• Tidak ada hasil yang ditemukan

Setelah analisis data di atas, sampul edisi 27 Oktober 2014 dan 1 September 2008 memiliki makna dan penjelasan yang hampir sepenuhnya sama. Makna yang disampaikan adalah tentang seorang pemimpin yang tidak berdiri di atas kakinya sendiri, pemimpin yang ditunggangi oleh kelompok yang mempunyai kepentingan.

Pada sampul edisi 27 Oktober 2014, Jokowi digambarkan sebagai tokoh harapan Demokrasi yang baru, untuk Indonesia juga untuk dunia. Namun, Jokowi masih tergolong ‘muda’ serta masih ‘anak bawang,’ juga Jokowi dianggap tidak sepenuhnya berdiri di atas kakinya sendiri.

Pada sampul edisi 1 September 2008, Barack Obama digambarkan sebagai calon Presiden keturunan Afrika-Amerika dan wakil Partai Demokrat yang telah menunjukkan ‘aslinya.’ Obama juga digambarkan bermain politik balas jasa dan dibayangi-bayangi oleh kaum kulit putih atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan.

Dalam BAB II telah dijelaskan tentang teori hierarki media yang meliputi

ideological level, extramedia level, organization level, media routines level dan

individual level. Tingkatan-tingkatan tersebut juga mempengaruhi pemberitaan pada majalah TIME, termasuk pula sampulnya.

Konstruksi sampul majalah tersebut dipengaruhi oleh tingkatan-tingkatan yang dijelaskan dalam teori hierarki media. Dalam individual level, desainer grafis dan fotografer sampul tersebut berperan. Namun peran mereka sejalan dengan

media routines level, pengaruh rutinintas dan keseharian media dalam pemberitaan. Pembaca yang menjadi target juga berpengaruh, dan kebijakan dari media itu sendiri untuk memilih mana yang akan jadi berita dan tidak, yang diputuskan melalui rapat redaksi. Segala sesuatu yang sudah ditampilkan oleh media menjadi tanggung jawab media tersebut. Desainer grafis dan fotografer sampul tersebut merupakan bagian dari media itu sendiri, atau setidaknya karya mereka dipakai dan menjadi tanggung jawab media.

Organization level dan Extramedia level juga mempengaruhi, namun dalam analisis data semiologi di atas tidak terlihat. Penelitian ini lebih menekankan kepada analisis semiotika yang kemudian hasilnya akan digunakan untuk menganalisis konstruksi media massa, bukan malah sebaliknya.

Ideological level mencakup budaya yang sudah mengakar di dalam diri desainer sampul, fotografer dan orang-orang yang terlibat dalam pembuatan sampul tersebut (media routines level). Budaya dan ideologi negara tempat media tersebut berasal, dalam hal ini adalah budaya dan ideologi Amerika Serikat. Pemaknaan terhadap masalah ini hanya sampai pada batas yang dimungkinkan oleh faktor supra-individual peneliti.

V.1 Kesimpulan

Berdasarkan analisis terhadap dua sampul majalah TIME pada edisi 27 Oktober 2014 dan 1 September 2008, maka dapat disimpulkan sebagai berikut:

1. Pada sampul majalah TIME edisi 27 Oktober 2014, Joko Widodo terlihat tegas, memiliki visi yang jelas, percaya diri, teguh dan siap menghadapi tantangan apapun yang menunggunya sebagai Presiden terpilih ke-7 Indonesia. Beliau bangga dengan identitasnya sebagai bangsa Indonesia dan siap bekerja untuk rakyat Indonesia. TIME menyandingkannya dengan tokoh Luke Skywalker dalam film pertama Star Wars: A New Hope. TIME

dengan jelas mendukungnya sebagai tokoh Demokrasi. Namun Beliau dianggap masih ‘muda’ dan belum berpengalaman. Jokowi adalah pemimpin yang belum bisa berdiri di atas kakinya sendiri, Jokowi masih ‘disetir’ oleh suatu kelompok. TIME sendiri masih ragu-ragu terhadap pemikiran bahwa apakah Jokowi ‘disetir’ oleh suatu kelompok atau tidak.

TIME hanya yakin terhadap Jokowi sebagai sebuah harapan baru bagi Demokrasi.

Pada sampul majalah TIME edisi 1 September 2008, Barack Obama terlihat tegas dan percaya diri, memiliki visi yang jelas sebagai calon Presiden Amerika namun terlihat menyembunyikan sesuatu lewat senyum misteriusnya. TIME menaikkan isu yang mengatakan bahwa Obama merupakan wakil dan tokoh Partai Demokrat yang bermain politik balas jasa kepada Partainya, dan TIME memiliki keyakinan terhadap isu tersebut. Barack Obama merupakan calon Presiden keturunan Afrika-Amerika yang telah menunjukkan wajah aslinya, dan dibayangi-bayangi oleh kaum kulit putih atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan.

Mitos yang dapat digali dari analisis kedua sampul tersebut adalah mitos tentang seorang pemimpin yang menetapkan sifat seorang pemimpin dalam kriteria yang sama, yaitu: tegas, visi yang jelas, ramah dan merakyat. Selanjutnya adalah mitos tentang latar belakang pemimpin yang sama, yaitu memiliki agenda yang tak diketahui publik dan disinyalir sebagai tokoh rekaan dan boneka bagi kelompok-kelompok yang mempunyai kepentingan tertentu.

2. TIME mengonstruksi pemberitaan lewat sampul depan mereka. Pada sampul depan edisi 27 Oktober 2014 (Jokowi), TIME mengonstruksi Presiden terpilih ke-7 Indonesia, Presiden Jokowi, sebagai sebuah harapan baru Demokrasi secara keseluruhan (untuk setiap negara yang menganut Demokrasi). Karena kebaruannya, TIME mengonstruksi Jokowi sebagai figur yang masih ‘muda’ dan belum berpengalaman, sehingga Jokowi (mungkin) ‘disetir’ oleh suatu kelompok dengan kepentingan tertentu.

Pada sampul edisi 1 September 2008 (Obama), TIME

mengonstruksi dan mengirimkan isu pada publik Amerika bahwa calon Presiden Amerika tersebut, merupakan wakil dan tokoh Partai Demokrat yang melakukan politik balas jasa. TIME mengonstruksi Obama sebagai figur yang menunjukkan identitas aslinya setelah selama ini bersembunyi dalam kegelapan, dan dibayangi-bayangi oleh kaum kulit putih atau kelompok-kelompok yang memiliki kepentingan.

V.2 Saran

Beberapa saran yang ingin diberikan penulis:

1. Saran penelitian.

Semiotika merupakan kajian kritis yang mengharuskan peneliti memiliki wawasan yang luas dan memadai mengenai objek penelitian yang akan diteliti. Sejarah semiotika sendiri sangat panjang dan banyak, sehingga pemahaman yang salah terhadapnya bisa berakibat fatal dan penelitian yang dilakukan nantinya hanyalah penelitian yang ‘sekedar’nya saja. Memperbanyak bahan bacaan dan menutup gatra-gatra antar satu budaya

dengan budaya lainnya, akan menjadikan penelitian semiotika yang dilakukan menjadi semakin mendalam. Sehingga nilai-nilai supra-individual yang diungkit oleh Eco tak menjadi alasan utama seorang peneliti menghentikan penelitiannya.

Penelitian sosial bukanlah penelitan yang statis, melainkan sebuah penelitian yang dinamis. Meskipun terdapat sistem dalam penelitian ilmiah, namun hal tersebut tidak malah mengurung penelitian sosial dalam suatu paradigma yang tetap dan hakiki. Peneliti juga tidak boleh menutup pandangannya terhadap nilai-nilai di luar kediriannya sehingga menutup kemungkinan masuknya nilai-nilai yang mungkin akan berguna untuk penelitian yang sedang dilakukan. Seperti kata Barthes dalam buku Petualangan Semiologinya (2007: 7, L’aventure Sémiologique. Éditions du Seuil, 1985):

Apa yang harus diserang oleh semiologi bukan lagi hanya kesadaran borjuis-kecil seperti di jaman terbitnya buku Mythologies, tetapi yang harus dihantamnya adalah sistem simbolis dan sistem semantis peradaban kita dalam keseluruhannya. Ini hampir sama sekali bukan soal mengganti isi [contenu], tetapi bahwa kita harus memusatkan perhatian pada usaha

memecah-belah [fissurer] sistem makna itu sendiri: yaitu keluar dari kurungan Barat, seperti yang telah saya postulatkan dalam teks yang saya tulis tentang negeri Jepang.

2. Saran dalam kegiatan akademis.

Diharapkan adanya mata kuliah yang khusus membahas tentang semiotika komunikasi, agar menambah pengetahuan dan mempertajam daya analisis mahasiswa dalam mengungkap gejala/fenomena yang terjadi di media massa, dan juga masyarakat.

Peneliti-peneliti selanjutnya diharapkan untuk lebih mengembangkan kajian semiotika sehingga tidak terkesan itu-itu saja, mungkin lewat perspektif Derrida atau tokoh-tokoh semiotik lain sehingga menambah keragaman dalam penelitian. Peneliti juga diharapkan untuk memperdalam kajian penelitian, khususnya di bidang semiotika dan memperdalam kajian kritis agar penelitiannya tidak dangkal.

3. Saran dalam kaitan praktis.

Lewat penelitian ini, diharapkan masyarakat lebih menyadari bahwa realitas yang ditampilkan media massa merupakan realitas yang telah dikonstruksi oleh media. Untuk itu masyarakat tidak boleh percaya begitu saja terhadap apa yang ditampilkan oleh media, harus ada penyaringan dan sumber berita dari media massa lain agar informasi yang diterima seimbang.

Lewat penelitian ini, diharapkan masyarakat dapat melihat bahwa selalu ada kepentingan di balik agenda besar yang tengah terjadi di masyarakat, dan untuk media massa sendiri diharapakan (harus) berpihak kepada masyarakat, serta sebisa mungkin tetap independen dalam pemberitaan,

Aminuddin (1995). Stilistika, Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra.

Semarang: IKIP Semarang Press.

Ardianto, Elvinaro dan Bambang Q-Anees (2007). Filsafat Ilmu Komunikasi.

Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Ardianto, Elvinaro dan Lukiati Komala Erdinaya (2004). Komunikasi Massa: Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya.

Baran, Stanley J. dan Dennis K. Davis (2009). Teori Komunikasi Massa: Dasar, Pergolakan, dan Masa Depan. Jakarta: Salemba Humanika.

Barthes, Roland (2007). Petualangan Semiologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Biagi, Shirley (2010). Media/Impact: Pengantar Media Massa. Jakarta: Salemba

Humanika.

Bland, Theaker & David Wragg (2001). Hubungan Media Yang Efektif. Jakarta: Erlangga.

Budiman, Kris (2003). Semiotika Visual. Yogyakarta: Buku Baik.

Bungin, Burhan (2001). Metode Penelitian Sosial: Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif. Surabaya: Airlangga University Press.

_____________ (2006). Sosiologi Komunikasi: Teori, Paradigma, dan Diskursus Teknologi Komunikasi Masyarakat. Jakarta: Kencana.

Dabner, David (2003). Design and Layout: Understanding and Using Graphics. Singapore: Page One Publishing Private Limited.

Departemen Pendidikan Nasional (2009). Tesaurus Alfabetis Bahasa Indonesia Pusat Bahasa: Sinonim, Antonim, Hiponim, Meronim. Bandung, PT. Mizan Pustaka.

Endraswara, Suwardi (2009). Metodologi Penelitian Sastra. Jogjakarta: Pustaka Widyatama.

Eriyanto (2001). Analisis Wacana, Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LkiS

Fachruddin, Andi (2012). Dasar-Dasar Produksi Televisi: Produksi Berita, Feature, Laporan Investigasi, Dokumenter, Dan Teknik Editing. Jakarta: Kencana.

Fiske, John (2004). Cultural and Communication Studies. Yogyakarta: Jalasutra. Gray, Ann. 2003. Research Practice for Cultural Studies. California: Sage

Hoed, Benny H (2014). Semiotik & Dinamika Sosial Budaya: Ferdinand de Saussure, Roland Barthes, Julia Kristeva, Jacques Derrida, Charles Sanders Peirce, Marcel Danesi & Paul Prron, dll. Depok: Komunitas Bambu.

Kholil, Syukur (2006). Metodologi Penelitian Komunikasi. Bandung: Cita Pustaka Media.

Kriyantono, Rachmat (2008). Teknis Praktis Riset Komunikasi. Jakarta: Kencana. Kukla, André (2003). Konstruktivisme Sosial dan Filsafat Ilmu. Yogyakarta:

Penerbit Jendela.

Kusmiati, dkk (1999). Teori Desain Komunikasi Visual. Jakarta: Djambatan. McQuail, Denis (2011). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Salemba Humanika. Moleong, Lexy J (2006). Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: PT. Remaja

Rosdakarya.

Mulyana, Dedy (2005). Ilmu Komunikasi Suatu Pengantar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

Nawawi, Hadari (2001). Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press

Nurudin (2007). Pengantar Komunikasi Massa. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada.

Rakhmat, Jalaluddin, 2001. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya.

Selden, Raman (1993). Panduan Pembaca Teori Sastra Masa Kini. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.

Siswanto, Wahyudi (2008). Pengantar Teori Sastra. Jakarta: PT. Grasindo.

Sobur, Alex (2004). Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.

___________ (2004). Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosda Karya. Sturrock, John (2004). Strukturalisme Post-Strukturalisme. Surabaya: Jawa Pos

Press.

Sunarto dan Hermawan (2011). Mix Methodology Dalam Penelitian Komunikasi. Jakarta: ASPIKOM.

Tinarbuko, Sumbo (2009). Semiotika Komunikasi Visual: edisi revisi. Yogyakarta: Jalasutra.

Vivian, John (2008). Teori Komunikasi Massa. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.

Wibowo, Indiwan Seto Wahyu (2011). Semiotika Komunikasi: Aplikasi praktis bagi penelitian dan skripsi komunikasi. Jakarta: Mitra Wacana Media. Wijaya, Taufan (2011). Fotojurnalistik Dalam Dimensi Utuh. Klaten: CV.

Sahabat.

E-book

Sitepu, Vinsensius (2004). Panduan Mengenal Desain Grafis. www.escaeva.com Stocchetti, Matteo dan Karin Kukkonen (2011). Images In Use. Amsterdam: John

Benjamin Publishing Company.

Terence, Hawkes (2004). Structuralism and Semiotics. London and New York: Taylor & Francis e-Library.

Skripsi

Anjani, Dana Alfi (2013). Representasi Citra Perempuan Dalam Majalah. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Dewi, Bania Cahya (2014). Konsep Kepemimpinan Dalam Budaya Jawa Di Comic Strip. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Girsang, Romi Comando (2014). Maskulinitas Dalam Iklan Televisi. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Prahara, Triansari (2014). Interpretasi Penonton Terhadap Konglomerasi Media.

Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Suryadi (2013). Representasi Citra Perempuan Dalam Fotojurnalistik. Medan: Departemen Ilmu Komunikasi, Fakultas Ilmu Sosial Ilmu Politik, Universitas Sumatera Utara.

Sumber Internet

diakses pada 12 November 2014, 01.10 pm.

November 2014, 01.13 pm. November 2014, 01.36 pm. diakses pada 17 November 2014, 01.14 pm. 2015, 3.44 pm. 2015, 4.58 pm. pm. 2015, 11.34 am

Nama/NIM : MUHAMMAD ZAHRAWI/110904048 Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 22 November 1993

Departemen : Ilmu Komunikasi FISIP USU Alamat : Jl. Jermal X No.8 Medan

Email

Orangtua

Ayah : (Alm.) Sumardi

Ibu : Haidari Hanum

Anak ke : 4 dari 4 bersaudara Nama Saudara Kandung : Iradati Husna, S.Pdi.

Hadiedi Prasaja, S.Sos. Mutia Nurul Audah, S.Pd.

Agama : Islam

Pendidikan : 1998-1999

TK Aisyiah Bustanul Athfal Medan 1999-2005

SD Muhammadiyah 03 Medan 2005-2008

SMP Negeri 13 Medan 2008-2011

SMA Swasta Eria Medan 2011-2015

Departemen Ilmu Komunikasi FISIP USU Bahasa : Indonesia (Native Speaker)

English (Professional Working Proficiency) Arabic (Elementary Proficiency)

Japanese (Elementary Proficiency) French (Elementary Proficiency)

Organisasi : P2KM

(Pusat Pengkajian Komunikasi Massa) Anggota

Pers Mahasiswa Pijar (www.mediapijar.com)

Jurnalis (2011-2015), Artistik Editor (2012-2013), Pemimpin Umum (2013-2014). September 2011-2015 Jurnal Komunika Staf Editorial 2012-2015 Jurnal FLOW

Staf Editorial (Operator) 2012-2015

KeMANGTEER Medan Anggota

September 2014 s.d. sekarang

IMAJINASI

(Ikatan Mahasiswa Jurusan Ilmu Komunikasi)

Anggota

Dokumen terkait