PERANAN GURU DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN DENGAN METODE BERCERITA PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG
Skripsi
Diajukan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat guna memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I)
Dalam Ilmu Tarbiyah dan Keguruan
Oleh
RIZKY NUR IRAWATI
NPM: 1011070050
Jurusan : Pendidikan Guru Raudhatul Athfal (PGRA)
Pembimbing I : Dr. Agus Pahrudin, M.Pd Pembimbing II : Heny Wulandari, M.Pd.I
FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI (UIN)
ABSTRAK
MANFAAT METODE BERCERITA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN PADA ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM
MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG Oleh
RIZKY NUR IRAWATI NPM: 1011070050
Metode bercerita adalah salah satu pemberian pengalaman belajar yang disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak. Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam membentuk kemandirian anak melalui metode bercerita. Berdasarkan pra survey peneliti di lapangan, ditemukan permasalahan bahwa metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak didik kelompok B2 di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung belum maksimal. Sehingga ada anak yang belum terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada yang belum dapat makan sendiri, belum dapat merapihkan baju, belum dapat membereskan mainan yang telah digunakan.
Hal ini mendorong peneliti untuk melakukan penelitian dengan rumusan masalah: ”Apakah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”?. Adapun penelitian ini bertujuan untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. Dalam penelitian ini, menggunakan penelitian deskriptif kualitatif, dengan subjek penelitian adalah peserta didik kelompok B2 (24 anak) dan guru sebanyak 1 orang. Sedangkan objek dalam penelitian ini adalah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan peneliti: observasi, wawancara dan dokumentasi, untuk menganalisa data dan melakukan penarikan kesimpulan dengan cara induktif.
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan sebelumnya, maka peneliti menyimpulkan bahwa manfaat metode bercerita dalam mengembangkan kemandirian anak di Kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, yaitu: (1) Menjadikan kegiatan pembelajaran yang menyenangkan (2) Kegiatan bercerita dapat menanamkan nilai-nilai moral dan keagamaan serta sejumlah pengetahuan sosial dalam membentuk pribadi anak (3) Metode bercerita dapat membantu anak membangun bermacam peran kemandirian (4) Media pembelajaran dalam menyampaikan niali-nilai kemandirian (5) Membuka cakrawala pengetahuan anak.e
MOTTO
Artinya: “Tiap-tiap diri bertanggung jawab atas apa yang telah diperbuatnya”.
(QS. Al- Al Muddatsir: 38).1
1
PERSEMBAHAN
Dengan mengucap rasa syukur kepada Allah SWT, saya persembahkan karya yang
sederhana ini kepada orang yang mencintai dan memberi makna dalam hidup saya,
terutama bagi:
1. Ayahanda Irama Susanto dan ibunda Endang Susilowati tercinta, yang
selalu memberi dukungan, semangat dan dorongan moril maupun spiritual
serta selalu mendoakanku dengan setulus hati dan senantiasa selalu
menunggu keberhasilan ku.
2. Bapak Drs. Rozali, MH selaku ketua Yayasan Al-Fat’h Bandar Lampung Yang telah memberikan kesempatan untuk melaksanakan kegiatan
penelitian.
3. Ibu Dewi Sintani Karimah, S.Pd.I selaku Kepala TK Kuntum Mekar 2
beserta dewan guru TK Kuntum Mekar 2 Ibu Sri Mulyani, A.Ma, Ibu Mei
Setia Rini, S.Pd.I, Ibu Yuwanita Elfasih yang telah membantu dan
membimbing dalam proses penelitian.
4. Teman-teman satu angkatan yang tersayang khususnya angkatan 2010
yang selalu memberi semangat dan motivasi hingga studiku terselesaikan
RIWAYAT HIDUP
Rizky Nur Irawati dilahirkan di Bandar Lampung pada tanggal 27 Mei 1992,
merupkan seorang putri dari pasangan suami istri bapak Irama Susanto dan ibu
Endang Susilowati.
Adapun peneliti telah menempuh pendidikan usia dini di TK Al-Azhar 2 selama 2
tahun, sejak tahun 1997 sampai dengan tahun 1999. Selanjutnya peneliti menempuh
pendidikan dasar di SD Al-Azhar 2 pada tahun 1999 dan berhasil lulus pada tahun
2004. Selanjutnya, peneliti kembali meneruskan pendidikan ke SMPN 21 pada
tahun 2004 sampai dengan tahun 2007. Kemudian peneliti melanjutkan pendidikan
menengah di SMA Al-Azhar 3 pada tahun 2007 dan berhasil lulus pada tahun 2010 .
Pada tahun 2010, setelah menyelesaikan pendidikan di SMA, peneliti berkeinginan
untuk melanjutkan pada jenjang pendidikan yang lebih tinggi, yaitu S1. Adapun
lembaga pendidikan tinggi yang dipilih oleh peneliti adalah Institut Agama Islam
Negeri (IAIN) Raden Intan Lampung, dengan mengambil jurusan Pendidikan Guru
Raudhatul Athfal (PGRA). Adapun alasan peneliti memilih jurusan tersebut adalah
ingin berupaya untuk ikut serta dalam mensukseskan pendidikan nasional, khususnya
melalui jalur pendiidkan bagi anak usia dini. Selama menempuh pendidikan di IAIN
Raden Intan Lampung, peneliti telah mengabdikan diri sebagai tenaga pengajar di
Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung sejak tahun 2011
KATA PENGANTAR
Alhamdulillahirobbil’alamin. Tiadalah kata yang paling indah, selain bersyukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan segala nikmat dan karunia-Nya sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul: “MANFAAT METODE BERCERITA DALAM MEMBENTUK KEMANDIRIAN ANAK DI TAMAN KANAK-KANAK KUNTUM MEKAR 2 WAY DADI SUKARAME BANDAR LAMPUNG”, guna melengkapi sebagian persyaratan ujian Munaqosyah dalam mencapai Gelar Sarjana Pendidikan Islam (S.Pd.I) pada Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung. Shalawat dan salam semoga senantiasa kita sanjung agungkan kepada Nabi Muhammad SAW, sebagai contoh teladan bagi umat manusia yang telah memberi jalan penerang.
Peneliti menyadari, bahwa dalam menyelesaikan skripsi ini tidak terlepas dari bantuan, arahan dan bimbingan serta masukan dari berbagai pihak. Untuk itu perkenankan peneliti mengucapkan rasa terima kasih yang tak terhingga kepada pihak sebagai berikut.
1. Bapak Dr. H. Chairul Anwar, M.Pd. Selaku Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
2. Bapak Dr. Agus Pahrudin, M.Pd.I selaku Pembimbing I atas segala arahan, bimbingan, serta nasehat dalam membimbing dan mengarahkan selama menyelesaikan skripsi.
3. Ibu Heny Wulandari, M.Pd.I selaku Pembimbing II yang telah mencurahkan sebagian waktu untuk memberikan bimbingan, arahan dan masukan yang sangat bermanfaat dalam menyelesaikan skripsi ini.
5. Bapak dan Ibu Dosen serta karyawan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung.
6. Bapak dan Ibu Staf Fakultas Tarbiyah dan Keguruan IAIN Raden Intan Lampung yang telah membekali ilmu pengetahuan kepada peneliti.
7. Ibu kepala Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukararme Bandar Lampung, yang telah memberikan kesempatan dan ijin serta data yang peneliti perlukan. 8. Semua pihak yang telah turut memberikan dukungan sehingga terselesaikannya
skripsi ini dengan lancar.
Semoga bantuan Bapak/Ibu/Saudara yang tulus ikhlas membantu peneliti, mendapatkan balasan dan keberkahan dari Allah SWT sesuai dengan amal ibadahnya. Peneliti berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi peneliti sendiri dan pihak-pihak
yang membutuhkannya, Amiin Ya Robbal’Alamin.
Bandar Lampung, Mei 2017
Peneliti
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUl ... i
ABSTRAK ... ii
PERSETUJUAN PEMBIMBING ... iii
PENGESAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERSEMBAHAN ... vi
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ... vii
KATA PENGANTAR ... viii
DAFTAR ISI ... x
DAFTAR TABEL ... xii
DAFTAR GAMBAR ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN ... xiv
BAB I PENDAHULUAN ... 1
A. Penegasan Judul ... 1
B. Alasan Memilih Judul ... 4
C. Latar Belakang Masalah ... 4
D. Fokus Penelitian ... 17
E. Rumusan Masalah ... 17
F. Tujuan Penelitian ... 17
G. Manfaat Penelitian... 17
BAB II LANDASAN TEORI ... 19
A. Metode Bercerita ... 19
1. Pengertian Metode Bercerita ... 19
2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 21
3. Langkah-langkah Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 29
4. Tujuan Metode Bercerita Bagi Anak Usia Dini ... 33
B. Kemandirian Anak Usia Dini ... 35
1. Pengertian Kemandirian ... 35
2. Ciri-ciri Kemandirian Anak Usia Dini ... 36
3. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi KemandirianAnak Usia Dini .... 39
C. Manfaat Metode Bercerita Dalam Membentuk Kemandirian
Anak Usia Dini ... 46
BAB III. METODE PENELITIAN ... A. Jenis Penelitian ... 57
B. Subjek dan Objek Penelitian ... 58
C. Setting Penelitian ... 58
D. Alat Pengumpulan Data ... 59
E. Tehnik Analisis Data ... 62
BAB IV. ANALISA DAN PEMBAHASAN ... 65
A. Gambaran Umum Tempat Penelitian ... 65
B. Hasil Penelitian ... 74
C. Pembahasan ... 90
BAB V. KESIMPULAN, SARAN, PENUTUP ... 93
A. Kesimpulan ... 93
B. Saran-saran ... 93
C. Penutup ... 94
DAFTAR PUSTAKA ... 95
DAFTAR TABEL
Tabel 1: Indikator Pencapaian Kemandirian Anak ... 12
Tabel 2: Hasil Pra Survey Terhadap Kemandirian Anak di TK
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. ... 15 Tabel 3: Data Guru Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Tahun Pelajaran. 2014/2015 ... 70 Tabel 4: Keadaan Peserta Didik Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2
Tahun Pelajaran. 2014/2015 ... 71 Tabel 5: Hasil Observasi Akhir Terhadap Kemandirian Anak di
DAFTAR GAMBAR
1. Gambar Ilustrasi reduksi data, penyajian data dan verification ... 63
2. Struktur Organisasi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
DAFTAR LAMPIRAN
a. Kisi-Kisi observasi pembentukan kemandirian anak di TamanKanak-kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung ... 96
b. Kisi-kisi wawancara dengan guru Kelompok B di Taman Kanak-kanak
Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung. ... 99
c. Kerangka Dokumentasi ... 103
d. Data peserta didik Kelompok Adi Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung ... 104
e. Rencana Kegiatan Harian (RKH) Bandar Lampung. ... 110
f. Foto kegiatan anak berkaitan dengan peranaan metode bercerita dalam
membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2
Sukarame Bandar Lampung Bandar Lampung. ... 119
g. Contoh dongeng/cerita berkaitan dengan penanaman nilai-nilai kemandirian
BAB I
PENDAHULUAN
A. Penegasan Judul
Agar tidak terjadi kesalahpahaman terhadap skripsi ini yang berjudul
“Manfaat Metode Bercerita Dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman
Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”, maka peneliti perlu
menjelaskan beberapa istilah penting yang terdapat pada judul tersebut, yaitu :
1. Metode Bercerita
Metode adalah alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam
pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar. 2 Metode adalah cara yang dalam bekerjanya merupakan alat untuk mencapai tujuan kegiatan.3 Metode secara harfiah
adalah “cara”. Sedangkan dalam pemakaian umum dapat diartikan sebagai suatu cara
atau prosedur yang dipakai untuk mencapai tujuan tertentu.4
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat. Cerita adalah salah satu cara
untuk menarik perhatian anak.5 Cerita merupakan tuturan yang membentangkan bagaimana terjadinya sesuatu hal atau peristiwa atau karangan yang menuturkan
2
Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3.
3
Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004), h. 7.
4
Saiful Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran (Bandung: Alfabeta, 2012), h. 33.
5
perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang lain, kejadian tersebut
sungguh-sungguh atau rekaan.6
Adapun yang dimaksud dengan metode bercerita dalam skripsi ini adalah
suatu cara yang digunakan dalam suatu kegiatan pembelajaran dengan menggunakan
tutur kata untuk menyampaikan berbagai hal atau peristiwa atau karangan yang
menuturkan perbuatan, pengalaman kebahagiaan atau penderitaan orang lain,
kejadian tersebut sungguh-sungguh atau rekaan, khususnya dalam skripsi ini adalah
menyampaikan nilai-nilai kemandirian bagi anak usia dini.
2. Membentuk
Dalam Kamus Bahasa Indonesia, membentuk memiliki pengertian
“menjadikan sesuatu dengan bentuk tertentu”.7
Adapun yang dimaksud dalam skrispi
ini adalah suatu proses dalam kegiatan pembelajaran yang bertujuan untuk
menjadikan anak yang sebelumnya tidak mandiri menjadi anak yang mandiri.
3. Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”.8 Adapun yang dimaksud kemandirian dalam skripsi ini adalah bentuk sikap tidak bergantung anak kepada
orang lain baik teman sebaya maupun orang dewasa lainnya yang diterapkan dalam
kehidupan sehari-hari anak dan disesuaikan dengan tahapan bagi anak usia dini yang
tentunya berbeda dengan bentuk kemandirian bagi orang dewasa pada umumnya.
6
Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Umum Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2002), h. 210.
7 Ibid,, h. 123.
8 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
3. Anak usia dini
Menurut J.Black, anak usia dini dimulai sejak anak masih dalam kandungan
atau sebelum dilahirkan sampai dengan usia 6 tahun.9 Sedangkan menurut Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, anak adalah
kelompok manusia yang berusia 0 sampai dengan 6 tahun.10
Adapun yang dimaksud dengan anak usia dini dalam skripsi ini adalah anak
yang berada pada usia 5-6 tahun, yakni peserta didik yang berada di kelompok B yang
memiliki berbagai potensi yang harus dikembangkan.
4. Taman Kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Taman kanak-kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung adalah
yaitu salah satu bentuk lembaga pendidikan bagi anak usia dini, khususnya pada jalur
pendidikan formal bagi anak usia 4 tahun (Kelompok A) dan usia 5-6 tahun
(Kelompok B), yang berada di bawah naungan yayasan Al-Fath Bandar Lampung
dan tepatnya beralamatkan di Jalan Pulau. Damar Gg. Melati No.117 Way Dadi
Sukarame Bandar Lampung.
B. Alasan Memilih Judul
Adapun alasan penulis memilih judul ini adalah sebagai berikut:
1. Pentingnya membentuk kemandirian sejak dini, sebagai bekal dalam
mengikuti perkembangan anak yang semakin kompleks.
2. Jika kemandirian sudah terbentuk pada anak, maka hal in dapat membantu
anak dalam melaksanakan berbagai disiplin.
9 Agus Wibowo, Pendidikan Karakter Usia Dini (Jogjakarta: Pustaka Pelajar, 2012), h. 25 10 Departemen Pendidikan Nasional, Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta:
3. Manusia tidak selamanya hidup bergantung pada orang lain. Ada kalanya
anak sendiri dan sudah tidak dekat dengan anak yang lain maupun orang
dewasa di sekitarnya.
C. Latar Belakang Masalah
Pendidikan adalah hak warga negara, tidak terkecuali pendidikan di usia
dini merupakan hak warga negara dalam mengembangkan potensinya sejak dini.
Usia dini merupakan pondasi terbaik dalam mengembangkan kehidupannya di
masa depan. Selain itu pendidikan di usia dini dapat mengoptimalkan
kemampuan dasar anak dalam menerima proses pendidikan di usia-usia
berikutnya. Mengingat betapa pentingnya suatu pendidikan anak usia dini, maka
negara Republik Indonesia telah mengaturnya dalam Undang-undang No. 20 Tahun
2003 tentang pendidikan anak usia dini, yaitu seperti yang dijelaskan dalam Pasal 1
Butir 14:
Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditujukan pada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan untuk memasuki pendidikan lebih lanjut.11
Dalam proses pendidikan, usia enam tahun pertama menjadi masa penting
bagi seorang anak, karena setiap usaha yang dirancang untuk mengembangkan minat
dan potensi anak harus dilakukan pada masa awal ini. Oleh karena itu penguasaan
metode-metode pembelajaran anak usia dini merupakan salah satu kompetensi yang
harus dimiliki guru PAUD agar proses pembelajaran tersebut dapat mendorong
11 Departemen Pendidikan Nasional, Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2003,
perkembangan anak, baik perkembangan intelektual, fisik maupun emosionalnya.
Dengan menguasai metode pembelajaran, seorang guru dapat mengelola proses
pembelajaran sesuai dengan tujuan yang hendak dicapainya.
Metode adalah cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana
yang telah disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai
secara optimal.12 Pembelajaran diarahkan pada pengembangan potensi dan kemampuan yang dimiliki seperti kemampuan berbahasa, sosio-emosional, motorik
dan intelektual. Untuk itu pembelajaran pada usia dini harus dirancang agar anak
merasa tidak terbebani dalam mencapai tugas perkembangnya. Agar suasana belajar
tidak memberikan beban dan membosankan, suasana belajar perlu dibuat secara alami
dan menyenangkan. Selain itu, karena anak merupakan individu yang unik dan sangat
variatif, maka unsur variasi individu dan minat anak juga perlu diperhatikan dan
dikembangkan secara optimal.
Dalam kegiatan pembelajaran, anak adalah sebagai subjek dan bukan sebagai
objek dalam kegiatan pengajaran. Karena itu, inti proses pengajaran tidak lain adalah
kegiatan belajar anak didik dalam mencapai suatu tujuan pengajaran. Tujuan
pengajaran tentu saja akan dapat tercapai jika anak didik berusaha secara aktif untuk
mencapainya. Keaktifan anak didik disini tidak hanya dituntut dari segi fisik, tetapi
juga dari segi kejiwaan. Bila hanya fisik anak yang aktif tetapi pikiran dan mentalnya
kurang aktif, maka kemungkinan besar tujuan pembelajaran tidak tercapai. Ini sama
halnya anak didik tidak belajar, karena anak didik tidak merasakan perubahan di
12
dalam dirinya. Padahal belajar pada hakikatnya adalah perubahan yang terjadi di
dalam diri seseorang setelah berakhirnya melakukan aktivitas belajar.
Penggunaan metode pengajaran yang tepat dan sesuai dengan karakter anak
akan dapat memfasilitasi perkembangan berbagai potensi dan kemampuan anak
secara optimal serta tumbuhnya sikap dan perilaku positif bagi anak. Secara teknis
ada beberapa metode pengajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu
metode bermain, metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode demonstrasi,
metode proyek, metode bercerita, metode pemberian tugas.13
Salah satu metode yang dapat digunakan dalam pembelajaran yaitu metode
bercerita. Bercerita itu adalah sesuatu cara guru untuk menyampaikan nilai-nilai yang
ada di masyarakat dengan menggunakan alat media, guru dapat menarik perhatian
anak agar warisan budaya kita bisa berkembang dari anak satu ke anak yang lain14. Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman belajar bagi anak TK
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Metode bercerita ialah suatu
cara menyampaikan materi pembelajaran melalui kisah-kisah atau cerita yang dapat
menarik perhatian anak. Jadi metode bercerita adalah salah satu pemberian
pengalaman belajar yang disampaikan secara lisan pada anak dengan menggunakan
kisah-kisah atau cerita yang dapat menarik perhatian anak.
Tujuan bercerita bagi anak usia 4-6 tahun adalah agar anak mampu
mendengarkan dengan seksama terhadap apa yang disampaikan orang lain, anak
dapat bertanya apabila tidak memahaminya, anak dapat menjawab pertanyaan,
13
Moeslichatoen, Op Cit, h. 24. 14
selanjutnya anak dapat menceritakan dan mengekpresikan terhadap apa yang
didengarkan dan diceritakannya, sehingga hikmah dari isi cerita dapat dipahami dan
lambat laun dapat didengarkan, diperhatikan, dilaksanakan, dan diceritakan pada
orang lain. Metode bercerita adalah cara penyampaian atau penyajian materi
pembelajaran secara lisan dalam bentuk cerita dari guru kepada anak didik. Dalam
pelaksanaan kegiatan pembelajaran di Taman Kanak-Kanak, metode bercerita
dilaksanakan dalam upaya memperkenalkan, memberikan keterangan, atau penjelasan
tentang hal baru dalam rangka menyampaikan pembelajaran yang dapat
mengembangkan berbagai kompetensi dasar usia anak TK.
Al-Quran telah mengoptimalkan penggunaan kisah/cerita untuk menetapkan
nilai-nilai positif dalam diri seorang mukmin. Sehingga kisah/cerita pun dapat
digunakan sebagai sarana untuk menanamkan nilai-nilai baik melalui simpati dan
empatinya dengan kehidupan seorang tokoh Islam terkemuka. Imam Al Ghazali
memaparkan tentang pengoptimalan penggunaan kisah/cerita dalam proses
pendidikan anak.15
Sebagaimana Allah telah berfirman dalam Al Qur’an, berikut ini:
...
Artinya: “ Maka Ceritakanlah (kepada mereka) kisah-kisah itu agar mereka berfikir”. (QS. AL-A’Raf: 176).16
15 Humammad Rasyid Dimas, 25 Kiat Mempengaruhi Jiwa Akal Anak (Jakarta: Robbani Pers,
2009), h. 225.
16
Berdasarkan ayat tersebut di atas, dapat disimpulkan bahwa metode bercerita
dapat memberikan rangsangan positif terhadap anak terutama untuk menanamkan
nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu materi yang
disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam
kesatuan yang utuh, alurnya ceritanya pun tidak terlalu menyimpang dari isi cerita.
Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan terlebih dahulu secara matang cerita yang
akan disajikan, sehingga anak pun dapat menerima dan memahaminya.
Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga
kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran.
Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita
dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti maupun pada
waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu-waktu istirahat, karena mendengarkan
cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.
Ada beberapa tehnik bercerita yang dapat digunakan guru dalam
menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, antara lain:
a. Membaca langsung dari buku cerita
b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku c. Menceritakan dongeng
d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel e. Bercerita dengan menggunakan media boneka f. Dramatisasi suatu cerita
g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.17
Agar kegiatan bercerita pun dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang
diharapkan, guru sebaiknya menguasai langkah-langkah bercerita sebagai berikut:
17 Montolalu, dkk, Bermain dan Permianan Ana k (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h.
1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita 2. Mengatur tempat duduk
3. Melaksanakan kegiatan pembukaan 4. Mengembangkan cerita
5. Menetapkan tehnik bertutur
6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.18
Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini,
khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak
diinternalisasikan kepada anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan
sehari-hari anak.. Adapun kelebihan metode ini adalah: dapat meningkatkan motivasi anak
untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita. Sangat sesuai untuk
pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan
kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak untuk
melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang
digambarkan dalam cerita guru. Tidak membutuhkan banyak alat dan media
pembelajan.
Adapun kelemahannya antara lain: dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih
dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus
mampu mengkolaborasikan metode ini dengan metode-metode yang lainnya seperti
tanya jawab dan bernyanyi. Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik
bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan cerita yang dibawakannya
sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan baik.
Salah satu potensi yang ada dalam diri anak usia dini yang harus dikembangkan
adalah kemandirian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan
18
sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung
pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri
sendiri tanpa bergantung pada orang lain. 19 Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa
bantuan dan pertolongan dari orang lain.
Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus
ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat
diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan
datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan
pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan
bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya
tersebut. Kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator yang
telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan
pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak.
Menurut Diane Trister Dodge, kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari
pembiasaan perilaku dan kemampuan anak dengan indikator:20 Adapun secara rinci dijabarkan sebagai berikut ini:
a. Kemampuan fisik
Kemampuan fisik dalam hal ini maksudnya adalah kemandirian dalam hal memenuhi kebutuhan. Seorang anak dikatakan mandiri secara fisik jika ia dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktivitas hidupnya. Misalnya: anak dapat mencuci tangan sendiri.
19 Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
2003), h. 360.
20 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung
a. Percaya diri
Anak mampu dan berani menentukan pilihan sendiri. Anak mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan sendiri dan mengambil keputusan dengan berani mengambil resiko.
b. Bertanggung jawab
Anak mampu bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya. Di dalam mengambil keputuan atau pilihan tentu ada konsekwensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri dia bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi tentu saja bagi anak Taman Kanak-kanak tanggung jawab pada taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis ketika ia salah mengambil alat mainan dan mau membereskan kembali.
c. Disiplin
Anak mampu memahami adanya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak (bermain) yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak tanpa harus bergantung dengan orang lain, walaupun terkadang masih memerlukan bimbingan dari orang dewasa.
d. Pandai bergaul
Anak mampu mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Anak mampu bersosialisasi tanpa harus ditemani oleh orang tuanya.
e. Saling berbagi
Anak memiliki sifat mau berbagi, baik dengan teman maupun saudara, dalam bentuk benda, maianan maupun makanan ataupun bantuan. Dengan demikian, anak akan terbiasa untuk menolong orang yang lebih membutuhkan tanpa harus diperintah oleh orang lain.
f. Mengendalikan emosi
Anak dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain, mampu mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi.
Adapun secara rinci, indikator kemandirian yang akan dikembangkan dalam
penelitian ini adalah berdasarkan teori yang telah digagas oleh Diane Trister Dodge,
dalam tabel di bawah ini:
Tabel 1
Indikator Pencapaian Kemandirian Anak
No Aspek Yang Akan
Dikembangkan
Indikator
1 Kemampuan fisik Anak dapat makan sendiri
guru
3 Bertanggung jawab Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan
4 Disiplin Anak mau masuk kelas setelah waktu bermain
selesai
5 Pandai bergaul Anak dapat bergaul dengan siapa saja
6 Saling berbagi Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan
Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya
7 Mengendalikan emosi Anak dapat mengendalikan amarah
Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan kesalahan
Sumber: Teori Diane Trister Dodge
Unsur-unsur indikator kemandirian tersebut di atas, tentu pada anak usia dini
berbeda dengan makna kemandirian bagi orang dewasa. Bagi anak usia dini
kemandirian sifatnya masih dalam taraf sangat sederhana, sesuai dengan tingkat
perkembangannya. Hal ini terlihat dalam tingkah laku anak. Anak yang mandiri
adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga
dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain.
Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya,
baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani
orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandiran, ia
berani memutuskan pilihannya sendiri, misalnya: mau bermain apa, bermain dengan
siapa. Selain itu, tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah
menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang
Kemandirian merupakan salah satu karakter dasar yang harus dibentuk pada
saat usia dini. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan
nilai-nilai karakter pada anak, salah satunya karakter mendiri, antara lain: metode
keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode karyawisata.21 Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian pada anak usia dini
adalah melalui metode bercerita. Misalnya: guru bercerita dengan tehnik mendongeng
tentang cara menggosok gigi sendiri.
Anak diajarkan menggosok gigi dengan cara perlahan-lahan. Setelah anak
mendengarkan cerita, anak mulai dapat mempraktekkan cara menggosok gigi yang
benar. Dengan demikian, melalui refleksi dari apa yang dilakukan anak merupakan
salah satu cara untuk memandirikan anak melalui cerita dan belajar dari
pengalaman.22 Selain itu, dapat juga melalui mendongeng tentang binatang, misalnya: buaya yang suka makan permen dan akhirnya sakit gigi.23 Manfaat yang dapat diambil yaitu bahwasannya anak dapat merefleksikan hal-hal yang baik dalam
kehidupan sehari-hari dari cerita yang telah di dengar sebelumnya.
Manfaat lain dari metode bercerita, yaitu akan lebih mudah untuk
menanamkan nilai-nilai yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian anak,
karena anak akan menerima pembelajaran yang disampaikan guru dengan perasaan
senang dan tanpa disadarinya karena anak terhanyut dengan isi cerita yang
dismapaikan. Sehingga anak dapat merekam langsung dalam memorinya mengenai
nilai-nilai yang disampaikan melalui cerita.
21 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Op Cit, h. 166. 22 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Op Cit, h. 87.
23
Namun ternyata, berdasarkan prasurvey peneliti di lapangan, didapatkan data
bahwa guru-guru di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar
Lampung belum dapat mengambil manfaaat dari kegiatan bercerita secara optimal
dalam mengembangkan kemandirian pada anak. Sehingga ada anak yang belum
terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada anak yang belum dapat makan
sendiri, tidak berani tampil di depan kelas (harus ditemani ibu guru), belum dapat
membuka ataupun menutup peralatan makannya sendiri, belum dapat membereskan
mainan yang telah digunakan.24
Berikut ini adalah hasil pra survey peneliti terhadap kemandirian anak di
Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
Tabel 2
Hasil pra survey terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung
Aspek Yang Akan Dikembangkan
Indikator
(Teori Diane Trister Dodge)
Penilaian
BB MB BSH BSB
Kemampuan fisik
1. Anak dapat makan sendiri 5 10 9 -
Percaya diri 2. Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani guru
13 9 2 -
Bertanggung jawab
3. Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri
8 12 4 -
4. Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan
10 9 5 -
Disiplin 5. Anak mau masuk kelas
setelah waktu bermain selesai
12 7 5 -
Pandai bergaul 6. Anak dapat bergaul dengan siapa saja
14 7 3 -
Saling berbagi 7. Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan
5 16 3 -
24
Mengendalikan emosi
8. Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya
13 9 2 -
9. Anak dapat mengendalikan amarah
10 10 4 -
10.Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan
kesalahan
12 8 4 -
Jumlah 102 97 41 -
Sumber: Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 Oktober 2016
Ket:
1. BB (Belum Berkembang )
Apabila anak belum mampu melakukan sendiri 2. MB ( Mulai Berkembang )
Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru 3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)
Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri 4. BSB (Berkembang Sangat Baik)
Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa
Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai
lebih dari 75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang
ada di dalam kelas sudah mencapai 75% lebih (Berkembang Sesuai Harapan), maka
proses pembelajaran berhasil dan penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh
yang sangat signifikan terhadap perkembangan aspek kemandirian anak.
Namun, berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan
kemandirian anak masih rendah. Berikut ini, adalah pencapaian kemandirian anak
yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dapat diketahui hanya 17,03 % Mulai
Berkembang (MB) sebesar 40, 41 % dan Belum Berkembang (BB) sebesar 42,50 %.
Oleh karena itu, anak-anak masih memerlukan pembinaaan yang tepat yang dalam
membentuk potensi kemandiriannya sehingga dapat berkembang secara optimal,
Berdasarkan penemuan masalah-masalah terebut di atas, maka hal inilah yang
mendorong penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Manfaat Metode Bercerita dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”.
D. Fokus Penelitian
Adapun penelitian ini difokuskan pada pembentukan kemandirian anak di
kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung,
tahun pelajaran 2016/2017 dengan berdasarkan pada pengembangan indikator
menurut teori Diane Trister Dodge, melalui penggunaan metode bercerita. Dimana
dalam tahap pelaksanaanya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini.
E. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka
rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: “Apakah manfaat metode bercerita dalam
membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame
Bandar Lampung?”.
F. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat metode
bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum
Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.
G. Manfaat Penelitian
Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, antara lain:
Sebagai bahan masukan bagi lembaga Taman Kanak-Kanak untuk dapat
meningkatkan berbagai potensi peserta didik, khususnya dalam membentuk
kemandirian pada anak melalui metode bercerita.
2. Guru
Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman guru dalam memanfaatkan
metode bercerita sebagai alternatif guru dalam memilih strategi pembelajaran yang
efektif dalam membentuk kemandirian anak.
3. Anak didik
Anak dapat mengembangkan segala potensi kemandirian yang dimilikinya
dengan stimulus yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya, tanpa
merasa terbebani dengan penggunaan metode pembelajaran yang ada.
BAB II
LANDASAN TEORI
A. Metode Bercerita
1. Pengertian Metode Bercerita
“Metode secara harfiah berarti “cara”, sedangkan dalam pemakaian umum
metode diartikan sebagai alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam
pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar.25 Menurut Trianto, “metode adalah cara yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam
kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.26 Oemar
Hamalik mengemukakan bahwa, “metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum”.27
Berdasarkan definisi atau pengertian beberapa metode yang dikemukakan di
atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara atau strategi yang
dilakukan oleh seorang guru/pendidik untuk menciptakan suatu proses kegiatan
belajar mengajar pada siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Secara umum banyak sekali metode pembelajaran yang dapat diterapkan
dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak semua metode pembelajaran cocok bagi kegiatan anak usia dini. Secara teknis beberapa metode
pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu “metode bermain,
25 Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3.
26
Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 93.
27
metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi,
metode proyek dan metode pemberian tugas”.28
Salah satu metode pembelajaran yang
dapat diterapkan diantaranya yaitu metode bercerita.
Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu
generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.29 Dalam konsep Islam, cerita disebut sebagai qashas, yang memiliki makna kisah. Selain itu, qashash juga
diartikan sebagai urusan, berita, perkara, dan keadaan.30 Sementara menurut istilah, Qashas adalah pemberitaan (kisah) Al-Quran tentang hal ikhwal umat yang telah lalu,
peristiwa yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Jadi, dapat
dipahami bahwa cerita dapat dimaknai sebagai kisah (qashas).31
Metode bercerita merupakan salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan
cara bertutur atau memberikan penerangan /penjelasan secara lisan melalui cerita.32 Metode bercerita sangat tepat diberikan bagi anak usia dini. Hal ini akan berguna bagi
anak ketika suatu saat ia menemukan masalah yang hampir mirip dengan isi cerita
yang pernah diberikan guru, sehingga akan memacu nalarnya untuk berfikir mencari
pemecahan dari masalah yang dihadapi. Sehingga banyak sekali makna penting
bercerita bagi anak usia dini.
28
Soegeng Santoso,Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Citra Pendidikan, 2002), h. 72.
29
Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 90
30
Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputra Press, 2002), h. 115.
31Manna’ Khalil Al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Pustaka Lintera Antar Nusa,
2003), h. 435.
32
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode
bercerita adalah suatu cara yang dipergunakan guru dalam suatu pembelajaran untuk
menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat secara lisan, baik dengan
menggunkan alat peraga maupun tidak dengan tetap mengutamakan keterlibatan anak
terhadap cerita yang akan diberikan.
2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini
Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak TK
dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru
harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan
bagi anak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, maka mereka
merasa akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mudah dapat menangkap
isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita
harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan.
Dunia kehidupan anak-anak itu berkaitan dengan lingkungan keluarga,
sekolah dan luar sekolah, maka kegiatan bercerita di TK harus diusahakan menjadi
pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan
anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas. Oleh karena itu,
guru perlu mengetahui beberapa tehnik dalam bercerita, sehingga anak tidak merasa
bosan karena guru selalu menggunakan tehnik yang sama dalam bercerita.
Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan guru, antara lain:33
h. Membaca langsung dari buku cerita
33
Seorang guru TK sekurang-kurangnya haruslah menguasai tehnik bercerita
dengan membacakan langsung dari buku cerita. Hal itu sangat bagus bila guru
mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran
kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang
disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan
perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu,
kejadian itu menarik, dan sebagainya.
Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru sebelum dan ketika akan
menggunakan tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita:
1. Pilihlah buku-buku yang bergambar menarik denga warna-warna gambar
yang sesuai dan tidak mencolok mata.
2. Pilihlah buku-buku yang bertulisan besar dengan kalimat-kalimat yang tidak
terlalu panjang dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar.
3. Pilihlah isi cerita yang diangkat dari hal-hal yang istimewa di daerah tempat
tinggal anak.
4. Isi cerita dengan kata-kata yang diulang-ulang pada setiap halaman juga baik
dan menarik.
5. Saat membacakan buku cerita, posisi buku yang dipegang guru haruslah dapat
terlihat oleh seluruh murid.
6. Mulailah mengenalkan pengetahuan tentang buku, yaitu kebiasaan baik dalam
mengenali buku, antara lain:
a. Cara memegang buku dengan benar, tidak terbalik.
c. Cara membalik lembar demi lembar dari halaman suatu buku.
d. Menunjukkan judul, pengarang, ilustrator pada sebuah buku.
e. Menunjukkan pengetahuan membaca dari kiri ke kanan dan dari atas
ke bawah.
f. Memiliki reaksi setelah dibacakan.34
i. Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku
Bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan
menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka
teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi
gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak
mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat
bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan.
Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas
pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya
cerita. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memilih ilustrasi gambar adalah
ilustrasi gambar hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat anak, berwarna
serta menggambarkan jalan cerita yang akan disampaikan.
j. Menceritakan Dongeng
Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. mendongeng
merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang
berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan
34
kebajikan kepada anak. Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari
kehidupan anak.
Menceritakan dongeng kepada anak dapat membantu anak mengenal budaya
leluhurnya sekaligus menyampaikan pesan-pesan yang terdapat didalamnya.Dongeng
yang berasal dari tanah air, disamping memiliki nilai-nilai luhur yang akan diwarisi
anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengenal dan mencintai
bangsanya sendiri.
k. Bercerita dengan Menggunakan Papan Flanel
Bercerita menggunakan papan flanel hampir serupa dengan tehnik bercerita
menggunakan ilustrasi gambar dari buku. Perbedaan yang paling prinsip dari tehnik
ini adalah pada penggunaan papan flanel.
Adapun hal-hal yang harus dipersiapkan guru untuk melaksanakan kegiatan
bercerita menggunakan papan flanel, antara lain: guru dapat membuat papan flanel
dengan melapisi seluas papan dengan kain flanel yang berwarna netral, misalnya
warna abu-abu, gambar tokoh-tokoh yang mewakili perwatakan dalam ceritanya
digunting polanya pada kertas yang dibelakangnya dilapis dengan kertas gosok
(amplas) yang paling halus untuk menempelkan pada papan flanel supaya dapat
melekat. Gambar foto-foto itu dapat dibeli di pasaran, atau dikreasi sendiri oleh guru,
sesuai dengan tema dan pesan-pesan yang ingn disampaikan melalui bercerita.
Setelah peralatan dipersipakan, guru perlu memperhatikan tehnik bercerita
menggunakan papan flanel, yaitu sebagai berikut:
1. Letakkan papan flanel di tempat yang agak tinggi dan berada tepat di
2. Tempelkan gambar-gambar atau foto-foto pada papan flanel satu persatu
sesuai dengan alur cerita.
3. Apabila tokoh cerita sudah tidak diperlukan lagi untuk bagian-bagian
tertentu dari alur cerita, bisa saja dilepaskan dari papan flanel.
4. Pada waktu-waktu berikutnya dari kegiatan ini, anak dapat dilibatkan
untuk menempelkan sendiri gambar atau foto yang alur ceritanya dapat
dikarang bersama-sama di kelas.35
l. Bercerita dengan Menggunakan Media Boneka
Pemilihan bercerita dengan menggunakan boneka akan tergantung pada usia
dan pengalaman anak. Biasanya boneka itu terdiri dari ayah, ibu, anak laki-laki dan
anak perempuan, nenek kakek dan bisa ditambahkan anggota keluarga yang lain.
Boneka yang dibuat itu masing-masing menunjukkan perwatakan pemegang peran
tertentu. Misalnya, ayah yang penyabar, ibu yang cerewet, anak laki-laki yang
pemberani, anak perempuan yang dimanja, dan sebagainya.
Guru dapat mempersiapkan sendiri berbagai media boneka. Dapat berasal dari
bahan/kain/kaos kaki dan tangan untuk boneka tangan serta dapat terbuat dari karton
untuk boneka jari. Selain itu, tehnik bercerita dengan menggunakan boneka dapat
dikombinasikan dengan menggunakan panggung, kemudian dikenal dengan metode
sandiwara boneka. Penggunaan panggung yang berupa papan penyekat dilengakpi
dengan penutup/layar dapat mengundang antusiasme anak sebagai penontonnya.
Posisi guru yang bercerita berada di belakang papan penyekat. Saat hendak
menampilkan tokoh cerita, guru mengeluarkan beberapa boneka-boneka melalui
celah layar. Kegiatan bercerita melalui media boneka dengan panggungnya akan
meningkatkan aspek-aspek perkembangan anak.
Menurut Jenkins, penggunaan panggung boneka dapat membantu anak,
untuk:
a. Mengembangkan daya kreasi dan imajinasinya.
b. Berkonsentrasi.
c. Mengembangkan keterampilan berkomunikasi.
d. Belajar bekerja sama.
e. Mengurangi kecemasan diri.
f. Memperoleh pengetahuan.
g. Mengenalkan tentang alur kehidupan.
h. Sadar akan perilakunya.36
Selain menggunakan panggung boneka, guru dapat juga bercerita
menggunakan boneka jari, karena boneka jari merupakan salah satu alat edukatif
yang dapat membantu mengembangkan berbagai aspek perkembangana anak.
Adapun kegiatan bercerita dengan boneka jari dapat berfungsi untuk:
1. Melatih keterampilan jari jemari.
2. Melatih daya fantasi anak.
3. Mengembangkan nilai-nilai kehidupan anak.
4. Mempertinggi kehidupan anak.
5. Mengembangkan kemampuan berbahasa anak.37
36
Sedangkan langkah-langkah bercerita menggunakan boneka jari, antara lain:
1. Sebagai pendahuluan, guru dapat menyebutkan judul cerita.
2. Guru memasang sejumlah boneka jari pada sejumlah jarinya.
3. Guru memberikan kesempatan pada anak unutk mengikuti jalan cerita dengan
menggunakan dialog maupun komentar.
4. Guru menggerakan boneka jari dengan jalan menggerakkan jari ketika tokoh
cerita sedang berdialog.
5. Guru menjawab pertanyaan dan menanggapi komentar anak agar lebih
menghayati isi cerita.
6. Guru memberikan kesempatan kepada anak untuk menceritakan kembali
cerita menggunakan boneka jari dengan bahasanya sendiri secara individual.
7. Guru memupuk keberanian anak untuk menceritkan kembali cerita yang telah
di dengar dan dilihatnya.
8. Guru melakukan pengamatan terhadap penampilan anak.38
Semakin banyaknya variasi tehnik bercerita menggunakan boneka, akan
semakin menambah berbagai kemampuan anak dalam mengembangkan aspek-aspek
perkembangan yang harus dijalani anak sesuai dengan tahap perkembangannnya.
Melalui bercerita menggunakan boneka dengan berbagai tehnik, akan membuat anak
merasa senang dengan pembelajaran yang akan disampaikan guru, sehingga anak
merasa tidak dipaksa dan mereka tidak merasa bosan.
37 Novan Ardy Wiyani, Psikologi Perkembangan Anak Usia Dini (Yogyakarta: Gava Media,
2014), h. 116. 38
m. Dramatisasi Suatu Cerita
Guru dalam bercerita memainkan perwatakan tokoh-tokoh dalam suatu cerita
yang disukai anak dan merupakan daya tarik yang bersifat universal. Cerita
anak-anak yang disukai: timun emas, si Kancil mencuri ketimun, dan sebagainya.
n. Bercerita Sambil Memainkan Jari-Jari Tangan
Media lain yang lebih sederhana yang dapat digunakan guru dalam bercerita
adalah menggunakan jari-jari tangan. Tehnik ini tidak kalah menariknya dengan
tehnik bercerita lainnya. Dengan improvisasi yang baik, seorang guru yang piawai
akan menikmati tehnik sederhana ini, asalkan diikuti kreativitas yang tinggi dalam
menggali ide cerita sehingga anak tertarik untuk mendengarnya.
Hal-hal yang menjadi ide cerita pada tehnik bercerita sambil memainkan
jari-jari tangan, antara lain adalah cerita tentang jumlah jari-jari tangan, nama dari
masing-masing jari, guna jari tangan dan lain-lain. Contohnya menurut Hildebrand adalah
sebagai berikut: Sepuluh jari tangan seperti merentangkan jari-jari kedua tangan,
menunjuk diri sendiri, mengepalkan tangan, merentangkan jari, menepuk jari,
menyembunyikan jari kebelakang, mengangkat jari tangan, menurunkan jari tangan,
menyilang jari tangan, membentuk bulatan ibu jari dan telunjuk, serta membentuk
bulatan dengan kedua lengan tangan.39
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa guru dapat
menggunkan berbagai tehnik dalam bercerita, yaitu: membaca langsung dari buku
cerita, bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku, menceritakan
dongeng, bercerita dengan menggunakan papan flanel, bercerita dengan
39
menggunakan media boneka, dramatisasi suatu cerita dan bercerita sambil
memainkan jari-jari tangan. Apabila guru menggunakan tehnik bercerita yang
bervariasi akan semakin menambah antusiasme anak untuk mendengarkan cerita yang
disampaikan guru dan hal ini juga semakin memudahkan guru untuk menyampaikan
ataupun menanamkan nilai-nilai moral yang terkandung dalam cerita.
3. Langkah-langkah Bercerita bagi Anak Usia Dini
Kegiatan bercerita merupakan kegiatan yang memiliki manfaat besar bagi
perkembangan anak serta pencapaian tujuan pendidikan. Sebelum melaksanakan
kegiatan bercerita guru terlebih dahulu harus merancang kegiatan bercerita berupa
langkah-langkah yang harus ditempuh secara sistematis.
Metode pembelajaran melalui bercerita terdiri dari 5 langkah perencanaan
kegiatan bercerita, yaitu:
Langkah-langkah perencanaan kegiatan bercerita dimaksud adalah:
a. Menetapkan tujuan dan tema cerita.
Tujuan utama penggunaan metode bercerita adalah memberi pengalaman
belajar melalui bercerita untuk menyampaikan tujuan pengajaran, yaitu memberikan
informasi atau menanamkan nilai-nilai sosial, moral atau agama. Maka dalam
menetapkan tujuan pengajaran harus dikaitkan dengan tema yang dipilih. Tema
tersebut harus ada kedekatan hubungan antara anak di keluarga, sekolah atau pun di
luar sekolah.
Adapun bentuk-bentuk cerita yang dapat dipilih, misalnya: bercerita dengan
membaca langsung dari buku cerita, menggunakan gambar-gambar, menggunakan
papan flannel, menceritakan dongeng dan sebagainya.
c. Menetapkan bahan dan alat yang diperlukan dalam kegiatan bercerita sesuai dengan bentuk bercerita yang dipilih.
Bahan dan alat yang diperlukan dalam bercerita dapat disesuaikan dengan
bentuk cerita yang akan dipilih. Misalnya: guru akan bercerita menggunakan buku
cerita, maka guru dapat menyiapkan buku cerita.
d. Menetapkan langkah-langkah kegiatan bercerita, yang terdiri dari:
1. Menyampaikan tujuan dan tema cerita
Langkah ini dilakukan guru pada awal kegiatan bercerita. Hal ini dilakukan
sebagai sarana untuk menggali pengetahuan yang telah dimiliki anak
sebelumnya dan menghubungkan dengan hasil belajar yang akan diperoleh
melalui bercerita.
2. Mengatur tempat duduk
Pengaturan tempat duduk merupakan hal penting yang harus dilakukan
karena pengaturan tempat duduk yang tepat, akan membuat anak merasa
nyaman mengikuti kegiatan bercerita. Untuk kepentingan ini, guru dapat
mengajak anak untuk duduk di atas tikar atau karpet dalam formasi
setengah lingkaran, sehingga interaksi dapat berjalan dengan baik.
Pada kegiatan pembukaan ini , guru dapat menggali pengalaman yang telah
dimiliki anak sebelumnya dan menghubungkan dengan
pengalaman-pengalaman baru yang akan didapatkan melalui kegiatan bercerita.
4. Mengembangkan cerita
Pada tahap pengembangan cerita, guru dapat menambahkan informasi lain
yang berkenaan dengan tema cerita. Guru dapat menyajikan fakta-fakta
disekitar kehidupan anak berkaitan dengan tema cerita.
5. Menetapkan teknik bertutur
Guru dapat menetapkan rancangan cara-cara bertutur yang dapat
menggetarkan perasaan anak, sehingga cerita yang disampaikan dapat tepat
sasaran.
6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.
Langkah ini merupakan tahap penutup dalam kegiatan bercerita, dengan
mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita dan
dapat memberikan solusi terhadap permaslaahan yang ada dalam cerita.40 e. Menetapkan rancangan penilaian kegiatan bercerita
Kualitas keberhasilan menggunakan metode bercerita banyak dipengaruhi
oleh perencanaan pelaksanaan kegiatan bercerita yang telah ditetapkan. Dalam
rancangan kegiatan bercerita telah ditetapkan tujuan bercerita. Sesuai dengan tujuan
dan tema bercerita yang dipilih, maka dapat dirancang penilaiam kegiatan bercerita
40 Moeslichatoen, Metode Pengajaran Di Taman Kanak-Kanak (Jakarta: Rineka Cipta, 2004),
dengan menggunakan tehnik bertanya pada akhir kegiatan bercerita yang memberi
petunjuk seberapa besar perhatian dan tanggapan anak terhadap isi cerita.41
Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, tujuan yang ingin dicapai melalui
kegiatan bercerita serta tema yang dipilih oleh guru menjadi acuan dalam
melaksanakan kegiatan lainnya. Guru memiliki kebebasan untuk menentukan bentuk
cerita yang dipilih, sepanjang bisa menggambarkan isi cerita dengan baik. Bahan dan
alat yang dipergunakan dalam kegiatan bercerita sangat bergantung kepada bentuk
cerita yang dipilih sebelumnya. Pengaturan tempat duduk, merupakan hal yang patut
mendapat perhatian karena pengaturan yang baik membuat anak merasa nyaman dan
dapat mengikuti cerita di samping teknik bercerita.
4. Tujuan Kegiatan Bercerita Bagi Anak Usia Dini
Kegiatan bercerita merupakan salah satu cara yang ditempuh guru untuk
memberi pengalaman belajar agar anak memperoleh penguasaan isi cerita yang
disampaikan lebih baik.
Secara umum kegiatan bercerita memiliki tujuan sebagai berikut:
1 Melalui bercerita anak menyerap pesan-pesan yang dituturkan melalui kegiatan
bercerita. Penuturan cerita yang sarat informasiatau nilai-nilai itu dihayati anak
dan diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
2 Dalam kegiatan bercerita anak dibimbing mengembangkan kemampuan untuk
mendengarkan cerita guru yang bertujuan untuk memberikan informasi atau
menanamkan nilai-nilai sosial, moral, dan keagamaan, pemberian informasi
tentang lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya. Lingkungan fisik itu meliputi
41
segala sesuatu yang ada di sekitar anak yang non-manusia. Dalam kaitan
lingkungan fisik melalui bercerita anak memperoleh informasi tentang binatang,
peristiwa yang terjadi dari lingkungan anak, bermacam makanan, pakaian,
perumahan, tanaman yang terdapat di halaman rumah, sekolah, kejadian di rumah
dan di jalan. Sedangkan informasi tentang lingkungan sosial meliputi: orang yang
ada dalam keluarga, di sekolah, dan di masyarakat. Dalam masyarakat tiap orang
itu memiliki pekerjaan yang harus dilakukan setiap hari yangmemberikan
pelayanan jasa kepada orang lain atau menghasilkan sesuatu untuk memenuhi
kebutuhan orang lain.42
Selain itu,tujuan penting yang dapat diambil dari metode bercerita bagi
perkembangan anak usia dini, antara lain melalui cerita kita dapat:
1. Mengkomunikasikan nilai-nilai budaya 2. Mengkomunikasikan nilai-nilai sosial 3. Mengkomunikasikan nilai-nilai keagamaan 4. Menanamkan etos kerja, etos waktu, etos alam 5. Membantu mengembangkan fantasi anak
6. Membantu mengembangkan dimensi kognitif anak 7. Membantu mengembangkan dimensi bahasa anak.43
Berdasarkan pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa, kegiatan bercerita
bagi anak usia dini memiliki tujuan yang sangat mulia bagi perkembangan anak.
Diantarnya: menyampaikan pesan-pesan maupun nilai-nilai kehidupan bagi anak,
baik nilai-nilai sosial, agama, budaya dan moral yang akan ditemui dan diterapkan
42 Ibid, h. 10.8. 43
anak dalam kehidupan sehari-hari anak serta pengenalan lingkungan yang ada
disekitar anak.
B. Kemandirian Anak Usia Dini 1. Pengertian Kemandirian
Kemandirian adalah sikap dan perilaku yang tidak mudah bergantung kepada
orang lain dalam menyelesaikan tugas-tugasnya”.44 Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri
sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau
keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain.45 Yuliani Sujiono mengatakan bahwa kemandirian adalah suatu upaya yang dilakukan dan dimaksudkan
untuk melatih anak dalam memecahkan masalahya. Mandiri adalah sikap dan
perilaku yang tidak mudah tergantung pada orang lain dalam menyelesaikan
tugas-tugasnya.
Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat diismpulkan bahwa kemandirian
adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung
individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain. Kemandirian
identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan
sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka
membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan
kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap
44Muhammad Fadillah & Lilif Mualifatu Khorida, Pendidikan Karakter Anak Usia Dini
(Yogyakarta: AR-RUZZ Media), h. 195.
45 Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka,
benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko
dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut.
2.2. Ciri-ciri Kemandirian Anak Usia Dini
3.
Ciri-ciri kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator
yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan
pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak
dalam membentuk kemandirian anak.
Adapun ciri-ciri kemandirian anak usia dini, antara lain:
1. Memiliki kepercayaan diri sendiri
2. Memiliki motivasi interinsik yang tinggi
3. Mampu dan berani menentukan pilihannya sendiri
4. Kreatif dan inovatif
5. Bertanggung jawab menerima konsekuensi yang menyertai pilihannya
6. Mampu menyesuaikan diri dengan lingkungannya
7. Tidak bergantung pada orang lain.46
Menurut Martinis Yamin ada tujuh indikator pencapaian kemandirian anak,
yaitu:
g. Kemampuan fisik
h. Percaya diri
i. Bertanggung jawab
j. Disiplin
46
k. Pandai bergaul
l. Saling berbagi
m. Mengendalikan emosi.47
Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi
yang tinggi. Sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan
diri pada orang lain, biasanya pada orang tuanya. Anak yang kurang mandiri selalu
ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya, baik pada saat sekolah maupun pada
saat bermain. Kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda
dengan anak yang memiliki kemandirian, ia berani memutuskan pilihannya sendiri,
tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah menyesuaikan diri dengan
lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.
Apabila anak sudah memiliki karakter mandiri, maka nantinya akan menjadikan
anak usia dini siap bersekolah. Krikteria anak mandiri yang sudah siap bersekolah,
antara lain:
1. Dapat ditinggal orang tua atau pengasuh selama 2-3 jam
2. Dapat ke toilet sendiri
3. Menyenangi dirinya sendiri
4. Mengatakan ingin pergi kesekolah
5. Tidak takut peergi ke sekolah
6. Mengerti tentang barang miliknya
7. Mengerti jenis kelaminnya sendiri
47 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung
8. Dapat memakai baju sendiri
9. Dapat menggosok gigi sendiri
10.Tahu nama orangtuanya
11.Mengerti rambu lalau lintas
12.Dapat membawa piring
13.Dapat mengendalikan diri
14.Mau bermain dengan teman-temannya
15.Berbicara dengan mudah dan jelas
16.Dapat melakukann tugas sederhana
17.Dapat melakukan tugas sndiri
18.Mau mengerjakan pekerjaan rumah sehari-hari
19.Mengerti tentang kepemilikan
20.Dapat berbagi dengan teman.48
Anak yang mandiri itu adalah anak yang mempunyai kepercayaan diri dan
moti