• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Umum Sekolah Menengah Atas (SMA) Depok

Sekolah Menengah Atas (SMA) Depok dapat digolongkan ke dalam empat bagian berdasarkan nilai Akreditasi Departemen Pendidikan Nasional, yaitu: A, B, C, dan yang belum terakreditasi atau dalam proses (D). Masing- masing golongan mempunyai karakteristik berbeda berdasarkan kriteria penilaian Departemen Pendidikan Nasional (Diknas). Sekolah Menengah Atas (SMA) Depok berjumlah 50 sekolah yang terdiri dari 15 sekolah nilai Akreditasi A, 19 nilai B, empat sekolah nilai C, lima sekolah belum terakreditasi, dan tujuh sekolah sedang dalam proses. Data tersebut diambil dari Dinas Pendidikan Kota Depok sesuai dengan Daftar Nama SMA Negeri dan Swasta yang sudah akreditasi atau belum akreditasi Tahun Pelajaran 2003 sampai dengan 2009.

Berdasarkan penggolongan tersebut dilakukan random dan setiap golongan keluar sebagai subjek penelitian. SMA Lazuardi Global Islamic School (Lazuardi GIS) yang mewakili nilai akreditasi A, SMA Muhammadiyah 2 Beji mewakili nilai akreditasi B, SMA Arrahman mewakili akreditasi C, dan SMA Tride mewakili yang belum terakreditasi atau sedang dalam proses. Masing-masing subjek penelitian ini akan diuraikan secara singkat, sebagai berikut :

SMA Lazuardi

Penelitian dilakukan ke SMA Lazuardi GIS pada tanggal 15 April dengan melakukan wawancara dengan ibu Haiva Limiyya, S.pd Si, Wakil Kepala Sekolah Bidang Kurikulum. Pengisian kuesioner dilakukan pada hari Senin tanggal 28 April 2008 jam 8.00 pagi. Hasil wawancara sebagai berikut:

SMA Lazuardi berdiri tahun 2003 sampai sekarang dengan jumlah murid semakin bertambah setiap tahun. Status sekolah dalam bentuk Yayasan dengan kepala sekolah bapak Drs. Agus Purwanto. Nilai akriditasi sekarang adalah A (Amat Baik) dengan Sertifikasi Akreditasi Sekolah No 420/599-Dikmenti/2005- Prov 02/Ma.017 tertanggal 16 Pebruari 2005 sampai tahun 2009. SMA Lazuardi beralamat Jl. Kampus Sawangan Baru Depok dengan jumlah siswa 135 orang.

Sarana dan prasarana sekolah sangat lengkap dengan perpustakaan, asrama siswa yang berminat masuk asrama, ruang belajar, laboratorium, dengan sarana teknologi seperti in focus serta bahan-bahan untuk menunjang materi pembelajaran (TV, Film, internet maupun media cetak). Khusus untuk penggunaan internet diberikan kebebasan kepada siswa di jam istirahat dengan

mengunci beberapa situs yang dianggap belum siap di terima siswa. Jadi, ada pembatasan situs dari pihak sekolah.

Sistim pembelajaran dilakukan dengan berorientasi pada kompetensi anak dimana guru lebih dominan sebagai fasilitator bukan sebagai penceramah. Kemampuan guru terus dikembangkan dengan pelatihan-pelatihan seperti, pelatihan penggunaan komputer, bahasa Inggris dan sebagainya.

Mengenai siswa yang tinggal di asrama ada pengaturan jam tidur, yaitu jam 22.00 Wib. Mulai jam tersebut siswa tidak diizinkan untuk menonton televisi yang tersedia di asrama tersebut. Namun jam belajar tidak ditetapkan secara ketat dan diberikan kepercayaan pada siswa untuk mengaturnya. Walaupun demikian, siswa lebih cenderung menggunakan waktu berdiskusi mengenai pelajaran atau permasalahan sosial yang mereka ketahui dari pada menonton televisi.

Menurut ibu Haiva, tayangan sinetron tidak mendidik, banyak yang tidak masuk akal dan merusak mental anak. Karena itu perlu pendampingan dan memberikan pengarahan dengan baik sehingga siswa lebih selektif dalam menonton tayangan televisi dan kritis dalam menilai baik buruknya isi tayangan tersebut.

Uang sekolah siswa SMA Lazuardi Rp 550.000 per bulan dengan uang pangkal 16 juta rupiah. Bagi siswa yang tinggal di asrama membayar 2 juta rupian setiap bulan. Namun demikian ada kebijakan-kebijakan yang dibuat bagi anak yang tidak mampu dan berprestasi dengan mensubsidi 50 % atau 100 %. Sekolah ini sangat menghargai prestasi baik siswa, guru, maupun staf karena itu kompetisi sehat sangat berlaku di tempat ini.

Alumni SMA Lazuardi GIS 40 % masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, 10 % ke Perguruan Tinggi Swasta dan 20 – 30 % sekolah ke Luar Negeri dengan keinginan sendiri. Lulusan pertama sekolah ini tahun 2006 dan kedua tahun 2007.

Mengenai kejahatan siswa yang terjadi masih dianggap dalam batas kewajaran. Misalnya merokok dan berpacaran. Kedua hal ini yang sering terjadi sedangkan perkelahian atau tawuran, penggunaan narkoba belum pernah terjadi.

Dalam mendidik siswa, antara guru dan orangtua lebih dominan sebagai mitra karena itu hubungan keduanya selalu dibina. Jumlah guru SMA Lazuardi 25 orang dan mayoritas matapelajaran yang diajarkan masing-masing guru

sesuai dengan latarbelakang pendidikan mereka. Pada umumnya guru-guru masih muda dan energik dalam melakukan tugas proses belajar-mengajar.

SMA Muhammadiyah 2 Beji

SMA Muhammadiyah 2 Beji berlokasi di Jl. MI Ridwan Rais No 37 Beji Timur Depok. Penelitian ke sekolah ini dilakukan pada tanggal 14 April 2008 yang diterima oleh salah satu guru yang ada di sekolah tersebut. Sekolah ini berdiri mulai tahun 2002 dengan jumlah siswa tujuh orang, tahun 2003 berjumlah 22 orang , tahun 2004 berjumlah 31 orang, tahun 2005 berjumlah 32 orang, tahun 2006 berjumlah 36 orang dan tahun 2007 berjumlah 44 orang. Kepala sekolah Dra. Lies Sundari yang dibantu 14 guru dalam melakukan proses belajar- mengajar. Nilai akreditasi adalah B.

Tingkat kelulusan siswa mulai tahun 2005 dari tujuh siswa, empat diantaranya masuk ke Perguruan Tinggi Negeri, dua siswa di akademi, dan satu siswa mengikuti kursus. Tahun 2006, lulus 12 orang dengan penyebaran, dua siswa masuk Pergurua Tinggi Negeri, tujuh siswa masuk Perguruan Tinggi Swasta, dua siswa masuk Akademi, satu siswa Kursus. Tahun 2007 lulus 11 orang dengan penyebaran dua masuk Perguruan Tinggi Negeri, delapan masuk Perguruan Tinggi Swasta, satu siswa masuk Akademi.

Dalam proses belajar-mengajar dilakukan seperti hubungan guru dan murid dan sangat mendidik anak untuk bermoral baik. Sekolah ini setiap ujian siswanya masih kurang dari 20 orang karena itu ujian dilakukan dengan menginduk pada SMAN I Depok.

SMA Arrahman

SMA Arrahman berlokasi di Jl Masjid Al Istihad No 18 Bojong Pondok Terong Pancoran Mas Depok. Penelitian dilakukan pada tanggal 15 April 2008 yang diterima oleh bapak Ahmad Surury, HM karena pada sat itu kepala sekolah tidak ada di tempat dan wakil kepala sekolah belum tiba di sekolah. Setelah bapak Anwari Sutisna (wakil kepala sekolah) datang, wawancara dilanjutkan dengan beliau.

SMA Arrahman berdiri tahun 1984 dengan pimpinan Yayasan Bapak KH DR. Abdul Somad Talid, Kepala Sekolah Dra. Isramiarti, BA, Wakil Kepala sekolah Anwari Sutisna, S.Pd. Nilai Akriditasi SMA Arrahman C dengan Surat Keputusan Dikmenti No 420/599-Dikmenti/2005-Prov.02/Ma.005 tanggal 16

Pebruari 2005. Surat Keputusan tersebut berlaku mulai tanggal 16 Pebruari 2005 sampai tanggal 16 Pebruari 2009 Keputusan tersebut dapat berubah setelah proses akreditasi selanjutnya.

Dari informasi daftar di white board yang dipasang di kantor Kepala Sekolah jumlah siswa setiap tahun tidak stabil. Tahun 2002/2003, 2003/2004, 2004/2005 jumlah siswa melebihi 200 orang tetapi tahun selanjutnya mengalami penurunan. Adapun data jumlah siswa sebagai berikut:

Tahun 2000/2001 : 140 orang Tahun 2001/2002 : 191 orang Tahun 2002/2003 : 278 orang Tahun 2003/2004 : 298 orang Tahun 2004/2005 : 243 orang Tahun 2005/2006` : 196 orang Tahun 2006/2007 : 170 orang Tahun 2007/2008 : 179 orang

Uang sekolah siswa setiap bulan Rp 70.000 dengan uang pangkal Rp.645.000. Uang sekolah ini tidak begitu kaku karena bagi siswa yang tidak mampu diberikan subsidi silang dan keringanan dengan mencicil uang sekolah tersebut sampai lunas. Selama proses belajar-mengajar uang sekolah tidak menjadi hambatan bagi siswa untuk mengikutinya. Jika ada kendala uang sekolah yang ditegur bukan siswanya melainkan orangtua karena merekalah yang bertanggungjawab dalam pembiayaan sekolah anak.

Penegakan disiplin dilakukan dengan menekankan pada pembinaan moral anak dengan berbagai macam cara. Salah satu kasus yang pernah terjadi siswa mogok belajar karena ada salah satu guru yang dianggap terlalu disiplin. Persoalan tersebut dikoordiner oleh beberapa orang siswa yang ada di masing- masing kelas. Tindakan yang dilakukan oleh Bapak Anwari Sutisna yang pada waktu itu sebagai pembina OSIS mengumpulkan semua siswa tersebut di lapangan serta memanggil koordinator masing-masing kelas dalam melakukan demonstrasi tersebut. Dalam kondisi tersebut bapak Anwari sangat tegas dan memberikan hukuman fisik di depan siswa. Akhirnya demonstrasi bubar dan mereka kembali masuk ke kelas untuk menerima pelajaran. Setelah peristiwa tersebut siswa tidak berani melakukan pelanggaran.

Dalam kasus tersebut bapak Anwari dominan menegakkan disiplin karena guru adalah satu tim. Apa yang dilakukan guru yang tidak disenangi siswa dalam kasus di atas semata-mata menegakkan disiplin.

Jumlah guru yang aktif 24 orang dan tidak aktif dua orang. Mata pelajaran yang diberikan oleh masing-masing guru masih ada yang tidak sesuai dengan latarbelakang pendidikan guru tersebut, namun secara perlahan tetap dibenahi agar kualitas guru semakin ditingkatkan.

Dokumen terkait