• Tidak ada hasil yang ditemukan

Status Keberlanjutan City Branding “Shining Batu

Status keberlanjutan city branding Shining Batu” dianalisis dengan metode multidimensional scalling menggunakan Rapid Appraisal Techniques for City Branding (Rap-CB). Rap City Branding merupakan modifikasi dari Rapfish (A Rapid Appraisal Technique for Fisheries) yang digunakan untuk menduga tingkat keberlanjutan pada perikanan tangkap dari berbagai dimensi/aspek.

RAP City Branding menghasilkan nilai indeks dan status keberlanjutan masing-masing dimensi dan multidimensi keberlanjutan city branding shining batu” dengan model hexagonal city branding. Nilai tersebut ditentukan oleh nilai skoring dari masing-masing atribut pada setiap dimensi. Hasil identifikasi dan penentuan atribut diperoleh 58 atribut atau faktor yang mempunyai hubungan keterkaitan timbal balik yang dapat mempengaruhi setiap dimensi sistem hexagonal city branding. Secara rinci nilai skoring masing-masing atribut untuk keenam dimensi keberlanjutan di sajikan pada Lampiran 2.

Berikut ini akan diuraikan nilai indeks dan status keberlanjutan city branding shining Batu” di Kota Batu yang menggambarkan secara menyeluruh kondisi saat ini (existing condition) serta atribut yang sensitif (leverage attribute) dari masing-masing dimensi yang mempengaruhi nilai indeks status keberlanjutan untuk merumuskan skenario strategi city branding shining Batu” agar memudahkan dalam perumusan kebijakan atau perencanaan program pada masa yang akan datang.

Status Keberlanjutan Aspek Kepemimpinan

Hasil analisis Rap City Branding terhadap sembilan atribut berpengaruh pada aspek kepemimpinan, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar “83,71”.

Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek hexagonal city branding, maka kondisi aspek kepemimpinan berada pada kategori sangat baik. Secara rinci pengklasifikasian status aspek city branding adalah sebagai berikut:

a. Apabila nilai indeks < 50, berarti status aspek hexagonal city branding buruk b. Apabila nilai indeks 50 – 75, berarti status aspek hexagonal city branding baik c. Apabila nilai indeks > 75, berarti status aspek hexagonal city branding sangat baik.

Nilai indeks keberlanjutan lebih dari 75,00 menunjukkan bahwa kondisi kepemimpinan tersebut sangat mendukung city branding shining Batu” di Kota Batu. Secara detail nilai indeks status keberlanjutan dimensi kepemimpinan city branding shining Batu” di Kota Batu disajikan pada Gambar 8.

Hasil RapAnalysis selain dapat mengetahui indeks atau status aspek hexagonal city branding tersebut, juga menunjukkan nilai stress dan nilai R2. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai stress yaitu sebesar 0,1312 dan nilai R2 adalah 0,9517. Menurut Kavanagh, nilai strees yang diperbolehkan adalah apabila dibawah nilai 0,25. Dengan nilai 0,1312 menunjukkan bahwa hasil analisis ini cukup baik. Nilai R2 = 0,9517 menunjukkan bahwa model dengan menggunakan peubah-perubah saat ini sudah menjelaskan 95,17 % dari model yang ada. Untuk

model sosial biasanya apabila R2 lebih dari 80 % sudah sangat baik. Hal ini berarti bahwa model dari aspek kepemimpinan menggunakan peubah-peubah yang ada dengan sangat baik.

Gambar 8 Nilai indeks dan status keberlanjutan aspek kepemimpinan city branding shining Batu” di Kota Batu

Hasil analisis faktor/atribut pengungkit (leverage attributes) untuk aspek kepemimpinan dalam keberlanjutan hexagonal city branding shining Batu” di Kota Batu ditunjukkan pada Gambar 9. Kegunaan faktor pengungkit adalah untuk mengetahui faktor sensitif ataupun intervensi yang dapat dilakukan dengan cara mencari faktor yang sensitif untuk meningkatkan status aspek kepemimpinan menuju status yang lebih baik dari kondisi sebelumnya.

Gambar 9 Nilai sensitivitas atribut aspek kepemimpinan yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0 – 100

Pada Gambar 9 menunjukkan bahwa yang menjadi faktor pengungkit utama untuk aspek Kepemimpinan di Kota Batu sesuai dengan urutan prioritasnya adalah sebagai berikut: (1) integritas kepala daerah; (2) kepala daerah membentuk badan/lembaga kerjasama lintas sektoral dan elemen dalam implementasi strategi city branding.

Integritas kepala daerah muncul sebagai faktor pengungkit yang pertama dalam aspek kepemimpinan dalam hexagonal city branding di Kota Batu. Untuk memperbaiki status aspek kepemimpinan dalam city branding di masa mendatang, kepala daerah yang memimpin Kota Batu harus memiliki integritas yang baik dan bersih di masyarakat. Keterlibatan kepala daerah dalam korupsi akan membuat kepercayaan masyarakat menjadi turun. Kepemimpinan kepala daerah yang kuat dan memiliki integritas di hadapan publik akan mampu membuat city branding kota tersebut menjadi baik dan membawa kotanya menjadi kota yang maju.

Munculnya faktor pengungkit kedua yaitu kepala daerah membentuk badan/lembaga kerjasama lintas sektoral dan elemen dalam implementasi strategi city branding disebabkan karena implementasi strategi city branding membutuhkan kerjasama seluruh komponen yang ada di pemerintahan dan masyarakat. Oleh karena itu, kepala daerah perlu untuk membentuk badan kerjasama tersebut guna mengkoordinasikan dan mengkomunikasikan seluruh

langkah city branding Kota Batu. Dengan kerjasama seluruh pihak di Kota Batu, maka diharapkan pencapaian city branding shining Batu akan lebih signifikan. Terlebih lagi apabila peran masing-masing komponen yang terlibat sudah jelas sejak awal pembentukannya.

Status Keberlanjutan Aspek Tata Kelola

Hasil analisis Rap City Branding terhadap lima belas atribut berpengaruh pada aspek tata kelola city branding, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar “96,59”. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek heksagonal city branding, maka kondisi aspek tata kelola berada pada kategori sangat baik. Secara skematis status aspek tata kelola ataupun ordinasi aspek tata kelola dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 10.

Hasil RapAnalysis selain dapat mengetahui indeks atau status aspek pengembangan ekonomi lokal tersebut adalah nilai stress dan nilai R2. Dari hasil analisis menunjukkan bahwa nilai stress yaitu sebesar 0,1320 dan nilai R2 adalah 0,9565. Menurut Kavanagh, nilai stress yang diperbolehkan adalah apabila dibawah nilai 0,25, dengan nilai 0,1320 menunjukkan bahwa hasil analisis ini baik. Nilai R2 = 0,9565 menunjukkan bahwa model dengan menggunakan peubah- perubah saat ini sudah menjelaskan 95,65 % dari model yang ada. Untuk model sosial biasanya apabila R2 lebih dari 80 % sudah sangat baik. Hal ini berarti bahwa model dari aspek tata kelola dengan menggunakan peubah-peubah yang ada sangat baik.

Gambar 10 Nilai indeks dan status keberlanjutan aspek tata kelola city branding shining Batu di Kota Batu

Berdasarkan analisis leverage terhadap lima belas atribut aspek tata kelola diperoleh satu atribut yang sensitif terhadap tingkat keberlanjutan aspek tata kelola yaitu: adanya badan/bagian dari pemerintah daerah yang mempromosikan city branding. Perubahan terhadap leverage faktor tersebut akan mudah berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan nilai indeks keberlanjutan aspek tata kelola. Secara detail nilai sensitivitas atribut aspek tata kelola dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 11.

Gambar 11 Nilai sensitivitas atribut aspek tata kelola yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0 – 100

Munculnya faktor pengungkit berupa badan/bagian dari pemerintah daerah yang mempromosikan city branding sebagai faktor pengungkit utama disebabkan karena tata kelola implementasi city branding perlu perhatian khusus dari pemerintah daerah. Badan yang mempromosikan city branding ini memiliki fokus program dalam rangka implementasi strategi city branding yang dicanangkan oleh pemerintah daerah. Oleh karena itu, badan tersebut perlu dibentuk oleh pemerintah daerah.

Status Keberlanjutan Aspek Manusia

Hasil analisis Rap City Branding terhadap sembilan atribut berpengaruh pada aspek manusia dalam city branding, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar “95,17”. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek hexagonal city branding, maka kondisi aspek manusia berada pada kategori sangat baik. Secara skematis status aspek manusia ataupun ordinasi aspek manusia dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 12.

Gambar 12 Nilai indeks dan status keberlanjutan aspek manusia dalam city branding shining Batu di Kota Batu

Berdasarkan analisis leverage terhadap sembilan atribut aspek manusia diperoleh satu atribut yang sensitive terhadap tingkat keberlanjutan aspek manusia yaitu: kreativitas sumber daya manusia lokal. Perubahan terhadap leverage faktor ini akan mudah berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan nilai indeks keberlanjutan aspek manusia. Secara detail nilai sensitivitas atribut aspek manusia dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 13.

Gambar 13 Nilai sensitivitas atribut aspek manusia yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0 – 100

Munculnya kreativitas sumber daya manusia lokal sebagai faktor pengungkit utama pada aspek manusia pada city branding Shining Batu di Kota Batu disebabkan karena sumber daya manusia lokal merupakan representasi dari kekhasan Kota Batu itu sendiri. Artinya masyarakat harus dilibatkan secara aktif dalam pengelolalan city branding tersebut. Hal tersebut menandakan bahwa sumber daya manusia Kota Batu perlu ditingkatkan kreativitasnya dalam melakukan city branding agar implementasi city branding mengalami peningkatan yang signifikan.

Status Keberlanjutan Aspek Budaya dan Warisan

Hasil analisis Rap City Branding terhadap tujuh atribut berpengaruh pada aspek budaya dan warisan dalam city branding, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar “62,59”. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek heksagonal city branding, maka kondisi aspek budaya dan warisan berada pada kategori baik. Nilai indeks tersebut terhitung masih rentan dan dekat pada kondisi buruk yang berada pada kisaran nilai <50. Hal ini menunjukkan bahwa aspek budaya dan warisan dalam city branding di Kota Batu sudah mendukung implementasi program city branding shining Batu, namun perlu peningkatan lebih signifikan. Apabila kondisi aspek budaya dan warisan tidak dikelola atau dibiarkan seperti kondisi saat ini, maka akan berpengaruh terhadap keberlanjutan

aspek yang lain, sehingga pengelolaan city branding di Kota Batu semakin tidak berkelanjutan. Secara skematis status aspek budaya dan warisan ataupun ordinasi aspek budaya dan warisan dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 14.

Gambar 14 Nilai indeks dan status keberlanjutan aspek budaya dan warisan dalam city branding shining Batu di Kota Batu

Berdasarkan analisis leverage terhadap tujuh atribut aspek budaya dan warisan diperoleh lima atribut yang sensitive terhadap tingkat keberlanjutan aspek budaya dan warisan yaitu: (1) ketersediaan tempat-tempat hiburan (antara lain museum, seni, musik, film, dll) ; (2) orisinalitas warisan sejarah yang masih terjaga dan terawat; (3) adanya penampilan pertunjukan-pertunjukan festival/parade seni budaya daerah (musik, sastra, dll); (4) adanya penghargaan kebudayaan yang pernah dicapai; dan (5) adanya revitalisasi tempat-tempat bersejarah (bangunan, candi, goa, dll). Perubahan terhadap kelima leverage faktor ini akan mudah berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan nilai indeks keberlanjutan aspek budaya dan warisan. Secara detail nilai sensitivitas atribut aspek budaya dan warisan dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 15.

Gambar 15 Nilai sensitivitas atribut aspek budaya dan warisan yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0 – 100

Munculnya atribut ketersediaan tempat-tempat hiburan (antara lain museum, seni, musik, film, dll) sebagai faktor pengungkit utama menunjukkan bahwa pemerintah Kota Batu perlu meningkatkan jumlah ketersediaan tempat- tempat hiburan tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa pemerintah Kota Batu memiliki perhatian yang tinggi terhadap peningkatan budaya di Kota Batu.

Atribut orisinalitas warisan sejarah yang masih terjaga dan terawat muncul sebagai faktor pengungkit kedua karena atribut tersebut jika dijaga dan dirawat dengan baik mampu menjadi daya tarik dan kekhasan Kota Batu. Hal ini menunjukkan bahwa perawatan keaslian dari warisan sejarah menjadi tolak ukur dari pemerintah Batu dalam menjaga kelesatarian Kota nya.

Terkait munculnya atribut adanya penampilan pertunjukan-pertunjukan festival/parade seni budaya daerah (musik, sastra, dll) sebagai faktor pengungkit ketiga menunjukkan bahwa penampilan pertunjukan-pertunjukan festival/parade seni budaya daerah masih menjadi perhatian masyarakat Kota Batu. Perubahan pada atribut ini memberikan pengaruh pada aspek budaya dan warisan di Kota Batu. Pemerintah Kota Batu perlu meningkatkan penampilan pertunjukan festival seni budaya daerah di Kota Batu.

Munculnya atribut adanya penghargaan kebudayaan yang pernah dicapai sebagai faktor pengungkit menunjukkan bahwa penghargaan kebudayaan di Kota Batu masih belum baik. Oleh karena itu, pemerintah Kota Batu perlu

meningkatkan kegiatan kebudayaan Kota Batu guna berkompetisi dalam meraih penghargaan kebudayaan. Sedangkan munculnya atribut adanya revitalisasi tempat-tempat bersejarah (bangunan, candi, goa, dll) sebagai faktor pengungkit disebabkan karena belum optimalnya pemerintah Kota dalam melakukan revitalisasi peninggalan bersejarah yang dimiliki oleh Kota Batu tersebut.

Status Keberlanjutan Aspek Ekspor

Hasil analisis Rap City Branding terhadap delapan atribut berpengaruh pada aspek ekspor dalam city branding, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar “90,46”. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek hexagonal city branding, maka kondisi aspek ekspor berada pada kategori sangat baik. Hal ini menunjukkan bahwa atribut aspek ekspor dalam city branding di Kota Batu sangat mendukung implementasi program city branding shining Batu. Secara skematis status aspek ekspor ataupun ordinasi aspek ekspor dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 16.

Gambar 16 Nilai indeks dan status keberlanjutan aspek ekspor dalam city branding shining Batu di Kota Batu

Berdasarkan analisis leverage terhadap delapan atribut aspek ekspor diperoleh satu atribut yang sensitive terhadap tingkat keberlanjutan aspek ekspor yaitu: pengemasan dan kampanye promosi produk. Perubahan terhadap leverage

faktor ini akan mudah berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan nilai indeks keberlanjutan aspek ekspor. Secara detail nilai sensitivitas atribut aspek ekspor dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 1.17

Gambar 17 Nilai sensitivitas atribut aspek ekspor yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0 – 100

Munculnya atribut pengemasan dan kampanye promosi produk sebagai faktor pengungkit utama pada aspek ekspor dalam city branding Shining Batu di Kota Batu disebabkan karena produk daerah yang dikemas dan dipromosikan dengan baik akan membuat daerah tersebut dikenal oleh masyarakat. Oleh karena itu, daerah mampu meningkatkan perekonomian daerah. Pemerintah Kota Batu perlu meningkatkan cara pengemasan dan kampanye promosi produk secara lebih menarik lagi guna meningkatkan aspek ekspor tersebut.

Status Keberlanjutan Aspek Investasi

Hasil analisis Rap City Branding terhadap sepuluh atribut berpengaruh pada aspek investasi dalam city branding, diperoleh nilai indeks keberlanjutan sebesar “64,01”. Berdasarkan klasifikasi kondisi atau status aspek heksagonal city branding, maka kondisi aspek ekspor berada pada kategori baik. Hal ini menunjukkan bahwa atribut aspek investasi dalam city branding di Kota Batu sudah mendukung implementasi program city branding shining Batu, namun perlu

ditingkatkan lagi agar kondisi baik tersebut menjadi stabil. Nilai indeks keberlanjutan yang dicapai pada aspek investasi masih cukup rentan karena berdekatan dengan nilai indeks <50 yang merupakan kondisi buruk. Oleh karena itu, pemerintah Kota Batu perlu memberikan perhatian yang lebih pada setiap atribut pada aspek investasi ini. Secara skematis status aspek investasi ataupun ordinasi aspek investasi dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 18.

Gambar 18 Nilai indeks dan status keberlanjutan aspek investasi dalam city branding shining Batu di Kota Batu

Berdasarkan analisis leverage terhadap sepuluh atribut aspek investasi diperoleh tiga atribut yang sensitive terhadap tingkat keberlanjutan aspek investasi yaitu: (1) kecepatan pengurusan izin bagi investasi baru; (2) adanya kebijakan peningkatan investasi; (3) peraturan (Perda/perkada/SK Ka. SKPD) tentang kemudahan investasi dalam bentuk (item) Insentif fiskal, penyederhanaan perizinan, penyediaan lokasi/lahan, dan ketenagakerjaan. Perubahan terhadap ketiga leverage faktor ini akan mudah berpengaruh terhadap kenaikan atau penurunan nilai indeks keberlanjutan aspek investasi. Secara detail nilai sensitivitas atribut aspek investasi dalam city branding di Kota Batu disajikan pada Gambar 19.

Gambar 19 Nilai sensitivitas atribut aspek investasi yang dinyatakan dalam perubahan root mean square (RMS) skala keberlanjutan 0 – 100

Atribut kecepatan pengurusan izin bagi investasi baru muncul sebagai faktor pengungkit utama pada aspek investasi disebabkan karena para investor membutuhkan proses yang cepat dalam mengurus izin ketika ingin melakukan investasi di daerah tersebut. Oleh karena itu, cepat atau lambatnya birokrasi pemerintah Kota Batu dalam memberikan izin investasi akan berpengaruh terhadap peningkatan aspek investasi di Kota Batu.

Terkait munculnya atribut adanya kebijakan peningkatan investasi sebagai faktor kedua menunjukkan bahwa atribut tersebut memiliki pengaruh yang besar pada aspek investasi. Kebijakan peningkatan investasi erat kaitannya dengan rencana implementasi kebijakan yang akan diambil oleh pemerintah Kota Batu. Ketika pemerintah melakukan kebijakan peningkatan investasi dan didukung dengan adanya peraturan pemerintah, maka hal ini akan mampu meningkatkan aspek investasi di Kota Batu. Semakin meningkat posisi city branding Kota Batu, maka salah satu pengaruh yang diharapkan adalah meningkatnya investasi bagi pemerintah.

Munculnya faktor pengungkit ketiga berupa peraturan (Perda/perkada/SK Ka. SKPD) tentang kemudahan investasi dalam bentuk (item) Insentif fiskal, Penyederhanaan perizinan, Penyediaan lokasi/lahan, dan ketenagakerjaan pada

aspek investasi dalam city branding Shining Batu di Kota Batu karena peraturan terkait kemudahan berinvestasi akan meningkatkan jumlah investor di Kota Batu. Investasi yang menguntungkan Kota Batu akan mampu mendorong perekonomian. Oleh karena itu, pemerintah daerah perlu membuat regulasi yang memudahkan investor-investor baru untuk melakukan investasi di Kota Batu.

Status Keberlanjutan Multiaspek

Hasil analisis Rap City Branding Kota Batu untuk enam aspek city branding di Kota Batu diperoleh nilai indeks keberlanjutan untuk masing-masing aspek heksagonal city branding sebagai berikut:

a. Aspek kepemimpinan sebesar 83,71 berarti “Sangat Baik” (Indeks terletak >

75,00)

b. Aspek tata kelola sebesar 96,59 berarti “Sangat Baik” (Indeks terletak >75,00) c. Aspek manusia sebesar 95,17 berarti “Sangat Baik” (Indeks terletak >75,00)

d. Aspek budaya dan warisan sebesar 62,59 berarti “Baik” (Indeks terletak 50,00- 75,00)

e. Aspek ekspor sebesar 90,46 berarti “Sangat Baik” (Indek terletak >75,00)

f. Aspek investasi sebesar 64,01 berati “Baik” (Indeks terletak 50,00-75,00) Nilai indeks status keberlanjutan city branding Shining Batu di Kota Batu untuk keenam aspek divisualisasikan dalam bentuk diagram laba-laba (web diagram). Secara visual nilai indek status keberlanjutan yang ditunjukkan pada Gambar 20.

Gambar 20. Diagram laba-laba (web diagram) multidimensi city branding Kota Batu

Perbaikan terhadap atribut yang memberikan nilai sensitif tinggi dan berpengaruh negatif terhadap city branding di Kota Batu harus dilakukan dan ditingkatkan, sehingga nilai indeks dan status keberlanjutan meningkat. Untuk menjustifikasi apakah ke enam dimensi tersebut tetap berkelanjutan atau tidak, menurut Budiharsono (2007) tidak bisa dilihat dengan melakukan rataan dari ke enam dimensi tersebut, akan tetapi harus dilakukan uji pair wise comparison yang diperoleh dari penilaian pakar di bidang city branding. Dengan demikian, maka masing-masing indeks tersebut diverifikasi oleh pakar, sehingga diperoleh skor tertimbang. Penentuan nilai indeks dan status keberlanjutan multidimensi city branding di Kota Batu dilakukan dengan mengalikan nilai indeks setiap dimensi hasil analisis Rap-City Branding dengan penilaian bobot dimensi oleh pakar. Nilai indeks multidimensi city branding ditunjukkan oleh Tabel 6.

Tabel 6 Nilai indeks multidimensi city branding di Kota Batu Dimensi Bobot Dimensi

(%)

Nilai Indeks Nilai Indeks Hasil Pembobotan Kepemimpinan 28,52 83,71 23,88 Tata Kelola 15,02 96,59 14,51 Manusia 15,80 95,17 15,04 Budaya dan Warisan 14,58 62,59 9,13 Ekspor 13,06 90,46 11,81 Investasi 13,02 64,01 8,33 Jumlah 100,00 82,69

Sumber: Hasil Analisis (2016)

Berdasarkan hasil analisis data yang ditampilkan pada Tabel 6, nilai indeks multidimensi city branding di Kota Batu sebesar 82,69. Hal ini menunjukkan bahwa secara keseluruhan dimensi city branding Shining Batu di Kota batu berada pada status “Sangat Baik”, karena memiliki nilai indeks

multidimensi >75,00.

Uji Validitas dan Uji Ketepatan MDS

Uji validitas dengan analisis Monte Carlo, memperhatikan hasil analisis Monte Carlo dan analisis MDS pada taraf kepercayaan 95% diperoleh bahwa nilai indeks keberlanjutan city branding di Kota Batu menunjukkan adanya selisih nilai rata-rata kedua analisis tersebut relatif kecil. Ini berarti bahwa model analisis MDS yang dihasilkan memadai untuk menduga nilai indeks keberlanjutan city branding di Kota Batu. Perbedaan nilai yang relatif kecil ini menunjukkan bahwa kesalahan dalam proses analisis dapat dihindari atau diminimalkan. Kesalahan yang disebabkan pemberian skoring pada setiap atribut. Variasi pemberian skoring yang bersifat multidimensi karena adanya opini yang berbeda relatif kecil, proses analisis data yang dilakukan secara berulang-ulang relatif stabil, dan kesalahan dalam melakukan input data dan data yang hilang dapat dihindari.

Analisis Monte Carlo ini juga dapat digunakan sebagai metoda simulasi untuk mengevaluasi dampak kesalahan acak/galat (random error) dalam analisis statistik yang dilakukan terhadap seluruh dimensi (Kavanagh dan Pitcher. 2004).

Evaluasi pengaruh galat (Error) acak dengan menggunakan analisis Monte Carlo bertujuan untuk mengetahui: (a) pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut, (b) pengaruh variasi pemberian skor, (c) stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang, (d) kesalahan pemasukan atau hilangnya data (missing data), dan (e) nilai stress dapat diterima apabila <20%. Secara rinci hasil analisis Monte Carlo keenam dimensi disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Perbedaan nilai indeks status keberlanjutan city branding analisis Rap-City Branding dengan analisis monte carlo

Dimensi Analisis MDS Analisi Monte Carlo Perbedaan (MDS-MC) Kepemimpinan 83,71 80,65 3,06 Tata Kelola 96,59 93,32 3,27 Manusia 95,17 91,54 3,63 Budaya dan Warisan 62,59 62,34 0,25 Ekspor 90,46 87,19 3,27 Investasi 64,01 62,79 1,22

Sumber: Hasil Analisis (2016)

Uji Ketepatan Analisis MDS (goodness of fit). Dari hasil analisis Rap City Branding Kota Batu diperoleh koefisien determinasi (R2) antara 95%-96% atau lebih besar dari 80% atau mendekati 100% berarti model pendugaan indeks keberlanjutan baik dan memadai untuk digunakan (Kavanagh, 2001). Nilai stress antara 0,13 – 0,14 atau selisih nilai stres sebesar 0,01. Nilai determinasi ini mendekati nilai 95-100% dan nilai stress 0,13 - 0,14 lebih kecil dari 0,20 atau 20%, sehingga model analisis MDS yang diperoleh memiliki ketepatan yang tinggi (goodness of fit) untuk menilai indeks keberlanjutan city branding di Kota Batu. Di dalam Rapfish, nilai stress dikatakan baik apabila nilainya di bawah 0,20

Dokumen terkait