• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

KERANGKA BERPIKIR DAN HIPOTESIS

Penyelenggaraan pemerintahan yang didasarkan pada prinsip-prinsip good governance merupakan landasan bagi penyusunan dan penerapan kebijakan negara yang demokratis. Tata pemerintahan yang baik merupakan suatu konsepsi tentang penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, demokratis, dan efektif sesuai dengan cita-cita terbentuknya suatu masyarakat madani dengan mensyaratkan adanya kompetensi birokrasi sebagai pelaksana kebijakan politik/publik atau sebagai perangkat otoritas atas peran-peran negara dalam menjalankan amanat yang diembannya.

Pemerintah daerah dalam usaha untuk mewujudkan pemerintahan

yang baik (good government) diperlukan sebuah kinerja yang baik pula dari

aparatur pemerintahan itu sendiri, di mana hal tersebut merupakan faktor utama yang merubah proses birokrasi menuju ke arah yang lebih baik. Dalam rangka mewujudkan tata pemerintahan yang bersih dan berwibawa, prioritas pembangunan bidang penyelenggaraan negara nantinya diharapkan diarahkan pada upaya peningkatan kinerja birokrasi agar birokrasi mampu menciptakan kondisi yang kondusif bagi terpenuhinya kebutuhan masyarakat; meningkatkan kualitas pelayanan kepada masyarakat; dan menekan tingkat penyalahgunaan kewenangan di lingkungan aparatur pemerintahan.

Pembenahan aparatur publik dapat menjadi langkah awal yang strategis, karena kompleksitas masalah, dampak yang mungkin dihasilkan dan dukungan yang mungkin diperoleh sangat besar. Dengan memberikan prioritas pada pembenahan birokrasi pemerintah daerah, maka dampaknya terhadap percepatan

terwujudnya good local governance sangat besar.

Pengukuran kinerja terhadap suatu organisasi publik merupakan suatu isu pada beberapa tahun terakhir ini, terutama setelah banyaknya keluhan dari para pengguna jasa yang menyatakan bahwa kinerja organisasi publik adalah sumber kelambanan, pungli dan in-efisiensi. Citra organisasi publik di negara berkembang, termasuk Indonesia dalam melayani kepentingan masyarakat pada umumnya amat buruk jika dibandingkan dengan organisasi swasta. Karenanya tidaklah mengherankan kalau organisasi swasta seringkali dijadikan sebagai

alternatif pilihan kebijakan untuk menyelesaikan berbagai persoalan dalam penyelenggaraan pelayanan publik.

Berbicara masalah kinerja organisasi publik, terlebih setelah diberlakukannya UU Nomor 22 tahun 1999 tentang pemerintahan daerah dan UU Nomor 25 tahun 1999 tentang perimbangan keuangan antara pemerintah pusat dan daerah, pemerintah daerah dituntut untuk meningkatkan kinerjanya dalam rangka memberikan pelayanan kepada masyarakat. Peningkatan kinerja tidak terlepas dari faktor yang memengaruhi kinerja itu sendiri. Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur terdiri dari karateristik aparatur, kompetensi, motivasi dan iklim organisasi.

Gambar 3. Model logika pengembangan program Sumber : Powel ET, Henert E. 2008. University Of Wisconsin-Extension Cooperative Extension Program Development And Evaluation.

Keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh pada kinerja aparatur

dengan pendekatan model logika yang disusun berdasarkan pengelolaan faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja aparatur. Powel dan Henert (2008) mengungkapkan model logika seperti tercantum pada Gambar 3.

Gambar 3 menjelaskan Model logika tentang perencanaan, implementasi dan evaluasi dari pengembangan program. Pada tahap pertama diawali dengan analisis situasi, tahap kedua pengaturan prioritas program dan tahap ketiga program aksi yang terdiri dari (1) input, (2) output, (3) sasaran yang ingin dicapai

dan (4) outcome yang merupakan sasaran jangka pendek dari program terutama

proses pembelajaran dan jangka menengah yang merupakan aksi dari pelaksanaan

program dan (5) impacts yang berisi tentang sasaran jangka panjang, yaitu kondisi

ekonomi, sosial, lingkungan dan kewarganegaraan. Tahap keempat yaitu evaluasi yang mencakup fokus, koleksi data, analisis dan interpretasi serta pencatatan.

Adaptasi yang tidak relevan terhadap perubahan dapat mengurangi daya saing organisasi dalam menjalankan aktivitasnya, misalnya saja daya saing dalam hal pelayanan kepada kliennya, dan bahkan akan mengurangi daya efisiensi dan efektivitas pemanfaatan sumberdaya organisasi yang dapat mengakibatkan organisasi akan mengalami krisis yang selanjutnya akan mengalami stagnasi dan hanya sekedar eksis tanpa dapat menciptakan improvisasi dalam menjalankan aktivitasnya.

Model logika digunakan sebagai kerangka kerja (framework) guna

membangun model logika pengembangan kinerja aparatur pemerintah daerah seperti yang diperlihatkan pada Gambar 4.

Keluaran (Output) Penetapan prioritas

(Priority Setting) Pengembangan

Kemampuan (1)Menyusun Visi dan Misi Organisasi (2) Kualitas Integritas Masukan (Input) Hasil (Outcomes)

Berdasarkan penjelasan konsep pada tinjauan pustaka dan model logika, maka dapat dirumuskan alur hubungan antar peubah pada penelitian ini, keterkaitan antara faktor-faktor yang berpengaruh terhadap kinerja aparatur dapat digambarkan dengan pendekatan melalui kerangka berpikir pada Gambar 5 sebagai berikut:

Gambar 4. Pengembangan Kinerja Aparatur Pemda dengan pendekatan model logika

Situasi (Situation) •Kinerja Aparatur Pemda rendah •Persepsi terhadap good governance rendah (1) SDM/ Aparatur (2) Waktu (3) Materi/metode penyusun program (4) Peralatan yang digunakan (5) Bahan yang dimanfaatkan (6) Sarana dan prasarana yang dimanfaatkan (7) Penelitian dasar/informasi (8) Anggaran pelaksanaan Karateristik Aparatur Kompetensi Aparatur Motivasi Aparatur Sasaran (Goal) Aparatur Kompetensi aparatur meningkat Penerapan Good Governance di tiap tingkatan Kesejahteraan aparatur meningkat Jangka pendek Jangka menengah Jangka panjang Iklim Organisasi

Gambar 5 Kerangka Berpikir Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja Aparatur Pemerintah Daerah dalam mewujudkan Tata Pemerintahan

Daerah Yang Baik (Good Local Government)

Hipotesis Penelitian

Karateristik Dasar Aparatur Pemerintah Daerah (X1): (X1.1) Usia

(X1.2) Pendidikan (X1.3) Pelatihan (X1.4) Masa Kerja

(X1.5) Masa Kerja dalam Jabatan

Motivasi Aparatur Pemerintah (X3): (X3.1) Motivasi prestasi

(X3.2) Motivasi afiliasi (X3.3) Motivasi kekuasaan

Kompetensi Aparatur Pemerintah Daerah (X2):

(X2.1) Kompetensi Visi dan Misi Organisasi (X2.2) Kompetensi Integritas (X2.3) Kompetensi Perencanaan (X2.4) Kompetensi Pengorganisasian (X2.5) Kompetensi Aktualisasi (X2.6) Kompetensi Evaluasi (X2.7) Kompetensi Kepemimpinan (X2.8) Kompetensi Pengambilan Keputusan

Persepsi Aparatur Terhadap Tata Pemerintahan Yang Baik

(Y2) : (Y2.1) Partisipasi (Y2.2) Penegakan Hukum (Y2.3) Transparansi (Y2.4) Kesetaraan (Y2.5) Daya Tanggap (Y2.6) Wawasan Ke Depan (Y2.7) Akuntabilitas (Y2.8) Pengawasan

(Y2.9) Efisiensi dan Efektifitas (Y2.10) Profesionalisme Iklim Organisasi (X4):

(X4.1) Responsibility (tanggung jawab) (X4.2) Standard (harapan kualitas pekerjaan) (X4.3) Ganjaran/Reward

(X4.4) Tim Spirit (Semangat Tim)

Kinerja Aparatur Pemerintah Daerah (Y1):

(Y1.1) Kualitas Visi dan Misi Organisasi (Y1.2) Kualitas Integritas

(Y1.3) Kualitas Perencanaan (Y1.4) Kualitas Pengorganisasian (Y1.5) Kualitas Aktualisasi (Y1.6) Kualitas Pengawasan (Y1.7) Kualitas Kepemimpinan (Y1.8) Kualitas Pengambilan Keputusan

Berdasarkan kerangka berpikir yang telah dijelaskan, maka dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut:

(1) Karakteristik, kompetensi, motivasi, dan iklim organisasi berpengaruh positif

pada kinerja aparatur pemda.

(2) Kinerja aparatur pemda berpengaruh positif pada persepsi aparatur terhadap

pelaksanaan good governance.

(3) Terdapat saling hubungan yang nyata antara peubah karakteristik, kompetensi,

motivasi dan iklim organisasi.