• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Kabupaten Bima

Penelitian ini dilakukan di 5 (lima) kecamatan di Kabupaten Bima, Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB), lingkup penelitian difokuskan pada masyarakat yang tergabung sebagai anggota kelompok tani binaan dari Penyuluh Kehutanan Swadaya Masyarakat (PKSM). Peta lokasi penelitian terdapat pada Lampiran 2.

Letak geografis dan administrasi pemerintahan

Kabupaten Bima adalah salah satu kabupaten di Provinsi Nusa Tenggara Barat (NTB) yang berada di ujung timur Pulau Sumbawa terletak pada 118º44” - 119º22” Bujur Timur dan 08º08” - 08º57” Lintang Selatan serta berbatasan dengan Kabupaten Dompu disebelah Barat, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) di sebelah Timur, laut Flores di sebelah Utara dan Samudera Indonesia di sebelah Selatan.

Sejak tahun 2006, Kabupaten Bima telah mengalami pemekaran wilayah, dimana sebelumnya hanya terdapat 14 kecamatan yang kemudian dimekarkan menjadi 18 kecamatan dengan jumlah desa sebanyak 177 desa. Desa yang berada di wilayah pesisir sebanyak 35 desa dan 142 desa berada di wilayah pegunungan. Peta Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kabupaten Bima masing-masing terdapat pada Lampiran 3.

.

Tabel 7 Jumlah kecamatan, desa dan dusun di Kabupaten Bima

No. Kecamatan Jumlah desa Jumlah dusun

1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. Ambalawi Belo Bolo Donggo Lambitu Lambu Langgudu Madapangga Monta Palibelo Parado Sanggar Sape Soromandi Tambora Wawo Wera Woha 6 8 12 8 5 12 12 10 12 9 5 6 17 6 5 9 11 15 38 41 57 34 17 66 51 36 44 50 15 24 108 38 11 34 81 58

Sumber: BPS Kabupaten Bima, 2010.

Luas wilayah Kabupaten Bima seluas 4.389,40 km2 dengan perincian, 54.36% hutan Negara, 9.25% hutan rakyat, lahan persawahan 6.98%, tegalan/kebun 13.07% dan lahan tidak terpakai 5,21%, serta sisanya untuk peruntukan lain.

Topografi, tanah dan iklim

Topografi wilayah Kabupaten Bima jika dilihat dari ketinggian dan kelerengan lahan, dibedakan ke dalam 3 satuan morfologi utama yaitu morfologi pegunungan, perbukitan dan dataran. Sekitar 32 persen wilayah Kabupaten Bima masuk dalam kategori morfologi pegunungan yang menyebar pada wilayah Kabupaten Bima bagian tengah, membentang dari timur ke barat yang dicirikan dengan kemiringan lereng lebih dari 40 persen dan ketinggian lebih dari 500 m dpl.

Satuan morfologi perbukitan dijumpai di wilayah bagian selatan yaitu di teluk Waworada yang dicirikan dengan dominasi lereng agak curam sampai dengan curam. Sedangkan morfologi dataran berada di wilayah sekitar Teluk Bima dengan ciri lahan landai dan menempati kurang lebih 22 persen dari luas

wilayah Kabupayen Bima serta ketinggian antara 0 – 100 mdpl.

Pegunungan yang mengelilingi Kabupaten Bima yaitu Gunung Tambora di Kecamatan Tambora, Gunung Sangiang di Kecamatan Wera, Gunung Maria di Kecamatan Wawo, dan Gunung Soromandi di Kecamatan Donggo.

Jenis tanah yang dijumpai di Kabupaten Bima adalah Aluvial, Regosol, Litosol dan Mediteran, masing-masing jenis tanah ini tersebar hampir di seluruh wilayah Kabupaten Bima.

Kabupaten Bima memiliki tingkat erosi yang relatif tinggi, yaitu sebanyak 37,8 persen dari total luas wilayah berada dalam kelas tingkat bahaya erosi berat dan 28,4 persen berada pada kelas tingkat bahaya erosi sangat berat.

Iklim di Kabupaten Bima termasuk dalam iklim tropis dengan interval

temperatur normal rata-rata 23.5oC sampai dengan 32.7oC dengan kelembaban

udara rata-rata 78 persen.

Kabupaten Bima dikategorikan sebagai daerah agak kering dengan nilai Q 140 persen, rata-rata curah hujan sebesar 77.6 mm/tahun, curah ujan tertinggi terjadi sekitar bulan Maret dan terendah sekitar bulan Juli dan Agustus.

Drainase yang dimiliki Kabupaten Bima umumnya tergenang dan tidak tergenang, lokasi tergenang terus menerus sepanjang tahun di wilayah Dam Roka dan Dam Sumi.

Kabupaten Bima memiliki 20 sungai besar, wilayah yang paling banyak dilintasi oleh sungai ini adalah Kecamatan Donggo dan Palibelo. Kecamatan Donggo dilintasi 4 aliran sungai yaitu sungai Padende, Mbawa, Kala dan Manggi, sedangkan Kecamatan Palibelo dilintasi oleh 3 aliran sungai yaitu sungai Kawuwu, Ncera, Kuta dan Ntonggu.

Kependudukan, perekonomian, dan pendidikan

Hasil sensus tahun 2010, jumlah penduduk di Kabupaten Bima sebanyak 439.228 jiwa, dengan jumlah penduduk laki-laki sebanyak 218.759 jiwa dan jumlah penduduk perempuan sebanyak 220.469 jiwa.

Kepadatan penduduk Kabupaten Bima adalah 100,07 jiwa per kilometer persegi, ini berarti setiap satu kilometer persegi terdapat 100 jiwa penduduk, sedangkan dilihat dari umur, rata-rata (median) umur penduduk 24,23 tahun, hal ini menunjukkan bahwa umur penduduk di Kabupaten Bima termasuk kategori menengah (intermediate). Penduduk suatu wilayah dikategorikan muda bila median umur < 20 tahun, menengah jika berumur 20-30 tahun, dan tua jika berumur > 30 tahun (BPS 2010).

Salah satu prioritas dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2010-2014 adalah menurunkan angka Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT). TPT Kabupaten Bima tahun 2010 adalah sebesar 3.14 persen yang artinya dari 100 orang penduduk, yang menganggur sebanyak 3 orang. Proporsi tenaga kerja terbesar masih pada sektor pertanian, perkebunan, kehutanan, perburuan dan perikanan sebesar 67.20 persen dari total seluruh penduduk yang bekerja dan proporsi pekerjaan yang terkecil berada pada sektor listrik, gas dan air minum, sektor lembaga keuangan, real estate, usaha persewaan serta jasa perusahaan, yaitu masing-masing sebesar 0.20 persen.

Indikator untuk mengetahui tingkat kesejahteraan ekonomi masyarakat secara makro salah satunya adalah dengan mengetahui Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) dimana PDRB ini merupakan salah satu indikator ekonomi yang mencerminkan produktivitas perekonomian suatu daerah. PDRB per kapita merupakan gambaran dari rata-rata pendapatan yang diterima oleh setiap penduduk selama satu tahun, jika PDRB tinggi maka menggambarkan perekonomian yang lebih baik.

Pendapatan per kapita penduduk Kabupaten Bima tahun 2010 mencapai Rp. 3.547.066, jumlah ini jika dibandingkan dengan kawasan pulau Sumbawa secara umum yang terdiri dari 5 Kabupaten/Kota, PDRB Kabupaten Bima berada pada urutan ke 3, sedangkan jika dilihat dari jumlah penduduk, dimana Kabupaten Bima memiliki penduduk paling banyak jika dibandingkan Kabupaten/Kota lain di Pulau Sumbawa, Kabupaten Bima memiliki PDRB per kapita paling rendah.

Pendidikan adalah salah satu cara untuk meningkatkan kualitas sumberdaya manusia, sasaran pembangunan pendidikan ditujukan untuk meningkatkan akses masyarakat dan meningkatkan mutu pendidikan. Meningkatnya mutu pendidikan ditandai dengan menurunnya jumlah penduduk yang buta huruf.

Tahun 2010 terdapat 689 sekolah yang ada di Kabupaten Bima, jumlah ini terdiri dari 79.25 persen sekolah negeri dan 20.75 persen sekolah swasta. Dilihat dari kemampuan membaca dan menulis, terdapat 87.68 persen penduduk di atas usia 10 tahun yang melek huruf dan 12.32 persen yang buta huruf, sedangkan untuk rasio sex, penduduk laki-laki lebih banyak yang melek huruf (90.46 persen) dibandingkan dengan penduduk perempuan.

Sektor kehutanan

Pada umumnya kondisi lahan di Kabupaten Bima terdiri dari semak belukar dan padang rumput (savana), semak belukar mencapai 32 persen dan padang rumput mencapai 12 persen dari total luas wilayah Kabupaten Bima, sedangkan tutupan lahan didominasi oleh hutan lahan kering primer dengan luas 141.566 Ha atau 33 persen dari luas wilayah. Peta tutupan lahan Kabupaten Bima terdapat pada Lampiran 4.

Kawasan hutan di Kabupaten Bima didominasi oleh kawasan hutan Negara dengan luas definitif mencapai 57 persen dari total luas daratan atau sebesar 250.369 Ha. Kawasan hutan Negara ini terbagi sebagai hutan lindung seluas 83.189 Ha, hutan konservasi 55.600 Ha, hutan produksi terbatas 66.866 ha, hutan produksi tetap 44.740 ha dan hutan produksi yang dapat dikonversi seluas 6.800 ha. Peta kawasan hutan di Kabupaten Bima terdapat pada Lampiran 5.

Beberapa area pada kawasan hutan tergolong dalam kelas lahan kritis lebih kurang 24 persen dari luas hutan difinitif. Luas lahan kritis di Kabupaten Bima 73.062,71 Ha, terbagi lahan di luar kawasan hutan Negara (milik masyarakat) 42.388,10 Ha dan dalam kawasan hutan Negara 30.674,61 Ha. Luas tanaman

yang direboisasi mulai tahun 2007 – 2011 seluas 2.310 Ha (Dishut 2011). Tahun

2007, sektor kehutanan memberikan kontribusi pendapatan Negara sebesar Rp. 2.960.160.100,- yang bersumber dari Provisi Sumberdaya Hutan (PSDH) dan Dana Reboisasi (DR). Kondisi lahan kritis dan penanaman lahan di Kabupaten Bima terdapat pada Lampiran 6.

Infrastruktur dan transportasi

Infrastruktur, transportasi dan komunikasi memiliki peranan penting dalam mendukung perkembangan dan pembangunan di suatu wilayah, apabila kondisi infrastruktur, transportasi dan komunikasi dalam kondisi baik maka proses pembangunan dalam wilayah tersebut akan berjalan dengan baik pula.

Jalur transportasi di Kabupaten Bima memegang peranan penting yaitu sebagai salah satu jaringan transportasi darat lintas selatan yang menghubungkan Jakarta-Bali-Bima-NTT dengan total panjang jalan pada tahun 2007 sepanjang 832 km dan yang sudah beraspal sepanjang 312 km.

Kondisi jalur transportasi yang sudah cukup memadai dan terus meningkat dari tahun ke tahun ini belum sepenuhnya di rasakan oleh semua lapisan masyarakat, khususnya masyarakat yang tinggal jauh dari perkotaan, masih kesulitan mendapatkan akses transportasi yang layak karena terbatasnya sarana dan trayek. Kondisi infrastruktur dan sarana transportasi di Kabupaten Bima terdapat pada Lampiran 7.

Kabupaten Bima juga memiliki akses transportasi laut yang melayani penyebrangan lokal dan regional yaitu terdapat Pelabuhan Sape di Kecamatan Sape yang melayani penyebrangan regional dari Kecamatan Sape menuju Pulau Komodo di Nusa Tenggara Timur (NTT) dan pelabuhan Waworada di Kecamatan Langgudu yang melayani penyebrangan lokal antar pulau kecil. Terdapat juga pelabuhan udara di Kecamatan Palibelo yaitu Bandara M. Salahuddin sebagai

akses transportasi udara di Kabupaten Bima yang melayani rute penerbangan Denpasar-Bima dan Mataran-Bima.

Gambaran Umum Lokasi Penelitian 5 Kecamatan di Kabupaten Bima

Kecamatan Ambalawi

Wilayah Kecamatan Ambalawi seluas 255,50 km2, ketinggian wilayah dari

permukaann laut sekitar 70 m dpl. Batas-batas wilayah Kecamatan Ambalawi adalah sebelah utara berbatasan dengan laut Flores, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Sape dan Kecamatan Wawo, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Asakota Kota Bima, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Wera.

Jumlah desa yang terdapat di Kecamatan Ambalawi sebanyak 6 desa, desa yang terluas adalah desa Mawu yaitu 63,62 km2 atau sekitar 35,22 persen dari total luas Kecamatan Ambalawi, jarak tempuh dari ibukota Kabupaten Bima ke ibukota Kecamatan Ambalawi adalah 34 km.

Peruntukan lahan yang ada di Kecamatan Ambalawi dipergunakan untuk sawah 19,56 Ha, tegalan/kebun 31 Ha, hutan Negara 116 Ha, bangunan dan pekarangan 7,74 ha serta sisanya adalah peruntukan lainnya.

Jumlah penduduk pada tahun 2010 sebanyak 18,172 jiwa, terbagi atas penduduk laki-laki sebanyak 9.106 jiwa dan sisanya adalah penduduk perempuan, sedangkan berdasarkan rasio jenis kelamin, penduduk laki-laki lebih banyak dari pada penduduk perempuan.

Mata pencaharian atau pekerjaan sebagian besar penduduk di Kecamatan Ambalawi bekerja di sektor pertanian, namun ada juga yang bekerja di sektor lain yaitu sektor industri dan transportasi.

Penunjang transportasi berupa jalan yang menuju Kecamatan Ambalawi dari ibukota Kabupaten sebagian besar sudah beraspal dan hanya sebagian kecil yang rusak dan belum diaspal.

Masyarakat di Kecamatan Ambalawi rata-rata sudah menggunakan radio, televisi dan antena parabola sebagai sumber informasi dan berita serta sudah memanfaatkan handphone (HP) sebagai alat komunikasi walaupun sinyal sangat susah.

Kecamatan Belo

Kecamatan Belo memiliki luas wilayah seluas 44,76 km2 dan terbagi dalam

8 desa, desa terluas adalah desa Lido dan desa yang terkecil adalah desa Soki. Pusat pemerintahan Kecamatan Belo berada di desa Cenggu dengan jarak tempuh dari ibukota Kabupaten Bima adalah 22 km. Kecamatan Belo berada pada ketinggian 33 m dpl.

Desa yang ada di Kecamatan Belo pada umumnya merupakan desa Swasembada dan hanya 2 desa yang merupakan desa swakarya, pemerintahan

desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa dan rata-rata dalam 1 desa memiliki 5 orang pamong desa. Masing-masing desa membawahi 2 hingga 5 dusun, yang dipimpin oleh seorang kepala dusun dibantu oleh beberapa RW dan RT.

Bata-batas kecamatan Belo, sebelah utara berbatasan dengan wilayah Kecamatan Pelibelo, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Woha dan Kecamatan Monta, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Lambitu dan di sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Langgudu.

Komposisi penggunaan lahan di Kecamatan Belo dipergunakan untuk lahan sawah sebesar 21,58 persen, tegal/kebun sebesar 7,22 persen, bangunan dan pekarangan sebesar 19,35 persen, hutan negara sebesar 27,75 persen dan selebihnya untuk peruntukan lainnya.

Penduduk di Kecamatan Belo pada tahun 2010 sebanyak 24.940 jiwa, terdiri dari 49,29 persen penduduk laki-laki dan sisanya adalah penduduk perempuan. Perbandingan antara penduduk laki-laki dan perempuan di Kecamatan Belo lebih didominasi oleh penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk di Kecamatan Belo cukup tinggi, rata-rata jumlah penduduk per kilometer persegi sebanyak 557 jiwa. Jumlah penduduk berdasarkan rumah tangga pada tahun 2010 sebanyak 6.732 rumah tangga dan apabila dihitung dari jumlah total penduduk yaitu 24.940 jiwa penduduk yang ada di Kecamatan Belo, maka rata-rata setiap rumahtangga memiliki 4 orang anggota keluarga dalam satu rumah tangga.

Meningkatkan mutu pendidikan merupakan salah satu program yang gencar dilakukan di Kecamatan Belo. Tahun 2010, Kecamatan Belo memiliki 38 unit sekolah yang terdiri atas 11 Taman Kanak-kanak, 16 Sekolah Dasar/MI, 7 unit SMP/MTs dan 4 unit SMA/MA, selain sekolah-sekolah formal seperti SD, SLTP dan SLTA serta Madrasah, terdapat juga sebuah sekolah luar biasa (SLB) yaitu di Desa Cenggu yang diperuntukkan bagi para penyandang kelainan.

Tanah yang ada di Kecamatan Belo pada umumnya merupakan tanah irigasi setengah teknis, akan tetapi ada juga yang beririgasi sederhana dan tadah hujan.

Penunjang transportasi darat berupa sarana jalan yang ada di Kecamatan Belo sebagian besar merupakan jalan aspal dengan panjang jalan aspal mencapai 20,5 km, selain itu terdapat juga jalan tanah dengan panjang jalan 15,5 km dan jalan yang diperkeras dengan panjang jalan 6 km.

Masyarakat di Kabupaten Belo rata-rata sudah memiliki televisi, radio dan antena parabola hamper di semua desa dan menjadikan masyarakat ini tidak ketinggalan informasi baik dari dalam negeri maupun dari luar negeri, sedangkan untuk komunikasi antar masyarakat, rata-rata sudah menggunakan telepon seluler (handphone).

Kecamatan Wawo

Luas wilayah Kecamatan Wawo adalah seluas 225.27 km2, terbagi dalam 11

desa. Batas-batas wilayah administrasi Kecamatan Wawo adalah sebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Wera, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Monta, Kecamatan Belo dan Kecamatan Langgudu, sebelah barat

berbatasan dengan Kecamat RasanaE Timur Kota Bima, dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Sape.

Desa yang terdapat di Kecamatan Wawo merupakan desa Swadaya dan Swakarya, pemerintahan desa dipimpin oleh seorang Kepala Desa dibantu oleh seorang Sekretaris Desa dan beberapa pamong praja. Masing-masing desa membawahi 2 hingga 4 dusun yang dipimpin oleh seorang kepala dusun dibantu oleh beberapa RT dan RW.

Pusat pemerintahan Kecamatan Wawo berada di Desa Maria yang berjarak kurang lebih 20 km dari ibukota Kabupaten Bima. Sebagai ibukota kecamatan, Desa Maria berada pada ketinggian 250 meter di atas permukaan laut dengan luas sebesar 42,74 km2.

Komposisi penggunaan lahan selama tahun 2010, sebagian besar lahan

merupakan Hutan Negara yaitu 63,16 persen, lahan sawah 22,51 km2,

tegalan/kebun 34,59 km2 dan sisanya digunakan untuk bangunan dan pekarangan

serta peruntukan lain.

Kecamatan Wawo memiliki jumlah penduduk sebanyak 20.418 jiwa, dari jumlah tersebut 48,37 persennya merupakan penduduk laki-laki (9.876 jiwa) dan sisanya adalah penduduk perempuan 51,63 persen (10.542 jiwa). Kepadatan

penduduk mencapai 90 penduduk per km2, dari 11 desa yang ada, yang memiliki

jumlah penduduk terpadat adalah Desa Kambilo dan penduduk terendah adalah Desa Kaowa, sedangkan jumlah rumahtangga pada tahun 2011 di Kecamatan Wawo sebanyak 5.257 rumahtangga.

Pendidikan sebagai salah satu kunci untuk meningkatkan sumber daya manusia sangat diperhatikan oleh pemerintahan Kecamatan Wawo dan berusaha untuk terus menerus meningkatkan prasarana dan sarana serta kualitas pendidikan melalui berbagai program dari tahun ke tahun.

Penggunaan lahan di Kecamatan Wawo sebagian besar dipergunakan untuk lahan sawah sekitar 2.271 Ha, dari luas lahan sawah tersebut hanya 5 hektar yang memakai sistem irigasi setengah teknis dan selebihnya menggunakan sistem irigasi sederhana dan tadah hujan.

Penunjang transportasi darat di Kecamatan Wawo berupa jalan, sebagian besar jalan sudah beraspal, kurang lebih 123 kilometer dan jalan tanah sepanjang 11 kilometer, dan jalan diperkeras sepanjang 4 kilometer.

Era informasi seperti sekarang ini kebutuhan akan informasi dan hiburan menjadi sangat penting, sebagian besar masyarakat di Kecamatan Wawo sudah memiliki radio, televisi dan antena parabola sebagai sumber informasi dan hiburan serta sudah menggunakan handphone sebagai alat komunikasi.

Kecamatan Wera

Wilayah Kecamatan Wera seluas 465.32 km2, wilayah terluas adalah Desa

Sangiang yaitu 96 km2 atau sekitar 92,49 persen dari luas total Kecamatan Wera.

Wilayah Kecamatan Wera terbagi menjadi 11 desa, 73 dusun, 96 RW dan 106 RT, ibukota kecamatan berada di Desa Tawali yang berada 70 meter diatas permukaan laut dan berjarak 58 km dari ibukota Kabupaten Bima.

Klasifikasi desa yang ada di Kecamatan Wera adalah desa swadaya sebanyak 3 desa, desa swakarya sebanyak 2 desa dan 6 desa lainnya merupakan desa swasembada.

Penggunaan lahan di Kecamatan Wera terbagi atas lahan pertanian (tanah sawah dan tanah tegal/kebun) seluas 11,92 persen, hutan negara seluas 69,26 persen, 0,72 persen digunakan untuk bangunan dan pekarangan dan 18,1 persen sebagai peruntuukan lainnya.

Jumlah penduduk di Kecamatan Wera pada tahun 2010 sebanyak 27.977 jiwa, terbagi atas penduduk laki-laki sebanyak 13.891 jiwa dan sisanya adalah penduduk perempuan. Perbandingan penduduk berdasarkan jenis kelamin menunjukan bahwa penduduk perempuan lebih banyak dari pada penduduk

laki-laki. Kecamatan Wera dengan luas wilayah seluas 465.32 km2, memiliki

kepadatan penduduk 98 penduduk per km2.

Sebagian besar penduduk di Kecamatan Wera bekerja di sektor pertanian, selain itu ada juga di sektor perdagangan, industri, dan pengangkutan.

Seiring dengan program wajib belajar yang terus digalakkan, tingkat pendidikan masyarakat di Kecamatan Wera juga semakin meningkat, kondisi ini dibuktikan dengan adanya sekolah-sekolah mulai dari Taman Kanak-kanak (TK) sampai SLTA.

Jalan sangat penting untuk kelancaran lalulintas, sebagian besar jalan yang ada di Kecamatan Wera sudah di aspal, akan tetapi sebagian besar juga jalan yang sudah di aspal ini dalam kondisi rusak berat, selain itu masih terdapat juga jalan yang belum diaspal dan hanya diperkeras.

Masyarakat di Kecamatan Wera mendapatkan informasi dan hiburan dari radio, televisi dan antena parabola serta alat komunikasi yang dipergunakan untuk berhubungan antar masyarakat sudah menggunakan handphone (HP).

Kecamatan Woha

Luas wilayah Kecamatan Woha adalah 75,38 km2 terdiri dari 15 desa, jarak

tempuh dari kota Kabupaten Bima ke ibukota Kecamatan Woha sekitar 21 km. Batas wilayah administrasi Kecamatan Woha adalah sebelah utara berbatasan dengan Teluk Bima, sebelah selatan berbatasan dengan Kecamatan Monta, sebelah barat berbatasan dengan Kecamatan Bolo dan sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan Palibelo dan Belo.

Pemerintahan desa di Kecamatan Woha dipimpin oleh seorang Kepala Desa yang dibantu oleh seorang Sekretaris Desa dan pamong desa, masing-masing desa membawahi 2 hingga 5 dusun dan dipimpin oleh seorang kepala dusun yang dibantu oleh beberapa RW dan RT.

Jumlah penduduk di Kecamatan Woha pada tahun 2010 sebanyak 43,904 jiwa, terdiri dari 21,911 jiwa penduduk laki-laki dan 21,993 jiwa penduduk perempuan. Perbandingan berdasarkan jenis kelamin antara penduduk laki-laki dan perempuan adalah lebih banyak didominasi oleh penduduk perempuan.

Kepadatan penduduk cukup tinggi, rata-rata jumlah penduduk per kilometer persegi sebanyak 416 jiwa. Jumlah rumah tangga pada tahun 2010 sebanyak 11,056 rumah tangga, dari kepadatan penduduk 24.940 jiwa yang ada, rata-rata setiap rumahtangga terdapat 4 orang anggota dalam satu rumah tangga.

Kecamatan Woha memiliki sekolah-sekolah sebagai tempat untuk belajar masyarakat dan meningkatkan mutu sumberdaya manusia, sekolah-sekolah yang ada mulai dari TK, SD, SMP/MTs, SMA/SMK dengan jumlah sebanyak 70 unit.

Komposisi penggunaan lahan di Kecamatan Woha antara lain dipergunakan untuk lahan sawah sebesar 2,707.20 Ha, pekarangan 339,40 Ha, tegalan/kebun sebesar 1,287 Ha, hutan Negara sebesar 1,710 Ha dan selebihnya dipergunakan untuk peruntukan lain. Tanah sawah pada umumnya merupakan tanah irigasi setengah teknis, akan tetapi ada juga yang beririgasi sederhana dan tadah hujan.

Penunjang transportasi darat terdapat sarana jalan raya sepanjang 99 km yang menghubungkan antar desa yang satu dengan yang lain dan sebagian besar merupakan jalan aspal.

Sarana untuk mendapatkan informasi dan hiburan, masyarakat di kecamatan Woha rata-rata telah memiliki televisi, radio dan antena parabola hampir di semua desa serta untuk komunikasi antar masyarakat rata-rata sudah menggunakan Handphone (HP) walaupun di beberapa desa tidak memiliki signal.

Karakteristik PKSM di Kabupaten Bima

Menurut Mukmin (1992), pertambahan jumlah penduduk dengan tingkat pertumbuhan yang cukup tinggi berarti akan semakin meningkatkan kebutuhan masyarakat akan pangan, sandang dan papan serta kebutuhan lahan untuk berbagai keperluan. Kondisi ini akan berpengaruh pada kemampuan dan potensi sumberdaya alam baik tanah, air dan hutan. Perladangan berpindah, pemungutan hasil hutan secara illegal, usaha pertanian tanpa konservasi, perburuan satwa, perambahan kawasan dan sebagainya merupakan contoh kegiatan yang merusak hutan dan mengganggu kelestarian sumberdaya alam.

Akibat dari kegiatan tersebut adalah terjadi lahan kritis, pencemaran lingkungan, kepunahan plasma nutfah dan sebagainya, oleh karena itu diperlukan upaya penanggulangan dan peningkatan kesadaran masyarakat Indonesia untuk melakukan kegiatan konservasi lahan melalui penanaman pohon dan kegiatan fisik lain yang bertujuan untuk mengembalikan fungsi hutan dan lahan.

Dokumen terkait