• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

A. Metode Bercerita

nilai-nilai positif yang berlaku di masyarakat. Oleh karena itu materi yang disampaikan berbentuk cerita yang awal dan akhirnya berhubungan erat dalam kesatuan yang utuh, alurnya ceritanya pun tidak terlalu menyimpang dari isi cerita. Oleh karena itu, guru harus mempersiapkan terlebih dahulu secara matang cerita yang akan disajikan, sehingga anak pun dapat menerima dan memahaminya.

Biasanya kegiatan bercerita dilaksanakan pada kegiatan penutup, sehingga kalau anak pulang, anak menjadi tenang dan senang setelah mengikuti pembelajaran. Namun demikian pada prakteknya tidak selalu pada saat kegiatan penutup, bercerita dapat dilakukan pada saat kegiatan pembukaan, kegiatan inti maupun pada waktu-waktu senggang di sekolah, misalnya pada saat waktu-waktu istirahat, karena mendengarkan cerita adalah sesuatu yang mengasyikkan bagi anak usia Taman Kanak-kanak.

Ada beberapa tehnik bercerita yang dapat digunakan guru dalam menyampaikan nilai-nilai yang terkandung dalam cerita, antara lain:

a. Membaca langsung dari buku cerita

b. Bercerita dengan menggunakan ilustrasi gambar dari buku c. Menceritakan dongeng

d. Bercerita dengan menggunakan papan flanel e. Bercerita dengan menggunakan media boneka f. Dramatisasi suatu cerita

g. Bercerita sambil memainkan jari-jari tangan.17

Agar kegiatan bercerita pun dapat berjalan sesuai dengan tujuan yang diharapkan, guru sebaiknya menguasai langkah-langkah bercerita sebagai berikut:

17 Montolalu, dkk, Bermain dan Permianan Ana k (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h. 10.13.

1. Mengkomunikasikan tujuan dan tema cerita 2. Mengatur tempat duduk

3. Melaksanakan kegiatan pembukaan 4. Mengembangkan cerita

5. Menetapkan tehnik bertutur

6. Mengajukan pertanyaan yang berkaitan dengan isi cerita.18

Metode bercerita sangat umum digunakan dalam pembelajaran anak usia dini, khususnya dalam menyampaikan pesan-pesan dan nilai-nilai yang hendak diinternalisasikan kepada anak sehingga dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari anak.. Adapun kelebihan metode ini adalah: dapat meningkatkan motivasi anak untuk belajar, karena anak sangat senang dengan cerita-cerita. Sangat sesuai untuk pendidikan afektif (nilai), sebab metode ini dapat menyampaikan nilai-nilai kebaikan kepada anak melalui contoh-contoh dalam cerita sehingga mendorong anak untuk melakukan kebaikan tersebut, sekaligus menghindari perbuatan buruk yang digambarkan dalam cerita guru. Tidak membutuhkan banyak alat dan media pembelajan.

Adapun kelemahannya antara lain: dalam pembelajaran ini biasanya guru lebih dominan, sehingga peran aktif anak sedikit terbatas. Oleh karena itu, guru harus mampu mengkolaborasikan metode ini dengan metode-metode yang lainnya seperti tanya jawab dan bernyanyi. Guru dituntut untuk benar-benar menguasai teknik bercerita yang baik, sehingga anak tertarik dengan cerita yang dibawakannya sekaligus pesan yang ingin disampaikan akan diterima anak dengan baik.

Salah satu potensi yang ada dalam diri anak usia dini yang harus dikembangkan adalah kemandirian. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, mandiri diartikan

18

sebagai keadaan yang dapat menjadikan individu berdiri sendiri, tidak tergantung pada orang lain. Kemandirian sendiri merupakan hal atau keadaan dapat berdiri sendiri tanpa bergantung pada orang lain. 19 Kemandirian adalah sikap dan perilaku seseorang yang mencerminkan perbuatan yang cenderung individual (mandiri), tanpa bantuan dan pertolongan dari orang lain.

Kemandirian identik dengan kedewasaan, berbuat sesuatu tidak harus ditentukan atau diarahkan sepenuhnya oleh orang lain. Kemandirian anak sangat diperlukan dalam rangka membekali mereka untuk menjalani kehidupan yang akan datang. Dengan kemandirian ini seorang anak akan mampu untuk menentukan pilihan yang ia anggap benar, selain itu ia berani memutuskan pilihannya dan bertanggung jawab atas resiko dan konsekwensi yang diakibatkan dari pilihannya tersebut. Kemandirian anak usia dini dapat diukur dengan indikator - indikator yang telah dikemukakan oleh beberapa ahli. Di mana indikator tersebut merupakan pedoman dalam melihat dan mengevaluasi perkembangan dan pertumbuhan anak.

Menurut Diane Trister Dodge, kemandirian anak usia dini dapat dilihat dari pembiasaan perilaku dan kemampuan anak dengan indikator:20 Adapun secara rinci dijabarkan sebagai berikut ini:

a. Kemampuan fisik

Kemampuan fisik dalam hal ini maksudnya adalah kemandirian dalam hal memenuhi kebutuhan. Seorang anak dikatakan mandiri secara fisik jika ia dapat bekerja sendiri, mampu menggunakan fisiknya untuk melakukan segala aktivitas hidupnya. Misalnya: anak dapat mencuci tangan sendiri.

19 Kamus Bahasa Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia Edisi Ketiga (Jakarta: Balai Pustaka, 2003), h. 360.

20 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Panduan PAUD (Jakarta: Referensi (Gaung Persada Press Group), 2013), h. 60.

a. Percaya diri

Anak mampu dan berani menentukan pilihan sendiri. Anak mandiri memiliki kemampuan dan keberanian dalam menentukan pilihan sendiri dan mengambil keputusan dengan berani mengambil resiko.

b. Bertanggung jawab

Anak mampu bertanggung jawab menerima konsekwensi yang menyertai pilihannya. Di dalam mengambil keputuan atau pilihan tentu ada konsekwensi yang melekat pada pilihannya. Anak yang mandiri dia bertanggung jawab atas keputusan yang diambilnya apapun yang terjadi tentu saja bagi anak Taman Kanak-kanak tanggung jawab pada taraf yang wajar. Misalnya tidak menangis ketika ia salah mengambil alat mainan dan mau membereskan kembali.

c. Disiplin

Anak mampu memahami adanya keseimbangan antara waktu menikmati masa kanak-kanak (bermain) yang memang hak anak dan waktu untuk melakukan rutinitas sehari-hari (makan, mandi, tidur) dan tugas-tugas sekolah yang merupakan kewajiban anak tanpa harus bergantung dengan orang lain, walaupun terkadang masih memerlukan bimbingan dari orang dewasa.

d. Pandai bergaul

Anak mampu mengadakan interaksi dengan orang lain dan tidak tergantung atau menunggu aksi dari orang lain. Anak mampu bersosialisasi tanpa harus ditemani oleh orang tuanya.

e. Saling berbagi

Anak memiliki sifat mau berbagi, baik dengan teman maupun saudara, dalam bentuk benda, maianan maupun makanan ataupun bantuan. Dengan demikian, anak akan terbiasa untuk menolong orang yang lebih membutuhkan tanpa harus diperintah oleh orang lain.

f. Mengendalikan emosi

Anak dapat mengontrol emosinya bahkan dapat berempati terhadap orang lain, mampu mengungkapkan dan memahami perasaan, mengendalikan amarah, menyesuaikan diri, disukai, kemampuan memecahkan masalah pribadi.

Adapun secara rinci, indikator kemandirian yang akan dikembangkan dalam penelitian ini adalah berdasarkan teori yang telah digagas oleh Diane Trister Dodge, dalam tabel di bawah ini:

Tabel 1

Indikator Pencapaian Kemandirian Anak

No Aspek Yang Akan

Dikembangkan

Indikator 1 Kemampuan fisik Anak dapat makan sendiri

guru

3 Bertanggung jawab Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan

4 Disiplin Anak mau masuk kelas setelah waktu bermain

selesai

5 Pandai bergaul Anak dapat bergaul dengan siapa saja

6 Saling berbagi Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan

Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya

7 Mengendalikan emosi Anak dapat mengendalikan amarah

Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan kesalahan

Sumber: Teori Diane Trister Dodge

Unsur-unsur indikator kemandirian tersebut di atas, tentu pada anak usia dini berbeda dengan makna kemandirian bagi orang dewasa. Bagi anak usia dini kemandirian sifatnya masih dalam taraf sangat sederhana, sesuai dengan tingkat perkembangannya. Hal ini terlihat dalam tingkah laku anak. Anak yang mandiri adalah anak yang memiliki kepercayaan diri dan motivasi yang tinggi. Sehingga dalam setiap tingkah lakunya tidak banyak menggantungkan diri pada orang lain. Anak yang kurang mandiri selalu ingin ditemani atau ditunggui oleh orang tuanya, baik pada saat sekolah maupun pada saat bermain. Kemana-mana harus ditemani orang tua atau saudaranya. Berbeda dengan anak yang memiliki kemandiran, ia berani memutuskan pilihannya sendiri, misalnya: mau bermain apa, bermain dengan siapa. Selain itu, tingkat kepercayaan dirinya lebih nampak, dan mudah menyesuaikan diri dengan lingkungan dan teman bermain maupun orang asing yang baru dikenalnya.

Kemandirian merupakan salah satu karakter dasar yang harus dibentuk pada saat usia dini. Beberapa metode yang dapat digunakan untuk memperkenalkan nilai-nilai karakter pada anak, salah satunya karakter mendiri, antara lain: metode keteladanan, metode pembiasaan, metode bercerita, metode karyawisata.21 Salah satu metode yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian pada anak usia dini adalah melalui metode bercerita. Misalnya: guru bercerita dengan tehnik mendongeng tentang cara menggosok gigi sendiri.

Anak diajarkan menggosok gigi dengan cara perlahan-lahan. Setelah anak mendengarkan cerita, anak mulai dapat mempraktekkan cara menggosok gigi yang benar. Dengan demikian, melalui refleksi dari apa yang dilakukan anak merupakan salah satu cara untuk memandirikan anak melalui cerita dan belajar dari pengalaman.22 Selain itu, dapat juga melalui mendongeng tentang binatang, misalnya: buaya yang suka makan permen dan akhirnya sakit gigi.23 Manfaat yang dapat diambil yaitu bahwasannya anak dapat merefleksikan hal-hal yang baik dalam kehidupan sehari-hari dari cerita yang telah di dengar sebelumnya.

Manfaat lain dari metode bercerita, yaitu akan lebih mudah untuk menanamkan nilai-nilai yang dapat digunakan untuk membentuk kemandirian anak, karena anak akan menerima pembelajaran yang disampaikan guru dengan perasaan senang dan tanpa disadarinya karena anak terhanyut dengan isi cerita yang dismapaikan. Sehingga anak dapat merekam langsung dalam memorinya mengenai nilai-nilai yang disampaikan melalui cerita.

21 Muhammad Fadillah dan Lilif Mualifatu Khorida, Op Cit, h. 166.

22 Martinis Yamin & Jamilah Sabri Sanan, Op Cit, h. 87.

23

Namun ternyata, berdasarkan prasurvey peneliti di lapangan, didapatkan data bahwa guru-guru di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung belum dapat mengambil manfaaat dari kegiatan bercerita secara optimal dalam mengembangkan kemandirian pada anak. Sehingga ada anak yang belum terbentuk kemandiriannya, diantaranya: masih ada anak yang belum dapat makan sendiri, tidak berani tampil di depan kelas (harus ditemani ibu guru), belum dapat membuka ataupun menutup peralatan makannya sendiri, belum dapat membereskan mainan yang telah digunakan.24

Berikut ini adalah hasil pra survey peneliti terhadap kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.

Tabel 2

Hasil pra survey terhadap kemandirian anak melalui manfaat metode bercerita Di kelompok B2 TK Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung Aspek Yang

Akan Dikembangkan

Indikator

(Teori Diane Trister Dodge)

Penilaian

BB MB BSH BSB

Kemampuan fisik

1. Anak dapat makan sendiri 5 10 9 -

Percaya diri 2. Anak dapat tampil di depan kelas tanpa ditemani guru

13 9 2 -

Bertanggung jawab

3. Anak dapat membereskan peralatan makan sendiri

8 12 4 -

4. Anak dapat membereskan mainan yang telah digunakan

10 9 5 -

Disiplin 5. Anak mau masuk kelas

setelah waktu bermain selesai

12 7 5 -

Pandai bergaul 6. Anak dapat bergaul dengan siapa saja

14 7 3 -

Saling berbagi 7. Anak mau berbagi makanan pada teman yang tidak membawa makanan

5 16 3 -

24

Peneliti, Hasil Observasi, di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 April 2015.

Mengendalikan emosi

8. Anak mau bergantian alat permainan dengan temannya

13 9 2 -

9. Anak dapat mengendalikan amarah

10 10 4 -

10.Anak mau langsung meminta maaf bila melakukan

kesalahan

12 8 4 -

Jumlah 102 97 41 -

Sumber: Hasil Pra Survey Peneliti , di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tanggal 12 Oktober 2016

Ket:

1. BB (Belum Berkembang )

Apabila anak belum mampu melakukan sendiri 2. MB ( Mulai Berkembang )

Apabila anak dapat melakukan kegiatan dengan sedikit bantuan guru 3. BSH (Berkembang Sesuai Harapan)

Apabila anak mampu melakukan kegiatan sendiri 4. BSB (Berkembang Sangat Baik)

Apabila anak mampu membantu teman yang belum bisa

Keberhasilan pembelajaran dilihat dari jumlah peserta didik yang mencapai lebih dari 75 % dari jumlah peserta didik yang ada di kelas. Artinya jika anak yang ada di dalam kelas sudah mencapai 75% lebih (Berkembang Sesuai Harapan), maka proses pembelajaran berhasil dan penggunaan metode bercerita mempunyai pengaruh yang sangat signifikan terhadap perkembangan aspek kemandirian anak.

Namun, berdasarkan tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan kemandirian anak masih rendah. Berikut ini, adalah pencapaian kemandirian anak yang Berkembang Sesuai Harapan (BSH) dapat diketahui hanya 17,03 % Mulai Berkembang (MB) sebesar 40, 41 % dan Belum Berkembang (BB) sebesar 42,50 %. Oleh karena itu, anak-anak masih memerlukan pembinaaan yang tepat yang dalam membentuk potensi kemandiriannya sehingga dapat berkembang secara optimal, sebagai bekal anak untuk memasuki kehidupan sosial yang lebih luas.

Berdasarkan penemuan masalah-masalah terebut di atas, maka hal inilah yang mendorong penulis tertarik untuk mengangkat judul skripsi “Manfaat Metode Bercerita dalam Membentuk Kemandirian Anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum

Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung”. D. Fokus Penelitian

Adapun penelitian ini difokuskan pada pembentukan kemandirian anak di kelompok B2 Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung, tahun pelajaran 2016/2017 dengan berdasarkan pada pengembangan indikator menurut teori Diane Trister Dodge, melalui penggunaan metode bercerita. Dimana dalam tahap pelaksanaanya disesuaikan dengan tahap perkembangan anak usia dini.

E. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah dan fokus penelitian tersebut, maka

rumusan masalah dalam skripsi ini adalah: “Apakah manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung?”.

F. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui manfaat metode bercerita dalam membentuk kemandirian pada anak di Taman Kanak-Kanak Kuntum Mekar 2 Sukarame Bandar Lampung.

G. Manfaat Penelitian

Adapun penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi semua pihak, antara lain: 1. Lembaga Taman Kanak-Kanak

Sebagai bahan masukan bagi lembaga Taman Kanak-Kanak untuk dapat meningkatkan berbagai potensi peserta didik, khususnya dalam membentuk kemandirian pada anak melalui metode bercerita.

2. Guru

Dapat meningkatkan pengetahuan dan pengalaman guru dalam memanfaatkan metode bercerita sebagai alternatif guru dalam memilih strategi pembelajaran yang efektif dalam membentuk kemandirian anak.

3. Anak didik

Anak dapat mengembangkan segala potensi kemandirian yang dimilikinya dengan stimulus yang tepat dan sesuai dengan tingkat perkembangannya, tanpa merasa terbebani dengan penggunaan metode pembelajaran yang ada.

BAB II

LANDASAN TEORI

A. Metode Bercerita

1. Pengertian Metode Bercerita

“Metode secara harfiah berarti “cara”, sedangkan dalam pemakaian umum metode diartikan sebagai alat yang merupakan bagian dari perangkat dan cara dalam pelaksanaan suatu strategi dalam mengajar.25 Menurut Trianto, “metode adalah cara

yang dipergunakan untuk mengimplementasikan rencana yang telah disusun dalam kegiatan nyata, agar tujuan yang telah disusun tercapai secara optimal”.26

Oemar

Hamalik mengemukakan bahwa, “metode adalah cara yang digunakan untuk menyampaikan materi pelajaran dalam upaya mencapai tujuan kurikulum”.27

Berdasarkan definisi atau pengertian beberapa metode yang dikemukakan di atas dapat disimpulkan bahwa metode merupakan suatu cara atau strategi yang dilakukan oleh seorang guru/pendidik untuk menciptakan suatu proses kegiatan belajar mengajar pada siswa dalam upaya untuk mencapai tujuan pembelajaran.

Secara umum banyak sekali metode pembelajaran yang dapat diterapkan dalam suatu proses kegiatan belajar mengajar. Namun, tidak semua metode pembelajaran cocok bagi kegiatan anak usia dini. Secara teknis beberapa metode pembelajaran yang dapat diterapkan pada anak usia dini yaitu “metode bermain,

25 Moejono Hasibuan, Proses Belajar Mengajar (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), h. 3.

26

Trianto, Desain Pengembangan Pembelajaran Tematik (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2011), h. 93.

27

metode karyawisata, metode bercakap-cakap, metode bercerita, metode demonstrasi,

metode proyek dan metode pemberian tugas”.28

Salah satu metode pembelajaran yang dapat diterapkan diantaranya yaitu metode bercerita.

Bercerita merupakan cara untuk meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi berikutnya. Bercerita juga dapat menjadi media untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku di masyarakat.29 Dalam konsep Islam, cerita disebut sebagai qashas, yang memiliki makna kisah. Selain itu, qashash juga diartikan sebagai urusan, berita, perkara, dan keadaan.30 Sementara menurut istilah, Qashas adalah pemberitaan (kisah) Al-Quran tentang hal ikhwal umat yang telah lalu, peristiwa yang terdahulu dan peristiwa-peristiwa yang telah terjadi. Jadi, dapat dipahami bahwa cerita dapat dimaknai sebagai kisah (qashas).31

Metode bercerita merupakan salah satu cara menyampaikan sesuatu dengan cara bertutur atau memberikan penerangan /penjelasan secara lisan melalui cerita.32 Metode bercerita sangat tepat diberikan bagi anak usia dini. Hal ini akan berguna bagi anak ketika suatu saat ia menemukan masalah yang hampir mirip dengan isi cerita yang pernah diberikan guru, sehingga akan memacu nalarnya untuk berfikir mencari pemecahan dari masalah yang dihadapi. Sehingga banyak sekali makna penting bercerita bagi anak usia dini.

28

Soegeng Santoso,Pendidikan Anak Usia Dini (Jakarta: Citra Pendidikan, 2002), h. 72.

29

Isjoni, Model Pembelajaran Anak Usia Dini (Bandung: Alfabeta, 2010), h. 90

30

Armai Arif, Ilmu dan Metodologi Pendidikan Islam (Jakarta: Ciputra Press, 2002), h. 115.

31Manna’ Khalil Al-Qur’an, Studi Ilmu-Ilmu Qur’an (Jakarta: Pustaka Lintera Antar Nusa, 2003), h. 435.

32

Yuliani Nurani Sujiono, dkk, Metode Pengembangan Kognitif (Jakarta: Universitas Terbuka, 2011), h. 7.9.

Berdasarkan beberapa pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa metode bercerita adalah suatu cara yang dipergunakan guru dalam suatu pembelajaran untuk menyampaikan nilai-nilai yang berlaku dimasyarakat secara lisan, baik dengan menggunkan alat peraga maupun tidak dengan tetap mengutamakan keterlibatan anak terhadap cerita yang akan diberikan.

2. Tehnik Bercerita Bagi Anak Usia Dini

Metode bercerita merupakan salah satu pemberian pengalaman bagi anak TK dengan membawakan cerita kepada anak secara lisan. Cerita yang dibawakan guru harus menarik dan mengundang perhatian anak dan tidak lepas dari tujuan pendidikan bagi anak. Bila isi cerita itu dikaitkan dengan dunia kehidupan anak, maka mereka merasa akan mendengarkannya dengan penuh perhatian dan mudah dapat menangkap isi cerita. Dunia kehidupan anak itu penuh dengan suka cita, maka kegiatan bercerita harus diusahakan dapat memberikan perasaan gembira, lucu dan mengasyikan.

Dunia kehidupan anak-anak itu berkaitan dengan lingkungan keluarga, sekolah dan luar sekolah, maka kegiatan bercerita di TK harus diusahakan menjadi pengalaman bagi anak yang bersifat unik dan menarik, yang menggetarkan perasaan anak, dan memotivasi anak untuk mengikuti cerita itu sampai tuntas. Oleh karena itu, guru perlu mengetahui beberapa tehnik dalam bercerita, sehingga anak tidak merasa bosan karena guru selalu menggunakan tehnik yang sama dalam bercerita.

Ada beberapa teknik bercerita yang dapat dipergunakan guru, antara lain:33

h. Membaca langsung dari buku cerita

33

Seorang guru TK sekurang-kurangnya haruslah menguasai tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita. Hal itu sangat bagus bila guru mempunyai puisi atau prosa yang sesuai untuk dibacakan kepada anak TK. Ukuran kebagusan puisi atau prosa itu terutama ditekankan pada pesan-pesan yang disampaikan yang dapat ditangkap anak: memahami perbuatan itu salah dan perbuatan ini benar, atau hal ini bagus dan hal itu jelek, atau kejadian itu lucu, kejadian itu menarik, dan sebagainya.

Beberapa hal penting yang perlu diperhatikan guru sebelum dan ketika akan menggunakan tehnik bercerita dengan membacakan langsung dari buku cerita:

1. Pilihlah buku-buku yang bergambar menarik denga warna-warna gambar yang sesuai dan tidak mencolok mata.

2. Pilihlah buku-buku yang bertulisan besar dengan kalimat-kalimat yang tidak terlalu panjang dan menggunakan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 3. Pilihlah isi cerita yang diangkat dari hal-hal yang istimewa di daerah tempat

tinggal anak.

4. Isi cerita dengan kata-kata yang diulang-ulang pada setiap halaman juga baik dan menarik.

5. Saat membacakan buku cerita, posisi buku yang dipegang guru haruslah dapat terlihat oleh seluruh murid.

6. Mulailah mengenalkan pengetahuan tentang buku, yaitu kebiasaan baik dalam mengenali buku, antara lain:

a. Cara memegang buku dengan benar, tidak terbalik. b. Membedakan muka dan belakang suatu buku.

c. Cara membalik lembar demi lembar dari halaman suatu buku. d. Menunjukkan judul, pengarang, ilustrator pada sebuah buku.

e. Menunjukkan pengetahuan membaca dari kiri ke kanan dan dari atas ke bawah.

f. Memiliki reaksi setelah dibacakan.34

i. Bercerita dengan Menggunakan Ilustrasi Gambar dari Buku

Bila cerita yang disampaikan pada anak TK terlalu panjang dan terinci dengan menambahkan ilustrasi gambar dari buku yang dapat menarik perhatian anak, maka teknik bercerita ini akan berfungsi dengan baik. Mendengarkan cerita tanpa ilustrasi gambar menuntut pemusatan perhatian yang lebih besar dibandingkan bila anak mendengarkan cerita dari buku bergambar. Untuk menjadi seorang yang dapat bercerita dengan baik guru TK memerlukan persiapan dan latihan.

Penggunaan ilustrasi gambar dalam bercerita dimaksudkan untuk memperjelas pesan-pesan yang dituturkan, juga untuk mengikat perhatian anak pada jalannya cerita. Adapun hal yang harus diperhatikan dalam memilih ilustrasi gambar adalah ilustrasi gambar hendaknya cukup besar, sehingga mudah dilihat anak, berwarna serta menggambarkan jalan cerita yang akan disampaikan.

j. Menceritakan Dongeng

Cerita dongeng merupakan bentuk kesenian yang paling lama. mendongeng merupakan cara meneruskan warisan budaya dari satu generasi ke generasi yang berikutnya. Dongeng dapat dipergunakan untuk menyampaikan pesan-pesan

34

Montolalu, dkk, Bermain dan Permainan anak (Jakarta: Universitas Terbuka, 2012), h. 10.5.

kebajikan kepada anak. Oleh karena itu, seni dongeng perlu dipertahankan dari kehidupan anak.

Menceritakan dongeng kepada anak dapat membantu anak mengenal budaya leluhurnya sekaligus menyampaikan pesan-pesan yang terdapat didalamnya.Dongeng yang berasal dari tanah air, disamping memiliki nilai-nilai luhur yang akan diwarisi anak, juga dapat memberi kesempatan pada anak untuk mengenal dan mencintai

Dokumen terkait