• Tidak ada hasil yang ditemukan

”Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2023

Membagikan "”Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L"

Copied!
101
0
0

Teks penuh

(1)

MINAT PETANI MILENIAL DALAM OPTIMALISASI PROGRAM PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) DI KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR PROVINSI

JAWA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

RANNI DHEA SEPTIANI 02 01 18 040

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

(2)

MINAT PETANI MILENIAL DALAM OPTIMALISASI PROGRAM PEKARANGAN PANGAN LESTARI (P2L) DI KECAMATAN CIPANAS KABUPATEN CIANJUR PROVINSI

JAWA BARAT

LAPORAN TUGAS AKHIR

RANNI DHEA SEPTIANI 02.01.18.040

Sebagai salah satu syarat memperoleh sebutan profesional Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P)

pada Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan

PROGRAM STUDI

PENYULUHAN PERTANIAN BERKELANJUTAN JURUSAN PERTANIAN

POLITEKNIK PEMBANGUNAN PERTANIAN BOGOR

2022

(3)

LEMBAR PERSETUJUAN

Judul : Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

Nama : Ranni Dhea Septiani

NIRM : 02.01.18.040

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Jurusan : Pertanian

Laporan ini telah di uji dan dipertahankan di depan Sidang Ujian Akhir Program Studi Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Pada 26 Juli 2022.

(4)

LEMBAR PENGESAHAN

Judul : Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

Nama : Ranni Dhea Septiani

NIRM : 02.01.18.040

Program Studi : Penyuluhan Pertanian Berkelanjutan Jurusan : Pertanian

(5)

LEMBAR PERSEMBAHAN

Dengan menyebut nama Allah yang maha pengasih lagi maha penyayang segala puji serta syukur ku panjatkan atas segala nikmat yang telah Engkau berikan hingga saatnya ini saya mampu menyelesaikan karya tulis tugas akhir dan semoga ini menjadi langkah awal untuk menyonsong kehidupan yang lebih baik kedepannya.

Karya tulis ini saya persembahkan kepada diri saya sendiri dikemudian hari, sebagai pengingat bahwa ia sudah berjuang sangat keras pada masa ini, berusaha untuk terus belajar dan fokus dengan tujuan ditengah masalah yang selalu datang silih berganti, hingga akhirnya mampu melewati masa sulit dan bertahan dengan bahu yang jauh lebih kuat. Selanjutnya tentu tidak lupa saya persembahkan karya tulis ini untuk kedua orang tua saya Bapak Imran Uz dan ibu Utin Sumarni tercinta, serta adik-adik dan keluarga besar yang saya sayangi.

Terimakasih ibu yang telah melahirkan, mendidik serta selalu mendoakan setiap langkah pendidikan dan perjalanan panjang hidup saya dalam mencapai mimpi saya. Terimakasih Bapak atas keikhlasan dan perngorbanan dalam mencari nafkah untuk mendukung kelancaran pendidikan saya sehingga saya dapat menyelesaikan pendidikan dan rasa bangga khususnya terhadap diri sendiri dan kedua orang tua serta menjadi pribadi yang lebih baik.

Kemudian saya ucapkan Terimakasih kepada Dedy Kusnadi, SP.,M.Si dan Dr. Yoyon Haryanto, SST., M.P yang telah membimbing dan memberikan arahan selama kegiatan tugas akhir ini, serta Ibu Dr. Ir. Dwiwanti Sulistyowati, M.Si selaku penguji III dalam ujian akhir. Semoga segala kebaikan yang telah Bapak dan Ibu berikan menjadi ladang amal kebaikan di akhirat kelak, Aamiin. Tak lupa juga saya ucapkan Terimakasih kepada Pembimbing eksternal, sahabat, serta teman kelompok yang selalu memberikan doa dan dukungan moril sehingga saya dapat menyelesaikan tugas akhir ini dengan lancar.

Sekali lagi terimakasih untuk semua pihak yang terlibat atas doa dan dukungannya yang telah mengantarkan saya menjadi seorang sarjana di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor, semoga ilmunya bermanfaat bagi masyarakat dan memberikan perubahan yang lebih baik.

(6)

SURAT PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa laporan Tugas Akhir berjudul “Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” merupakan karya saya sendiri yang dibuat dibawah arahan dan bimbingan dosen pembimbing. Judul ini belum pernah diajukan dalam bentuk penelitian apapun diperguruan tinggi manapun.

Bahan rujukan yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain yang telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam daftar pustaka dibagian akhir tulisan ini. Apabila dikemudian hari ternyata ditemukan plagiarisme tulisan ini, maka saya siap menerima sanksi sesuai peraturan yang berlaku.

Bogor, 25 Juli 2022

Ranni Dhea Septiani

(7)

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan Laporan tugas akhir yang berjudul “Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Sistem Pertanian Perkotaan Di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.”.

Penyusunan Laporan tugas akhir ini, penulis banyak mendapatkan bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, pada kesempatan ini perkenankan penulis mengucapkan terimakasih kepada yang terhormat Dedy Kusnadi, SP., M.Si selaku Pembimbing I, Dr. Yoyon Haryanto, SST., MP selaku Pembimbing II yang telah secara intensif membimbing penyusunan laporan ini.

Tidak lupa penulis juga menyampaikan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Dr. Ir. Dwiwanti Sulistyowati selaku penguji III dalam Ujian Akhir Program Studi (UAPS). Terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Dr. Wahyu Trisnasari, S.ST., M.Si selaku Ketua Jurusan Pertanian dan Dr. Detia Tri Yunandar, SP., M.Si selaku Direktur Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor, yang telah memfasilitasi berbagai hal untuk mendukung penyusunan Laporan Tugas Akhir ini. Selanjutnya penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Kedua Orang tua yang telah memberikan doa dan dukungannya sehingga penyusunan Laporan tugas ahkir ini dapat berjalan dengan lancar.

Penulis menyadari sepenuhnya, bahwa Laporan tugas akhir ini masih jauh dari kesempurnaan. Untuk itu, saran dan kritik yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi penyempurnaan Proposal Tugas akhir ini. Penulis berharap semoga laporan tugas akhir ini dapat bermanfaat khususnya bagi penulis dan umumnya bagi pembaca.

Bogor, Juli 2022 Penulis

Ranni Dhea Septiani

(8)

RIWAYAT HIDUP

Penulis merupakan anak pertama dari tiga bersaudara dari pasangan Imran Uz dan Utin Sumarni, lahir pada hari Senin 16 September 2000 di Sandai, Kecamatan Sandai, Kabupaten Ketapang, Provinsi Kalimantan Barat.

Penulis menempuh pendidikan pendidikan dasar di SDN 04 Muara Jekak dan lulus tahun 2012 lalu melanjutkan pendidikan di SMP N 03 Sandai, lulus tahun 2015. Kemudian, penulis menempuh pendidikan menengah atas di SMKN 04 SPP-SPMA Singkawang Kalimantan Barat, lulus tahun 2018. Setelah itu penulis mendapatkan kesempatan untuk melanjutkan pendidikan tinggi program Diploma (DIV) Beasiswa Kementerian Pertanian di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor melalui seleksi penerimaan mahasiswa baru jalur umum dan telah menyelesaikan pendidikan Diploma IV pada tahun 2022.

Penulis merupakan mahasiswi aktif dalam bidang olahraga khususnya bola voli di Politeknik Pembangunan Pertanian Bogor Jurusan Pertanian pada tahun 2018-2022, Program Studi Penyuluh Pertanian Berkelanjutan. Prestasi yang pernah di raih selama menjadi mahasiswi, penulis pernah menjadi Kapten Tim atau pemimpin dalam tim voli putri pada ajang perlombaan Olimpiade Perguruan Tinggi Kedinasan tahun 2019. Laporan Tugas Akhir ini merupakan salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan Diploma IV di POLBANGTAN Bogor untuk mendapat sebutan profesional sebagai Sarjana Terapan Pertanian (S.Tr.P) .

Bogor, Juli 2022 Penulis

Ranni Dhea Septiani

(9)

ABSTRAK

Ranni Dhea Septiani / 02.01.18.040_”Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L)”_dibimbing oleh Dedy Kusnadi, SP., M.Si dan Dr. Yoyon Haryanto, SST., M.P.

Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik.

Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (Badan Litbang Pertanian, 2012). Penelitian ini dilakukan karena terdapat permasalahan yang ada dilapangan yaitu mengenai rendahnya minat petani khususnya petani milenial dalam optimalisasi budidaya dilahan pekarangan pangan lestari (P2L).

Kecamatan Cipanas memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah.

Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak dijumpai. Kecamatan Cipanas memiliki lahan pekarangan dengan luasan sekitar 695 ha atau 6,95% yang belum di manfaatkan dengan optimal, selain itu minat atau keinginan petani dalam memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar halaman rumah secara optimal masih kurang bahkan saat ini semakin menurun. Penelitian ini dilaksanakan di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur pada tanggal 15 Maret sampai 15 Juni 2022. Sampel penelitian sebanyak 63 Orang yaitu petani milenial yang diambil menggunakan teknik purposive sampling Teknik analisis data yang digunakan adalah analisis deskriptif, analisis regresi linear sederhana. Variabel penelitian meliputi karakteristik petani, faktor eksternal, dan minat petani.

Hasil penelitian menunjukan bahwa minat petani milenial dalam optimalisasi budidaya pekarangan pangan lestari di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur masih dalam kategori sedang, sehingga perlu di tingkatkan.

Hasil terendah akan dijadikan acuan untuk melakukan penyuluhan kepada petani milenial. Nilai R square 0.512 memiliki makna bahwa variabel karakteristik (X1), faktor eksternal (X2) secara simultan (bersama-sama) berpengaruh terhadap variabel minat (Y) sebesar 51,2%, sedangkan 48,8% dipengaruhi variabel lain yang tidak diteliti. Faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani adalah umur, lama pendidikan, pengalaman dan luas lahan pekarangan, kemudian faktor eksternal yang meliputi sarana, kegiatan penyuluhan, ketersediaan SDA dan sumber informasi. Strategi untuk meningkatkan minat petani yaitu meningkatkan keterlibatan petani, metode penyuluhan melalui demonstrasi cara dan demonstrasi plot, materi dan media penyuluhan, serta pembuatan petak percontohan.

Kata Kunci : Minat, Lahan Pekarangan, Sistem vertikal

(10)

DAFTAR ISI

LEMBAR PERSETUJUAN i

LEMBAR PENGESAHAN ii

LEMBAR PERSEMBAHAN iii

SURAT PERNYATAAN iv

KATA PENGANTAR v

RIWAYAT HIDUP vi

ABSTRAK vii

DAFTAR ISI viii

DAFTAR TABEL x

DAFTAR GAMBAR x

DAFTAR LAMPIRAN xi

PENDAHULUAN 1

Latar Belakang 1

Rumusan Masalah 3

Tujuan 3

Manfaat 4

TINJAUAN PUSTAKA 5

Kelompoktani 5

Penyuluhan Pertanian 6

Metode Penyuluhan 7

Pertanian Berkelanjutan 8

Pekarangan Pangan Lestari (P2L) 10

Minat Petani 15

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat 16

Petani Milenial 20

Karakteristik Petani Milenial 22

Kerangka Berpikir 24

METODE PELAKSANAAN 26

Pendekatan penelitian 26

(11)

Populasi dan Sampel 26

Kisi-kisi Instrumen 29

Uji Validitas 30

Uji Reliabilitas 32

Data dan Pengumpulan Data 33

Analisis Data 34

Rencana Kegiatan Penyuluhan 35

HASIL DAN PEMBAHASAN 36

Gambaran Umum Wilayah 36

Potensi Lahan Pertanian 37

Kondisi Iklim Dan Curah Hujan 37

Sumber Daya Manusia 37

Sumber Daya Aparatur Penyuluh 37

Kelembagaan Penyuluh 38

Deskripsi Variabel Karakteristik Individu (X1) 38

Deskriptif Variabel Eksternal (X2) 41

Deskripsi Minat Petani Milenial 42

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat Petani Milenial dalam Optimalisasi

Pekarangan Pangan Lestari (P2L) 43

Pengaruh faktor Eksternal Terhadap Minat Petani Milenial 48

Pengaruh Simultan Terhadap Minat 53

Strategi Meningkatkan Minat Petani Milenial 50

RENCANA DAN PELAKSANAAN PENYULUHAN 53

Rencana Kegiatan Penyuluhan 53

Pelaksanaan Kegiatan Penyuluhan 55

Petak Percontohan 58

KESIMPULAN DAN SARAN 61

Kesimpulan 61

Saran 61

DAFTAR PUSTAKA 62

LAMPIRAN 65

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 1. Basis Komoditas Dan Model Budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L) 12

Tabel 2. Nama Desa, Kelompoktani dan Jumlah Anggota 26

Tabel 3. Jumlah Sampel Perkelompoktani 28

Tabel 4. Variabel, Indikator, Parameter, Skala Pengukuran 29

Tabel 5. Karakteristik Pelaku Utama Pertanian 38

Tabel 6. Kategori Umur Petani 39

Tabel 7. Lama Pendidikan 39

Tabel 8. Pengalaman Berusaha tani 40

Tabel 9. Luas Lahan Pekarangan 41

Tabel 10. Indikator Faktor Eksternal 42

Tabel 11. Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Lahan Pekarangan 42

Tabel 12. Descriptive Statistics 43

Tabel 13. Model Summary 44

Tabel 14. Analisis Koefisien 45

Tabel 15. Analisis Anova 50

Tabel 16. Rancangan Kegiatan penyuluhan 53

Tabel 17. Pelaksanaan Penyuluhan Pertanian 55

Tabel 18. Analisis Usaha Lahan Pekarangan 60

DAFTAR GAMBAR

Gambar 1. Kerangka Berpikir Minat Petani Milenial 25

Gambar 2. Peta Wilayah Kecamatan Cipanas 36

Gambar 3. Strategi Meningkatkan Minat Petani Milenial 51

(13)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Jadwal Palang Kegiatan 63

Lampiran 2. Kuesioner 64

Lampiran 3. Uji Validitas 68

Lampiran 4. Data Tabulasi 69

Lampiran 5. LPM dan Sinopsis 71

Lampiran 6. Media Penyuluhan 72

Lampiran 7. Dokumentasi Kegiatan 75

Lampiran 8. Jurnal Harian Kegiatan 79

Lampiran 9. Daftar Hadir Responden 83

(14)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Dewasa ini pertanian sangat penting keberadaannya sehingga peran pemuda dalam pembangunan pertanian sangat diutamakan mengingat untuk waktu yang akan datang, namun minat pemuda pada sektor pertanian masih cenderung turun dari tahun ke tahun. Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (Badan Litbang Pertanian, 2012). Sejalan dengan kenyataan ini Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang disebut dengan “Pekarangan Pangan Lestari (P2L)” yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kementerian Pertanian, 2011).

Kecukupan pangan menentukan kualitas sumberdaya manusia dan ketahanan bangsa. Oleh karena itu untuk membentuk manusia Indonesia yang berkualitas, pangan harus tersedia setiap saat dalam jumlah yang cukup, merata, aman, bermutu, bergizi, beragam, dan dengan harga yang terjangkau. Salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Manfaat yang akan diperoleh dari pengelolaan pekarangan antara lain dapat memenuhi kebutuhan konsumsi dan gizi keluarga, menghemat pengeluaran, dan juga dapat memberikan tambahan pendapatan bagi keluarga. Potensi lahan pekarangan sebagai salah satu pilar yang dapat diupayakan untuk mewujudkan kesejahteraan keluarga, baik bagi rumah tangga di pedesaan maupun di perkotaan (Kementerian Pertanian, 2012). Kecamatan Cipanas memiliki potensi sumberdaya alam yang melimpah. Ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti

(15)

padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, sayur, buah, dan pangan dari hewani banyak dijumpai. Demikian pula berbagai jenis tanaman rempah dan obat- obatan dapat tumbuh dan berkembang dengan mudah di Kecamatan Cipanas. Dari data sekunder yang di peroleh bahwa Kecamatan Cipanas memiliki lahan pekarangan dengan luasan sekitar 695 ha atau 6,95% yang belum di manfaatkan dengan optimal. Namun demikian realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi, selain itu minat atau keinginan petani dalam memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar halaman rumah secara optimal masih kurang bahkan saat ini semakin menurun. Karena merupakan kebutuhan dasar manusia maka pangan haruslah ada setiap setiap waktu dan tempat tersedia dalam kuantitas yang cukup dan dapat diakses (harga terjangkau), maka sumber utama pangan harus dapat diproduksi sendiri salah satunya dengan memanfaatkan lahan pekarangan. Oleh karena itu salah satu upaya untuk meningkatkan ketahanan pangan keluarga dan gizi masyarakat harus diawali dari pemanfaatkan sumberdaya yang tersedia maupun yang dapat disediakan di lingkungannya. Pemerintah melakukan suatu langkah melalui upaya pemanfaatan lahan pekarangan dengan penggunaan sumberdaya lokal yang dikelola oleh rumah tangga yang disebut program Pekarangan Pangan Lestari (P2L).

Menurut Erliadi (2015), minat adalah keinginan seseorang untuk melakukan atau mengerjakan sesuatu. Minat seseorang tergantung pada kebiasaan-kebiasaan yang dilakukan. Kebiasaan tersebut kadang dinyatakan orang sebagai kebutuhan, keinginan dan dorongan yang muncul dalam diri sebuah individu. Minat juga dapat diartikan sebagai tindakan atau perbuatan yang mengarah pada tujuan yang muncul dalam kondisi sadar atau dalam kondisi tidak sadar.

Menurut Marza, A.R, (2018), minat adalah rasa ketertarikan yang timbul secara tiba-tiba tanpa ada yang menyuruhnya pada suatu hal atau aktivitas. Minat dapat timbul, apabila terdapat hubungan antara diri sendiri dengan suatu yang terdapat di luar diri. Semakin kuat hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri, maka semakin besar minat yang timbul.

Minat petani dalam budidaya sayuran merupakan suatu kecenderungan dalam diri petani untuk tertarik membudidayakan satu atau beberapa jenis

(16)

komoditas sayuran terutama di lahan pekarangan yang menjadi kebutuhan pangan keluarga. Kecamatan Cipanas memiliki sumberdaya alam yang melimpah ketersediaan jenis pangan dan rempah yang beraneka ragam, berbagai jenis tanaman pangan seperti padi-padian, umbi-umbian, kacang-kacangan, dan sayuran, namun pada kenyataannya realisasi konsumsi masyarakat masih dibawah anjuran pemenuhan gizi. Hal inilah yang kemudian melatarbelakangi penulis untuk mengkaji lebih jauh mengenai minat petani khususnya milenial dalam optimalisasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat.

Rumusan Masalah

Untuk menelaah faktor-faktor yang diduga mempengaruhi minat petani, memerlukan kajian dan analisis mendalam sehingga diperoleh strategi apa yang dilakukan untuk meningkatkan minat petani dalam pengoptimalan lahan pekarangan dalam program pekarangan pangan lestari, dengan demikian diperoleh rumusan masalah dari pengkajian proposal tugas akhir sebagai berikut :

1. Sejauh mana minat petani milenial dalam pengoptimalan budidaya pekarangan pangan lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat?

2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi minat petani milenial dalam pengoptimalan budidaya pekarangan pangan lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat?

3. Bagaimana strategi untuk meningkatkan minat petani milenial dalam optimalisasi budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

Tujuan

Tujuan dari penelitian proposal tugas akhir mengenai ”Minat Petani Dalam Optimalisasi Program Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” adalah sebagai berikut :

1. Mendeskripsikan minat petani milenial dalam optimalisasi program pekarangan pangan lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

(17)

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi minat petani milenial dalam optimalisasi program pekarangan pangan lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

3. Menyusun strategi untuk meningkatkan keinginan petani milenial dalam pengoptimalan pekarangan pangan lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat.

Manfaat

Manfaat dari penelitian tugas akhir mengenai ”Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L) di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Provinsi Jawa Barat” adalah sebagai berikut :

1. Bagi mahasiswa, kajian ini merupakan bagian dari proses pembelajaran untuk mendapatkan banyak pengetahuan mengenai Minat petani milenial dalam optimalisasi program pekarangan pangan lestari (P2L).

2. Bagi penyuluh dan instansi terkait, sebagai bahan pertimbangan dalam program penyuluhan yang bertujuan untuk meningkatkan Minat petani milenial dalam optimalisasi program pekarangan pangan lestari (P2L).

3. Bagi petani, dapat membantu memberikan solusi dari permasalahan dalam pengembangan pekarangan pangan lestari (P2L).

(18)

TINJAUAN PUSTAKA

Kelompoktani

Kelompoktani yang selanjutnya disebut Poktan adalah kumpulan petani/peternak/pekebun yang dibentuk atas dasar kesamaan kepentingan;

kesamaan kondisi lingkungan sosial, ekonomi, sumber daya; kesamaan komoditas;

dan keakraban untuk meningkatkan serta mengembangkan usaha anggota.

Kelompoktani ini terdiri dari para pelaku utama. Pelaku utama kegiatan pertanian yang selanjutnya disebut pelaku utama adalah petani, pekebun, peternak, beserta keluarga intinya. Petani adalah warga negara Indonesia yang perseorangan beserta keluarganya yang melakukan kegiatan usaha tani di bidang tanaman pangan, hortikultura, perkebunan dan/atau peternakan (Permentan No. 82, 2013).

Kelompoktani yang merupakan kelembagaan non-formal berada di pedesaan memiliki karakteristik. Menurut Permentan No. 82 (2013), karakeristik kelompoktani sebagai berikut:

1. Ciri kelompoktani

a. Saling mengenal, akrab dan percaya dengan sesama anggotanya.

b. Mempunyai pandangan dan kepentingan serta tujuan yang sama dalam berusaha tani.

c. Memiliki kesamaan dalam tradisi dan/atau pemukiman, hamparan usaha, jenis usaha, status ekonomi dan sosial, budaya/kultur, adat istiadat, bahasa serta ekologi.

2. Unsur pengikut kelompoktani

a. Adanya kawasan usahatani yang menjadi tanggungjawab bersama diantara para anggotanya.

b. Adanya kader tani yang berdedikasi tinggi untuk menggerakkan para petani dengan kepemimpinan yang diterima oleh sebagian besar anggotanya.

c. Adanya kegiatan yang manfaatnya dapat dirasakan oleh sebagian besar anggotanya.

d. Adanya dorongan atau motivasi dari tokoh masyarakat setempat 3. Fungsi kelompoktani

(19)

meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan sikap agar tumbuh dan berkembang menjadi usahatani yang mandiri sehingga dapat meningkatkan produktivitas, pendapatan serta kehidupan yang lebih baik.

b. Wahana kerjasama, yaitu tempat untuk memperkuat kerjasama baik di antara sesama petani dalam poktan dan antar poktan maupun dengan pihak lain. Melalui kerjasama tersebut diharapkan usahatani yang dijalankan lebih efisien dan mampu menghadapi ancaman, tantangan, hambatan, gangguan serta lebih menguntungkan;

c. Unit produksi, yaitu usahatani yang dilaksanakan oleh masing-masing anggota poktan secara keseluruhan harus dipandang sebagai satu kesatuan usaha yang dapat dikembangkan untuk mencapai skala ekonomis usaha, dengan menjaga kuantitas, kualitas maupun kontinuitas.

Penyuluhan Pertanian

Penyuluhan pertanian adalah suatu proses belajar mengajar bagi pelaku utama maupun pelaku usaha agar mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya mengakses informasi baik itu mengenai pasar, teknologi, permodalan dan sumber daya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan efisiensi usaha, produktivitas, pendapatan dan kesejahteraan, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup, (Permentan No. 03, 2018).

Menurut Effendy (2019), falsafah dalam penyuluhan pertanian bagaikan bedil dan peluru, yang mana penyuluhan merupakan bedil dan pertanian berkelanjutan dengan cakupan sistem agribisnis sebagai pelurunya. Artinya bedil tanpa adanya peluru tidak akan berfungsi dengan baik, sebaliknya walaupun peluru tanpa bedil bisa diledakkan, tetapi tidak akan terarah dengan baik (tepat sasaran). Sedangkan Kusnady (2014), menyatakan bahwa prinsip-prinsip penyelenggaraan penyuluhan pertanian sebagai berikut :

1. Prinsip otonomi daerah dan desentralisasi

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian dilakukan dengan memberikan kesewenangan kepada kelembagaan penyuluhan pertanian untuk menetapkan sendiri penyelenggaraan penyuluhan pertanian sesuai kondisi daerahnya, dan

(20)

2. Prinsip kemitrasejajaran

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian berlandaskan atas kesertaan kedudukan antara penyuluh pertanian, petani dan keluarganya, beserta masyarakat agribisnis.

3. Prinsip demokrasi

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian berlandaskan atas saling menghargai dan mengakomodasi berbagai pendapat dan aspirasi semua pihak yang terlibat dalam penyuluhan pertanian.

4. Prinsip kesejahteraan

Penyelenggaraan penyuluhan pertanian berlandaskan atas kemudahan akses yang sama untuk mendapatkan informasi yang diperlukan guna tumbuhnya rasa saling percaya dan kepedulian besar.

Metode Penyuluhan

Metode penyuluhan pertanian adalah cara/teknik penyampaian materi penyuluhan oleh penyuluh pertanian kepada pelaku utama dan pelaku usaha agar mereka tahu, mau, dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, sumberdaya lainnya sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup, (Permentan No. 03, 2018).

Menurut Permentan No. 52 tahun (2009), metode penyuluhan berdasarkan teknik komunikasi terdiri atas metode penyuluhan langsung (demonstrasi, kursus tani, obrolan sore) dan penyuluhan tidak langsung (pemasangan poster, penyebaran brosur/booklet/folder/majalah, siaran radio, televisi, pemutaran slide dan film).

Kemudian, berdasarkan jumlah sasaran terdiri atas pendekatan perorangan (kunjungan rumah, hubungan telepon, surat menyurat), pendekatan kelompok (diskusi, karya wisata, kursus tani, pertemuan kelompok), pendekatan massal (siaran radio, televisi, pemasangan poster, kampanye). Berdasarkan indera penerimaan sasaran terdiri atas indera penglihatan (penyebaran bahan cetakan, slide, album foto), indera pendengaran (hubungan telepon, obrolan sore, pemutaran tape recorder dan siaran pedesaan), kombinasi indera penerima (demonstrasi cara/hasil, pemutaran film, pemutaran video dan siaran televisi).

(21)

Lebih lanjut dalam Permentan No. 52 tahun (2009), langkah-langkah dalam pemilihan metode penyuluhan pertanian yaitu :

1. Menghimpun dan menganalisis data yang meliputi:

a. Sasaran

1) Golongan umur, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah masing- masing golongan dan keseluruhan.

2) Adat kebiasaan, norma-norma dan pola kepemimpinan.

3) Bentuk-bentuk usahatani sasaran.

4) Ketersediaan mereka sebagai demonstrator dan jumlah petani b. Penyuluh dan kelengkapannya

1) Kemampuan penyuluh, jumlah penyuluh, pengetahuan dan keterampilan penyuluh.

2) Materi penyuluhan/pesan.

3) Sarana dan prasarana penyuluhan.

4) Biaya yang ada.

c. Keadaan daerah dan kebijakan pemerintah 1) Musim/iklim.

2) Keadaan lapangan, jenis tanah, sistem pengairan dan pertanaman.

3) Kebijakan pemerintah pusat dan daerah setempat.

Pertanian Berkelanjutan

Pertanian berkelanjutan telah muncul menjadi alternatif sistem pertanian untuk menjawab banyak kendala yang dihadapi oleh petani yang miskin akan sumberdaya dan waktu, serta menjamin keberlanjutan lingkungan. Sistem ini melibatkan kombinasi yang saling berkaitan antara tanah, produksi tanaman dan ternak yang bersesuaian dengan tidak dipakainya atau berkurangnya pemakaian input eksternal yang mempunyai potensi membahayakan lingkungan dan/atau kesehatan petani dan konsumen. Sebagai gantinya, sistem ini lebih menekankan teknik produksi pangan yang mengintegrasikan dan sesuai dengan proses alam lokal seperti siklus hara, pengikatan nitrogen secara biologis, regenerasi tanah dan musuh alami hama. Menggunakan sumberdaya lokal dalam memperbaiki tanah dan bisa bermanfaat dimana peningkatan pendapatan dapat mengurangi hambatan

(22)

untuk mengadopsi praktek-praktek penggunaan sumberdaya yang berkelanjutan (Rukmana, 2008).

Pertanian berkelanjutan memiliki indikator utama yang harus dipenuhi yaitu kelayakan ekonomi, ekologi, dan sosial. Mereka mampu memenuhi kebutuhan sehari-hari, mampu membayar pendidikan anak-anaknya dan memiliki akses terhadap fasilitas kesehatan. Kelayakan ekologi menunjukkan bahwa sistem pertanian berkelanjutan bisa memelihara kesuburan lahan sehingga lahan pertanian bisa dimanfaatkan dalam jangka waktu panjang untuk generasi yang akan datang. Hasil pertanian yang diperoleh dari waktu ke waktu tidak berkurang karena keseimbangan kesuburan lahan serta berbagai macam tanaman bisa ditanam pada lahan tersebut, tidak satu jenis tanaman tertentu saja. Lain halnya dengan kelayakan ekonomi dan ekologi, kelayakan sosial menunjukkan bahwa pertanian berkelanjutan diterima secara sosial oleh masyarakat sebagai pekerjaan yang layak dan menjanjikan sehingga fenomena “waithood” yaitu kecemasan menunggu pekerjaan, perumahan, dan pernikahan yang biasanya tergantung pekerjaan, bisa diatasi (Ningsih dan Sjaf, 2015).

Kawasan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 tahun (2011), tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan diatur bahwa kriteriaKawasan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah:

1. Memiliki hamparan lahan dengan luasan tertentu sebagai lahan pertanian pangan berkelanjutan dan/atau Lahan Cadangan Pertanian Pangan Berkelanjutan.

2. Menghasilkan pangan pokok dengan tingkat produksi yang dapat memenuhi kebutuhan pangan sebagian besar masyarakat setempat, kabupaten/kota, dan/atau nasional.

Lahan pertanian pangan berkelanjutan berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 1 Tahun (2011), tentang Penetapan dan Alih Fungsi Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan maka kriteria lahan yang ditetapkan sebagai Lahan Pertanian Pangan Berkelanjutan adalah sebagai berikut :

1. Berada pada kesatuan hamparan lahan yang mendukung produktivitas dan efisiensi produksi.

(23)

2. Memiliki potensi sesuai, sangat sesuai atau agak sesuai untuk peruntukan pangan.

3. Didukung infrastruktur dasar; dan

4. Telah dimanfaatkan sebagai lahan pertanian pangan.

Pekarangan Pangan Lestari (P2L) Pengertian Pekarangan Pangan Lestari

Pekarangan Pangan Lestari (P2L) adalah rumah penduduk yang mengusahakan pekarangan secara intensif untuk dimanfaatkan dengan berbagai sumber daya lokal secara bijaksana yang menjamin kesinambungan penyediaan bahan pangan rumah tangga yang berkualitas dan beragam. Apabila P2L dikembangkan dalam skala luas, berbasis rusun (kampung), desa, atau wilayah lain yang memungkinkan, penerapan prinsip Pekarangan pangan lestari (P2L).

Lahan pekarangan merupakan salah satu sumber potensial penyedia bahan pangan yang bernilai gizi dan memiliki nilai ekonomi tinggi, bila ditata dan dikelola dengan baik. Selain dapat memenuhi kebutuhan pangan dan gizi dari keluarga sendiri, juga berpeluang meningkatkan penghasilan rumah tangga, apabila dirancang dan direncanakan dengan baik (Badan Litbang Pertanian, 2012).

Sejalan dengan kenyataan ini Kementerian Pertanian menyusun suatu konsep yang saat ini disebut dengan program “Pekarangan Pangan Lestari (P2L)”

yang merupakan himpunan dari Rumah Pangan Lestari (RPL) yaitu rumah tangga dengan prinsip pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk pemenuhan kebutuhan pangan dan gizi keluarga, diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal, pelestarian tanaman pangan untuk masa depan, serta peningkatan pendapatan yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat (Kementerian Pertanian, 2011).

Berdasarkan tujuan tersebut, nampak bahwa P2L terkesan masih berorientasi pada pemenuhan kebutuhan pangan rumah tangga dan untuk mengatasi kekurangan pangan. Belum secara tegas dikemukakan mana tujuan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan, keadilan atau pemerataan, keberlanjutan, kemiskinan, serta kerentanan.Pembangunan dengan basis rumah tanggasangat penting terutama dalam hal penyediaan bahan pangan untuk penduduk, mengurang pengangguran dan kemiskinan, serta penyedia bahan baku

(24)

industri skala kecil atau industri rumah tangga. Oleh karena itu, rumah tangga merupakan salah satu sasaran untuk masuknya berbagai program yang ditujukan untuk mendukung ketahanan pangan.

Sasaran yang ingin dicapai dari Program P2L adalah berkembangnya kemampuan keluarga dan masyarakat secara ekonomi dan sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari, menuju keluarga dan masyarakat yang sejahtera, terwujudnya diversifikasi pangan, dan pelestarian tanaman pangan lokal. Dengan demikian sasaran yang ingin dicapai telah mencakup kemampuan keluarga, baik dari aspek ekonomi, maupun aspek sosial dalam memenuhi kebutuhan pangan dan gizi secara lestari. Namun belum diungkapkansecara jelas kelompok masyarakat seperti apa yang akan menjadi sasaran Program Pengembangan P2L.

Prinsip dasar P2L adalah:

1. Pemanfaatan pekarangan yang ramah lingkungan dan dirancang untuk ketahanan dan kemandirian pangan.

2. Diversifikasi pangan berbasis sumber daya lokal.

3. Konservasi sumberdaya genetik pangan (tanaman, ternak,dan ikan).

4. Menjaga kelestariannya melalui kebun bibit desa menuju.

5. Peningkatan pendapatan dan kesejahteraan masyarakat Pengertian Pekarangan

Pekarangan adalah lahan yang ada di sekitar rumah dengan batas pemilikan yang jelas (lahan boleh berpagar dan boleh tidak berpagar) serta menjadi tempat tumbuhnya berbagai jenis tanaman dan tempat memelihara berbagai jenis ternak dan ikan. (Permentan No. 15. 2013).

Pemanfaatan lahan pekarangan untuk ditanami tanaman kebutuhan keluarga sudah dilakukan masyarakat sejak lama dan terus berlangsung hingga sekarang namun belum dirancang dengan baik dan sistematis pengembangannya terutama dalam menjaga kelestarian sumberdaya. Oleh karena itu, komitmen pemerintah untuk melibatkan rumah tangga dalam mewujudkan kemandirian pangan melalui diversifikasi pangan berbasis sumberdaya lokal, dan konservasi tanaman pangan untuk masa depan perlu diaktualisasikan dalam menggerakkan

(25)

kembali budaya menanam di lahan pekarangan, baik di perkotaan maupun diperdesaan (Badan Litbang Pertanian, 2012).

1. Pekarangan Perkotaan

Pekarangan perkotaan dikelompokan menjadi empat, yaitu:

a. Rumah tipe 21 dengan total luas tanah sekitar 36 m2 atau tanpa halaman.

b. Rumah tipe 36, luas tanah sekitar 72 m2 atau halaman sempit.

c. Rumah tipe 45, luas tanah sekitar 90 m2 atau halaman sedang, dan

d. Rumah tipe 54 atau 60 dengan luas tanah sekitar 120 m2 atau halaman luas.

Model budidaya pada pekarangan pangan lestari dapat dilihat pada Tabel 1.

Tabel 1. Basis Komoditas Dan Model Budidaya Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

No Lahan Model Budidaya Basis Komoditas

1. Pekarangan sangat sempit tanpa

halaman

1. Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak.

2. Pot/polybag

1. Sayuran: Sawi, kucai, pakcoi,kangkung, bayam, kemangi,caisim, seledri. Selada bokor,bawang daun

2. Toga: jahe, kencur, kunyit,temulawak, kumis kucing, sirih hijau/merah, pegagan, lidahbuaya, sambiloto.

2. Pekarangan sempit <120 m2

1. Vertikultur model gantung, tempel, tegak, rak.

2. Pot/polibag tanam langsung

1. Sayuran : Sawi, kucai, pakcoi,kangkung, bayam, kemangi,caisim, seledri. Selada bokor

2. Toga: Kencur, jahe merah, sirih,daun jinten, sambiloto, antanan,gempur batu 3. Pekarangan

sedang 120- 400m2

1. Pot/polibag/tana m langsung 2. Kandang 3. Kolam 4. Bedengan,

surjan,multistrata

1. Sayuran: cabai, sawi, kenikir,terong, tomat, bayam, kangkung,kacang panjang, kecipir

2. Ternak kambing, domba dan/ atauayam buras

3. Pemeliharaan ikanatau

lele:lele/nila/gurame 4. ntensifikasi

pekarangan:Sayuran/buah/umbi/kacang- kacangan

4. Pekarangan luas(>400 m2)

1. Bedengan Pot/polibag 2. Kandang 3. Kolam

1. Sayuran: cabai, sawi, kenikir, terong,tomat, bayam, kangkung, kacangpanjang, kecipir, buncis tegak

&rambat

2. Ternak kambing, domba dan/ atauayam buras

3. Pemeliharaan ikanatau

lele:lele/nila/gurami Sumber. Badan Litbang Pertanian, Tahun 2012

(26)

2. Pekarangan Perdesaan

Pekarangan perdesaan dikelompokan menjadi 4, yaitu:

a. Pekarangan sangat sempit (tanpa halaman).

b. Pekarangan sempit (<120 m2).

c. Pekarangan sedang (120 - 400 m2), dan d. Pekarangan luas (>400 m2).

Sistem Vertikultur

Sistem pertanian vertikultur adalah sistem budidaya pertanian yang dilakukan secara vertikal atau bertingkat. Sementara itu, vertikultur organik adalah budidaya tanaman secara vertikal dengan menggunakan sarana media tanam, pupuk, dan pestisida berasal dari bahan organik non kimiawi. Pelaksanaan vertikultur dapat menggunakan bangunan khusus modifikasi dari sistem green house maupun tanpabangunan khusus, misalnya di pot gantung dan penempelan ditembok-tembok. Bahan yang dapat digunakan, misalnya kayu, bambu, pipa paralon, pot, kantong plastikdan gerabah. Bentuk bangunan dapat dimodifikasi menurut kreativitasdan lahan yang tersedia. Yang penting perlu diketahui lebih dahulu adalah karakteristik tanaman yang ingin dibudidayakan sehingga kita dapat merancang sistemnya dengan benar. (Badan Litbang Pertanian, 2009).

Sistem vertikultur merupakan solusi atau jawaban bagi yang berminat dalam budidaya tanaman namun memiliki ruang atau lahan sangat terbatas.

Kelebihan sistem pertanian vertikultur antara lain : 1. Efisiensi dalam penggunaan lahan.

2. Penghematan pemakaian pupuk dan pestisida.

3. Dapat dipindahkan dengan mudah karena tanaman diletakkandalam wadah tertentu

4. Mudah dalam hal monitoring/pemeliharaan tanaman.

Teknik Budidaya Sayuran Pakcoy (Brassica linensis L.)

Sayuran pakcoy merupakan tanaman sayuran berumur pendek yaitu (+45 hari), termasuk dalam famili Brassicaceae. Pakcoy jarang dimakan mentah, umumnya digunakan untuk bahan sup atau sebagai hiasan (garnish). Pakcoy biasanya ditanam di dataran rendah dan dataran tinggi, tetapi yang baik di dataran tinggi, cukup sinar matahari, aerasi sempurna (tidak tergenang air) dan pH tanah 5,5-6.

(27)

Dikutip dari Dinas Pertanian Kabupaten Buleleng (2020), bahwa tahapan cara budidaya sayuran pakcoy yang baik dan benar agar mendapatkan keuntungan yang maksimal ialah sebagai berikut :

1. Persemaian

Pertama siapkan terlebih dahulu tempat persemaian, berupa bedengan dengan media semai setebal 7 cm. Media semai dibuat dari pupuk organik dan tanah yang telah dihaluskan dengan perbandingan 1:1. Benih direndam dengan larutan Previkur N dengan konsentrasi 0,1% selama kurang lebih 2 jam, kemudian dikeringkan. Selanjutnya benih disebar merata di atas bedengan persemaian yang telah disiram terlebih dahulu, kemudian ditutup Kembali dengan media semai. Ukuran persemaian 1x10 m, kemudian ditutup dengan alang-alang atau jerami kering selama 2-3 hari. Kebutuhan benih untuk luas lahan yaitu 400-1000 gr/Ha.

2. Persiapan Lahan

Kegiatan persiapan lahan untuk pertanaman perlu diolah terlebih dahulu dengan menggunakan cangkul sedalam 20-30 cm supaya tahan untuk pertanaman menjadi gembur. Selanjutnya yaitu pembuatan bedengan dengan arah membujur dari Barat ke Timur agar mendapatkan cahaya matahari penuh. Lebar bedengan sebaiknya 100-200 cm, dengan tinggi bedengan yaitu 30 cm dan Panjang sesuai lahan sebaiknya tidak lebih 15 m, untuk jarak antar bedengan yaitu 30 cm. Jika pH tanah terlalu rendah (asam), lakukan pengapuran dengan dolomit atau kalsit untuk menaikkan derajat keasaman tanah dosis 1,5 ton/Ha, pengapuran dilakukan sebelum penanaman yaitu 2-4 minggu sebelum tanam. Pemupukan tiga hari sebelum tanam berikan pupuk organik (kotoran ayam yang telah difermentasi) dengan dosis 2-4 kg/m2. Dua minggu setelah tanam berikan pupuk susulan berupa Urea 100 kg/Ha (10 gr/m2), agar pemberian pupuk lebih merata terlebih dahulu aduk dengan pupuk organik kemudian berikan secara larikan disamping barisan tanaman.

Selanjutnya dapat ditambahkan pupuk cair 3 liter/Ha (0,3 ml/m2) pada umur 10 dan 20 hari setelah tanam.

3. Penanaman Bibit

(28)

Pada kegiatan penanaman yaitu bibit yang telah berumur +21 hari atau telah berdaun 3-4 helai, ipindahkan ke bedengan yang telah disiapkan dengan jarak tanam 30 x 30 cm atau 30 x 25 cm.

4. Pemeliharaan

Pada musim kemarau lakukan penyiraman, sejak awal tanam sampai waktu panen. Kegiatan penyiraman pada tanaman pakcoy sebaiknya dilakukan sebanyak 2 kali yaitu pada pagi dan sore hari.

5. Penyulaman

Pada tanaman yang mati dilakukan penyulaman tanaman baru paling lambat 1 minggu setelah tanam dan penyiangan gulma pada umur 2 minggu setelah tanam.

6. Pengendalian Hama dan Penyakit

Kegiatan pemeliharaan dilakukan mulai dari persemaian hingga panen. Untuk mencegah serangan hama dan penyakit pada tanaman, yang perlu diperhatikan adalah sanitasi lahan dan drainase, jika terpaksa gunakan jenis pestisida yang aman mudah terurai seperti pestisida biologi, pestisida nabati atau pestisida piretroid sintetik. Penggunaan pestisida tersebut harus dilakukan dengan benar baik pemilihan jenis, dosis, volume semprot, cara aplikasi, interval dan waktu aplikasinya.

7. Panen dan Pasca Panen

Kegiatan pemanenan sayuran pakcoy dapat dilakukan pada saat pakcoy sudah memenuhi kriteria siap panen yaitu sudah berumur +45 hari setelah tanam. Pakcoy jenis kecil produksinya bisa mencapai 10-20 ton/Ha dan (tergantung varietas) pakcoy jenis besar 20-30 ton/Ha. Sayuran ini tidak tahan disimpan lama dan pengangkutan jarak jauh. Jika disimpan pada suhu nol derajat celcius dan RH 95% pakcoy mempunyai umur simpan sekitar 10 hari. Untuk mempertahankan kualitas sebaiknya ditempatkan dalam wadah yang berlubang.

Minat Petani Pengertian Minat

Menurut hasil penelitian Effendy dan Yunica (2020), minat merupakan kecenderungan yang agak menetap untuk merasa tertarik pada bidang-bidang

(29)

tertentu dan merasa senang berkecimpung dalam bidang tersebut. bahwa strategi untuk meningkatkan minat petani yaitu: (a) karakteristik responden, (b) dimulai dengan mengoptimalkan dukungan ekternal seperti: ketersediaan sarana dan prasana yang tersedia, memanfaatkan sumber informasi, dan memanfaatkan kegiatan penyuluhan sebagai proses pembelajaran.

Menurut Marza, A.R, (2018), minat adalah rasa ketertarikan yang timbul secara tiba-tiba tanpa ada yang menyuruhnya pada suatu hal atau aktivitas. Minat dapat timbul, apabila terdapat hubungan antara diri sendiri dengan suatu yang terdapat di luar diri. Semakin kuat hubungan antara diri sendiri dengan suatu di luar diri, maka semakin besar minat yang timbul.

Menurut Umi, P.A, (2013), minat petani dalam budidaya sayuran merupakan suatu kecenderungan dalam diri petani untuk tertarik membudidayakan satu atau beberapa jenis komoditas sayuran terutama di lahan pekarangan yang menjadi kebutuhan pangan petani.

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Minat

Berdasarkan kajian terdahulu mengenai minat petani dalam pengembagan inovasi pertanian hususnya pada bidang pengembangan pekarangan pangan lestari (P2L) maka variabel faktor yang digunakan penulis dalam penelitian minat Petani milenial dalam pengoptimalan pekarangan pangan lestari (P2L) dalam pengembangan inovasi pertanian pada lahan pekarangan dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya adalah faktor internal yaitu faktor dari dalam individu petani dan faktor eksternal yaitu faktor dari luar inidividu petani. Faktor internal antara lain seperti usia petani, pendidikan, pengalaman usahatani, dan luas lahan pekarangan yang di miliki petani. Sedangkan faktor eksternal yaitu sarana produksi, kegiatan penyuluh pertanian, situasi lingkungan, dan sumber informasi.

Faktor internal (X1) : 1. Umur

Umur sangat mempengaruhi kepribadian seseorang untuk menjadi lebih baik, dengan usai yang ada seseorang dapat mengetahui sebab, akibat dan penyelesaian dari suatu masalah dengan bertambahnya usia petani maka akan menurun minat petani tersebut. Dengan semakin tuanya seseorang maka terjadi penurunan daya minat terhadap sesuatu yang akan di kerjakannya.

(30)

Petani yang memiliki usia yang produktif memiliki potensi yang lebih baik dari petani yang umurnya tidak produktif lagi sehingga dalam menyelesaikan masalah petani yang usia produktif lebih aktif dengan mempertimbangkan sebab dan akibatnya, (Erliadi 2015).

2. Lama Pendidikan

Lama pendidikan diduga berhubungan dengan minat seseorang dalam melanjutkan usahatani. Tingkat pendidikan menunjukkan lama pendidikan yang telah ditempuh oleh seseorang. Lama pendidikan yang dimaksud pada penelitian ini adalah suatu hal yang didapatkan dari hasil belajar di pendidikan formal. Pendidikan diduga berhubungan dengan minat seseorang dalam melanjutkan usahatani. Jika setiap pendidikan tinggi maka minat untuk bertani kurang, dikarenakan status sosial yang ada didalam diri tiap individu mempengaruhi minat. Lama pendidikan dapat meningkatkan atau menurunkan minat seseorang, (Marza, A.R 2018).

3. Pengalaman

Pengalaman menunjukkan kadar berinteraksi baik dari segi waktu maupun kualitas kejadian yang dilalui dalam kehidupan seseorang dalam lingkungannya, melalui pengalaman seseorang akan mendapat pengetahuan, keterampilan atau bahkan pemahaman akan sesuatu. Kesesuaian antara pengalaman dengan kejadian yang dialami pada masa-masa sebelumnya akan semakin meningkatkan pemahaman tentang sesuatu, (Erliadi 2015). Minat pada hakekatnya merupakan sebab akibat dari pengalaman, minat berkembang sebagai hasil dari pada suatu kegiatan dan akan menjadi sebab akan dipakai lagi dalam kegiatan yang sama Khairani (2013). Menurut Chapli (2006), dalam pengalaman merupakan pengetahuan atau keterampilan yang diketahui dan dikuasai seseorang sebagai akbibat dari perbuatan atau pekerjaan yang telah dilakukan sebelumnya selama jangka waktu tertentu yang dapat mempengaruhi minat seseorang terhadap apa yang dikerjakan.

Pengalaman usahatani diartikan bahwa lamanya petani melakukan berbagai kegiatan usahatani. Pengalaman usahatani juga berpengaruh terhadap keberhasilan usaha. Meskipun pendidikan mereka rendah tetapi pengalaman berusahatani akan membantu keberhasilannya karena dengan semakin tinggi

(31)

pengalaman berusahatani maka mereka akan tertarik untuk melakukan kegiatan budidaya atau menjalankan usahatani lainnya.

4. Luas Lahan Pekarangan

Luas lahan pekarangan dapat mempengaruhi keputusan petani dalam hal memilih komoditas tanaman dan cara penanaman yang dilakukan.

Semakin luas lahan pekarangan maka semakin banyak komoditas tanaman yang dapat ditanam, sedangkan lahan yang sempit mempengaruhi keputusan dalam memilih komoditas tanaman. Namun, pada lahan yang sempit dapat digunakan vertikultur yang memudahkan petani untuk menanam berbagai komoditas sayuran, (Umi, P.A, 2013). Luas lahan usahatani diduga berpengaruh dengan minat petani dalam melanjutkan usahatani. Semakin besar luas lahan yang dimiliki maka peluang minat petani untuk melanjutkan usahatani tersebut semakin besar, Marza, A.R (2018).

Faktor eksternal (X2) : 1. Sarana Produksi

Sarana produksi pertanian adalah segala jenis peralatan, perlengkapan dan fasilitas pertanian yang berfungsi sebagai alat utama atau pembantu dalam pelaksanaan produksi pertanian. Sarana produksi berperan penting di dalam usaha mencapai produksi sesuai dengan tujuan yang diinginkan (Siwu Randi A.A 2018). Sarana produksi menjadi sumber utama dalam pengembangan suatu inovsi pertanian oleh sebab itu sarana dan prasarana harus di penuhi dalam medukung kemajuan di sektor pertanian.

2. Kegiatan Penyuluhan

Kegiatan penyuluhan sangat berpengaruh penting terhadap semangat dan minat petani dalam mengembangan pertanian. Menurut Rangkuti Khairunisa et al (2018), penyuluhan pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampu untuk memperbaiki kehidupan dan penghidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri. Penyuluhan telah berhasil menyampaikan berbagai inovasi pertanian kepada petani dengan segala metodenya sehingga terjadi peningkatan pengetahuan dan keterampilan.

(32)

3. Ketersediaan SDA

Semakin terbatasnya lahan pertanian diikuti dengan peningkatan angkatan kerja di pedesaan karena pertambahan jumlah penduduk.

Kepemilikan lahan pertanian yang luasannya kecil dan terfregmentasi mengakibatkan pendapatan petani yang semakin berkurang dan berimbas pada keputusan petani untuk menjual atau merubah lahan pertaniannya ke lahan usaha non pertanian. Kesempatan kerja di luar sektor pertanian seperti;

jasa, perdagangan dan industri menjadi semakin terbuka sehingga mendorong angkatan kerja muda lebih memilih pekerjaan sektor nonpertanian. Selain penurunan luas lahan, status kepemilikan lahan menjadi pendorong generasi muda lebih memilih sektor nonpertanian. Sebagai generasi muda tidak memiliki lahan sehingga tidak memiliki kesempatan bekerja di sektor pertanian Susilowati (2016).

Lingkungan hidup merupakan bentukan alam yang terdiri atas berbagai sumber alam dan ekosistem dengan komponen-komponennya, baik fisik, biologis. Lingkungan hidup alami bersifat dinamis karena memiliki tingkat heterogenitas organisme yang sangat tinggi (Effendi Rahayu 2018).

Situasi lingkungan berarti keadaan suatu wilayah tersebut, dimana keadaan suatu lingkungan ini dapat mendukung, individu maupun kelompok cenderung semakin berminat.

4. Sumber Informasi

Sumber informasi adalah sarana penting dalam mempengaruhi minat petani berkaitan dengan ketersediaan akan informasi. Menurut Far-Far R.A (2011), sumber informasi dapat berupa individu atau lembaga yang menciptakan informasi sebagai pesan dalam proses komunikasi. Sumber informasi juga merupakan suatu media yang strategis untuk menyampaikan pesan atau informasi baik dari media masa. Ketersediaan sumber informasi pertanian dalam penelitian ini yaitu tentang tingkat ketersediaan dan kemudahan petani dalam mengakses informasi pertanian. Sumber informasi sangat penting dengan adanya sumber informasi mengenai usahatani baik dari teknologi, inovasi, cara budidaya yang baik dan benar, mengetahui informasi harga pasar serta mampu menjual hasil dari usahataninya.

(33)

Minat Petani Milenial (Y1) :

Tampubolon (1991: 41) dalam Saing (2018) mengatakan bahwa minat adalah suatau perpaduan keinginan dan kemauan yang dapat berkembang jika ada motivasi. Terdapat beberapa faktor yang menentukan minat dan kesenangan seseorang, indikator minat ada empatWasti (2013) yaitu:

a. Perasaan senang

Seorang yang memiliki perasaan senang atau suka terhadap suatu aktivitas maka seseorang tersebut mempelajari ilmu yang disenanginya secara terus menerus.

b. Ketertarikan

Berhubungan dengan daya yang dapat mendorong agar seseorang merasa tertarik pada orang, kegiatan, benda atau bisa berupa pengalaman afektif yang dirangsang oleh objek itu sendiri.

c. Perhatian

Perhatian merupakan konsentrasi atau aktivitas jiwa terhadap suatu kegiatan dengan mengesampingkan kegiatan yang lain daripada kegiatan belajar.

d. Keterlibatan

Ketertarikan seseorang terhadap suatu kegiatan yang mengakibatkan seseorang senang untuk melakukan atau mengerjakan kegiatan sehingga membuat seseorang tersebut terlibat dalam suatu kegiatan.

Petani Milenial

Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian menjadikan petani milenial, yaitu petani atau pengusaha pertanian yang saat ini berusia antara 19-39 tahun, sebagai sasaran utama kegiatan. Pemuda menurut Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 pasal 1 ayat 1, “pemuda adalah warga negara Indonesia yang memasuki periode penting pertumbuhan dan perkembangan yang berusia 15 sampai 30 tahun”. Berdasarkan penelitian Untari dkk (2007) karakteristik individu pemuda tidak berpengaruh terhadap keterlibatan pemuda di pertanian karena hal yang paling berpengaruh adalah akses terhadap informasi. Semakin tinggi akses pemuda terhadap informasi pertanian, maka semakin besar pengaruhnya terhadap perilaku yang ditunjukkan pemuda dalam pelaksanaan pertanian di pedesaan.

Pemuda adalah individu yang bila dilihat secara fisik sedang mengalami

(34)

perkembangan dan secara psikis sedang mengalami perkembangan emosional, sehingga pemuda merupakan sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun masa datang. Sebagai calon generasi penerus yang akan menggantikan generasi sebelumnya (Rusadi, 2015).

Karakteristik generasi milenial yang tumbuh bersamaan dengan pesatnya kemajuan teknologi informasi, ternyata berbeda dengan karakteristik generasi sebelumnya. Gallup (2016) menyimpulkan karakteristik generasi milenial pada aspek pekerjaan seperti berikut:

1. Para milenial bekerja bukan hanya sekedar untuk menerima gaji, tetapi juga untuk mengejar tujuan (sesuatu yang sudah dicita-citakan sebelumnya);

2. Milenial tidak terlalu mengejar kepuasan kerja, namun yang lebih diinginkan kaum milenial adalah kemungkinan berkembangnya diri mereka di dalam pekerjaan tersebut (mempelajari hal baru, skill baru, sudut padang baru, mengenal lebih banyak orang, mengambil kesempatan untuk berkembang, dan sebagainya);

3. Milenial tidak menginginkan atasan yang suka memerintah dan mengontrol;

4. Milenial tidak menginginkan review tahunan, milenial menginginkan on going conversation;

5. Milenial tidak terpikir untuk memperbaiki kekuranganya, milenial lebih berpikir untuk mengembangkan kelebihannya;

6. bagi milenial, pekerjaan bukan hanya sekedar bekerja, namun bekerja adalah bagian dari hidup mereka. Karakteristik-karakteristik ini dominan di Indonesia mengingat jumlah generasi milenial mendominasi struktur penduduk Indonesia.

Pembangunan pertanian menghadapi tantangan berupa proses suksesi sistem pengelolaan usaha pertanian. Sumaryanto et al. (2015) mengungkapkan bahwa sebagian besar pemuda yang juga merupakan anak dari petani, tidak mau meneruskan usaha pertanian orang tuanya dan memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Situasi ini disebabkan pandangan bahwa sektor pertanian tidak dapat memberikan jaminan pendapatan dan kepastian masa depan. Pandangan tersebut berasal baik dari generasi muda maupun dari orang tua mereka yang saat ini berprofesi sebagai petani.

(35)

Petani milenial adalah sumber daya manusia pembangunan baik saat ini maupun nanti yang memiliki peranan tertentu serta akan menggantikan generasi sebelumnya. Namun, umumnya pemuda pedesaan memiliki keterampilan dan pengetahuan yang sangat terbatas yang hanya akan membuat mereka mendapatkan pekerjaan dengan tingkat yang rendah.

Karakteristik Petani Milenial Umur Petani Milenial

Petani milenial menurut Peraturan Menteri Pertanian Nomor 04 dan Nomor 09 Tahun 2019 tentang Pedoman Gerakan Pembangunan Sumber Daya Manusia Pertanian Menuju Lumbung Pangan Dunia 2045, adalah petani berusia 19-40 tahun, dan/atau petani yang adaptif terhadap teknologi digital. Berdasarkan batasan tersebut, maka petani milenial merupakan pemuda atau generasi muda pertanian. Petani atau pemuda milenial merupakan petani atau pemuda yang lahir pada kisaran tahun 1980-2000 (Kementerian PPPA dan BPS, 2018). Umur adalah rentang kehidupan yang diukur dengan tahun, dikatakan masa awal dewasa adalah usia 18 – 40 tahun, dewasa madya adalah 41 – 60 tahun, dewasa lanjut > 60 tahun (Ilfa, 2010 : 1). Umur adalah lamanya hidup dalam tahun yang dihitung sejak dilahirkan. Umur adalah usia individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai saat berulang tahun. Jenis perhitungan umur / usia terdiri atas :

a. Usia Kronologis yaitu perhitungan usia yang dimulai dari saat kelahiran seseorang sampai dengan waktu penghitungan usia.

b. Usia Mental yaitu perhitungan usia yang didapatkan dari taraf kemampuan mental seseorang (Hardiwinoto, 2011 : 1).

Usia Biologis adalah perhitungan usia berdasarkan kematangan biologis yang dimiliki oleh seseorang.

Pendidikan

Dalam pengertian luas, pendidikan disamakan dengan kehidupan.

Pendidikan adalah pengalaman belajar. Pendidikan didefinisikan sebagai keseluruhan pengalaman belajar setiap orang sepanjang hidupnya (Redja Mudyahardjo: 2001). Pendidikan dalam definisi diatas tidak ada batas waktu, berlangsung sepanjang hayat, mulai dari usia dini, anak-anak, remaja, hingga dewasa. Demikian pula, sebagai pengalaman belajar, pendidikan tidak hanya

(36)

terjadi dalam lingkungan tertentu seperti lingkungan sekolah, tapi semua lingkungan, baik lingkungan hasil rekayasa manusia seperti sekolah, maupun lingkungan alamiah. Sebagai pengalaman belajar, pendidikan terjadi pada semua peristiwa yang dialami baik secara individu maupun kelompok, baik peristiwa sosial budaya, maupun peristiwa alam, baik yang menggembirakan maupun yang memilukan, itu semua merupakan pengalaman belajar yang akan membentuk tumbuh kembangnya individu dan kelompok menjadi lingkungan hidup manusia.

Mapparenta (2010) yang menyatakan pendidikan yang lebih tinggi dapat mempertinggi rasa rasionalitas masyarakat, maka jika responden yang memiliki tingkat pendidikan lebih tinggi mengaku tidak akan memilih pertanian sebagai bidang pekerjaannya. Berdasarkan penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa semakin tinggi pendidikan anak petani/pemuda menyebabkan minat anak/pemuda menjadi petani akan menjadi semakin menurun. Kondisi ini mendukung hasil olah data primer bahwa variabel pendidikan memiliki pengaruh terhadap minat anak petani meneruskan usaha tani keluarga Arimbawa dan Rustariyuni (2018).

Pengalaman Bertani

Ilmu usahatani adalah ilmu yang mempelajari cara-cara menentukan, mengorganisasikan dan mengkoordinasikan penggunaan faktor-faktor produksi seefektif dan seefisien mungkin sehingga produksi pertanian menghasilkan pendapatan petani yang lebih besar. Ilmu usahatani juga didefinisikan sebagai ilmu mengenai cara petani mendapatkan kesejahteraan (keuntungan), menurut pengertian yang dimilikinya tentang kesejahteraan. Jadi ilmu usahatani mempelajari cara-cara petani menyelenggarakan pertanian (Tohir, 1991).

Usahatani adalah kegiatan mengorganisasikan atau mengelola aset dan cara dalam pertanian. Usahatani juga dapat diartikan sebagai suatu kegiatan yang mengorganisasi sarana produksi pertanian dan teknologi dalam suatu usaha yang menyangkut bidang pertanian (Moehar, 2001).

Luas Lahan

Lahan merupakan sumber daya alam yang potensial bagi pembangunan.

Selain sebagai tempat hidup dan tempat mencari nafkah, lahan juga diperlukan dalam hampir semua sektor pembangunan seperti sektor pertanian, industri,

(37)

pertambangan, dan lain-lain. Menurut Ritohardoyo, Su (2013) dalam Fitriani (2016), pengertian lahan dapat disebutkan sebagai berikut :

1. Lahan adalah bagian dari bentang permukaan bumi yang dapat dimanfaatkan oleh manusia, baik lahan yang sudah dikelola maupun lahan yang belum dikelola.

2. Lahan berkaitan dengan permukaan bumi dengan segala faktor yang dapat mempengaruhinya, seperti letak, lereng, kesuburan, dan lain-lain.

3. Lahan bervariasi dengan faktor topografi, iklim, geologi, tanah dan vegetasi penutup.

4. Lahan merupakan bagian dari permukaan bumi yang terbentuk secara kompleks oleh faktor-faktor fisik maupun non-fisik yang berada diatasnya, dan dapat dimanfaatkan oleh manusia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.

Menurut Utomo (1992) dalam Setyoko (2013) lahan mempunyai dua fungsi yang mendasar, yaitu :

1. Sebagai kegiatan kebudayaan, yakni areal lahan dapat dimanfaatkan untuk berbagai penggunaan seperti pemukiman penduduk kota atau desa, perkebunan, hutan produksi dan lain-lain.

2. Fungsi lindung, yakni fungsi utama dari penggunaan lahan adalah untuk melindungi kelestarian hidup yang meliputi sumber daya alam 21 21 (SDA), sumber daya buatan, dan nilai-nilai kultural atau sejarah dan budaya bangsa yang dapat menunjang kelestarian budaya.

Kerangka Berpikir

Kerangka pemikiran ini merupakan bentuk dari gambaran seberapa banyak faktor yang berpengaruh pada minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L), kajian ini memuat pemikiran yang bertujuan untuk menemukan strategi penyuluhan yang akan digunakan untuk meningkatkan minat petani milenial yang terbilang rendah agar dapat meningkatkan pengetahuan sikap serta keterampilan, sehingga pada output nya petani milenial mampu meningkatkan memanfaatkan lahan pekarangan yang ada disekitar rumah untuk kegiatan pertanian. Minat petani milenial ditentukan oleh beberapa faktor baik yang berasal dari faktor internal individu maupun faktor eksternal. Berdasarkan rumusan yang akan dikaji terdapat faktor X dan Y yang saling berpengaruh dalam

(38)

menentukan minat petani milenial dalam optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L). Kerangka berfikir ini dapat digunakan untuk mempermudah dalam meneliti, menentukan instrumen penelitian, dan menemukan strategi penyuluhan yang akan diberikan kepda petani milenial. Berikut kerangka pikir pada pengkajian tugas akhir :

Gambar 1. Kerangka Berpikir Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Pekarangan Pangan Lestari

(X2) Faktor Eksternal X2.1 Sarana Produksi X2.2 Kegiatan Penyuluhan X2.3 Ketersediaan SDA X2.4 Sumber Informasi

(Y1) Minat Petani Milenial Y1.1 Keinginan

Y1.2 Ketertarikan Y1.3Keterlibatan (X1) Faktor Internal

X1.1 Umur

X1.2 Lama Pendidikan X1.3 Pengalaman X1.4 Luas Pekarangan

Optimalisasi Pekarangan Pangan Lestari (P2L)

(39)

METODE PELAKSANAAN

Pendekatan penelitian

Metode yang digunakan dalam penelitian Tugas Akhir ini adalah pendekatan kuantitatif. Jenis penelitian yang diterapkan pada tugas akhir ini berupa survey atau penyebaran kuesioner. Penelitian survey merupakan suatu teknik pengumpulan informasi yang dilakukan dengan cara menyusun daftar pertanyaan yang akan diajukan pada responden dalam bentuk sample dari sebuah populasi. Pengumpulan data bisa diambil melalui penyebaran kuesioner atau melakukan wawancara dengan pihak yang terkait.

Waktu dan Tempat

Pengkajian Tugas Akhir mengenai ”Minat Petani Milenial Dalam Optimalisasi Pekarangan pangan lestari (P2L) Sistem Pertanian Perkotaan Di Kecamatan Cipanas, Kabupaten Cianjur, Provinsi Jawa Barat” dilaksanakan selama 3 bulan, yaitu pada 15 Maret sampai dengan 15 Juni 2022 yang bertempat di Kecamatan Cipanas Kabupaten Cianjur Jawa Barat.

Populasi dan Sampel Populasi

Populasi dipilih berdasarkan kriteria yaitu kelompoktani milenial aktif yang merespon dengan baik kegiatan optimalisasi pekarangan pangan lestari (P2L) berdasarkan rekomendasi dari penyuluh. Berdasarkan kriteria tersebut didapatkan 6 kelompoktani yang tersebar 2 di Desa Cipanas, 2 Desa Sidanglaya dan 2 Desa Ciloto. Dari 6 kelompoktani tersebut terdapat jumlah populasi sampel yaitu sebanyak 175 orang dapat dilihat pada Tabel 2.

Tabel 2. Nama Desa, Kelompoktani dan Jumlah Anggota

No. Nama Desa Nama Kelompok Tani Anggota Kelompok

1 Desa Cipanas Taruna Tani Akur Insan Mandiri

30 15 2 Desa Sidanglaya Taruna Tani Milta

Mandiri

30 25

3 Desa Ciloto Remaja Tani

Parabon

39 36

(40)

Sumber: Programa Kecamatan Cipanas, Tahun 2022

Penentuan sampel dengan menggunakan teknik purposive sampling, (Sugiyono, 2013). Sampel tersebut diambil dari populasi dengan menggunakan persentase tingkat kesalahan yang dapat ditolerir sebesar 10%. Penentuan ukuran sampel responden menggunakan rumus Slovin, (Sugiyono 2012).

Keterangan :

N : Besaran Populasi n : Besaran Sampel

e : Persentasi ketidak telitian karena kesalahan pengambilan sampel (10 %) Sehingga dengan rumus tersebut diperoleh sampel sebanyak :

N : 175 e : 10 % Perhitungan :

n = 63,63 atau 63 Petani Milenial

Sampel

Sampel adalah bagian dari populasi (sebagian atau wakil populasi yang diteliti). Sampel penelitian adalah sebagian dari populasi yang diambil sebagai sumber data dan dapat mewakili seluruh populasi yaitu berjumlah 63 orang.

Kemudian, ditentukan sampel dari masing-masing kelompoktani secara proporsional menggunakan rumus Rubin and Luck (Darmawan 2005) dalam (Haryanto Yoyon, 2018).

Dimana :

ni : Jumlah sampel masing-masing kelompoktani Nk : Jumlah populasi masing-masing kelompoktani N : Jumlah total populasi

n : Jumlah sampel dari populasi

Jumlah sampel per kelompoktani dapat di lihat pada Tabel 3.

Referensi

Dokumen terkait

Buku Wabah Penyakit &amp; Penanganannya di Cirebon 1906-1940 ini sangat cocok dibaca bagi kalangan akademis, terutama bagi sejarawan yang mengkaji ilmu dibidang kesehatan,

Keluaran dari kegiatan ini adalah terlaksananya sosialisasi optimalisasi pemanfaatan pekarangan tingkat kecamatan, terlaksananya lomba optimalisasi pemanfaatan

Tujuan kegiatan ini adalah memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; Meningkatkan

Teknologi budidaya tanaman sayuran dan tanaman obat keluarga (TOGA), melalui optimalisasi lahan pekarangan yang dikembangkan pada kawasan rumah pangan lestari (KRPL),

Tujuan kegiatan ini adalah memenuhi kebutuhan pangan dan gizi keluarga dan masyarakat melalui optimalisasi pemanfaatan pekarangan secara lestari; Meningkatkan kemampuan

DER menjadi pertimbangan investor, hal ini diduga berdasarkan data diskriptif menunjukkan bahwa nilai rata – rata debt to equity ratio selama tahun 2012 – 2014

 Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi RI No Per.01/MEN/1980 tentang Keselamatan dan Kesehatan Kerja pada Konstruksi Bangunan..  Keputusan Bersama Menteri Tenaga Kerja

Pembuatan edible film dari campuran tepung tapioka, kitosan, gliserin dan ekstrak buah naga merah (hylocereus Costaricencis) sebagai pengemasan sosis sapi dilakukan dengan