• Tidak ada hasil yang ditemukan

Kerangka Pemikiran

Dinamika perkembangan globalisasi ekonomi saat ini memberikan sinyal akan pentingnya peningkatan daya saing. Indonesia akan dihadapkan dengan implementasi pasar bebas berupa Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA), yang pelaksanaannya akan dimulai pada akhir tahun 2015.

MEA akan menjadi tantangan tersendiri bagi Bangsa Indonesia dengan transformasi kawasan ASEAN menjadi pasar tunggal dan basis produksi, sekaligus menjadikan kawasan ASEAN yang lebih dinamis dan kompetitif. Hal ini berarti, memberikan tantangan kepada setiap daerah yang ada di Indonesia.

Pemberlakuan MEA dapat pula dimaknai sebagai peluang bagi kerjasama ekonomi antar kawasan dalam skala yang lebih luas, melalui integrasi ekonomi city kawasan Asia Tenggara, yang ditandai dengan terjadinya arus bebas (free flow) : barang, jasa, investasi, tenaga kerja, dan modal.

Dengan hadirnya ajang MEA ini, Indonesia sejatinya memiliki peluang untuk memanfaatkan keunggulan dengan meningkatkan skala ekonomi dalam negeri, sebagai basis memperoleh keuntungan, dengan menjadikannya sebagai momentum memacu pertumbuhan ekonomi.

MEA seharusnya terus dikawal dengan upaya-upaya yang terencana untuk terus meningkatkan sinergitas, utamanya dalam meningkatkan dukungan menata ulang kelembagaan birokrasi, membangun infrastruktur, mengembangkan sumberdaya manusia, perubahan sikap mental serta meningkatkan akses financial terhadap sektor riil yang kesemuanya bermuara pada upaya meningkatkan daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi nasional merupakan akumulasi dari kinerja daya saing perekonomian daerah.

Kota Batu juga merupakan salah satu daerah yang sedang berbenah dan memantapkan daya saing daerahnya. Salah satu cara yang dipandang tepat untuk meningkatkan daya saing daerah adalah dengan membangun city branding. City branding merupakan upaya pemerintah Kota Batu dalam menciptakan dan menanamkan citra daerah ke setiap benak publik. Untuk merumuskan strategi city branding yang berkelanjutan, maka diperlukan upaya menentukan status pengembangan city branding dan faktor-faktor pengungkit yang mendorong peningkatan city branding Kota Batu.

Salah satu cara menganalisis status dan faktor pengungkit city branding menggunakan Rap-City Branding (Rapid Appraisal Techniques for City Branding). Akhir dari penelitian ini dimaksudkan pula untuk dapat menjadibahan pertimbangan dalam menentukan kebijakan untuk meningkatkan daya saing daerah melalui city branding Kota Batu.

Waktu dan Tempat Penelitian

Penelitian dilaksanakan di Kota Batu, sebuah daerah yang terletak di Provinsi Jawa Timur. Penentuan lokasi sampling dilakukan secara purposive, secara sengaja yang bertujuan untuk menentukan lokasi yang relevan dengan tujuan penelitian serta karena Kota Batu di pandang oleh peneliti memiliki city branding lebih dari satu dan belum efektif berjalan, sehingga tidak ada kefokusan yang hendak dipasarkan kepada publik. Penelitian akan dimulai pada bulan Desember 2015 sampai dengan Februari 2016.

Metode Penelitian

Metode penelitian merupakan sekumpulan metode-metode yang dipilih untuk selanjutnya digunakan dalam teknik pengumpulan data, teknik analisis, dan interpretasi data. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah menggunakan metode deskriptif kuantitatif dan metode deskriptif kualitatif, dimana analisis deskriptif merupakan analisis yang bertujuan untuk menyajikan gambar yang menyeluruh suatu gejala atau atau perstiwa atau kondisi pada suatu objek penelitian, dalam hal ini adalah masyarakat, yang disusun dalam bentuk naratif.

Sasaran Penelitian dan Teknik Sampling

Sasaran utama penelitian adalah 1) pihak pemerintah daerah dan dinas-dinas yang terkait dengan strategi city branding di Kota Batu; 2) Dunia Usaha di Kota Batu; 3) Kalangan Akademisi/Pakar di sekitar Kota Batu; 4) Masyarakat/Tokoh di Kota Batu .

Teknik sampling dalam kajian dilakukan secara purposive yang masing- masing dianggap mewakili pihak pemerintah daerah dan dinas-dinas yang terkait, pihak yang mewakili dunia usaha, pihak yang mewakili akademisi serta pihak yang mewakili kelompok masyarakat Kota Batu. Distribusi responden secara rinci tersaji dalam Tabel 2.

Tabel 2 Distribusi Responden Kajian

No. Kelompok Jenis Responden Jumlah

1. Pemerintah Daerah dan Dinas-dinas yang terkait

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Daerah Kota Batu

4

Badan Perencanaan Daerah Kota Batu

3

Badan Promosi Daerah 3

2. Private Sector (Dunia Usaha)

PHRI 3

ASITA 3

3. Akademisi Dosen (yang memiliki

pengetahuan terkait city branding) 4

Metode Pengumpulan Data

Data yang diperlukan untuk kajian ini terdiri atas data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh melalui pengamatan dan wawancara langsung dengan responden untuk mendapatkan gambaran umum hal-hal yang berhubungan dengan kajian ini, serta mendapatkan informasi faktor-faktor internal dan faktor- faktor eksternal yang dapat mempengaruhi city branding Kota Batu. Data primer juga diperoleh melalui wawancara dengan menggunakan kuesioner yang telah disediakan terlebih dahulu. Data primer didapatkan dari responden yaitu Dinas Kebudayaan dan Pariwisata daerah, Badan Perencanaan Daerah, Badan Promosi Kota Batu, Dunia Usaha, Akademisi/pakar, dan masyarakat. Data sekunder bersumber dari studi dokumentasi, data yang dikeluarkan oleh Badan Pusat Statistik, Situs Resmi Kota Batu, Laporan-laporan dari dinas, serta dari publikasi lainnya yang relevan dengan kajian.

Pengumpulan data akan dilakukan melalui beberapa teknik yaitu observasi, wawancara dan kuesioner, dan studi dokumen. Uraian teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dijelaskan sebagai berikut.

1. Observasi, digunakan untuk mendukung informasi tentang aspek lingkungan fisik maupun sosial, pranata sosial yang ada, pemanfaatan sumberdaya lokal, dan pengorganisasian serta berbagai aktivitas yang dilakukan oleh dinas di pemerintahan Kota Batu dalam upaya memantapkan branding Kota Batu.

2. Wawancara mendalam dan kuesioner, wawancara ini dilakukan dengan dipandu oleh pedoman wawancara untuk mengetahui ide, pendapat, perasaan, dan harapan-harapan yang dimiliki responden dengan brand Kota Batu. Kuesioner yang sudah disediakan juga digunakan untuk memahami gambaran pencapaian brand Kota Batu selama ini.

3. Studi dokumen, melakukan penelurusan terhadap perkembangan kegiatan city branding yang telah dilakukan berdasarkan dokumen yang ada. Dokumentasi yang dimaksud adalah dokumen-dokumen yang tersimpan di Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kota Malang, juga data-data pendukung dari internet dan buku-buku.

Tahapan Penelitian

Penelitian ini dilakukan dalam beberapa tahap sebagai berikut: 1. Tahap pra lapangan dan persiapan instrumen penelitian

a) Kajian literatur, melakukan pendalaman literatur dan teori-teori mengenai strategi city branding dan daya saing daerah.

b) Penyusunan desain penelitian, sebagai pegangan dalam melaksanakan penelitian.

2. Tahap Pengumpulan data di lapangan

Tahapan ini dilakukan dengan cara observasi, survei/kuesioner, wawancara dan pengumpulan data sekunder lainnya.

3. Tahap pengolahan data dan analisis

a) Pengolahan komponen data meliputi reduksi data, penyajian data dan penarikan kesimpulan.

b) Verifikasi data meliputi validasi data menggunakan teknik triangulasi. c) Analisis Data menggunakan metode analisis deskriptif kuantitatif dan

analisis deskriptif kualitatif. 4. Tahap penulisan laporan

Semua hasil penelitian yang telah dianalisis dituangkan dalam tulisan terstruktur.

Pengolahan dan Analisis Data

Pengolahan dan analisis data dilakukan untuk menjawab setiap masalah dari kajian yang diuraikan dengan merinci data yang diperlukan. Setelah melakukan pengumpulan data berupa pengamatan lapangan, wawancara mendalam dan analisis dokumen, peneliti melakukan pengolahan dan analisis data. Rincian data meliputi tujuan analisis data, jenis data yang diperlukan, sumber data, teknik pengumpulan data, dan metode analisis data. Rincian data tersebut diuraikan pada Tabel 3 berikut.

Tabel 3 Rincian Pengolahan dan Analisis Data No Tujuan Data yang

diperlukan

Sumber data Teknik Metode Analisis 1 Menganalisis status pengembanga n city/city branding shining Batu” di Kota Batu Perkembangan brand Kota Batu

Kuesioner, Dokumentasi Wawancara, Studi Dokumentasi Analisis MDS (pendekatan Rap-City Branding) 2 Menganalisis faktor-faktor pengungkit apakah yang berperan mendorong peningkatan city/city branding shining Batu”di Kota Batu Perkembangan brand Kota Batu

Dokumentasi, Kuesioner Studi dokumen, Wawancara Analisis Sensitivitas (pendekatan Rap-City Branding), Deskriptif 3 Merumuskan strategi City Branding Kota Batu Hasil Analisis Rap-City Branding Dinas dan instansi terkait Diskusi Deskriptif (Hasil keseluruhan Rap-City Branding)

Analisis keberlanjutan pengembangan city branding di wilayah kajian dilakukan dengan pendekatan Multi-Dimensional Scaling (MDS) yaitu pendekatan dengan Rap-City Branding (Rapid Appraisal Techniques for City Branding) telah dimodifikasi dari program RALED (Rapid Assessment Techniques for Local Economic Development). Program tersebut merupakan modifikasi RAPFISH (Rapid Assessment Technique for Fisheries) yang dikembangkan oleh Fisheries Center, University of British Columbia (Kavanagh, 2001). Metode MDS dalam penelitian ini mengembangkan dari Progam RALED yang dikembangkan oleh Budiharsono pada tahun 2007. Adapun tahapan analisis

keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu adalah sebagai berikut:

a) Identifikasi dan penentuan atribut enam dimensi keberlanjutan

Tahap pertama dari analisis ini adalah melakukan review dan menentukan atribut dari keenam aspek keberlanjutan city branding dengan menggunakan model hexagonal city branding. Penentuan atribut mempertimbangkan enam aspek pada hexagonal city branding dan melakukan review pada RALED yang selanjutnya dilakukan diskusi dengan pakar untuk dimodifikasi sesuai dengan kebutuhan atribut dalam penelitian ini. Enam aspek tersebut adalah kepemimpinan, tata kelola, manusia, budaya dan warisan, ekspor, dan investasi.

Identifikasi dan penetuan atribut akan menghasilkan atribut-atribut yang berpengaruh terhadap keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu. Secara rinci hasil identifikasi dan penentuan atribut dari masing-masing aspek city branding dengan model hexagonal city branding disajikan pada Lampiran 2.

b) Proses ordinasi

Tahap kedua dari analisis ini adalah melakukan proses ordinasi setelah pemberian setiap atribut pada setiap aspek. Melalui analisis MDS, maka posisi titik keberlanjutan dapat divisualisasikan dalam dua dimensi (sumbu vertikal dan horisontal). Melalui metode rotasi sumbu maka posisi titik-titik tersebut dapat diproyeksikan pada garis mendatar dimana titik ekstrem “buruk” diberi nilai skor 0 % dan titik ekstrim “baik” diberi skor 100 %.

MDS dapat mempresentasikan metode ordinasi secara efektif. Objek atau titik yang diamati dipetakan ke dalam ruang dua atau tiga dimensi, sehingga objek atau titik tersebut diupayakan sedekat mungkin terhadap titik asal. Dengan kata lain, dua titik atau objek yang sama dipetakan dalam satu titik yang saling berdekatan satu sama lain. Sebaliknya objek atau titik yang tidak sama digambarkan dengan titik-titik yang berjauhan (Fauzi dan Anna, 2005).

Posisi keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” yang dikaji akan berada di antara dua titik ekstrim dan dapat dianalisis indeks keberlanjutan dengan melihat nilai persentase keberlanjutan pengembangan pada garis horisontal tersebut. Proses ordinasi keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu ini menggunakan perangkat lunak RAPFISH (Kavanagh, 2001). Proses ordinasi selanjutnya setelah titik acuan utama horizontal adalah:

1. Membuat titik acuan utama lainnya yaitu “titik tengah” merupakan titik tengah baik dan titik tengah buruk. Dua titik tambahan ini akan menjadi acuan arah vertikal (“atas” atau “up” dan “bawah” atau

“down”) dari ordinasi;

2. Membuat titik acuan tambahan yang disebut dengan titik acuan “jangkar” (anchors) yang berguna untuk stabilizer dan menempatkan titik pada posisi yang tidak sama pada ruang multidimensi yang sama; 3. Melakukan standarisasi skor untuk setap atribut sehingga setiap atribut

mempunyai bobot yang seragam dan perbedaan antar skala pengukuran dapat dihilangkan;

4. Meghitung jarak antar titik-titik acuan dengan metode Euclidean distance squared (seuclied);

Alder et al. (2001) menyatakan bahwa titik ordinasi dengan mengkonfigurasikan jarak antar titik dalam t- dimensi yang mengacu pada jarak euclidien antar titik. Dalam ruang dua dimensi jarak Euclidean dirumuskan sebagai berikut:

d = √(X1-X2)2+(Y1-Y2)2 ...(1) Sedangkan dalam n-dimensi jarak Euclidien dirumuskan sebagai berikut:

d = (√(X1-X2)2+(Y1-Y2)2+(Z1-Z2)2+...) ...(2) 5. Membuat ordinasi baik untuk seluruh dimensi dan seluruh atribut

berdasarkan algoritme analisis MDS. Dalam analisis MDS, dimensi atribut yang semula sebanyak p direduksi menjadi 2 (dua) dimensi saja yang akan menjadi sumbu x dan sumbu y. Selanjutnya menghitung kembali jarak antara titik-titik acuan tetapi menggunakan dua dimensi.

Dalam menilai indeks keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu, masing-masing kategori yang terdiri atas beberapa atribut di skor. Skor secara umum dirangking antara 0 sampai 3. Hasil skor dimasukkan ke dalam tabel matrik dengan i baris yang mempresentasikan kategori pengembangan city branding dan j kolom yang mempresentasikan skor atribut.

Data dalam matrik adalah data interval yang menunjukkan skoring baik dan buruk. Skor data tersebut kemudian dinormalkan untuk meminimalkan stress (Davison dan Skay, 1991). Salah satu pendekatan untuk menormalkan data adalah dengan nilai Z (Alder et al. 2001).

Z = (x- μ)/σ ...(3) 6. Menghiting nilai “stress” (standarlize residual sum of square), dengan

menggunakan nilai jarak pada saat dua dimensi dan hasil analisis regresi antara dua dimensi dengan nilai jarakk pada saat p dimensi (nilai harapan jarak pada saat dua dimensi). Analisis MDS berhenti jika nilai “stress” telah memenuhi persyaratan yang dikehendaki, dalam hal ini <0,20 atau jika “stress” tidak turun lagi di dalam iterasi.

Kruskal dalam Johnson dan Wichern (1992) mengajukan sebuah ukuran luas secara geometris yang mempresentasikan kecocokan. Ukuran tersebut diistilahkan dengan stress. Stress didefinisikan sebagai :

c) Proses rotasi

Tahap ketiga dari analisis ini adalah proses “rotasi” dan proses “flipping” dilakukan agar posisi titik acuan utama “buruk” dan “baik” berada sejajar dengan sumbu x, sedangkan “atas” berada di atas sumbu x dan “bawah’ berada di bawah sumbu x. Untuk memproyeksikan titik-titik tersebut pada garis mendatar dilakukan proses rotasi, dengan titik ekstrim “buruk” yang diberi nilai skor 0% dan titik ekstrim yang “baik” diberi nilai skor 100%.

Untuk menjamin tidak terjadinya kesalahan dalam posisi titik yang bersifat kebalikan cermin maka dilakukan proses ”flip” untuk titik-titik tertentu yang mengalami kesalahan. Posisi status keberlanjutan yang dikaji akan berada diantara dua titik ekstrim tersebut. Nilai ini merupakan indeks keberlanjutan pengelolaan budidaya rumput laut di wilayah penelitian saat ini.

d) Skala indeks keberlanjutan

Tahap keempat adalah pembuatan skala indeks keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu yang mempunyai selang 0 - 100. Jika sistem yang dikaji mempunyai indeks >50 maka sistem tersebut dikategorikan berkelanjutan, dan sebaliknya jika nilainya <50, maka sistem tersebut dikategorikan belum berkelanjutan. Dalam penelitian ini disusun tiga kategori status keberlanjutan berdasarkan skala dasar (0 – 100) seperti di bawah ini:

a. Apabila nilai indeks < 50, berarti status aspek city branding buruk b. Apabila nilai indeks 50 – 75, berarti status aspek city branding baik c. Apabila nilai indeks > 75, berarti status aspek city branding sangat baik

e) Analisis sensitivitas

Analisis sensitivitas dilakukan untuk melihat atribut mana yang paling sensitif memberikan kontribusi terhadap masing-masing aspek city branding dan multi aspek city branding di wilayah penelitian. Peran masing-masing atribut terhadap nilai indeks keberlanjutan dianalisis dengan “attribute

leveraging”, sehingga terlihat perubahan ordinasi apabila atribut tertentu dihilangkan dari analisis. Pengaruh setiap atribut dilihat dalam bentuk perubahan Root Mean Square (RMS) ordinasi khususnya pada sumbu x atau pada skala accountability. Semakin besar nilai perubahan RMS akibat hilangnya suatu atribut tertentu maka semakin besar pula peranan atribut di dalam pembentukan nilai masing-masing aspek city branding dan multi aspek city branding pada skala keberlanjutan, atau semakin sensitif atribut tersebut dalam pengembangan city branding.

Atribut-atribut yang memiliki tingkat kepentingan (sensitivitas) tinggi dari hasil analisis keberlanjutan pengembangan strategi city branding Shining Batu” ini akan digunakan sebagai dasar penetapan atribut dalam analisis simulasi model dinamik (keberlanjutan) pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu.

f. Analisis Monte Carlo

Untuk mengevaluasi pengaruh galat (error) acak pada proses untuk menduga nilai ordinasi pengembangan city branding Shining Batu” digunakan analisis Monte Carlo. Menurut Kavanagh (2001), analisis “Monte

Carlo” juga berguna untuk mempelajari hal-hal sebagai berikut:

1. Pengaruh kesalahan pembuatan skor atribut yang disebabkan oleh pemahaman kondisi lokasi penelitian yang belum sempurna atau kesalahan pemahaman terhadap atribut atau cara pembuatan skor atribut.

2. Pengaruh variasi pemberian skor akibat perbedaan opini atau penilaian oleh peneliti yang berbeda.

3. Stabilitas proses analisis MDS yang berulang-ulang (iterasi).

4. Kesalahan pemasukan data atau adanya data yang hilang (missing data);

5. Tingginya nilai ”stress” hasil analisis Rap-City Branding (nilai stress dapat diterima jika < 25%).

Formulasi Strategi pengembangan strategi city branding “Shining Batu”

Dalam rangka memformulasikan rekomendasi kebijakan yang dapat mendorong pengembangan strategi city branding Shining Batu” di Kota Batu, maka diperlukan strategi pengembangan yang memperhatikan atribut- atribut sensitif terhadap keberlanjutan city branding. Strategi pengembangan, dimulai dengan mengurut prioritas dimensi dan atribut prioritas dalam setiap dimensi yang perlu diperbaiki. Untuk mengetahui prioritas yang perlu diperbaiki, maka dilakukan penentuan prioritas dimensi dengan melakukan pengurutan nilai dari indeks keberlanjutan dari masing-masing dimensi, kemudian dimensi yang memiliki nilai indeks lebih rendah dianggap sebagai dimensi yang harus dikelola atau diperbaiki. Berdasarkan pertimbangan tersebut, maka atribut-atribut dari ke enam dimensi selanjutnya disusun berdasarkan urutan prioritas dengan indikator nilai RMS. Prioritas urutan di mulai dari atribut yang memiliki nilai RMS yang paling besar.

Selanjutnya strategi yang dilakukan adalah intervensi terhadap masing- masing atribut yang disusun dalam tindakan berdasarkan prioritas jangka waktu, yaitu jangka pendek-menengah. Penentuan rentang waktu tersebut, untuk jangka pendek dan menengah adalah 1-5 tahun. Pertimbangan tersebut didasarkan kepada lamanya kepemimpinan dari kepala pemerintah daerah. Ketentuan perubahan atribut adalah untuk atribut yang diintervensi sebagai prioritas jangka pendek-menengah, skor dari atribut yang diintervensi ditingkatkan satu skala dan 2 skala atau maksimal untuk prioritas jangka menengah. Selanjutnya untuk skenario tersebut dievaluasi perubahan indeks multidimensinya dengan menggunakan analisis Rap City Branding.

Intervensi atau perbaikan tersebut merupakan strategi yang akan dilakukan dalam bentuk kebijakan operasional yang mungkin bisa dilakukan dan disesuaikan dengan pertimbangan rasionalitas jangka waktu, ketersediaan biaya, ketersediaan SDM dan dapat dengan mudah untuk dilakukan.

Dokumen terkait