METODE PENELITIAN
HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil Penelitian
Pendugaan Parameter Model Sruktural Kinerja Aparatur
Ada sejumlah faktor yang memengaruhi kinerja aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Talaud. Faktor-faktor tersebut adalah: karakteristik individu aparatur, kompetensi aparatur, dan iklim organisasi seperti terlihat pada Gambar 6:
Gambar 5 Estimasi seluruh parameter model struktural kinerja aparatur. Chi-Square=1341, 50, df=655, P-value=0.00000, RMSEA=0.103
Hipotesis uji kesesuaian model penelitian dinyatakan bahwa Hо: Matriks
kovariansi data sampel tidak berbeda dengan matriks kovariansi populasi yang
diestimasi dan H1: Matriks kovariansi data sampel berbeda dengan matriks
kovariansi populasi yang diestimasi. Dengan kriteria uji: Hо diterima, jika: nilai
P-hitung ≥ 0,05; RMSEA ≤ 0,08 dan CFI ≥ 0,90 (Tabel 3).
Gambar 6 menunjukkan nilai p-hitung = 0,000 < dari 0,05, nilai Root
Mean Square Error of Approximation (RMSEA) = 0,103 > dari 0,08, dan nilai Comparative Fit Index (CFI) = 0,81 < dari 0,90. Maka H1 diterima atau Ho ditolak, artinya model yang diuji tidak mampu mengestimasi matriks kovariansi populasi atau hasil estimasi parameter model tidak dapat diberlakukan pada populasi penelitian. Dengan demikian hasil pengujian kesesuaian model Gambar 6
menunjukkan model pengukuran tidak fit dengan data, maka model perlu
diperbaiki.
Hair dkk. dalam Kusnendi (2008) menyatakan apabila pada model ditemukan ada indikator yang tidak valid, maka indikator tersebut didrop atau dikeluarkan dari model pengukuran. Artinya, model pengukuran diperbaiki dan koefisien bobot faktor diestimasi ulang. Suatu indikator dikatakan valid dan reliabel mengukur variabel latennya apabila secara statistik koefisien bobot faktor nyata pada tingkat kesalahan sebesar 0,05 (5%) dan besarnya estimasi koefisien bobot faktor masing-masing indikator tidak kurang dari 0,40 atau 0,50. Dengan demikian perbaikan model di atas mengacu pada kedua hal tersebut. Hasil perbaikan model di atas terlihat pada Gambar 7 dibawah ini.
Hasil uji kesesuaian model memberikan nilai statistik chi-square sebesar
103,73 dengan derajat kebebasan 66 dengan nilai P-hitung 0,05209 yang lebih besar dari 0,05; nilai RMSEA 0,076 lebih kecil dari 0,08 sertai nilai CFI 0,90 sama dengan 0,90. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa model yang
diusulkan fit dengan data. Hasil SEM menunjukkan bahwa estimasi koefisien
bobot faktor seluruhnya nyata pada tingkat kesalahan lima persen dengan nilai koefisien bobot faktor yang distandarkan seluruhnya lebih besar dari nilai minimal yang disyaratkan sebesar 0,50.
Chi–Square = 103.73, df=66 P-value=0.05209, RMSEA=0.076, CFI=0.90
Tabel 11. Dekomposisi pengaruh antar peubah model kinerja aparatur
Hubungan antar peubah/sub peubah
Pengaruh t-hitung
Langsung Tdk
langsung Total
Karateristik
Aparatur Kinerja aparatur 0,29 - 0,29 2,95
Karateristik Aparatur
Kualitas
pengorganisasian - 0,12 0,12 2,23
Karateristik
Aparatur Kualitas Kepemimpinan - 0,13 0,13 2,37
Karateristik Aparatur
Kualitas Pengambilan
Keputusan - 0,19 0,19 2,46
Kompetensi
Aparatur Kinerja aparatur 0,59 - 0,59 3,19
Kompetensi Aparatur
Kualitas
pengorganisasian - 0,50 0,50 2,79
Kompetensi
Aparatur Kualitas kepemimpinan - 0,54 0,54 2,86
Kompetensi Aparatur
Kualitas Pengambilan
Keputusan - 0,70 0,70 3,07
Motivasi aparatur Kinerja aparatur 0,47 - 0,47 2,28
Motivasi aparatur Kualitas
pengorganisasian - 0,10 0,10 2,29
Motivasi aparatur Kualitas Kepemimpinan - 0,11 0,11 2,12
Motivasi aparatur Kualitas Pengambilan
Keputusan - 0,14 0,14 2,29
Iklim organisasi Kinerja aparatur 0,11 - 0,11 1,97
Iklim Organisasi Kualitas
pengorganisasian
-
0,15 0,15 2,19
Iklim Organisasi Kualitas Kepemimpinan - 0,16 0,16 2,19
Iklim Organisasi Kualitas Pengambilan Keputusan
-
0,17 0,17 2,26
Karateristik
Aparatur Good Governance
- 0,16 - 2,10 Karateristik Aparatur Tranparansi - 0,19 0,19 2,47 Karateristik Aparatur Efisiensi - 0,12 0,12 2,10 Kompetensi
Aparatur Good Governance
- 0,32 2,19 Kompetensi Aparatur Tranparansi - 0,14 0,14 2,39 Kompetensi Aparatur Efisiensi - 0,15 0,15 2,30
Motivasi aparatur Good Governance - 0,34 - 2,09
Motivasi aparatur Tranparansi - 0,35 0,35 2,42
Motivasi aparatur Efisiensi - 0,43 0,43 2,66
Iklim organisasi Good Governance - 0,54 - 2,37
Iklim Organisasi Tranparansi - 0,11 0,11 2,29
Iklim Organisasi Efisiensi - 0,19 0,19 2,11
Kinerja Aparatur Good Governance 0,64 - 0,64 2,35
Kinerja Aparatur Tranparansi - 0,39 0,39 2,41
Kinerja Aparatur Efisiensi - 0,48 0,48 2,64
Hubungan Antar Peubah Pengaruh
langsung t-hitung
2
R
Karakteristik aparatur Kinerja aparatur 0,29 2,95
67%
Kompetensi aparatur Kinerja aparatur 0,59 3,19
Motivasi aparatur Kinerja aparatur 0,47 2,28
Iklim Organisasi Kinerja aparatur 0,11 1,97
Hipotesis 1
Hipotesis pertama menyebutkan bahwa ”karakteristik aparatur, kompetensi kompetensi aparatur, motivasi motivasi aparatur, dan iklim organisasi berpengaruh positif pada kinerja aparatur pemda.” Cara menguji Hipotesis 1
dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel untuk masing-masing
peubah. Jika nilai t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi, motivasi
dan iklim organisasi pada kinerja aparatur lebih besar dari t-tabel (1,96) pada taraf
nyata 0,05, maka Hipotesis 1 diterima. Hal ini dijelaskan pada Tabel 12 yang
menampilkan koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi,
motivasi dan iklim organisasi pada kinerja aparatur.
Tabel 12. Koefisien dan t-hitung pengaruh peubah karakteristik, kompetensi,
motivasi dan iklim organisasi pada kinerja aparatur
Keterangan: t_tabel = 1,96
Hasil uji kebermaknaan terhadap masing-masing estimasi parameter model struktural faktor persepsi semuanya nyata pada tingkat kesalahan 0,05 dengan estimasi persamaan struktural sebagai berikut:
KINERJA = 0.29*KAR + 0.59*KOMP + 0.47*MOT + 0.11*IKLIM, Errorvar.= 0.33, R² = 0.67 (0.51) (0.49) (0.63) (0.51)
2.95 3.19 2.28 1.97
Hal ini dapat dijelaskan bahwa:
(1) Karakteristik aparatur secara langsung berpengaruh nyata pada kinerja aparatur, berarti setiap peningkatan satu satuan karakteristik aparatur, akan menaikan kinerja aparatur sebesar 0,29 satuan.
pemda, berarti setiap peningkatan satu satuan kompetensi aparatur, akan meningkatkan kinerja aparatur pemda sebesar 0,59 satuan.
(3) Motivasi aparatur secara langsung berpengaruh nyata pada kinerja aparatur pemda, berarti setiap peningkatan satu satuan motivasi aparatur, akan meningkatkan kinerja aparatur pemda sebesar 0,47 satuan.
(4) Iklim organisasi secara langsung berpengaruh nyata pada kinerja aparatur pemda, berarti setiap peningkatan satu satuan kemandirian penyuluh, akan menaikan kinerja aparatur pemda sebesar 0,11 satuan.
Hipotesis pertama diterima, artinya: kinerja aparatur dipengaruhi oleh faktor karakteristik aparatur 0,29 atau 8,41 persen, kompetensi aparatur sebesar 0,59 atau 34,81 persen dan motivasi aparatur sebesar 0,47 atau 22,09 persen dan iklim organisasi sebesar 0,11 atau 1,21 persen. Pengaruh bersama-sama karakteristik aparatur, kompetensi aparatur, dan motivasi aparatur adalah sebesar 67 persen. Ada faktor lain yang memengaruhi kinerja sebesar 33 persen.
Hipotesis 2
Hipotesis kedua menyebutkan bahwa ” kinerja aparatur pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud berpengaruh positif pada persepsi aparatur terhadap
pelaksanaan Good Governance.” Hasil uji kebermaknaan terhadap masing-masing
estimasi parameter model struktural faktor sikap semuanya nyata pada tingkat kesalahan 0,05 dengan estimasi persamaan struktural sebagai berikut:
GG = 0.64*KINERJA, Errorvar.= 0.59, R² = 0.41
Hipotesis kedua diterima, artinya: persepsi aparatur pemerintah daerah Kabupaten
Kepulauan Talaud terhadap pelaksanaan Good Governance dipengaruhi oleh
kinerja aparatur sebesar 0,59 atau 41 persen. Ada faktor lain yang memengaruhi persepsi aparatur pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud terhadap
Hipotesis 3
Hipotesis ke tiga menyebutkan bahwa ”terdapat hubungan nyata antara peubah karakteristik, kompetensi, motivasi dan iklim organisasi” Cara menguji
Hipotesis 3 dilakukan dengan membandingkan nilai t-hitung dan t-tabel untuk
masing-masing hubungan antar peubah. Jika nilai t-hitung hubungan antar peubah
karakteristik, kompetensi, motivasi, iklim organisasi lebih besar dari t-tabel (1,96)
pada taraf nyata 0,05, maka Hipotesis 3 diterima. Hal ini dijelaskan pada Tabel 13:
Tabel 13 Arah, koefisien dan t-hitung hubungan antar peubah karakteristik,
kompetensi, motivasi dan iklim organisasi
Hubungan Antar Peubah Arah/Koefisien
Hubungan
t-hitung
Karateristik Aparatur Iklim Organisasi 0,15 2,10
Karateristik Aparatur Motivasi Aparatur 0,21 4,08
Kompetensi Aparatur Motivasi Aparatur 0,91 13,04
Kompetensi Aparatur Iklim Organisasi 0,63 6,28
Kompetensi Aparatur Karateristik Aparatur 0,34 5,09
Motivasi Aparatur Iklim Organisasi 0,69 5,86
Keterangan : t 0,05 tabel = 1,96
Tabel 13 menunjukkan arah, koefisien dan t-hitung hubungan antar peubah, yaitu:
karakteristik aparatur dengan iklim organisasi, karateristik aparatur dengan motivasi aparatur, kompetensi aparatur dengan iklim organisasi, kompetensi aparatur dengan karateristi aparatur dan motivasi aparatur dengan iklim organisasi. Koefisisen hubungan antar peubah tersebut: 0,15; 0,21; 0,91; 0,63;
0,34; dan 0,69 berbeda nyata pada α = 0,05.
Hipotesis ketiga diterima, hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
(1) Derajat hubungan peubah karakteristik aparatur dan iklim organisasi lemah dan bersifat positif. (2) Derajat hubungan peubah karakteristik aparatur dan motivasi aparatur lemah dan bersifat positif. (3) Derajat hubungan peubah kompetensi aparatur dan motivasi aparatur kuat dan bersifat positif. (4) Derajat hubungan peubah kompetensi aparatur dan iklim organisasi kuat dan bersifat positif. (5) Derajat hubungan peubah kompetensi aparatur dan karateristik
aparatur lemah dan bersifat positif. (6) Derajat hubungan peubah motivasi aparatur dan iklim organisasi kuat dan bersifat positif.
Pembahasan
Kinerja aparatur dipengaruhi oleh karateristik aparatur, kompetensi aparatur, motivasi aparatur dan iklim organisasi. Kinerja aparatur mempengaruhi
persepsi aparatur dalam mengimplementasikan pelaksanaan good governance
Pengaruh peubah karakteristik pada kinerja aparatur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah karateristik aparatur melalui pendidikan dan masa kerja aparatur pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud berpengaruh nyata pada kinerja mereka. Hal ini berarti karateristik aparatur turut menetukan baik buruknya kinerja aparatur dengan koefisien pengaruh 0,29 yang
nyata pada α=0,05. Pengaruh karateristik pada kinerja aparatur tersebut nampak
pada baik buruknya kualitas pengorganisasian, kualitas kepemimpinan dan kualitas pengambilan keputusan. Hal ini mengindikasikan jika terjadi peningkatan satu satuan karateristik aparatur, akan meningkatkan hasil kualitas pengelolaan organisasi sebesar 0,12 satuan, kualitas kepemimpinan serta kualitas pengambilan keputusan.
Peningkatan kualitas organisasi meliputi kualitas komitmen terhadap organisasi dengan berorientasi pada kinerja yang tinggi, kualitas kreatif dan inovatif dalam pengembangan program, serta kualitas kerjasama dalam mengembangkan organisasi. Peningkatan kualitas kepemimpinan meliputi kualitas menerapkan gaya kepemimpinan, kualitas memberikan perintah kepada bawahan, dan kemampuan mengambil resiko dengan tepat. Peningkatan kualitas pengambilan keputusan meliputi kualitas pendelegasian wewenang kepada bawahan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi masing masing-masing, kualitas pengambilan keputusan yang strategis dan kualitas pengendalian diri. Adapun dimensi karateristik aparatur yang berpengaruh positif pada kinerja mereka adalah pendidikan dan masa kerja.
Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian Prabowo dan Prawitasari (2007) tentang kinerja pegawai kantor dinas kesehatan kota Tanjungbalai yang menyimpulkan terhadap pengaruh karateristik individu pada kinerja PNS di kantor Dinas Kesehatan Kota Tanjungbalai dengan koefisien
pengaruh sebesar 0,492 yang nyata pada α = 0,05. Hasil penelitian ini juga sejalan dengan penelitian Anwas (2009) dimana pengalaman kerja berbanding lurus dengan umur penyuluh, artinya semakin tua umur penyuluh, maka pengalaman kerjanya semakin lama.
Karateristik dari seorang aparatur memerlukan pengalaman mengorganisasi orang, berkomunikasi dihadapan kelompok, menyelesaikan msalah dan sebagainya. Aparatur yang tidak pernah berhubungan dengan organisasi besar dan kompleks tidak mungkin mengembangkan kecerdasan organisasional untuk memahami dinamika kinerja dan pengaruh dalam lingkungan organisasi.
Aparatur yang pekerjaannya memerlukan sedikit pemikiran strategis kurang mengembangkan karateristik daripada mereka yang telah menggunakan pemikiran strategis bertahun-tahun. Pengalaman merupakan elemen karateristik yang perlu, tetapi untuk menjadi ahli tidak cukup dengan pengalaman melainkan didukung dengan pendidikan.
Berdasarkan hasil-hasil penelitian dan teori di atas, maka hasil penelitian ini menunjukkan adanya pengaruh nyata karakteristik aparatur pada kinerja aparatur dari dimensi pendidikan dan masa masa kerja. Dengan demikian penelitian ini dapat dijadikan acuan bagi pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dalam mengelola meningkatkan kinerja aparatur dengan memperhatikan pendidikan dan masa kerja aparatur. Pada sistem penempatan dalam jabatan tertentu dan peningkatan karier perlu diperhatikan pendidikan aparatur. Aparatur yang masa kerjanya sudah lama perlu ditingkatkan kemampuannya melalui pendidikan secara berjenjang berdasarkan senioritas dan sistem kepangkatan. Gafar (1978) diacu oleh Usman (2010) memberikan karateristik perencanaan pendidikan antara lain sebagai berikut: (1) mengutamakan nilai nilai manusiawi, (2) memberikan kesempatan mengembangkan segala potensi, (3) komperhensif
dan sistematis, (4) berorientasi pada pembangunan, (5) berorientasi pada masa yang akan datang dan (6) menggunakan sumberdaya secermat mungkin.
Pengaruh kompetensi aparatur terhadap kinerja aparatur
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah kompetensi aparatur berpengaruh nyata pada kinerja mereka. Itu artinya kompetensi aparatur ikut menentukan baik buruknya kinerja aparatur dengan koefisien pengaruh sebesar
0,59 yang nyata pada α=0,05. Hal ini mengindikasikan jika terjadi peningkatan
satu satuan kompetensi aparatur, akan meningkatkan hasil kualitas pengorganisasian sebesar 0,5 satuan, kualitas kepemimpinan sebesar 0,54 satuan serta kualitas pengambilan keputusan sebesar 0,70 satuan. Dimensi kompetensi aparatur dicirikan oleh kompetensi perencanaan, pengorganisasian serta kompetensi mengaktualisaskan program dan kegiatan.
Dalam penelitian ini kompetensi memiliki nilai koefisien pengaruh terbesar dari peubah-peubah lainnya. Hasil penelitian ini menguatkan teori Robbins (2006) yang diacu dalam (Usman 2010) mengartikan kinerja adalah produk dari fungsi kemampuan dan motivasi. Jika diformulasikan adalah sebagai
berikut: Kinerja = f (kemampuan x motivasi).
Secara teoritis penelitian ini searah dengan pendapat Spencer dan Spencer (1993) yang menjelaskan bahwa, kompetensi merupakan karakteristik dasar seseorang yang memengaruhi cara berpikir dan bertindak, membuat generalisasi terhadap segala situasi yang dihadapi, serta bertahan cukup lama dalam diri manusia yang dapat menciptakan kinerja individu yang baik dengan dimensi: motif, ciri-ciri fisik, konsep diri, pengetahuan dan kemampuan teknis.
Dimensi peubah kompetensi aparatur yang berhubungan erat dengan kinerja aparatur pemerintah Kabupaten Kepulauan Talaud adalah: (1) kemampuan merencanakan program, meliputi: kemampuan menyusun rencana kerja, kemampuan berpikir konseptual, dan kemampuan berpikir analitis (2) kemampuan Pengorganisasian, meliputi: kemampuan komitmen terhadap organisasi, kemampuan kratif dan inovatif dan kemampuan kerjasama (3) Kemampuan aktualisasi program yang meliputi: kemampuan membangun komunikasi tim, kemampuan bertindak fleksibilitas dan kemampuan mengambil inisiatif.
Hasil penelitian Wongkar (1990) Usman (2010) mengemukakan bahwa perencanaan belum diterapkan menurut prinsip-prinsip dan metodologi perencanaan. Kondisi ini dibuktikan oleh fenomena pengembangan aspek prosedural, susbtantif, dan keterpaduan dalam perencanaan. Berdasarkan hasil riset oleh MacGilchrist dan Motimore (Usman 2010) ditemukan tipologi rencana sebagai berikut: (1) rencana retorika, yaitu rencana yang bersifat tertutup, (2) rencana singular yaitu hanya dimiliki oleh pimpinan, (3) rencana yang ditetapkan oleh pemimpin bersama stafnya dan (4) rencana korporat, yaitu rencana yang ditetapkan berdasarkan pengalaman dari pembelajaran masyarakat.
Dalam praktiknya, aparatur dalam tiap tingkatan mampu menyusun proyeksi perencanaan untuk lima tahun atau sepuluh tahun kedepan. Untuk itu agar perencanaan menghasilkan rencana yang baik, konsisten dan realistis maka kegiatan perencanaan di Kabupaten Kepulauan Talaud perlu memerhatikan: (1) keadaan sekarang (tidak memulai dari nol, tetapi dari sumberdaya yang ada), (2) keberhasilan dan faktor-faktor kritis keberhasilan, (3) kegagalan masa lampau, (4) potensi, tantangan dan kendala yang ada, (5) mengikutsertakan pihak-pihak terkait, (6) memerhatikan komitmen dan mengordinasikan pihak-pihak terkait pemangku kepentingan (7) mempertimbangkan efektivitas dan efisiensi dan (8) jika mungkin, mengujicobakan kelayakan perencanaan.
Pengaruh motivasi aparatur pada kinerja.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah motivasi berpengaruh nyata pada kinerja aparatur pemerintah daerah. Hal ini berarti motivasi aparatur ikut menentukan baik-buruknya kinerja penyuluh pertanian dengan koefisien pengaruh
sebesar 0,47 yang nyata pada α = 0,05. Pengaruh motivasi menjadi peubah kedua
yang memiliki nilai kefisien terbesar. Pengaruh motivasi pada kinerja aparatur tersebut nampak pada baik-buruknya kualitas pengorganisasian, kualitas kepemimpinan dan kualitas pengambilan keputusan (Tabel 10). Hal ini mengindikasikan, jika terjadi peningkatan satu satuan motivasi aparatur, akan meningkatkan kinerja aparatur mengorganisasi sebesar 0,10; kualitas kepemimpinan sebesar 0,11 dan kualitas pengambilan keputusan sebesar 0,14.
aparatur adalah: (1) motivasi berprestasi meliputi, keinginan untuk berprestasi sebaik-baiknya, keinginan berkompetensi, keinginan untuk maju dan berhasil mencapai tujuan dan (2) motivasi untuk berafiliasi, meliputi: keinginan untuk dihormati, keinginan untuk mendapat respon yang baik dari atasan, rekan seeselon maupun bawahan.
Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan pendapat Atmosoeprapto (2000) merupakan fungsi dari motivasi dan kemampuan yang merupakan dua faktor yang dapat menimbulkan efek sinergik. Kemampuan yang tinggi dan di dukung oleh motivasi yang tinggi pula akan memberikan keragaan yang baik berupa produktivitas yang lebih baik. Ambrose dan Kulik (1999) mengemukakan bahkan motivasi telah digambarkan sebagai "salah satu masalah yang paling penting dari penelitian organisasi modern”.
Penelitian tentang motivasi menghasilkan konsep konsep-konsep antara lain: (1) manusia dewasa yang sehat penuh dengan potensi. Walaupun potensi yang dimiliki manusia sudah tinggi, namun tanpa adanya motivasi untuk memanfaatkannya maka ia tidak akan berprestasi, (2) manusia dewasa mempunyai sejumlah motif (kebutuhan dasar yang menyalurkan potensinya, (3) manusia dewasa memenuhi kebutuhan sesuai dengan kebudayaannya, (4) pemenuhan kebutuhan tampak pada perilakunya, orang bermotif tertentu akan berperilaku tertentu. (5) perilaku yang tampak berbeda-beda tergantung situasinya.
Perilaku yang berhubungan dengan tiga motif social dari McClelland
menurut yang dikembangkan oleh Tim Achivement Motivation Traning (AMT)
Massachuset memiliki indikator sebagai berikut:
Orang yang berprestasi tinggi bercirikan: (1) bertanggungjawab atas segala perbuatannya, mengaitkan diri pada karier atau hidup masa depan, tidak menyalahkan orang lain dlaam kegagalannya, (2) berusaha mencari umpan balik atas segala perbuatannya, selalu bersedia mendengarkan pendapat orang lain sebagai masukan dalam memperbaiki dirinya, (3) berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan melebihi orang lain, lebih unggul, ingin menciptakan yang terbaik, (4) berusaha melakukan sesuatu secara inovatif dan kreatif, banyak gagasan dan mampu mewujudkan gagasan dengan baik, (5) merasa dikejar-kejar
waktu, pandai mengatur waktunya, (6) bekerja keras dan bangga atas hasil yang dicapai.
Orang yang persahabatnya tinggi bercirikan: (1) lebih suka bersama orang lain daripada sendirian, (2) sering berkomunikasi dengan orang lain, (3) lebih menutamakan hubungan pribadi daripada tugas kerja, (4) selalu bermusyarah untuk mufakat dengan orang lain, (lebih efektif apabila bekerjasama dengan orang lain.
Orang yang motif berkuasanya tinggi bercirikan: (1) sangat aktif menetukan arah kegiatan organisasi; (2) sangat peka terhadap pengaruh
antarpribadi dan kelompok, (3) mengutamakan prestise, (4) mengutamakan tugas
kerja daripada hubungan pribadi, (5) suka memerintah dan mengancam dengan sanksi.
Pengaruh iklim organisasi pada kinerja aparatur.
Hasil penelitian menunjukan bahwa peubah iklim organisasi berpengaruh nyata pada kinerja aparatur pemerintah daerah, berarti peubah iklim organisasi ikut menetukan baik buruknya kinerja aparatur dengan koefisien
sebesar 0,11 yang nyata pada α=0,05. Peningkatan kinerja aparatur yang semakin
baik nampak pada semakin baiknya kualitas pengorganisasian, kualitas kepemimpinan dan kualitas pengambilan keputusan.
Dimensi iklim organisasi dibentuk oleh penciri pemberian penghargaan serta tanggung jawab. Hal ini mengindikasikan, jika terjadi peningkatan satu satuan iklim organisasi, akan meningkatkan kinerja aparatur mengorganisasi sebesar 0,15; kualitas kepemimpinan sebesar 0,16 dan kualitas pengambilan keputusan sebesar 0,17.
Dimensi iklim organisasi yang berhubungan erat dengan kinerja aparatur adalah: (1) tanggung jawab meliputi, organisasi bergantung pada penilaian individual, pemimpin menuntut para anggota memeriksa kembali pelasanaan tugas pekerjaan, anggota organisasi melakukan evaluasi diri untuk menetukan seberapa besar kontribusi pada pencapaian keberhasilan organisasi (2) ganjaran, meliputi: promosi berdasarkan kinerja, penghargaan atas hasil kerja dan adanya hukuman atas kesalahan.
Secara teoritis penelitian ini sejalan dengan Koepelman dalam Cokroaminoto (2007) variabel imbalan/penghargaan akan memengaruhi kinerja individu, serta selaras dengan penelitian Robinson dan Larsen (1990) terhadap pegawai penyuluh kesehatan di perdesaan di Columbia yang menyimpulkan bahwa pemberian imbalan mempunyai pengaruh yang lebih besar terhadap kinerja pegawai dibanding pada kelompok pegawai yg tidak diberi.
Hasil penelitian ini secara teoritis sejalan dengan pernyataan Davis (1981) mengemukakan bahwa faktor-faktor yang mampu menciptakan iklim organisasi yang kondusif antara lain: (1) kualitas kepemimpinan, (2) kepercayaan, (3) komunikasi keatas dan kebawah, (4) perasaan senang dalam bekerja, (5) tanggung jawab (6) keterbukaan hadiah, (7) alasan masuk akal untuk bekerja keras, (8) peluang.
King (1973) diacu (Usman 2010) menyatakan bahwa mengukur iklim organisasi yang juga dapat dipergunakan oleh pemerintah daerah Kabupaten Kepulauan Talaud dalam mengukur iklim organisasi satuan peragkat kerja daerah ialah: (1) standardisasi kinerja yang harus dicapai, (2) standardisasi kinerja yang ditampilkan, (3) formalisasi kegiatan yang ditampilkan, (4) formalisasi kinerja yang ditampilkan, dan (5) ritualisasi kinerja yang ditampilkan. King menggunakan teknik presentasi untuk menghitungnya. Maksud King ialah dengan mengetahui masing-masing presentasi standard kinerjanya dulu, kemudian menugaskan karyawan perusahaaan untuk melakukan kegiatan-kegiatan formal barulah iklim organisasi dapat diukur, yaitu sejauh mana perbedaan presentasi dari kelima pengukuran tersebut.
Pengaruh karateristik, kompetensi, motivasi dan iklim organisasi pada kinerja aparatur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah karateristik, kompetensi, motivasi dan iklim organisasi berpengaruh nyata pada kinerja aparatur. Pengaruh masing-masing peubah bebas terhadap kinerja digambarkan sebagai berikut: karateristik dengan koefisien sebesar 0,29 kompetensi dengan koefisien sebesar 0,59 .Motivasi dengan koefisien sebesar 0,47 dan iklim organisasi sebesar 0,11.
Kinerja aparatur memiliki koefisien determinasi sebesar 0,67 dan sisanya sebesar 33 persen merupakan pengaruh peubah lain diluar penelitian ini.
Besarnya pengaruh peubah karateristik, kompetensi, motivasi dan iklim organisasi pada kinerja aparatur merupakan kontribusi nyata dari beberapa sub peubah. Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. Pengaruh karateristik aparatur ditentukan oleh dua dimensi, yaitu 1)
pendidikan dan 2) masa kerja (lihat Gambar 7) artinya bertambahnya pendidikan maupun masa kerja akan meningkatkan kinerja aparatur menjadi lebih baik. Tiga dimensi karateristik lainnya yaitu; umur, pelatihan dan masa kerja dalam eselon dalam penelitian ini memiliki estimasi koefisien bobot
faktor kurang dari 0,50 yang tidak nyata pada pada α=0,05. Hal ini berarti
ketiga dimensi tersebut tidak valid dalam mengukur kinerja aparatur.
2. Pengaruh kompetensi aparatur pada kinerja mereka ditentukan oleh tiga
dimensi yaitu: (1) Kemampuan perencanaan, (2) Kemampuan pengorganisasian, (3) Kemampuan pengaktualisasian (lihat Gambar 7) Artinya bertambahnya kemampuan perencanaan, kemampuan pengorganisasian, dan kemampuan pengaktualisasian setiap program rencana dalam organisasi perangkat daerah akan meningkatkan kinerja mereka lebih baik. Sedangkan lima dimensi kompetensi lainnya yaitu kemampuan memiliki visi dan misi kedepan, kemampuan pengawasan, kemampuan kepemimpinan, kemampuan pengambilan keputusan memiliki koefisien
bobot kurang dari 0,50 yang tidak nyata pada α=0,05 hal ini berarti bahwa
kelima dimensi tersebut tidak valid dalam mengukur kinerja aparatur.
3. Pengaruh motivasi aparatur pada kinerja mereka ditentukan oleh dua dimensi
yaitu: (1) Motivasi prestasi, (2) Motivasi afiliasi, (lihat gambar 7) Artinya bertambahnya motivasi prestasi dan motivasi afiliasi aparatur akan meningkatkan kinerja mereka lebih baik. Sedangkan dimensi motivasi kekuasaan memiliki koefisien bobot kurang dari 0,50 yang tidak nyata pada
α=0,05 hal ini berarti bahwa dimensi tersebut tidak valid dalam mengukur
kinerja aparatur.
4. Pengaruh iklim organisasi pada kinerja aparatur ditentukan oleh dua dimensi
penghargaan dan tanggung jawab yang diembankan kepada aparatur akan meningkatkan kinerja mereka lebih baik. Sedangkan dua dimensi lainnya yaitu standard harapan kualitas dan semangat tim memiliki koefisien bobot
kurang dari 0,50 yang tidak nyata pada α=0,05 hal ini berarti bahwa kedua dimensi tersebut tidak valid dalam mengukur kinerja aparatur.
Pengaruh kinerja pada pada persepsi aparatur terhadap pelaksanaan good governance
Hasil penelitian menunjukkan bahwa peubah karateristik, kompetensi, motivasi, iklim organisasi berpengarus secara positif pada persepsi aparatur