang) Persentase (%)

1. Supermarket 20 33

2. Pasar tradisional 23 38

3. Toko buah 17 29

Jumlah 60 100

Pada penelitian ini, sebesar 38 persen responden memilih membeli belimbing Dewa di pasar tradisional. Hal ini disebabkan karena harga belimbing Dewa di pasar tradisional relatif lebih murah jika dibandingkan dengan membeli di supermarket dan toko buah. Selanjutnya, sebesar 33 persen responden memilih membeli belimbing Dewa di supermarket dan sisanya sebesar 29 persen memilih membeli belimbing Dewa di toko buah.

Tabel 12. Pertimbangan Dalam Memilih Tempat Pembelian Belimbing Dewa.

No. Pertimbangan Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1. Dekat dengan tempat

tinggal/sekolah/kampus/kantor 34 57

2. Harga yang lebih murah 12 20

3. Tempat yang nyaman 11 18

4. Tidak ada pertimbangan 3 5

Jumlah 60 100

Sebesar 57 persen responden menyatakan bahwa pertimbangan konsumen ketika memilih tempat pembelian belimbing Dewa karena dekat dengan tempat tinggal/sekolah/kampus/kantor, selain itu sebesar 20 persen responden menyatakan karena pertimbangan harga yang lebih murah. Sisanya sebesar 18 persen responden menyatakan karena pertimbangan tempat pembelian yang nyaman, dan sebesar 5 persen responden menyatakan tidak ada pertimbangan ketika memilih tempat pembelian belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa pertimbangan konsumen ketika memilih tempat pembelian belimbing Dewa karena alasan tempat pembelian tersebut dekat dengan tempat tinggal/sekolah/kampus/kantor. Lokasi pembelian belimbing Dewa yang dekat dengan tempat tinggal/sekolah/kampus/kantor dapat mempermudah konsumen dalam mendapatkan belimbing Dewa di pasaran.

Tabel 13. Waktu Pembelian Belimbing Dewa. No. Waktu Ketika Pembelian Jumlah

(orang)

Persentase (%) 1. Menyediakan waktu khusus untuk

membeli 7 12

2. Membeli sekaligus berbelanja

barang lain 53 88

Jumlah 60 100

Sebesar 88 persen responden menyatakan bahwa pembelian belimbing Dewa dilakukan sekaligus pada saat konsumen berbelanja barang lain, sisanya sebesar 12 persen menyatakan bahwa mereka menyediakan waktu khusus untuk membeli belimbing Dewa. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa sebagian besar responden lebih memilih membeli belimbing Dewa ketika mereka sedang berbelanja barang lain dibandingkan jika mereka harus menyediakan waktu khusus untuk membeli belimbing Dewa.

Tabel 14. Respon Konsumen Terhadap Kenaikan Harga Belimbing Dewa. No. Respon Konsumen Jumlah

(orang)

Persentase (%)

1. Tetap akan membeli 43 72

2. Membeli buah lain yang lebih

murah 16 27

3. Mengurangi porsi pembelian 1 1

Jumlah 60 100

Sebagian besar responden yaitu sebesar 72 persen yang menyatakan bahwa mereka tetap akan membeli belimbing Dewa walaupun belimbing Dewa mengalami kenaikan harga. Selanjutnya sebesar 27 persen responden menyatakan bahwa mereka akan membeli buah lain yang lebih murah apabila belimbing Dewa mengalami kenaikan harga, dan sisanya sebesar 1 persen menyatakan akan mengurangi porsi pembelian belimbing Dewa apabila harga belimbing Dewa mengalami kenaikan. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa konsumen tetap akan membeli belimbing Dewa walaupun belimbing Dewa mengalami kenaikan harga di pasaran, hal ini menunjukan bahwa loyalitas konsumen belimbing Dewa cukup tinggi. Walaupun harga belimbing Dewa di pasaran mengalami kenaikan, para konsumen tetap akan membelinya.

Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keputusan Pembelian Konsumen

Faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan pembelian konsumen antara lain adalah pengaruh lingkungan, perbedaan individu, dan proses psikologis. Pengaruh Lingkungan

Pengaruh lingkungan yang diteliti pada penelitian ini adalah pengaruh budaya, pengaruh status sosial, pengaruh anggota keluarga, pengaruh teman atau

Dokumen terkait