• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kelengkapan dan Kejelasan Pembagian Tugas

Pokja memiliki aturan main baik formal maupun informal yang jelas demi mencapai tujuannya. Kejelasan aturan dapat dilihat dengan indikator pembagian tugas yang baik dan kelengkapan susunan pengurus. Selain itu setiap anggota harus mengetahui susunan kepengurusan, dapat menjalankan tugasnya dengan baik, memiliki kesempatan mengemukakan pendapat, dan memotivasi sesama anggota dalam melaksanakan tugas. Dapat dilihat pada tabel 11 sebaran persepsi mengenai kepemilikan struktur yang lengkap:

Tabel 11 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap kelengkapan struktur pengurus di Situ Pengasinan

Kelengkapan Struktur

pengurus Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat Lengkap 10 100

Cukup lengkap 0 0

Tidak Lengkap 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer 2013 (diolah)

Berdasarkan tabel di atas, 100% pengurus Pokja beranggapan bahwa kelembagaan yang ada sudah lengkap. Hal ini disebabkan karena adanya struktur kepengurusan Pokja Situ Pengasinan yang lengkap beserta divisi atau seksi-seksi yang membantu memudahkan dalam pembagian tugas. Setiap seksi terdiri dari dua orang penanggung jawab yang berasal dari pengurus Pokja. Kejelasan kelembagaan dapat dilihat dari pembagian tugas, seperti yang tersaji pada tabel 12.

Tabel 12 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap kejelasan pembagian tugas di Situ Pengasinan

Kejelasan Pembagian Tugas Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat Jelas 3 30

Cukup Jelas 7 70

Tidak Jelas 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer 2013 (diolah)

Sebanyak 30% pengurus Pokja beranggapan bahwa pembagian tugas dan wewenang masing masing pengurus Pokja sudah sangat jelas. Sedangkan 70% pengurus Pokja beranggapan bahwa pembagian tugas di kepengurusan cukup jelas, tetapi kurang maksimal, misalnya masih kurang efektif dalam pembagian

keuangan. Dalam pelaksanaannya, setiap seksi-seksi memegang dana operasional untuk kebutuhan bidangnya masing masing. Berdasarkan hasil evaluasi, hal ini dianggap tidak efektif. Pembuatan satu rekening telah lama diusulkan, namun dalam pelaksanaannya masih belum dapat dilakukan.

Tabel 13 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap pengetahuan anggota tentang susunan kepengurusan di Situ Pengasinan

Anggota mengetahui susunan kepengurusan Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat tahu 3 30

Cukup tahu 7 70

Tidak tahu 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer 2013 (diolah)

Berdasarkan hasil sebaran persepsi, didapat 30% pengurus Pokja yang mengaku sangat tahu mengenai susunan kepengurusan, sedangkan 70% pengurus Pokja lainnya hanya sebatas mengetahui pengurus inti saja. Ada beberapa faktor yang menyebabkan hal ini terjadi, seperti ketidaktahuan pengurus secara detail, tidak berfungsinya divisi yang dibuat atau kelemahan pengurus dalam mengingat susunan kepengurus Pokja.

Tabel 14 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap Anggota menjalankan tugas dengan baik di Situ Pengasinan

Anggota menjalankan tugas Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat baik 0 0

Cukup baik 10 100

Tidak baik 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer 2013 (diolah)

Sebanyak 100% pengurus Pokja mengatakan bahwa anggota Pokja sendiri menjalankan tugas dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan tugas dari anggota tidak terlalu berat, yang terpenting adalah masing-masing anggota memiliki kepatuhan terhadap apa yang telah menjadi kesepakatan bersama.

Tabel 15 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap pemberian motivasi kepada anggota di Situ Pengasinan

Memberikan motivasi pada anggota Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat memberikan motivasi 5 50

Cukup memberikan motivasi 5 50

Tidak memberikan motivasi 0 0

Jumlah 10 100

Berdasarkan tabel 15, dapat disimpulkan bahwa motivasi yang diberikan dari ketua tidak dirasakan secara keseluruhan oleh anggota Pokja Situ Pengasinan. Motivasi yang diberikan ada kemungkinan dilatarbelakangi kedekatan personal saja.

Tabel 16 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap manfaat keberadaan Pokja di Situ Pengasinan

Manfaat Keberadaan Pokja Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat bermanfaat 10 100

Cukup bermanfaat 0 0

Tidak bermanfaat 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer 2013 (diolah)

Berkenaan dengan manfaat Pokja, 10% pengurus Pokja menyatakan keberadaan Pokja sangat bermanfaat, baik dari segi penyerapan tenaga kerja, kesejahteraan masyarakat, maupun peningkatan pendapatan. Meskipun manfaat ini belum dirasakan secara keseluruhan, namun untuk pengelolaan berbasis masyarakat ini sudah dikatakan cukup berhasil. Manfaat lain terasa dengan adanya dana sosial yang diperuntukan untuk pengurus dan masyarakat bila terjadi musibah, seperti sakit dan sebagainya di wilayah RW 1 sebagai wilayah tempat Situ Pengasinan.

Tabel 17 Sebaran persepsi pengurus Pokja terhadap keterlibatan dalam musyawarah di Situ Pengasinan

Keterlibatan dalam musyawarah Jumlah (orang) Persentase (%)

Sangat terlibat 10 100

Cukup terlibat 0 0

Tidak terlibat 0 0

Jumlah 10 100

Sumber : Data primer 2013 (diolah)

Terkait keterlibatan pengurus dalam musyawarah, semua responden beranggapan bahwa keterlibatan pengurus dalam musyawarah sangat baik. Indikator keterlibatan yang sangat baik dilihat dari kehadiran anggota dalam pertemuan rutin yang diadakan oleh Pokja Situ Pengasinan. Pertemuan rutin berisi evaluasi dan pemaparan pembagian hasil bulanan. Beberapa responden mengatakan, terkadang suasana musyawarah terasa panas dan tegang. Semuanya

menjadi wajar asalkan menemukan solusi dan kesepakatan bersama. Seringkali musyawarah yang dilakukan hingga larut, hanya untuk mencapai kata mufakat.

Kelembagaan yang ada dalam Pokja merupakan kelembagaan formal yang dibentuk dengan tujuan konservasi situ berbasiskan masyarakat. Bila kita kaji melalui perspektif kelembagaan, maka interkasi yang dilakukan oleh pengurus Pokja menghasilkan keputusan dan kebijakan dalam pengembangan Pokja adalah sebuah arena aksi (action arena). Arena aksi memiliki komponen situasi aksi berupa interaksi pengurus dalam pemanfaatan dan pengembangan jasa lingkungan situ. Komponen kedua adalah aktor yang terdiri dari anggota pengurus dalam kelembagaan Pokja. Gambar 4 memperlihatkan struktur kelembagaan Poka Situ Pengasinan Depok yaitu:

Sumber : Pokja Situ Pengasinan Depok 2011

Gambar 4 Struktur organisasi Pokja Situ Pengasinan Pelindung Penasehat Bendahara I Sekertaris Ketua Sekertaris II Bendahara II Seksi Asuransi Seksi Harian Seksi Sosial Seksi Prasarana Seksi Korlap Anggota Seksi Pariwisata Seksi Kebersihan Seksi Promosi

Setiap pengurus memiliki posisi dan tanggung jawab yang harus dilaksanakan. Pokja memiliki 23 pengurus aktif dengan total 97 anggota . Setiap pengurus memiliki tugas pokok fungsi (tupoksi) terhadap kepercayaaan yang telah diberikan oleh anggota Pokja. Struktur kepengurusan Pokja terdiri dari Pelindung yang dijabat oleh Lurah Pengasinan, penasehat, Ketua Pokja dibantu oleh Wakil Ketua, Sekretaris 1 dan Sekretaris 2, serta Bendahara 1 dan Bendahara 2.Struktur lembaga Pokja Situ Pengasinan terdiri dari pelindung, yaitu Lurah Pengasinan sebagai pemimpin kelurahan, kemudian penasehat kelembagaan dan di bawahi oleh ketua I dan wakil ketua dibantu oleh sekretaris 1 dan sekretaris 2, bendahara 1 dan bendahara 2, serta sejumlah seksi. Masing-masing perangkat menjalankan tugas sesuai posisi masing masing. Adapun tugas atau fungsi dari masing masing perangkat, sebagai berikut:

1. Pelindung Pokja yang dijabat oleh Lurah Pengasinan memiliki tanggung jawab atas seluruh wilayah kelurahan Pengasinan, beserta di dalamnya termasuk Situ Pengasinan. Lurah Pengasinan berhak mengetahui setiap agenda kegiatan yang diadakan di situ Pengasinan dan bertanggung jawab atas keamanan dan dampak yang dikeluhkan warga sekitar situ.

2. Penasehat adalah seseorang yang dianggap atau dituakan dalam kelompok masyarakat di wilayah Situ Pengasinan Depok.

3. Ketua adalah seseorang yang ditunjuk berdasarkan hasil musyawarah seluruh pengurus Pokja dan bertugas memimpin serta mengayomi anggota dan pengurus Pokja. Kinerja dan keberhasilan Pokja sangat dipengaruhi oleh peran kerja dari ketua.

4. Sekretaris I adalah seseorang yang bertugas mencatat dan mendokumentasikan seluruh arsip, dokumen, dan administasi dari lembaga Pokja.

5. Sekertaris II bertugas membantu sekretaris I dalam menjalankan tugasnya. 6. Bendahara I adalah seseorang yang bertugas mengurusi segala hal yang

berkaitan dengan keuangan lembaga Pokja baik uang operasional, harian, pembagian hasil saham, dan lain lain.

7. Bendahara II adalah seseorang yang bertugas membantu bendahara I dalam menjalankan tugasnya.

8. Seksi asuransi adalah seseorang yang mengurusi permasalahn asuransi, baik untuk anggota Pokja maupun pengunjung Situ Pengasinan Depok. Meskipun tidak menggunakan pihak ketiga sebagai jasa asuransi, namun Pokja bersedia bertanggungjawab jika terjadi kecelakaan dan sebagainya.

9. Seksi harian bertugas memantau kegiatan harian di wisata air Situ Pengasinan, baik itu pendapatan tenaga kerja per hari, petugas yang berjaga di kawasan Situ Pengasinan, tenaga kerja yang tersedia, dan sebagainya.

10.Seksi sosial adalah seseorang yang bertugas dan berinisiatif terkait masalah sosial yang ada diantara pengurus Pokja maupun masyarakat sekitar, seperti menjenguk tetangga sakit, ketika tetangga ada yang terkena musibah, dan sebagainya.

11.Seksi prasarana adalah seseorang yang bertugas merawat dan memperhatikan terutama kondisi permainan air agar keselamatan pengunjung dapat terjamin. 12.Seksi korlap adalah seseorang yang bertugas memantau setiap hari demi

menjaga berjalannya fungsi dan peran masing-masing pengurus.

13.Seksi Promosi adalah seseorang yang bertugas mempromosikan Situ Pengasinan kepada masyarakat. Seksi promosi memiliki tugas hampir sama dengan hubungan masyarakat, yaitu selain mempromosikan juga menjalin kerjasama, terutama kepada instansi pemerintah untuk mengadakan acara di Situ Pengasinan agar masyarakat lebih mengetahui keindahan alam yang ditawarkan oleh Situ Pengasinan Depok.

14.Seksi kebersihan adalah seseorang yang bertugas menjaga kebersihan daerah kawan Situ Pengasinan.

15.Seksi pariwisata adalah seseorang yang bertanggungjawab untuk pengembangan Situ Pengasinan menjadi objek wisata. Seksi pariwisata memiliki kemampuan untuk menambah permainan yang ada setelah mendapatkan persetujuan dari ketua I.

16.Anggota memiliki tugas menjaga kelestarian situ, selain itu umumnya bagi anggota yang tidak terlibat langsung dari kegiatan Pokja berperan dalam memberikan investasi kepada usaha bersama.

Sebagai lembaga berbasis masyarakat, Pokja Situ Pengasinan juga memiliki peran ganda, yaitu pengelola usaha situ sebagai objek wisata dan sebagai lembaga

yang menjaga konservasi situ. Dalam pengembangannya sebagai tempat wisata, dibutuhkan anggaran yang tidak sedikit untuk menjaga dan melestarikan Situ Pengasinan sebagai kawasan konservasi. Anggaran yang diberikan pemerintah hanya sebagai stimulus agar masyarakat mau menjaga kelestarian situ, selanjutnya dalam hal pemeliharaan dan pengawasan secara intensif, lembaga Pokja membentuk usaha bersama untuk pengembangan kelestarian situ sebagai objek wisata.

Masuk keluarnya anggota Pokja ditentukan oleh ketua Pokja berdasarkan hasil musyawarah anggota. Sebagai usaha bersama, anggota Pokja adalah pemegang saham dari Situ Pengasinan. Anggota dikenakan biaya investasi minimal sebesar Rp 1 000 000 yang akan digunakan untuk biaya operasional dan pengembangan kelestarian Situ Pengasinan dan pada akhir bulan dibagikan keuntungan bersama berdasarkan besarnya investasi yang dikeluarkan.

Pertemuan rutin bulanan merupakan salah satu bentuk bukti monitoring lembaga Pokja terhadap pengelolaan situ. Tidak hanya monitoring, pertemuan rutin juga diadakan guna menjaga keeratan dan kekompakan pengurus Pokja. Selain itu, lembaga ini juga membuat jadwal pengurus yang berjaga di sekitar Situ Pengasinan setiap harinya.

Pemanfaatan Situ pengasinan hanya sebatas pariwisata, pengairan, dan menyimpan cadangan air. Air Situ Pengasinan tidak dikonsumsi untuk kebutuhan sehari-hari secara langsung. Hal ini dikarenakan masyarakat daerah sekitar Situ Pengasinan tidak mengalami krisis air. Cadangan air bersih masyarakat di sekitar situ tersebut masih mencukupi, sehingga mereka tidak perlu mengambil cadangan air yang berasal dari Situ Pengasinan. Di sana juga tidak ditemukan pabrik yang membuang limbahnya ke daerah Situ Pengasinan. Akan tetapi, berdasarkan hasil pengamatan, ada beberapa penjual yang membuang sisa jualannya ke dalam situ.

Keadaan Situ Pengasinan dapat dikatakan bersih. Hal ini dapat dilihat dari sedikitnya sampah rumah tangga yang dibuang masyarakat di area Situ Pengasinan. Selain itu, masyarakat juga melarang adanya pembuatan kerambah jaring apung dan akan mendapat teguran keras dari pengelolaan Situ Pengasinan bagi masyarakat yang melakukannya. Meskipun hanya berupa teguran, namun cara ini terbilang cukup efektif. Namun demikian, masih terlihat adanya

pelanggaran berupa bangunan rumah yang mengambil lahan sempadan. Padahal berdasarkan peraturan Peraturan Daerah No.18/2003 jarak boleh dibangunnya rumah atau sejenisnya yaitu 50 m dari tepi danau. Meskipun tidak memenuhi aturan secara sempurna, Situ Pengasinan merupakan situ yang paling baik di bagian sempadan diantara situ lainnya yang ada di Depok. Hal ini dikarenakan Pokja dan masyarakat sekitar telah memahami akan diberlakukannya aturan tersebut. Meskipun dalam pemanfaatannya masih ada yang melanggar, Pokja tidak bisa bertindak secara teknis melalu sanksi yang tegas, karena Pokja merasa bahwa itu bukan wewenangnya. Pokja hanya sebatas memberikan teguran dan selebihnya yang berjalan adalah sanksi sosial saja. Peran aktif dan kepedulian masyarakat menjadi penting. Saling kontrol-mengontrol antar sesama pengurus dan masyarakat situ menjadi hal yang baik agar penyalahgunaan pemanfaatan situ tidak terjadi, misalnya yang terjadi pada tanah daerah sempadan. Awalnya tanah sempadan telah menjadi kepemilikan pribadi. Akan tetapi, karena adanya kepedulian yang tinggi, maka daerah sempadan meskipun telah menjadi milik pribadi, dalam penggunaanya tetap dijadikan daerah konservasi. Intervensi terhadap kebijakan pemerintah juga pernah dilakukan saat pembuat perumahan di sekitar situ yang melampaui area sempadan. Kesinergisan antarmasyarakat untuk saling mengisi kekosongan menjadikan sempadan Situ Pengasinan masih memiliki area yang cukup luas.

Berdasarkan hasil analisis substansi aturan yang telah dihipotesiskan, maka kelembagaan Pokja Situ Pengasinan dikatakan sangat baik. Hal ini dapat dilihat berdasarkan sebaran persepsi kepada responden pengurus Pokja mengenai substansi dari aturan lembaga Pokja yang menjawab sebagian sangat tinggi dan sisanya menjawab tinggi. Selama ini aturan yang dibuat Pokja lebih cenderung kepada aturan main internal.

6.1.3 Kinerja Kelembagaan

Setelah terciptanya aturan yang baik, dibutuhkan kinerja kelembagaan yang baik agar kelembagaan yang ada dapat bersinergis dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara dari instansi pemerintah, Pokja Situ Pengasinan memiliki kinerja kelembagaan yang baik. Sistem pengelolaan dikatakan baik terlihat dari sistem pembukuan yang rapi, aktif berkomunikasi kepada instansi pemerintah terkait

pengelolaan situ, memiliki struktur yang jelas, serta selalu mengalami peningkatan fasilitas setiap tahunnya. Selain itu, kinerja kelembagaan dilihat berdasarkan persepsi pengurus terhadap pelaksanaan aturan yang dilakukan oleh Pokja Situ Pengasinan, dampak ekonomi, dan dampak ekologi melalu persepsi wisatawan yang berkunjung ke Situ Pengasinan. Dampak ekonomi dapat dilihat dari penyerapan tenaga kerja, terciptanya lapangan pekerjaan seperti adanya kios yang ada di sekitar tempat wisata dan penjual asongan.

Selain dampak positif, pemanfaatan Situ Pengasinan menjadi daerah wisata menimbulkan dampak negatif. Kebisingan adalah salah satu dampak negatif yang dirasakan sebagai dampak negatif yang telah diperhitungkan oleh pengurus Pokja. Oleh karena itu, setiap setahun sekali, saat lebaran pihak Pokja memberikan uang kerohiman atau biaya kompensasi atas kerugian yang disebabkan kebisingan. Besaran kompensasi sebesar Rp 20 000 untuk beberapa rumah di sekitar Situ Pengasinan. Jika dilihat dari jumlah yang diberikan mungkin dikatakan tidak besar, namun dalam hal ini yang menjadi catatan besar adalah inisiatif dari lemabaga Pokja sudah memperhitungkan biaya eksternalitas tergolong baik dalam pengelolaan sumber daya berbasis masyarakat.

Dokumen terkait