• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Berdasarkan dari hasil observasi dan wawancara dengan Ibu Sri Mulyani dan Ibu Mei Setia Rini selaku guru di kelompok B2 dalam upaya membentuk kemandirian anak melalui metode bercerita di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, peneliti mendapatkan data mengenai manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian anak, yaitu:

12.Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru telah berusaha menjadikan kegiatan bercerita sebagai kegiatan yang menyenangkan bagi anak. Selain itu, guru mempersipkan alat-alat peraga yang akan digunakan dalam bercerita.

sikat gigi, odol, jambu dan sebagainya dan juga guru menampilkan ekspresi dan mimik wajah sesuai dengan isi cerita.Selain itu, guru juga meminta salah satu anak mempraktekkan menggosok gigi sendiri di akhir cerita. Sehingga anak pun merasa tertarik untuk memperhatikan temannya yang sedang menggosok gigi. 69

Menurut Ibu Sri Mulyani, “kegiatan bercerita merupakan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan bagi anak-anak sehingga akan mempermudah guru untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian pada anak melalui bercerita. Terutama jika menggunkan tokoh Raja yang sedang sakit gigi yang akhirnya dapat disembuhkan dengan cara rajin menggosok gigi. Sehingga hal ini dapat memotivasi anak untuk menggosok gigi sendiri agar giginya sehat. Ataupun tokoh binatang juga sangat menyenangkan seperti dalam cerita Kiko si kelinci yang sudah pandai makan

sendiri”.70

Sedangkan Ibu Mei Setiarini mengungkapkan, bahwa “metode bercerita

merupakan salah satu metode pembelajaran yang sangat disukai oleh anak-anak. Sehingga anak-anak cenderung merasa senang apabila mendengarkan cerita, terutama jika guru menggunakan tokoh-tokoh binatang. Seperti dalam cerita “Piring Baru Kiko”, yang mengisahkan Kiko si kelinci yang sudah pandai makan sendiri”.71

13.Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan serta sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk pribadi anak

69

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016

70

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

71

Hasil Wa wancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

Berdasarkan hasil observasi, guru telah memanfaatkan metode bercerita untuk menyampaikan berbagai nilai-nilai moral dan keagamaan yang ada dimasyarakat dalam kegiatan bercerita, khususnya dalam hal penanaman nilai-nilai kemandirian bagi anak. Sebagaimana cerita-cerita yang disampaikan adalah berkaitan dengan

kemandirian bagi anak usia dini. Misalnya: “Menggosok gigi sendiri”, “Memakai baju sendiri”, “Sekolahku Istanaku” , “Angsa Yang Periang” dan sebagainya.72

Menurut Ibu Sri Mulyani, “bahwa penanaman nilai-nilai kemandirian akan lebih mudah disampaikan melalui metode bercerita, selain dengan metode pembiasaan. Dengan metode bercerita, anak lebih memahami bagaimana cara menggunakan atau melaksanakan sesuatu yang berkaitan dengan kemandirian secara langsung, misalnya bagaimana cara menggosok gigi dan mengerti apa akibatnya jika tidak mau gosok gigi, mulut akan manjadi bau dan dijauhi temna-teman dan dapat

menyebabkan sakit gigi”.73

Selain itu, Ibu Mei Setiarini mengungkapkan, bahwa “dengan metode

bercerita akan memudahkan guru menanamkan sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk kemandirian anak. Diantaranya guru bercerita tentang bagaimana cara membantu orang lain yang kesusahan berkaitan dengan diri pribadi, seperti dalam

cerita “Dapat Memakai Baju Sendiri”, yang menceritakan bagaimana usaha seorang cucu untuk dapat menyiapkan peralatan sekolah dan mamakai baju sendiri yang

72

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November s.d 15 Desember 2016.

73

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

biasanya disispkan oleh neneknya yang sudah tua. Dengan demikian anak akan

terbawa secara emosi dalam mengikuti cerita”.74

14.Kegiatan bercerita memberikan pengalaman belajar untuk berlatih mendengarkan. Berdasarkan hasil observasi, pada tahap awal guru membuat kesepakatan dengan anak-anak bahwa selama ibu guru bercerita tidak ada anak-anak yang mengobrol ataupun bermain dengan temannya, sehingga anak-anak dapat fokus dalam mendengarkan cerita yang disampaikan dan memahami isi cerita dan dapat mengambil hikmah dari cerita tersebut. 75

Menurut pendapat Ibu Mei Setiarini, “ada sebagaian anak yang lebih mudah

untuk menerima materi pembelajaran melalui audio, sehingga metode bercerita sangat tepat digunakan bagi mereka yang lebih cepat menerima pembelajaran secara audio. Begitu juga dalam hal membentuk kemandirian anak. Guru dapat menanamkan nilai-nilai kemandirian melalui metode bercerita sehinggsa anak-anak

akan lebih mudah dalam menerimanya.”76

Menurut Ibu Sri Mulyani, “dalam kegiatan bercerita anak-anak dilatih untuk dapat belajar mendengarkan orang lain yang sedang berbicara sebagai salah satu wujud mananamkan kedisiplinan pada anak untuk dapat patuh pada peraturan yang berlaku dan kegiatan bercerita dapat dimanfaatkan sebagai variasi dalam

74

Hasil Wa wancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

75

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

76

Hasil Wa wancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

pembelajaran yang tidak hanya secara visual, tetapi secara audio juga diperlukan. Serta diakhir cerita, anak dapat mempraktekkan apa yang telah disampaikan guru, misal menggosok gigi sendiri, memakai baju sendiri dan sebagainya.77

15.Mengembangkan kemampuan kognitif, efektif, maupun psikomotor dan fantasi masing-masing anak.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru dalam bercerita terkadang mengajak anak untuk mengikuti gerakan dalam bercerita sehingga perkembangan psikomotor anak dapat berkembang. Selain itu, guru juga mengajukan beberapa pertanyaan yang membuat anak dapat berfikir lebih luas lagi.78

Menurut Ibu Sri Mulyani, “Di akhir kegiatan bercerita guru mengajukan beberapa pertanyaan berkaitan dengan cerita yang telah disampaikan. Selain itu, guru juga meminta anak untuk menceritakan dan memperagakan kembali isi cerita yang telah disampaikan. Dengan tujuan untuk menanamkan nilai-nilai kemandirian berkaitan dengan penenaman sikap percaya diri anak mampu melakukan pemikiran-pemikiran baru berdasarkan apa yang didengarkannya dengan berani maju bercerita di depan kelas atau dihadapan teman-teman yang lain.79

16.Metode bercerita akan dapat membantu anak membangun bermacam peran Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui guru telah berusaha menanamkan berbagai peran sosial dalam membentuk kemandirian anak, misalnya: membangun

77

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

78

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

79

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

peran dalam usaha dalam membantu nenek yang sudah tua, membantu teman membereskan mainan dan sebagainya’.80

Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “dalam kegiatan bercerita guru perlu mengangkat peran-peran sosial yang ada disekitar anak. Baik yang berkaitan dengan diri anak sendiri maupun untuk orang lain. Sehingga akan terpatri dalam diri anak untuk dapat melaksanakan secara mandiri peran-peran sosial baik yang berlaku di masyarakat. Sehingga akan mudah bagi anak untuk dapat diterima dalam kelompok sosialnya. Misal: mau bergaul dengan siapa saja, rajin menggosok gigi untuk kesehatan diri, membantu nenek yang sedang kesusahan dan sebagainya.81

Sedangkan Ibu Mei Setiarini mengungkapkan, bahwa “metode bercerita

sangat bermanfaat dalam mengenalkan dan menerapkan berbagai peran sosial dalam kehidupan sehari-hari anak sehingga anak dapat bersosialisasi maupun menyesuaikan diri dengan lingkungan sekitar, misalnya: dalam hal bermain anak sudah dapat bergaul ataupun bermain dengan berbagai teman tidak hanya bergantung pada satu

temannya saja seperti dalam cerita “Angsa Yang Periang, mau membantu teman

membereskan mainan, mau berbagi dengan teman yang tidak membawa makanan,

seperti dalam cerita “Rumah Coklat”dan sebagainya.82

17.Menumbuhkan minat baca

80

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

81

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

82

Hasil Wa wancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

Berdasarkan hasil observasi, guru juga telah berusaha menanamkan minat

baca anak misalnya dalam cerita “Dapat menggosok gigi sendiri” dengan membaca

tulisan yang ada di bungkus odol untuk mengetahui apa rasa odolnya.83

Menurut Ibu Sri Mulyani, “dengan adanya anak ingin mengetahui tulisan yang

ada di bungkus odol selain akan menumbuhkan minat baca anak, anak juga akan terdorong untuk dapat menggosok gigi sendiri karena ingin mengetahui rasanya.84 18.Membangun kedekatan dan keharmonisan

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru sering membangu kedekatan dengan anak dengan melibatkan anak dalam adegan yang ada ketika bercerita, misalnya: dengan pura-pura memeluk anak ketika merasa ketakutan, mengucapkan terima kasih pada anak dan sebagainya. Anak-anak pun terlihat senang dan sangat menikmati ceritanya.85

Menurut Ibu Mei Setiarini, bahwa “dengan penggunaan metode bercerita dapat membangun kedekatan dengan anak, misalnya: dengan memeluk anak, bertepuk tangan ketika ada anak yang maju ke depan kelas, sehingga hal ini dapat mengurangi rasa takut anak ataupun kurangnya rasa percaya diri anak ketika diminta untuk tampil di depan kelas, karena anak-anak cenderung belum mandiri ketika

diminta untuk tampil di depan kelas, mereka masih memegang baju ibu guru”.86

19.Media pembelajaran

83

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

84

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

85

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

86

Hasil Wa wancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru telah menggunakan berbagai media sebagai alat peraga dalam cerita. Sehingga anak-anak pun merasa tertarik untuk mendengarkannya. Selain itu, media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemostrasikan sesuatu yang ada dalam cerita. Sehingga anak dapat membayangkan secara langsung apa yang disampaikan guru tanpa hanya mengira-ngira saja dan akan membantu anak untuk lebih memudahkan mempraktekkannya nanti setelah kegiatan bercerita selesai. Misalnya: cara menggosok gigi, cara

memakai sepatu, cara memakai baju dan sebagainya”.87

Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “kegiatan bercerita yang menggunakan media

ataupun alat peraga dapat digunakan sebagai sarana untuk menanamkan niali-nilai dalam membentuk kemandirian anak, misalnya: bercerita tentang menggosok gigi menggunakan media odol dan sikat gigi, akan sangat membantu anak untuk dapat mengetahui cara menggosok gigi yang benar sehingga mendorong anak untuk dapat

menggosok gigi sendiri”.88

20.Cerita dapat memancing siswa menganalisis situasi, dengan melihat bukan hanya yang nampak tetapi juga sesuatu yang tersirat didalamnya, tentang perasaan, kebutuhan dan kepentingan orang lain.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa dalam kegiatan bercerita, guru telah menggunakan tehnik bertutur yang sesuai dengan keadaan emosi isi cerita, misalnya: ketika adegan menangis guru benar-benar menangis, ketika marah guru pun

87

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

88

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2

terlihat marah dan bagaimana cara mengatasinya ketika sedang marah dan sebagainya. Sehingga anak benar-benar tertarik mendengarkannya. 89

Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “dengan menggunakan tehnik bertutur yang baik, dapat mengenalkan anak-anak pada emosi yang ada pada dirinya dan mengajarkan bagaimana cara mengendalikan emosi yang baik. Sehingga anak-anak dapat memiliki keterampilan bergaul/bersosialisasi yang baik dalam lingkungan di sekitar anak”.90

Sedangkan Ibu Mei Setiarini, mengungkapkan bahwa metode bercerita dapat bermanfaat bagi anak untuk mengenalkan berbagai emosi dan baagaimana cara anak mengatur emosi secara mandiri. Misalnya: ketika kita marah dan berbuat salah maka kita harus mau meminta maaf secara langsung, yang terdapat dalam cerita “Loli Yang Malang” dimana Loli selalu dimarahi kakaknya, namun akhirnya sang kakak menyadari kesalahannya dan mau meminta maaf”.91

21.Memacu kemampuan verbal anak

Berdasarkan hasil observasi dapat diketahui bahwa guru telah menumbuhkan kemampuan verbal anak, misalnya dengan meminta anak untuk menjawab beberapa pertanyaan berkaitan isi cerita, meminta anak untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan secara singkat. 92

89

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

90

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

91

Hasil Wa wancara, Mei Setiarini, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 5 November 2016.

92

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 21 November 2016.

Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa “metode bercerita sangat bermanfaat untuk mengenalkan kata-kata baru kepada anak sehingga hal ini akan menambah kosakata anak, yang dapat mengembangkan kemampuan bicara anak untuk dapat menumbuhkan kemandirian anak dalam hal pengembangan rasa percaya diri anak, sehingga ketika anak diminta tampil di depan kelas anak sudah berani tanpaditemani

oleh ibu guru”.93

22.Membuka cakrawala pengetahuan anak.

Berdasarkan hasil observasi, dapat diketahui bahwa guru telah mengenalkan berbagai pengetahuan berkaitan dengan kemandirian anak, misal:mengenalkan cara memakai sepatu, cara menggosok gigi dan sebagainya yang sebelumnya mungkin saja pengetahuan ini belum pernah diperolehnya.94 Menurut Ibu Sri Mulyani, bahwa

“Metode bercerita dapat memperluas wawasan dan cara berfikir anak, sebab dalam bercerita anak mendapat tambahan pengalaman yang bisa jadi merupakan hal baru baginya, misalnya: anak belajar cara menggosok gigi, cara mengendalikan emosi, mengenal peran-peran dalam kehidupan sosial sehingga anak dapat menyesuaikan diri dengan keadaan dan sebagainya”.95

Berdasarkan hasil observasi dan wawancara yang telah diuraikan di atas, dapat diketahui bahwa metode bercerita dapat bemanfaat dalam membentuk

93

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 21 November 2016.

94

Hasil Observasi, Peneliti di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 21 November 2016.

95

Hasil Wawancara, Sri Mulyani, di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Tanggal 21 November 2016.

kemandirian anak di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, karena:

1. Guru menyajikan cerita yang menarik dan menyenangkan dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian anak.

Guru-guru di kelompok B2 berusaha menyajikan cerita-cerita yang menarik dan menyenangkan bagi anak dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian. Guru menggunakan tokoh-tokoh yang disenangi anak, misalnya: menggunakan tokoh raja dan juga tokoh-tokoh binatang. Seperti dalam cerita “Dapat Menggosok Gigi Sendiri”, yang menggunakan tokoh seorang raja yang sakit gigi dan akhirnya dapat

sembuh dengan menggosok gigi ataupun dalam cerita “Piring Baru Kiko” , yang mengisahkan tentang Kiko si kelinci yang sudah pandai makan sendiri, “Angsa Yang Periang”, yang mengisahkan tentang Angsa yang memiliki banyak teman, karena si

Angsa mau bergaul dengan siapa saja tanpa harus ditemani ibu Angsa dan sebagainya.

Jika anak-anak sudah menyenangi cerita yang disampaikan, tentunya mereka akan sangat betah untuk mendengarkan cerita dari awal sampai dengan selesai dan anak dapat mengetahui hikmah dari cerita yang disampaikan. Hal ini akan memudahkan guru untuk menyampaikan cerita berkaitan dengan nilai-nilai kemandirian. Guru dapat mendorong anak untuk memilih mana tokoh-tokoh yang baik dan tokoh-tokoh yang tidak baik.

Selain itu, guru telah menggunakan tehnik bertutur yang sesuai dengan keadaan emosi isi cerita sehingga cerita menjadi semakin menarik, misalnya: ketika adegan menangis guru benar-benar menangis, ketika marah guru pun terlihat marah

dan bagaimana cara mengatasinya ketika sedang marah dan sebagainya. Sehingga anak benar-benar tertarik mendengarkannya. Dengan menggunakan tehnik bertutur yang baik, dapat mengenalkan emosi pada anak dan mengajarkan bagaimana cara mengendalikan emosi yang baik. Sehingga anak-anak dapat memiliki keterampilan bergaul/bersosialisasi yang baik dalam lingkungan di sekitar anak dengan mampu mengatur emosi secara mandiri. Misalnya: ketika kita marah dan berbuat salah maka

kita harus mau meminta maaf secara langsung, seperti dalam cerita “Loli Yang Malang” dimana Loli selalu dimarahi kakaknya, namun akhirnya sang kakak menyadari kesalahannya dan mau meminta maaf.

2. Penggunaan media/alat peraga dalam bercerita sangat membantu anak dalam mengenal nilai-nilai kemandirian secara fisik.

Dalam pelaksanaan kegiatan bercerita, guru di kelompok B2 menggunakan berbagai media/alat peraga dalam cerita sebagai sarana untuk menanamkan niali-nilai dalam membentuk kemandirian anak. Sehingga anak-anak pun merasa tertarik untuk mendengarkannya. Selain itu, media dapat digunakan sebagai alat untuk mendemostrasikan sesuatu berkaitan dengan isi cerita. Misalnya, dalam kegiatan

bercerita “Dapat Menggosok Gigi Sendiri”, guru menggunakan media sikat gigi dan odol dan mendemostrasikan cara menggosok gigi, dalam cerita “Piring Baru Kiko”,

guru mendemonstrasikan bagaimana cara makan sendiri dan membreskan peralatan makan yang telah digunakan. Sehingga anak tidak hanya membayangkan saja, tetapi anak dapat melihat langsung apa yang disampaikan oleh guru dalam cerita dan akan membantu anak untuk lebih memudahkan mempraktekkannya nanti setelah kegiatan

bercerita selesai. Jika anak sudah mengetahui caranya, akan membuat anak-anak untuk selalu mempraktekkannya dalam kehidupan sehari-hari anak.

3. Anak dapat mempraktekkan secara langsung nilai-nilai kemandirian yang diajarkan dalam cerita di akhir kegiatan bercerita.

Metode bercerita dapat membantu anak mengenal berbagai pengetahuan berkaitan dengan kemandirian anak, misal: cara memakai baju, cara menggosok gigi, cara makan yang baik, cara membereskan peralatan makan dan sebagainya yang tentunya berkaitan dengan kemandirian secara fisik, yang sebelumnya mungkin saja pengetahuan ini belum pernah diperolehnya anak. Dalam kegiatan bercerita, guru menjelaskan secara detail bagaimana tahap-tahap dalam menanamkan nilai-nilai kemandirian fisik trsebut. Anak-anak pun tidak lupa untuk diberi kesempatan di akhir kegiatan bercerita untuk mencoba apa yang sudah didemonstarsikan oleh guru sebelumnya. Sehingga anak-anak pun merasa senang dan dapat semakin memahami isi cerita dan ada keinginan untuk mempraktekkanya dalam kehidupan sehari-hari. 4. Guru memberi kesempatan pada anak untuk bernyanyi maupun bercerita

berkaitan dengan isi cerita yang telah disampaikan.

Nilai-nilai kemandirian tidak hanya sebatas kemandirian secara fisik, misal: anak dapat makan sendiri, dapat menggosok gigi, dapat makan sendiri, dapat membereskan peralatan makan setelah digunakan. Tetapi ada pula kemandirian secara psikis, misal: anak dapat mengendalikan amarah, mau meminta maaf ketika melakukan kesalahan tanpa harus diperintah oleh guru, anak berani tampil di depan kelas tanpa harus ditemani oleh guru. Kegiatan bercerita tidak hanya bermanfaat dalam membentuk kemandirian anak secara fisik, tetapi guru juga berusaha membentuk kemandirian secara psikis, antara lain: memberi kesempatan pada anak

untuk menceritakan kembali cerita yang telah disampaikan, meminta anak bernyanyi di depan kelas setelah kegiatan bercerita selesai. Mengajak anak untuk mau bersosialisasi dengan teman-temannya.

Berdasarkan deskripsi hasil penelitian tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita dapat bermanfaat dalam membentuk kemandirian anak di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, baik kemandirian secara fisik maupun psikis anak.

Berikut ini adalah hasil observasi akhir terhadap kemandirian anak melalui metode bercerita di TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung:

Tabel 5

Hasil observasi akhir terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung

Aspek Yang Akan Dikembangkan

Indikator

(Teori Diane Trister Dodge)

Penilaian

BB MB BSH BSB

Kemampuan fisik

11.Anak dapat makan sendiri - 2 12 10

12.Anak dapat menggosok gigi - 2 15 7

Percaya diri 13.Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani guru

5 6 13 -

Bertanggung jawab

14.Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri

3 3 12 6

15.Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan

- 5 9 10

Disiplin 16.Anak mau masuk kelas

setelah waktu bermain selesai

5 3 10 6

Pandai bergaul 17.Anak dapat bergaul dengan siapa saja

- 5 10 9

Saling berbagi 18.Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan

- 2 15 7

Mengendalikan 19.Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya

emosi 20.Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan

kesalahan

4 2 15 3

Jumlah 19 34 127 60

Sumber: Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 10 Desember 2016

Ket:

5. BB (Belum Berkembang )

Apabila anak belum mampu melakukan sendiri 6. MB ( Mulai Berkembang )

Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru 7. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)

Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri 8. BSB (Berkembang Sangat Baik)

Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai lebih dari 75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang ada di dalam kelas sudah mencapai 75%, maka proses pembelajaran berhasil dan penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan aspek kemandirian anak.

Dokumen terkait