• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kondisi Umum Wilayah Penelitian Letak Geografis

Kota Batam secara geografis letaknya sangat strategis karena terletak di jalur pelayaran dunia sengga sehingga menempatkan kota ini sebagai pintu gerbang perekonomin nasional. Dari data yang diperoleh dari Pemerintah Kota Batam (2000) disebutkan bahwa Kota Batam terletak antara 0o55’ – 1o55’ Lintang Utara dan 103o45’ – 104o10’ Bujur Timur dan berdasarkan Undang-undang No. 53 Tahun 1999 luas wilayah Kota Batam secara keseluruhan adalah 1 570.35 Km2 dengan batas-batas sebagai berikut:

- Sebelah Utara : Selat Singapura

- Sebelah Selatan : Kecamatan Senayang (Kabupaten Kepulauan Riau) - Sebelah Timur : Kecamatan Bintan Utara dan Kecamatan Teluk Bintan

(Kabupaten Kepulauan Riau)

- Sebelah Barat : Kecamatan Moro dan Kecamatan Karimun (Kabupaten Karimun) dan Laut Internasional.

Kota Batam merupakan wilayah kepulauan yang terdiri dari 325 buah pulau besar dan kecil dengan panjang pantai sekitar 1 261 Km dan luas laut sekitar 289.300 hektar. Wilayah laut ini merupakan bagian terbesar, yaitu sekitar 74% dari wilayah Kota Batam. Dewasa ini wilayah Kota Batam terdiri dari 8 (delapan) kecamatan, yaitu Kecamatan Belakang Padang, Bulang, Galang, Sei Beduk, Nongsa, Sekupang, Lubuk Baja dan Batu Ampar. Kedelapan kecamatan tersebut membawahi sebanyak 35 kelurahan dan 16 desa. Selanjutnya mengenai peta Kota Batam dengan batas-batas administrasinya disajikan dalam Gambar 3.

Pemerintah Kota Batam dibentuk berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 34 Tahun 1983 dan diresmikan pada tanggal 24 Desember 1983 yang bersifat Administratif. Dengan berlakunya Undang-undang Nomor: 53 Tahun 1999 maka Kotamadya Administratif Batam berubah menjadi Kota Batam. Selain itu, di Batam terdapat juga institusi pemerintah pusat yang mengelola khusus daerah tersebut, yaitu Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam.

Penduduk

Penyebaran penduduk Kota Batam pada tahun 2003 terkonsentrasi pada 3 (tiga) wilayah kecamatan, yaitu Kecamatan Sei Beduk, Batu Ampar dan Sekupang (Tabel 9). Ketiga wilayah kecamatan ini memiliki jumlah penduduk lebih banyak dibandingkan dengan 5 (lima) wilayah kecamatan lainnya di Kota Batam. Jumlah penduduk paling banyak jumlahnya terdapat di Kecamatan Sei Beduk, yaitu 126 979 jiwa, sedangkan yang paling sedikit, yaitu 8 693 jiwa terdapat di Kecamatan Bulang. Apabila dilihat dari perbandingan antara jumlah Rumah Tangga Perikanan (RTP) dan anggota keluarganya (34 426 jiwa) dengan jumlah keseluruhan penduduk Kota Batam (562 601 jiwa) pada tahun 2003 adalah sebesar 6.1%.

Tabel 9 Jumlah penduduk Kota Batam tahun 2003 menurut kecamatan

Kecamatan WNI WNA Jumlah

1. Belakang Padang 19 737 4 19 741 2. Bulang 8 693 - 8 693 3. Galang 13 917 12 13 929 4. Sei Beduk 124 262 2 714 126 976 5. Nongsa 85 606 84 85 690 6. Sekupang 116 242 199 116 441 7. Lubuk Baja 66 200 475 66 675 8. Batu Ampar 124 219 297 124 516 Total 558 876 3 785 562 661 Sumber: Bappeda Kota Batam (2004)

Berdasarkan data jumlah penduduk Kota Batam dari 1993-Juni 2004 terlihat bahwa pertumbuhan jumlah penduduk tertinggi terjadi pada tahun 1996 sebesar 20.92%, sedangkan pertumbuhan jumlah penduduk terkecil terjadi pada tahun 2003, yaitu 2.26% dan sampai Juni 2004 pertumbuhan penduduk sebesar 3.54% (Tabel 10).

Industri

Berdasarkan Keppres No 41 Tahun 1973, seluruh Pulau Batam ditetapkan sebagai daerah industri. Kemudian disusul dengan Keppres No. 41 tahun 1978 yang menetapkan bahwa seluruh pulau Batam dan beberapa pulau di sekitarnya dinyatakan sebagai kawasan berikat (bonded area). Keputusan ini dikeluarkan dengan maksud agar dapat mendorong pengembangan ekspor yang berorientasi pada bidang perindustrian dan untuk memberikan kemudahan impor bahan-bahan yang dibutuhkan oleh pabrik yang ada di Batam. Hal ini akan memacu berkembangnya industri di daerah ini. Gambar 4 menunjukkan penyebaran industri di Kota Batam berdasarkan Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam 2001-2011 yang kemudian pada tahun 2004 direvisi melalui Peraturan Daerah (Perda) Kota Batam Nomor 2 Tahun 2004 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam Tahun 2004-2014.

Tabel 10 Pertumbuhan jumlah penduduk Kota Batam dari tahun 1993-2004

WNI WNA TOTAL

Tahun Laki-laki Perempuan Jumlah Laki-laki Perempuan Jumlah Jumlah Pertumbuhan

(%) 1993 80 910 65 161 146 071 527 107 634 146 705 1994 88 927 74 210 163 137 638 127 765 163 902 10.49 1995 99 777 95 547 195 324 641 115 756 196 080 16.41 1996 122 988 124 126 247 114 697 147 844 247 958 20.92 1997 126 693 127 609 254 302 717 160 877 255 179 2.83 1998 153 895 139 313 293 208 405 87 492 293 700 13.12 1999 159 104 176 520 335 624 962 371 1 333 336 957 12.84 2000 209 120 226 714 435 834 1 205 319 1 524 437 358 22.96 2001 241 667 281 509 523 176 2 517 1 458 3 975 527 151 17.03 2002 254 193 290 794 544 987 3 079 1 885 4 964 549 951 4.15 2003 266 235 292 641 558 876 2 196 1 589 3 785 562 661 2.26 Juni 2004 275 043 304 417 579 460 2 268 1 607 3 875 583 335 3.54 Sumber: Bappeda Kota Batam (2002, 2003 dan 2004)

Tabel 11 menggambarkan luas kawasan industri sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Kota Batam yang diperoleh dari Kantor Pertanahan Kota Batam tahun 2003 adalah sebagai berikut:

Tabel 11 Luas kawasan industri sesuai RTRW Kota Batam

No. Letak Lokasi Luas (Hektar)

1. Kecamatan Batu Ampar 448

2. Kecamatan Lubuk Baja 32

3. Kecamatan Nongsa (Batam Center ) 496

4. Kecamatan Nongsa ( Kabil ) 1 464

5. Kecamatan Sekupang ( Sekupang ) 256

6. Kecamatan Sekupang (Tanjung Uncang ) 1 184

7. Kecamatan Sekupang ( Panbil ) 296

8. Kecamatan Sei Beduk ( Muka Kuning ) 464

9. Kecamatan Sei Beduk ( Sagulung ) 1 440

10. Kecamatan Sei Beduk ( Batu Aji ) 288

11. Kecamatan Galang ( P. Rempang, P. Kera ) 608

12. Kecamatan Galang ( Tanjung Kerapa ) 1 208

13. Kecamatan Galang ( Tanjung Semandur ) 304

14. Kecamatan Galang ( P. Sembur ) 80

Jumlah 8 568

Sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah dalam mengembangkan Pulau Batam menjadi daerah industri, dari tahun 1999-2003 terlihat bahwa sektor industri besar (dengan tenaga kerja 100 orang atau lebih) mengalami peningkatan (Tabel 12). Pada pada tahun 1999 tercatat 108 industri dan selanjutnya terus meningkat hingga pada tahun 2003 terdapat 138 industri. Sedangkan pada industri sedang (dengan tenaga kerja antara 20-99 orang) mengalami sedikit penurunan antara tahun 199-2002 dan kemudian naik menjadi 75 industri pada tahun 2003.

Tabel 12 Banyaknya perusahaan Sektor Industri pengolahan menurut golongannya

Kecamatan Perusahaan besar Perusahaan sedang

Th. 1999 Th. 2000 Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003 Th. 1999 Th. 2000 Th. 2001 Th. 2002 Th. 2003 1. Belakang Padang - - - - - 2. Bulang - - - - - 3. Galang - - - - - 4. Sei Beduk 60 71 64 70 61 15 17 14 17 10 5. Nongsa 14 14 16 15 21 12 13 11 13 21 6. Sekupang 15 6 15 14 21 6 4 7 7 16 7. Lubuk Baja 1 2 3 2 3 3 2 1 1 2 8. Batu Ampar 18 19 20 20 32 14 14 13 11 26 Total 108 112 118 121 138 50 50 46 49 75 Sumber: Bappeda Kota Batam (2001, 2002, 2003 dan 2004)

Seiring dengan perkembangan industri tersebut maka investasi di Kota Batam pun mengalami peningkatan. Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam (2001) menyebutkan bahwa dari tahun 1990-2001 terjadi peningkatan investasi yang cukup signifikan di daerah ini. Pada tahun 1990 tercatat investasi pemerintah sebesar US$ 573 000 000.00, investasi swasta

domestik sebesar US$ 1 515 000 000.00 serta investasi swasta asing US$ 684 000 000.00 Sedangkan pada tahun 2001, investasi pemerintah tercatat

sebesar US$ 2 100 000.00, investasi swasta domestik US$ 3 300 000.00 dan investasi swasta asing US$ 3 400 000.00, artinya bahwa pada tahun 2001 ini terdapat 23.86% investasi pemerintah dan 37.50% investasi swasta domestik serta investasi swasta asing sebesar 38.64%.

Jenis-jenis perusahaan pada Sektor Industri di Kota Batam pada tahun 2002 menurut Disperindag Kota Batam (2002) adalah sebagai berikut:

a. Kecamatan Nongsa: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari logam, garmen dan tekstil, bahan kimia, kertas dan barang dari kertas, pengolahan kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, pengolahan barang dari karet, pengolahan sampah menjadi pupuk bio, bengkel dan jasa pendukung, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa industri, makanan dan minuman;

b. Kecamatan Batu Ampar: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari logam, garmen dan tekstil, bahan kimia, kertas dan barang dari kertas, pengolahan kayu, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa industri, makanan, minuman, furniture, percetakan, penerbitan dan periklanan; c. Kecamatan Lubuk Baja: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri

dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari logam, garmen dan tekstil, kertas dan barang dari kertas, gelas dan barang dari gelas, pengolahan kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, alat angkat dan jasa perbaikan, makanan, minuman, furniture, percetakan dan penerbitan;

d. Kecamatan Sekupang: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari perusahaan elektronika, barang dari logam, garmen dan tekstil, bahan kimia, kertas dan barang dari kertas, galangan kapal, pengolahan kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa industri, makanan, minuman dan penerbitan;

e. Kecamatan Sei Beduk: jenis industri yang terdapat di kecamatan ini terdiri dari perusahaan elektronika, plastik dan barang dari plastik, barang dari logam, kertas dan barang dari kertas, pengolahan kayu, pengolahan tanah liat dan pasir, pengolahan barang dari karet, alat angkat dan jasa perbaikan, jasa industri dan rekayasa industri, makanan dan minuman.

Perkembangan yang pesat di bidang ekonomi dan perindustrian membawa Batam menjadi kota yang berbasis industri. Kemudahan akses yang didukung oleh letak geografis menjadikan daerah ini banyak diminati para investor, salah satunya akses transportasi laut, baik untuk kepentingan transportasi masyarakat dan perdagangan domestik maupun ke negara lain. Daerah ini memiliki posisi strategis karena berada di lokasi terdepan batas internasional dalam hal ini di Selat Singapura serta terletak pada jalur pelayaran bebas yang kebetulan merupakan salah satu alur pelayaran kapal paling ramai di dunia.

Besarnya angka pertambahan penduduk di Kota Batam adalah erat kaitannya dengan dijadikannya Batam sebagai kawasan industri. Pertumbuhan industri yang sangat pesat, selain dapat mendatangkan devisa juga membuat banyak orang berdatangan ke wilayah ini, khususnya untuk mencari pekerjaan. Hal ini menimbulkan urbanisasi, yang selanjutnya karena di sana sini timbul perumahan kumuh sebagai akibat kurang siapnya penataan dan pengelolaan lingkungan. Dampak lain yang timbul dari pengembangan industri yang dilakukan secara terus-menerus di daerah ini adalah terjadinya kerusakan lingkungan sebagai akibat eksploitasi lahan atau kawasan bagi peruntuk\kan yang lain serta timbulnya pencemaran lingkungan yang disebabkan diantaranya oleh pembuangan limbah industri yang belum semuanya tertata dengan baik. Adanya orientasi pengembangan industri di Kota Batam yang secara terus-menerus dilakukan ternyata membawa dampak terhadap faktor ikutan yang sangat nyata, seperti peningkatan jumlah penduduk, peningkatan penyediaan sarana dan

prasarana penununjang (perumahan, perkantoran, pertokoan serta fasilitas lainnya) yang dampak dari semua itu menyebabkan timbulnya kegiatan eksploitasi lahan yang kurang memperhatikan aspek kelestarian lingkungan.

Sebenarnya dalam kaitannya dengan pengembangan industri telah disusun kriteria jenis industri yang boleh beroperasi di Kota Batam. Kriteria industri yang berpotensi untuk dikembangkan di Kota Batam harus memenuhi ketentuan

negative list”, yaitu industri yang tidak boleh mengambil tempat di Kota Batam

(Pemerintah Kota Batam, 2000). Disamping itu, sesuai dengan Keputusan Ketua Otorita Pengembangan Daerah Industri Pulau Batam Nomor: 045/AP-KPTS/IV/1990 yang mengatur jenis industri yang tidak dipromosikan di Kota Batam. Berdasarkan kedua ketentuan maka jenis-jenis industri yang tidak dianjurkan dikembangkan di Kota Batam meliputi industri-industri:padat karya, kimia, textil serta perabotan dari rotan dan kayu. Selain jenis industri tersebut maka industri-industri yang direkomendasikan untuk dikembangkan di Kota Batam adalah dengan syarat-syarat :

♦ Industri ringan, sedang dan berat yang berorientasi ekspor;

♦ Menggunakan teknologi menengah sampai tinggi;

♦ Intensif (padat) modal;

♦ Menggunakan tenaga ahli;

♦ Tingkat konsumsi air sedikit;

♦ Tidak menyebabkan polusi.

Adapun jenis komoditi industri unggulan yang akan dikembangkan di Kota Batam diantaranya didasarkan pada (Pemerintah Kota Batam, 2000):

♦ Tingginya permintaan pasar internasional;

♦ Daya saing produk tersebut di pasar internasional;

♦ Adanya keunggulan komparatif produk yang dihasilkan;

Namun demikian, beberapa industri yang tidak dianjurkan untuk dikembangkan di Kota Batam ternyata dijumpai di di daerah ini, seperti kimia, tekstil serta pengolahan kayu. Hal ini memperlihatkan rendahnya pengawasan serta adanya ketidak-konsistenan antara kebijakan yang telah dibuat dengan pelaksanaannya di lapangan (Disperindag Kota Batam, 2002).

Adanya ketidak-konsistenan kebijakan serta pengawasan yang lemah dapat mendorong semakin turunnya kualitas lingkungan akibat pengembangan industri di daerah ini. Pengembangan industri berdampak terhadap meningkatnya buangan limbah industri ke perairan pantai. Limbah yang berasal dari pabrik dan kegiatan industri lainnya dialirkan dan dibuang semena-mena tanpa melalui sistem pengolahan limbah yang baik. Kasus khusus terjadi di Kota Batam ini adalah bahwa limbah industri pada umumnya dibuang langsung ke laut dan hanya sebagian kecil yang dibuang melalui sungai kecil. Kondisi seperti ini terjadi karaena sebagian besar industri di Kota Batam didirikan di dekat pantai sehingga dengan alasan faktor kemudahan serta alasan biaya maka limbah-limbah industri langsung dibuang ke perairan pantai yang ada di sekitarnya. Selain itu, berdasarkan hasil pengamatan langsung selama penelitian bahwa di Kota Batam tidak terdapat sungai besar dan yang ada adalah sungai-sungai kecil dan pendek yang tidak pada setiap musim ada airnya atau hanya pada musim penghujan sungai-sungai kecil ini dialiri air.

Pencemaran karena kegiatan industri terjadi karena banyaknya industri yang sampai saat ini belum menggunakan unit pengolahan limbah atau dalam penggunaan unit pengolahan limbah yang telah ada kurang optimal, sehingga limbahnya masih mengalir ke perairan pantai dan laut yang akan berdampak terhadap menurunnya kualitas lingkungan dan hal ini merupakan pemicu terjadinya degradsi lingkungan pesisir di Kota Batam.

Kondisi Perairan Pesisir Kota Batam

Kota Batam terdiri dari tiga pulau utama yaitu pulau Batam, Rempang, dan Galang (Barelang) dan pulau-pulau kecil di sekitarnya. Daerah ini memiliki panjang garis pantai 473 km. Pantai di Batam berbentuk tanjung (daratan yang menjorok ke laut) yang umumnya berupa batuan, sedangkan yang berbentuk teluk

(bagian laut yang menjorok ke daratan) umumnya memiliki tipe pasir dan lumpur. Pantai di bagian timur laut dan utara Pulau Batam umumnya memiliki tipe pasir dan lumpur serta sebagian berbatu/karang.

Pesatnya kemajuan Kota Batam akhir-akhir ini ternyata membawa dampak negatif terhadap lingkungan hidup. Hutan mangrove dirusak, bukit diratakan dan adanya kegiatan lain yang merusak lingkungan banyak terjadi di Kota Batam. Hal ini dilakukan untuk mendapatkan lahan bagi pengembangan industri serta peruntukan lainnya. Wilayah pesisir Batam banyak dicemari oleh limbah atau dampak dari pembangunan tersebut. Sebelumnya, disampaikan mengenai kondisi hidro-oseanografi di sekitar perairan laut Kota Batam.

Arus Air Laut

Bentuk dasar laut dan garis pantai semua perairan akan berpengaruh terhadap gerakan massa air perairan pantai. Hal ini disebabkan karena perairan pantai umumnya dangkal sehingga peninggian dasar laut misalnya, akan membelokkan massa air yang sedang bergerak. Demikian juga dengan garis pantai yang juga akan membelokkan arah gerakan massa air.

Gerakan massa air akan dipengaruhi oleh garis pantai, tetapi sebaliknya garis pantai dapat dipengaruhi oleh gerakan massa air kalau gerakan tersebut (disertai dengan gelombang yang menghantam pantai) mengakibatkan terjadinya erosi dan sedimen yang terpecah diangkut oleh gerakan massa air ke tempat lain.

Sistem arus di Riau Kepulauan termasuk perairan Batam, mempunyai sistem yang kompleks sebagai hasil interaksi dari arus pasang, arus muson dan faktor lokal, seperti perairan yang dangkal dan pengaruh tipologi pesisir dari pulau-pulau (Zieren et al., 1996). Posisi geografi dipengaruhi pada perambatan pasang dari Samudera Hindia melalui Selat Malaka dan dari Samudera Pasifik melalui Laut Cina Selatan.

Arus utama perairan Batam dipengaruhi dan mengikuti pola arus Laut Cina Selatan secara umum. Pola arus di Laut Cina Selatan sangat tergantung dari angin Muson. Secara garis besar terdapat dua angin Muson di perairan ini, yaitu angin Muson Barat Laut dan angin Muson Tenggara. Pada bulan Februari bertiup puncak angin Muson Barat Laut yang menyebabkan arus bergerak meninggalkan

Laut Cina Selatan menuju Laut Jawa. Pada bulan Agustus terjadi sebaliknya, yaitu bertiup angin Muson Tenggara yang menyebabkan arus yang bergerak dari perairan Laut Jawa menuju perairan Laut Cina Selatan. Namun di perairan Batam, yang dekat dengan daratan, pola arus tidak sejelas arus di Laut Cina Selatan. Karena adanya pulau-pulau dan daratan semenanjung Malaysia, pada saat angin Muson Barat Laut bertiup, perairan Batam relatif tenang karena terlindung oleh semenanjung. Sebaliknya pada saat bertiup angin Muson Tenggara, perairan Batam akan menjadi lebih kasar (Gambar 5, 6, dan 7).

Meskipun demikian, karena banyaknya pantai dari pulau-pulau yang terdapat di perairan Batam, pola arus di perairan ini tidak sesederhana seperti pola arus di Laut Cina Selatan. Hal ini disebabkan karena seperti yang telah disebutkan, arus tersebut dipengaruhi oleh garis pantai (Tabel 13).

Tabel 13 Kecepatan dan arah arus di perairan Batam

No. Bulan Kecepatan (cm/detik) Arah

1 Januari 15 Barat Laut

2 Februari 31 Barat Laut

3 Maret 20 Barat laut

4 April 28 Barat Laut

5 Mei 28 Barat laut

6 Juni 23 Tenggara

7 Juli 12 Tenggara

8 Agustus 8 Tenggara

9 September 21 Barat Laut

10 Oktober 12 Barat Laut

11 November 15 Barat Laut

12 Desember 41 Barat Laut

Januari Februari

Maret April

Mei Juni

Gambar 5 Pola arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya pada bulan Januari - Juni (PT Bumimas Batamjaya, 2001)

Nopember Desember

Juli Agustus

September Oktober

Gambar 6 Pola arus air laut di perairan Batam dan sekitarnya pada bulan Juli - Desember (PT Bumimas Batamjaya, 2001)

Gelombang Air Laut

Gelombang laut timbul terutama akibat adanya gangguan air dari luar terhadap suatu perairan. Gelombang laut sangat besar artinya bagi kegiatan manusia baik di laut maupun di daerah pantai. Gelombang ini antara lain dapat merusak pantai kalau energinya yang dibangun di laut dihempaskan di daerah pantai, terutama untuk daerah terbuka atau tidak ditumbuhi vegetasi.

Pasang Air Laut

Pasang atau pasang-surut adalah suatu fenomena gerakan permukaan laut ke bawah dan ke atas secara berkala. Pasang merupakan suatu gelombang yang frekuensinya rendah, pada umumnya lebih kecil dari dua kali sehari. Gerakan pasang ini ditimbulkan oleh adanya gaya tarik dari benda-benda angkasa seperti matahari dan bulan terhadap massa air di bumi. Gerakan ini juga dipengaruhi oleh rotasi bumi sendiri serta letak pulau dan benua.

Pasang di perairan Batam bersifat campuran cenderung semi diurnal, artinya secara garis besar terdapat dua kali pasang naik dan dua kali pasang surut dalam 24 jam. Namun dua pasang tersebut tidak sama besarnya, yang satu lebih besar, biasa disebut pasang induk, dan lainnya biasa disebut pasang anak. Hal ini sesuai dengan hasil kajian PKSPL-IPB (2001) yang mencatat bahwa tipe pasang surut air laut (pasut) di Batu Ampar Kota Batam adalah campuran, dominasi ganda dengan kisaran pasut 0.6 - 2.8 meter. Gambar 8 menunjukkan contoh pasang di perairan Batu Ampar pada tanggal 20 Mei dan 11 Juni 2003 menurut ramalan yang dikeluarkan oleh Dinas Hidro-Oseanografi-TNI Angkatan Laut (Dishidros, 2003).

Selain gerakan vertikal naik turunnya permukaan laut, pasang juga melakukan gerakan horizontal yang mengakibatkan terjadinya arus pasang. Arus pasang ini bergerak ke arah pantai pada pasang naik dan menjauhi pantai pada pasang surut. Kisaran pasang (jarak permukaan laut antara pasang naik dan pasang surut) mencapai lebih dari 2.5 meter pada tanggal 20 Mei 2003. Kisaran pasang ini merupakan sumber energi potensial yang dapat dimanfaatkan untuk kegiatan yang memerlukan tenaga pasang.

0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 Jam Tinggi Pasang (dm) 0 5 10 15 20 25 30 0 5 10 15 20 25 30 Jam Tinggi Pasang (dm)

Gambar 8 Ramalan pasang di perairan Batu Ampar pada tanggal 20 Mei (atas) dan 11 Juni (bawah) tahun 2003 (Dishidros, 2003)

Kualitas Perairan Pesisir

Perairan Kota Batam merupakan perairan terbuka dan berada di sekitar perairan Laut Cina Selatan, Selat Singapura dan Selat Malaka sehingga kondisi perairan Kota Batam dipengaruhi pula oleh kualitas dari perairan-perairan yang ada di sekitarnya. Selain itu, kualitas air di daerah ini dipengaruhi oleh limbah yang berasal dari kegitan manusia yang ada di Kota Batam sendiri. Aktivitas manusia di Kota Batam meliputi pertanian, industri dan kegiatan domestik Aktivitas-aktivitas tersebut menghasilkan limbah yang pada umumnya dibuang ke sungai atau saluran air dan akhirnya akan bermuara ke wilayah pesisir.

Untuk mengetahui kondisi kualitas air di perairan pantai/laut Kota Batam selain berdasarkan data primer yang diperoleh melalui pengambilan contoh

(sample) langsung di lokasi penelitian, juga dilakukan dengan menganalisis dari

sejumlah data sekunder tentang kualitas air pantai/laut Kota Batam yang diperoleh dari beberapa sumber termasuk dari hasil studi-studi terdahulu (Lampiran 1 – 4 dan Tabel 14 – 17). Hal ini dilakukan untuk mengetahui kondisi kualitas air pada saat yang lalu dan membandingkannya dengan data primer yang diperoleh dari penelitian ini. Selain itu, berdasarkan data kualitas air laut yang dikumpulkan dapat dilihat juga kondisi kualitas air laut pada beberapa wilayah pesisir Kota Batam, termasuk di dalamnya untuk mengetahui kondisi kualitas air laut dilihat dari distribusi secara vertikal, yaitu yang ada di bagian permukaan dan bagian dekat dasar perairan pesisir Kota Batam.

Berdasarkan analisis terhadap data yang dikumpulkan dari studi terdahulu yang dilakukan oleh PERTAMINA Conoco (1998) (Tabel 14), terlihat bahwa dari hasil analisis dengan metode STORET (Canter, 1977) yang dilakukan terhadap kualitas air laut dari dekat dasar perairan di bagian utara wilayah Kota Batam menunjukkan kualitas perairan termasuk dalam kelas D: buruk dengan total skor –85, yang menurut KLH (2003) kondisi seperti ini termasuk dalam kriteria tercemar berat. Beberapa parameter yang memberikan kontribusi terhadap buruknya kualitas air di lokasi ini adalah TSS, oksigen terlarut, NO3-N, fenol, Hg, Cd, Pb, Cu, Zn, dan As.

Tabel 14 Tabulasi penentuan skor untuk nilai minimum, maksimum dan rerata berdasarkan data kualitas air laut dari dekat dasar perairan bagian utara wilayah Kota Batam pada April 1998

No. Parameter Satuan Baku Nilai Skor

mutu *) Rerata Maksimum Minimum Rerata Maksimum Minimum Jumlah F I S I K A 1 Warna Pt.Co 2 Suhu oC alami **) 30.7 31.5 30 0 0 0 0 3 Padatan Tersuspensi mg/l ? 20 148.4 166 136 -3 -1 -1 -5 4 Kekeruhan NTU < 5 0.69 1.00 0.55 0 0 0 0 K I M I A 1 pH - 7 - 8,5 8.19 8.20 8.17 0 0 0 0 2 Salinitas O/oo alami ***) 32.7 34.5 28.5 0 0 0 0 3 Oksigen terlarut (DO) mg/l > 5 5.3 6.0 5.0 0 0 -2 -2

4 BOD5 mg/l < 20 6.71 7.95 5.20 0 0 0 0 5 COD mg/l - 6 Amonia total mg/l < 0.3 0.028 0.034 0.025 0 0 0 0 7 NO2-N mg/l 8 NO3-N mg/l < 0.008 0.047 0.076 0.020 -6 -2 -2 -10 9 Ortofosfat mg/l

10 Minyak dan lemak mg/l < 1 Tt Tt Tt 0 0 0 0

11 Fenol mg/l < 0,002 0.015 0.029 0.006 -6 -2 -2 -10 12 Detergen mg/l < 1 0.002 0.006 Tt 0 0 0 0 13 Merkuri (Hg) mg/l < 0.001 0.185 0.250 0.100 -6 -2 -2 -10 14 Kadmium (Cd) mg/l < 0,001 0.055 0.090 0.037 -6 -2 -2 -10 15 Timbal (Pb) mg/l < 0,008 0.047 0.086 0.026 -6 -2 -2 -10 16 Tembaga (Cu) mg/l < 0,008 0.046 0.086 0.017 -6 -2 -2 -10 17 Seng (Zn) mg/l < 0.05 0.083 0.166 Tt -6 -2 0 -8 18 Khrom (IV) (Cr6+) mg/l < 0.005 0.002 0.004 Tt 0 0 0 0 19 Arsen (As) mg/l < 0.012 0.198 0.244 0.155 -6 -2 -2 -10 20 Selenium mg/l TOTAL -85

Sumber: PERTAMINA Conoco (1998) Keterangan:

*) : Baku mutu air laut untuk biota laut (KEPMEN LH Nomor 51 Tahun 2004) ***) : diperbolehkan terjadi perubahan sampai dengan < 5% dari salinitas

Dokumen terkait