• Tidak ada hasil yang ditemukan

Potensi Lahan Pertanian

Sebagian besar daerah perkotaan diperuntukan untuk pemukiman atau bangunan, Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur memiliki luas lahan yaitu 2092,30 Ha yang terdiri dari lahan sawah seluas 59,30 Ha dan lahan darat seluas 2033,00 Ha. Secara umum luas lahan sawah di Kecamatan Cipanas diairi dengan menggunakan pengairan ½ Teknis yaitu seluas 181,29 Ha, kemudian dengan pengairan tadah hujan seluas 86,00 Ha sehingga total lahan sawah berdasarkan jenis pengairan yaitu seluas 367,29 Ha. Namun demikian kebutuhan air terpenuhi dan mencukupi dalam pelaksanaan kegiatan usaha tani, hal ini terbukti bahwa lahan sawah di Kecamatan Cipanas bisa ditanami setiap musimnya, baik musim hujan maupun musim kemarau dan hasil produksi yang diperoleh tidak berbeda jauh. Akan tetapi komoditas unggulan di Kecamatan Cipanas ialah terdiri dari Tanaman pangan, hortikultura, peternakan dan perkebunan. Areal sawah terdapat di wilayah Desa Palasari yaitu 36,30 Ha dan Desa Batulawang 23,00 Ha.

Kondisi Iklim Dan Curah Hujan

Secara umum wilayah Kecamatan Cipanas berada pada ketinggian tempat 1000-1200 m dari permukaan laut, keadaan topografi 85% landai dan bergelombang 15%. Keadaan jenis tanah Latosol, Rata-rata tingkat kesuburan tanah baik 89%, sedang 11% dengan pH 6-6,5. Tipe iklim termasuk golongan tipe C menurut Oldeman dengan musim kemarau jatuh pada bulan April sampai September dan musim hujan pada bulan Oktober sampai Maret pertahunnya.

Sumber Daya Manusia

Penduduk merupakan sumberdaya yang sangat potensial dalam pembangunan pertanian. Jumlah penduduk di Kecamatan Cipanas menurut programa tahun 2022 sebanyak 105.763 jiwa yang terdiri dari 55.520 orang laki-laki, dan 50.243 orang perempuan.

Sumber Daya Aparatur Penyuluh

Jumlah petugas penyuluhan di Kecamatan Cipanas sebanyak 6 orang yang terdiri dari penyuluh pendamping PNS 4 orang, Non PNS sebanyak 2 orang yang merupakan penyuluh pendamping swadaya.

Kelembagaan Penyuluh

Karakteristik kelembagaan pelaku utama pertama pertanian di Kecamatan Cipanas. Terkhusus di Desa Cipanas, Sindanglaya dan Ciloto berdasarkan kelas tingkat kemampuan kelompok dapat dilihat pada Tabel 5 berikut :

Tabel 5. Karakteristik Pelaku Utama Pertanian

No Desa Jumlah

Kelompotani

Kelas Kelompoktani

P L M U

1 Cipanas 10 4 4 2 0

2 Sindanglaya 11 6 3 2 0

3 Ciloto 12 4 4 3 1

Jumlah 33 14 11 7 1

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan data dari Tabel 5 kelembagaan jumlah kelompok yang ada di Kecamatan Cipanas paling banyak terdapat di Desa Ciloto dengan jumlah 12 kelompoktani dan kelompok yang paling sedikit rerdapat di Desa Cipanas dengan jumlah 10 kelompoktani. Sedangkan kelas kelompoktani yang ada di Kecamatan Cilaku khususnya tiga desa penelitian dominan berada pada kelas pemula yaitu sebanyak 14 kelompoktani, 11 kelompoktani lanjut, 7 kelompoktani madya dan 1 Kelompoktani utama.

Deskripsi Variabel Karakteristik Individu (X1)

Karakteristik individu merupakan bagian dari pribadi yang melekat pada diri seseorang, mendasari tingkah laku seseorang untuk berbuat dalam situasi kerja maupun situasi lainnya. Karakteristik yang diamati dalam penelitian yaitu umur, Pendidikan, pengalaman, dan luas lahan.

Umur (X1.1)

Umur sangat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk menjadi lebih baik, mempengaruhi kemampuan fisik dan cara berfikir serta dapat menggambarkan pengalaman dalam diri seseorang sehingga terdapat keragaman perilakunya berdasarkan usia yang dimiliki. Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa atau dikatakan pemuda adalah usia 18 – 40 tahun, sedangkan dewasa madya adalah 41 – 60 tahun, dan dewasa lanjut > 60 tahun (Ilfa, 2010 : 1). Petani atau pemuda milenial merupakan petani atau pemuda yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000 (Kementerian PPPA dan

BPS, 2018). Dalam penelitian ini ditemukan empat kategori umur petani yang ada di Desa Cipanas, Sindanglaya, dan Ciloto dapat dilihat pada Tabel 6 berikut : Tabel 6. Kategori Umur Petani

No Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

1 35-40 Tahun 13 20

2 29-34 Tahun 15 24

3 23-28 Tahun 22 35

4 18-22Tahun 13 21

Jumlah 63 100

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan Tabel 6 tersebut menunjukkan bahwa responden umumnya berusia 23-28 Tahun yaitu sebanyak 22 Orang (35%). Kelompok usia terbesar ini merupakan usia remaja sehingga dapat diartikan bahwa 22 orang pemuda ini adalah remaja yang memiliki semangat dan produktivitas tinggi. Hal ini dapat menunjukan bahwa desa Cipanas, Sindanglaya dan Ciloto sebenarnya memiliki angkatan kerja muda yang lumayan cukup untuk membangun desanya terutama dibidang pertanian dalam optimalisasi lahan pekarangan. Usia kisaran lebih dari 18 tahun secara fisiologis sudah matang dan dewasa untuk berfikir, sehingga dalam penyampaian informasi inovasi mudah diterima dan dipahami, begitupun secara fisik sudah mamu untuk usaha di bidang pertanian terutama dalam pengoptimalan lahan pekarangan sistem pertanian kotaan.

Pendidikan (X1.2)

Pendidikan memiliki peran yang sangat penting bagi setiap orang terutama bagi pemuda atau petani milenial untuk menumbuhkan minat terhadap pengoptimalan lahan pekarangan sistem pertanian perkotaan. Pendidikan pada umumnya dapat mempengaruhi cara berfikir seseorang terhadap ternologi-teknologi yang ada saat ini. Penggolongan tingkat Pendidikan di Kecamatan Cipanas dapat dilihat pada Tabel 7 berikut :

Tabel 7. Lama Pendidikan

No Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

1 <6 Tahun 3 5

2 7-9 Tahun 22 35

3 10-12 Tahun 31 49

4 >12 Tahun 7 11

Jumlah 63 100

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan Tabel 7 penggolongan tingkat Pendidikan dapat dilihat bahwa lamanya Pendidikan khususnya petani milenial di Desa Cipanas, Sindanglaya, dan Ciloto dalam menempuh Pendidikan formal yaitu mayoritas 10-12 tahun yaitu sebanyak 31 orang (49%). Lamanya Pendidikan formal selama 10-12 tahun ini merupakan petani muda yang selesai menempuh Pendidikan hanya sampai jenjang SLTA tidak melanjutkan ke perguruan tinggi karena berbagai alasan dan akhirnya memilih untuk bekerja. Lamanya Pendidikan dapat berpengaruh terhadap minat petani muda/milenial terhadap pertanian, karena semakin tinggi tingkat Pendidikan maka minat petani muda untuk Bertani kurang, dikarenkan status sosial yang ada di dalam diri tiap individu mempengaruhi minat seseorang.

Selain itu, petani milenial mempunyai anggapan bahwa dengan Pendidikan lebih tinggi maka bisa mendapatkan pekerjaan yang lebih baik dari Bertani, hal ini selaras dengan Werembinan (2018) yang mengemukakan bahwa semakin tinggi tingkat Pendidikan maka semakin luas pula wawasan yang generasi muda terima dan lebih memilih bekerja diluar sector pertanian.

Pengalaman Bertani (X1.3)

Pengalaman berusaha tani berkaitan dengan berapa lama responden menjalani usaha tani. Berdasarkan data yang di dapat dari hasil penyebaran kuesioner pada saat penelitian di Kecamatan Cipanas tepatnya di Desa Cipanas, Sindanglaya, dan Ciloto, bahwa pengalaman usaha tani merupakan lama tahun sejak petani mulai berusaha tani hingga pada saat pengembilan data dilakukan.

Untuk lebih jelaskan bisa dilihat pada Tabel 8 berikut : Tabel 8. Pengalaman Berusaha tani

No Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

1 <2 Tahun 3 4

2 3-6 Tahun 38 61

3 7-9 Tahun 12 19

4 >10 Tahun 10 16

Jumlah 63 100

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan data pada Tabel 8 bahwa mayoritas petani milenial yang menjadi responden di Kecamatan Cipanas tepatnya desa Cipanas, Sindanglaya, dan Ciloto paling banyak memiliki pengalaman usahatani sama dengan 3-6 tahun yaitu sebanyak 38 orang (61%), yang artinya pengalaman petani milenial yang

ada di Kecamatan Cipanas termasuk dalam kategori pemula atau masih kurang berpengalaman dalam kegiatan bertani, hal ini mengindikasikan bahwa petani muda atau petani milenial di desa tersebut masih kurang dalam pengalaman berusaha tani. Kesesuaian antara pengalaman dengan kejadian yang dialami pada masa-masa sebelumnya akan semakin meningkatkan pemahaman tentang sesuatu, (Erliadi 2015).

Luas Lahan (X1.4)

Luas lahan merupakan tingkat luas pekarangan yang dimiliki oleh petani yang bisa dioptimalkan dalam pemanfaatannya dalam satuan meter (m2). Luas lahan responden dapat dilihat pada Tabel 9 berikut :

Tabel 9. Luas Lahan Pekarangan

No Kategori Jumlah (orang) Presentase (%)

1 <9 m2 14 22

2 10-15 m2 35 56

3 16-20 m2 6 9

4 >21 m2 8 13

Jumlah 63 100

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan Tabel 9 hasil penelitian yang diperoleh bahwa luas lahan pekarangan yang dimiliki petani milenial yang menjadi resposden pada penelitian ini tepatnya di Kecamatan Cipanas yaitu meyoritas memiliki luas lahan 10-15 meter (m2) yaitu sebanyak 35 orang atau 56%, luas lahan pekarangan ini dapat mempengaruhi minat petani milenial dalam pengoptimalan dalam pemanfaatan lahan pekarangan, karena luas lahan yang terbatas membuat petani merasa malas dan tidak mau merawat dan memanfaatkannya karena di rasa kurang cocok atau kurang pantas jika dilakukan kegiatan budidaya. Hal ini sejalan dengan pendapat Marza, A.R (2018), yang menyatakan bahwa luas lahan usaha tani di duga berpengaruh dengan minat petani dalam melanjutkan usaha tani. Semakin luas lahan pekarangan yang dimiliki petani, maka peluang minat petani untuk melanjutkan usaha tani semakin besar.

Deskriptif Variabel Eksternal (X2)

Faktor eksternal merupakan faktor-faktor yang berasal dari luar diri individu yang mempengaruhi minat pemuda terhadap pengoptimalan pertanian tepatnya lahan pekarangan. Faktor eksternal yang diamati dalam penelitian ini

meliputi, sarana produksi, kegiatan penyuluham, ketersediaan SDA, dan sumber informasi. Berikut skor faktor eksternal dapat dilihat pada Tabel 10 berikut : Indikator Eksternal (X2.1)

Tabel 10. Indikator Faktor Eksternal

Indikator

Tingkat 100 (%) Rendah sedang Tinggi

Sarana Produksi 33 52 15

Kegiatan Penyuluhan 41 42 17

Ketersediaan SDA 45 47 8

Sumber Informasi 56 33 11

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan Tabel 10 indikator diatas yaitu menunjukan faktor eksternal memiliki tingkat persentrase sedang. Pada indikator pertama yaitu sarana produksi memiliki persentase paling tinggi di kategori sedang yaitu sebesaar 52%.

Sedangkan pada indikator kegiatan penyuluhan persentase paling tinggi juga terletak pada kategori sedang yaitu 42%. Kemudian pada indikator ketiga yaitu ketersediaan SDA (sumber daya alam) dengan persentase paling tinggi yang terdapat pada kategori sedang yaitu 47%. Selanjutnya indikator terakhir yaitu sumber informasi yang memiliki persentase tertingginya sebesar 56% yang terletak pada kategori rendah.

Deskripsi Minat Petani Milenial

Minat petani milenial dalam budidaya sayuran dipekarangan merupakan suatu kecendurangan dalam diri petani untuk tertarik membudidayakan satu atau lebih komoditas sayuran terutama di lahan pekarangan yang menjadi kebutuhan pangan keluarga. Minat petani dalam penelitian kali ini meliputi keinginan, ketertarikan dan keterlibatan petani khususnya petani milenial. Hasil penelitian minat dapat dilihat pada Tabel 11 berikut :

Tabel 11. Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Lahan Pekarangan

Indikator

Tingkat 100 (%) Rendah sedang Tinggi

Keinginan 31 61 8

Ketertarikan 43 44 13

Keterlibatan 36 53 11

Rata-rata 36 53 11

Berdasarkan data pada Tabel 11 yaitu mengenai minat petani milenial dalam optimalisasi lahan pekarangan menunjukan bahwa dari tiga indikator tersebut tingkat persentase minat terdapat pada kategori sedang dengan persentase rata-rata 53%. Hal ini mengindikasikan bahwa minat petani milenial terhadap kegiatan optimalisasi lahan pekarangan cukup berminat namun pada kenyataan dilapangan keterlibatan petani dalam kegiatan masih terbilang rendah. Hal ini dikarenakan kurangnya pengalaman dan keterampilan serta kurangnya bimbingan kepada petani mengenai pemanfaatan lahan pekarangan dengan konsep pertanian perkotaan yang sederhana. Sehingga masih perlu ditingkatkan dengan melibatkan petani milenial dalam kegiatan terkhusus bidang pertanian. Hal ini sejalan dengan pendapat Eka Aprilianty (2012) yang menyatakan bahwa minat dapat didefinisikan sebagai sesuatu yang membangkitkan perhatian pada suatu hal.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Petani Milenial dalam Optimalisasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani milenial dalam optimalisasi program pekarangan pangan lestari (P2L) menggunakan analisis regresi linier berganda dengan bantuan Software SPSS versi 26 dengan cara memasukkan hasil dari perhitungan kuesioner dari 63 responden. Adapun faktor yang diteliti yaitu faktor internal sebagai variabel (X1) meliputi umur, Pendidikan, pengalaman Bertani, dan luas lahan. Sedangkan faktor eksternal (X2) meliputi sarana produksi, kegiatan penyuluhan, ketersediaan SDA, dan Sumber Informasi yang di duga dapat mempengaruhi minat petani milenial dalam pengoptimalan budidaya lahan pekarangan sebagai variabel (Y) yaitu variabel terikat. Berikut beberapa deskriptif analisis hasil perhitungan SPSS 26 dapat dilihat pada Tabel 12 berikut :

Tabel 12. Descriptive Statistics

Descriptive Statistics

Mean Std. Deviation N

Minat Petani Milenial (Y) 60497.2222 5666.70168 63

Faktor Internal (X1) 10263.9365 1524.68440 63

Faktor Eksternal (X2) 50980.0000 5768.49182 63

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan data Tabel 12 menunjukkan bahwa N jumlah data setiap

memiliki standar deviasi sebesar 5666,70 yang artinya nilai mean lebih besar dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah maka penyebaran nilainya merata. Kemudian untuk karakteristik individu dari 63 orang sampel diketahui nilai mean sebesar 10263,9 serta nilai standar deviasi sebesar 1524,68 yang artinya nilai mean pada indikator karakteristik individu lebih besar dari nilai standar deviasi sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah, maka penyebaran nilainya merata. Pada faktor eksternal dari 63 orang sampel bahwa nilai mean sebesar 50980.00, serta nilai standar deviasi sebesar 5768,49 yang artinya nilai mean lebih tinggi dari nilai standar sehingga penyimpangan data yang terjadi rendah, maka penyebaran nilainya merata.

Model Summary

Pada ringkasan model ini untuk mengetahui nilai R square yang terdapat dalam penelitian ini maka perlu dilakukan uji SPSS 26 yang menunjukan hasil model summary. Berikut Tabel 13 menyajikan model summary yang menunjukan nilai R square pada penelitian minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L) :

Tabel 13. Model Summary

Model Summaryb

Model R R Square

Adjusted R Square

Std. Error of

the Estimate R Square Change

1 .716a .512 .496 4023.06804 .512

a. Predictors: (Constant), faktor eksternal, faktor internal b. Dependent Variable: Minat (Y)

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan data pada Tabel 13 hasil analisis model summary diketahui bahwa hasil regresi antara katakteristik individu (X1) dan Faktor Eksternal (X2) terhadai minat petani milenial (Y) dapat nilai R hitung sebesar 0,716. Jika dilihat dari tingkat relasi dan kekuatan hubungan, nilai 0,716 ini tergolong cukup kuat.

Artinya variabel karakteristik individu (X1) dan faktor eksternal (X2) terhadap Minat petani milenial (Y) secara simultan berpengaruh terhadap minat petani milenial (Y). Sementara jika dilihat dari output koefisien determinan (R square) terdapat nilai sebesar 0,512. Artinya, karakteristik individu (X1) dan faktor eksternal (X2) terhadap minat petani milenial (Y) berpengaruh sebesar 51,2%

terhadap variabel minat petani milenial (Y), kemudian sebanyak 48,8%

dipengaruhi oleh variabel lain atau variabel luar yang tidak masuk dalam penelitian ini.

Analisis Koefisien

Analisis koefisien ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar pengaruh nyata atau signifikan dari variabel yang diteliti dapat dilihat pada Tabel 14 berikut ini :

Tabel 14. Analisis Koefisien

Coefficientsa

Model

Unstandardized Coefficients

Standardized Coefficients

T Sig.

B Std. Error Beta

1 (Constant) 15616.927 6031.383 2.589 .012

Karakteristik individu .980 .337 .264 2.906 .005

Faktor Eksternal .683 .089 .695 7.664 .001

a. Dependent Variable: Minat (Y)

Sumber : Data primer diolah oleh penulis 2022

Pada Tabel 14 koefisien, kolom B Constant (a) yaitu 15616,9 sedangkan nilai faktor internal (b1) yaitu 0,980 dan nilai faktor eksternal (b2) yaitu 0,683.

Sehingga model regresinya adalah : Y = a + b1 X1 + b2 X2 atau

Y = 15616,9 + 0,980 X1+ 0,683 X2

Artinya yaitu, nilai konstanta positif menunjukan pengaruh positif variabel independent (Karakteristik individu, Faktor eksternal), apabila Variabel independent naik atau berpengaruh terhadap minat petani milenial, maka minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L) akan meningkat atau terpenuhi. Kemudian pada variabel karakteristik individu (X1) sebesar 0,980 yang menunjukan bahwa faktor internal mengalami kenaikan satu satuan, maka minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,980 atau 98,0%. Sedangkan pada faktor eksternal sebesar 0,683 menyatakan jika faktor eksternal mengalami kenaikan satu satuan, maka minat petani milenial (Y) akan mengalami peningkatan sebesar 0,683 atau 68,3%. Kedua variabel independent memberikan pengaruh yang signifikan terhadap variabel dependent minat petani milenial (Y).

Berdasarkan data deskriptif didapatkan bahwa karakteristik individu dan faktor eksternal pada penelitian kali ini memberikan pengaruh dengan minat petani milenial. Hal ini berarti semua faktor yang terdapat pada variabel karakteristik individu dan faktor eksternal tersebut berpengaruh nyata terhadap penelitian minat petani milenial di Kecamatan Cipanas. Dikaji Kembali terkait seberapa besar pengaruh yang diberikan oleh variabel (X1) dan variabel (X2) terhadap variabel (Y) memberikan pengaruh yang signifikan. Hal ini berarti karakteristik individu mempengaruhi minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L) dengan nilai signifikan sebesar 0,005 dan nilai faktor eksternal sebesar 0,001 yang artinya lebih kecil dari taraf signifikan yaitu 0,05 (a=5%). Penjelasan dari indikator internal yang memperngaruhi minat petani milenial yaitu :

Pengaruh Faktor Internal Terhadap Minat Petani Milenial

Faktor internal dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh yang dimiliki variable bebas faktor internal terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari di Kecamatan cipanas.

Beberapa indikator dalam faktor internal yaitu umur, lama pendidikan, pengalaman, dan luas lahan. Hasil regresi dari 63 responden yang dijadikan sampel penelitian menunjukan bahwa faktor internal juga berpengaruh nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari di Kecamatan Cipanas dengan nilai signifikan sebesar 0,005 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 dalam hal ini Effendy dan Gumelar (2020) yang menyatkan bahwa faktor eksternal mempengaruhi minat dan partisipasi pemuda dalam kegiatan pertanian.

Umur (X1.1)

Indikator umur pada penelitian minat petani milenial di desa Cipanas, Sindanglaya dan Ciloto menunjukan hasil analisis bahwa umur berpengaruh nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari terutama pada petani muda. Semakin muda umur petani maka semakin aktif dalam mengikuti setiap kegiatan dan umur sangat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk menjadi lebih baik, dengan usai yang ada seseorang dapat mengetahui sebab, akibat dan penyelesaian dari suatu masalah, Erliadi (2015).

Pendidikan (X1.2)

Indikator Pendidikan terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari setelah dilakukan penelitian yaitu memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat petani milenial. Hal ini karena secara teoritis semakin tinggi tingkat Pendidikan formal seseorang, maka akan semakin mudah dalam memahami informasi yang diterima, terutama mengenai inovasi teknologi dalam pengoptimalan budidaya dilahan pekarangan dengan konsep tanam vertical. Pendidikan diduga berhubungan dengan minat seseorang dalam melanjutkan usahatani, lama pendidikan seseorang dapat meningkatkan atau menurunkan minat seseorang, (Marza, A.R 2018).

Pengalaman Bertani (X1.3)

Pada indikator pengalaman berusaha tani ini menyatakan bahwa pengalaman memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari, karena dengan semakin tinggi pengalaman berusaha tani maka mereka sudah terbiasa untuk menghadapi resiko dan mengetahui cara mengetasi masalah jika mengalami kesulitan. Pengalaman juga merupakan pengetahuan atau keterampilan yang diketahui seseorang sebagai akibat dari perkerjaan yang telah dilakukan sebelumnya yang dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap apa yang dikerjakan, sehingga dengan pengalaman yang masih rendah maka akan berpengaruh terhadap minat petani milenial dalam pengoptimalan budidaya dilahan pekarangan. Minat merupakan sebab akibat dari pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan menjadi sebab yang akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama, Khairani (2013).

Luas Lahan (X1.4)

Indikator luas lahan ini memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari, karena luas lahan pekarangan ini dapat mempengaruhi minat petani dalam pemanfaatan lahan pekarangan luas lahan yang sempit membuat petani merasa malas dan tidak mau memnafaatkan nya karena di rasa kurang cocok atau kurang pantas jika dijadikan lahan pertanian. Hal ini sejalan dengan pendapat Marza, A.R (2018), yang menyatakan bahwa luas lahan usahatani diduga berpengaruh dengan minat petani

dalam melanjutkan usahatani. Semakin besar luas lahan yang dimiliki maka peluang minat petani untuk melanjutkan usahatani tersebut semakin besar

Pengaruh faktor Eksternal Terhadap Minat Petani Milenial

Faktor eksternal dalam penelitian ini adalah untuk melihat sejauh mana pengaruh yang dimiliki variable bebas faktor eksternal terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari di Kecamatan cipanas.

Beberapa indicator dalam faktor eksternal yaitu sarana produksi, kegiatan penyuluhan, ketersediaan SDA, dan sumber informasi.

Hasil regresi dari 63 responden yang dijadikan sampel penelitian menunjukan bahwa faktor eksternal juga berpengaruh nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari di Kecamatan Cipanas dengan nilai signifikan sebesar 0,001 yang berarti lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 dalam hal ini Effendy dan Gumelar (2020) yang menyatkan bahwa faktor eksternal mempengaruhi minat dan partisipasi pemuda dalam kegiatan pertanian.

Sarana Produksi (X2.1)

Indikator sarana produksi berdasarkan hasil analisis regresi menunjukan bahwa sarana produksi berpengaruh nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L), karena ini merupakan suatu penunjang keberhasilan suatu usaha atau kegiatan pertanian yang dijalani meliputi jenis peralatan, perlengkapan dan fasilitas pertanian yang berfugsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan kegiatan budidaya yang dilakukan.

Sarana produksi juga menjadi sumber utama dalam pengembangan suatu inovasi pertanian seperti menjalankan konsep pertanian perkotaan pada lahan yang terbatas dengan tetap menafaatkan lahan di sekitar halaman rumah untuk kegiatan budidaya sayuran minimal dalam memenuhi kebutuhan keluarga, oleh sebab itu sarana dan prasarana harus dipenuhi dalam mendukung kemajuan di sektor pertanian.

Kegiatan Penyuluhan (X2.2)

Berdasarkan hasil analisis regresi menyatakan bahwa kegiatan penyuluhan memberikan pengaruh yang nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L). Hartono dan Anwarudin (2019) dalam penelitian nya menyebutkan bahwa kegiatan penyuluhan memiliki efek

positif pada potensi keberlanjutan petani dalam melakukan kegiatan usahatani.

Dari penyataan tersebut disandingkan dengan kegiatan penyuluhan yang ada di Kecamatan Cipanas sudah cukup baik dengan kategori sedan, namun ini berarti kegiatan penyuluhan perlu adanya peningkatan sebagai faktor pendorong minat petani milenial di Kecamatan Cipanas juga akan meningkatkan dalam bidang pertanian.

Ketersediaan SDA (X2.3)

Indikator ketersediaan sumber daya alam dalam hasil analisis regresi menunjukan bahwa memberikan pengaruh nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari, hal ini dikarenakan pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan yang benar sangat tergantung dengan kapasitas pengelolaan baik kemampuan sumber daya manusia, organisasi institusi, maupun aturannya, Sarbi sukaji (2013). Kecamatan Cipanas memiliki memiliki sumber daya alam yang memadai seperti ketersediaan air yang melimpah dan pencahayaan yang cukup baik bagi tanaman yang di budidayakan, kemudian lahan pekarangan yang cukup untuk dimanfaatkan sebagai kegiatan budidaya sayuran dilahan pekarangan guna memenuhi kebutuhan keluarga dan bisa menambah penghasilan.

Sumber Informasi (X2.4)

Berdasarkan hasil analisis regresi yaitu sumber informasi juga memberikan pengaruh yang nyata terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari. Hal ini dikarenakan dengan akses informasi terutama untuk petani milenial bersama dengan penyuluh, anntar sesame petani, atau Bersama fasilitator pertanian, atau melalui media social akan memberikan berbagai informasi dan membuka wawasan serta pengetahuan baru tentang inovasi terbaru seputar optimalisasi budidaya sayuran dilahan pekarangan atau kegiatan budidaya pada lahan sempit (terbatas) dengan konsep vertical. Hal ini bisa didapatkan tanpa harus menunggu informasi melalui penyuluh tetapi bisa dilakukan sendiri dengan mencari sumber informasi melalui internet.

Pengaruh Simultan Terhadap Minat

Berdasarkan data deskriptif dan analisis menggunakan SPSS 26 didapatkan bahwa faktor internal dan faktor eksternal ada pengaruh dengan minat

petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L). Hal ini berarti semua indicator yang terdapat pada faktor internal dan eksternal berpengaruh nyata terhadap penelitian minat petani milenial di Kecamatan Cipanas. Berhubungan dengan hal tersebut maka diperoleh persamaan menggunakan analisis regresi untuk lebih rincinya bisa dilihat pada Tabel 15 sebagai berikut :

Tabel 15. Analisis Anova

ANOVAa

Model Sum of Squares Df Mean Square F Sig.

1 Regression 1019808909.685 2 509904454.843 31.505 .000b Residual 971104585.204 60 16185076.420

Total 1990913494.889 62

a. Dependent Variable: Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Pekarangan (Y) b. Predictors: (Constant), Faktor Eksternal, Faktor Internal

Sumber : Data Primer Diolah Oleh Penulis 2022

Berdasarkan Tabel 15 anova diatas menyatakan bahwa variabel independent (Karakteristik Individu, dan Faktor Eksternal) memberikan pengaruh signifikan terhadap variabel dependen (Minat Petani Milenial), dengan F hitung mempengaruhi sebesar 31,505 dengan signifikasi secara simultan = 0,000 < 0,05 maka dari itu, dapat disimpulkan bahwa karakteristik petani (X1) dengan faktor eksternal (X2) secara Bersama-sama memberikan pengaruh yang signifikan terhadap minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur.

Strategi Meningkatkan Minat Petani Milenial

Strategi yang digunakan untuk meningkatkan Minat petani Milenial dalam optimalisasi Pekarangan Pangan lestari dapat dilihat pada Gambar 3 dibawah ini :

Berdasarkan dari gambar 3 tersebut menyatakan bahwa faktor yang dapat dijadikan model penyuluhan untuk meningkatkan minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari secara berututan adalah karakteristik individu yang meliputi pengalaman bertani dan luas lahan pekarangan, kemudian faktor eksternal meliputi kegiatan penyuluhan, ketersediaan SDA, dan sumber informasi. Penentuan pemilihan faktor ini berdasarkan nilai pengaruh paling tinggi ke nilai paling rendah variabel independent terhadap variabel dependen (Minat petani milenial). Pada karakteristik individu dengan nilai beta sebesar 0,980 serta beda dengan variabel faktor eksternal yaitu 0,683 ini berarti nilai beta terendah terdapat pada faktor eksternal. Sehingga diperoleh kesimpulan strategi untuk meningkatkan minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L) sebagai berikut :

1. Menfasilitasi kegiatan pertanian kepada petani milenial seperti adanya dukungan dari pemerintah daerah dengan memusatkan perhatian atau konsentrasi semua aktivitas yang ditujukan ke sesuatu yang menjadi sasaran bisa terlaksana dengan baik. Kemudian mengoptimalkan kegiatan penyuluhan dalam penyampaian informasi sehingga minat petani milenial terhadap pemanfaatan lahan pekarangan lebih meningkat dengan cara penyuluhan secara langsung seperti pertemuan di balai desa atau tempat melakukan kegiatan penyuluhan.

Kegiatan Penyuluhan, penting terhadap semangat dan minat petani.

Ketersediaan SDA, memanfaatkan bahan bekas untuk kegiatan pertanian Sumber Informasi, media strategis mengakses informasi.

Strategi Meningkatkan Minat Petani Milenial berminat untuk melibatkan diri dalam optimalisasi

pekarangan pangan lestari Pengalaman, memberikan

berpengaruh terhadap keberhasilan usaha, minat merupakan sebab akibat dari pengalaman.

Luas Pekarangan, semakin besar luas lahan yang dimiliki maka peluang minat petani melanjutkan usahatani semakin meningkat

Gambar 3. Strategi Meningkatkan Minat Petani Milenial

Dokumen terkait