• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Univariat pada penelitian ini dilakukan untuk memberikan gambaran distribusi frekuensi dari tiap variabel yang diteliti baik dependen maupun independen.

5.1.1. Gambaran Umur Ibu Hamil

Variabel umur ibu hamil dalam penelitian ini dikelompokkan menjadi dua, yaitu dewasa muda dan dewasa. Seorang ibu hamil dimasukkan ke dalam kategori dewasa muda apabila umur ibu hamil ≤ 24 tahun. Sedangkan masuk dalam katagori dewasa apabila umur ibu hamil > 24 tahun. Distribusi frekuensi variabel umur ibu hamil dapat dilihat pada tabel 5.1.

Tabel 5.1.

Distribusi Frekuensi Umur Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Umur N %

Dewasa muda 2 21 27.6

Dewasa > 24 55 72.4

Total 76 100

Berdasarkan umur responden bervariasi dari umur terendah 18 tahun dan tertinggi 44 tahun. Jika dilihat dari tabel 5.1. diketahui dari 76 sampel yang diteliti terlihat 72,4% ibu hamil yang berusia dewasa. Hal ini

menunjukkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat berusia di atas 24 tahun.

5.1.2. Gambaran Pendidikan Ibu Hamil

Terlihat pendidikan tertinggi ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat adalah tingkat SMA dan pendidikan terendah yaitu SD.Variabel pendidikan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu pendidikan rendah dan tinggi. Seorang ibu hamil dimasukkan ke dalam kategori pendidikan rendah apabila ibu hamil berpendidikan ≤ SMP/Sederajat. Sedangkan ibu hamil masuk dalam katagori pendidikan tinggi apabila ibu hamil berpendidikan ≥ SMA. Distribusi frekuensi pendidikan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 5.2.

Tabel 5.2.

Distribusi Frekuensi Pendidikan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Pendidikan N %

Rendah 25 32.9

Tinggi 51 67.1

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.2. dari 76 sampel yang diteliti terlihat 67,1% ibu hamil berpendidikan tinggi. Hal ini dapat disimpulkan bahwa sebagian besar ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat berpendidikan tinggi yaitu SMA.

5.1.3. Gambaran Status Pekerjaan Ibu Hamil

Berdasarkan status pekerjaan responden terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil berstatus sebagai Ibu Rumah Tangga. Variabel status pekerjaan dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu tidak bekerja dan bekerja. Distribusi frekuensi status pekerjaan ibu hamil dapat dilihat pada tabel 5.3.

Tabel 5.3.

Distribusi Frekuensi Status Pekerjaan Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Status Pekerjaan N %

Tidak bekerja 59 77.6

Bekerja 17 22.4

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.3. terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil tidak bekerja. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 77,6% ibu hamil yang tidak bekerja. Artinya sebagian besar ibu hamil berstatus sebagai ibu rumah tangga. 5.1.4. Gambaran Pengetahuan VCT Ibu Hamil

Variabel pengetahuan VCT ibu hamil dalam penelitian ini dikategorikan dalam pengetahuan kurang dan pengetahuan baik yang dinilai berdasarkan soal yang diberikan pada responden. Terdapat 10 soal yang tiap soalnya bernilai 10 poin. Cut of point untuk pengetahuan VCT terdiri dari dua kelompok, yaitu pengetahuan tentang VCT kurang dan pengetahuan tentang VCT baik. Responden yang dapat menjawab dengan benar soal lebih dari lima,

atau mendapatkan nilai ≥ 60 maka masuk ke dalam kategori memiliki pengetahuan yang baik, dan responden yang hanya dapat menjawab kurang dari lima soal dengan benar, atau mendapatkan nilai < 60maka akan masuk ke dalam kategori memiliki pengetahuan kurang. Distribusi frekuensi pengetahuan VCT ibu hamil dapat dilihat pada tabel 5.4.

Tabel 5.4.

Distribusi Frekuensi Pengetahuan VCT Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Pengetahuan VCT N %

Kurang 70 92.1

Baik 6 7.9

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.4. diketahui bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki pengetahuan kurang tentang VCT. Dari 76 sampel yang diteliti terlihat 7,9% ibu hamil yang berpengetahuan baik tentang VCT. artinya Sebagian besar responden berpengetahuan rendah tentang VCT dalam hal manfaat VCT, layanan apa saja yang diberikan dari layanan VCT, tahapan – tahapan yang seharusnya dilakukan pasien dalam mengikuti layanan VCT, dan materi apa yang diberikan dilayanan konseling VCT.

5.1.5. Gambaran Sikap Ibu Hamil

Variabel sikap ibu hamil terhadap VCT dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua yaitu sikap negatif dan sikap positif. Ibu hamil dimasukkan kedalam kategori sikap negatif apabila skor sikap < median

sedangkan ibu hamil yang memiliki sikap positif terhadap VCT apabila skor sikap ≥ median. Distribusi frekuensi sikap ibu hamil terhadap VCT dapat dilihat pada tabel 5.5.

Tabel 5.5.

Distribusi Frekuensi Sikap Ibu Hamil Terhadap VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Sikap N %

Negatif 25 32.9

Positif 51 67.1

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.5. terlihat bahwa sebagian besar ibu hamil memiliki sikap positif terhadap layanan VCT. Dari 76 sampel yang diteliti terlihat 67,1% ibu hamil memiliki sikap positif terhadap VCT. Artinya sebagian besar responden sudah memiliki sikap positif bahwa layanan VCT bermanfaat untuk mengetahui status HIV pada dirinya untuk mencegah penularan kepada anak yang dikandungnya.

5.1.6. Gambaran Norma Subyektif Ibu Hamil

Variabel norma subyektif dalam penelitian ini dikategorikan menjadi dua, yaitu dorongan lemah dan dorongan kuat. Ibu hamil dimasukkan ke dalam kategori dorongan lemah apabila skor norma subyektif dengan dorongan lemah < median sedangkan apabila skor ≥ median termasuk dalam kategori norma subyektif memiliki dorongan kuat. Distribusi frekuensi norma subyektif ibu hamil dapat dilihat pada tabel 5.6.

Tabel 5.6.

Distribusi Frekuensi Norma Subyektif Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Norma subyektif N %

Dorongan lemah 36 47.4

Dorongan kuat 40 52.6

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.6. terlihat bahwa ibu hamil yang memiliki dorongan lemah dan dorongan kuat masih terlihat berimbang. Dari 76 sampel yang diteliti terlihat 52,6% ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan dorongan kuat. Artinya responden memiliki norma subyektif berimbang terhadap pandangan – pandangan orang terdekat mengenai VCT memberi pengaruh pada keputusannya untuk memanfaatkan layanan VCT.

5.1.7. Gambaran Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil

Variabel persepsi kontrol diri dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam dua kategori, yaitu kategori persepsi lemah dan persepsi kuat. Ibu hamil yang memiliki persepsi lemah apabila skor nilai < median sedangkan ibu hamil yang dimasukkan ke dalam kategori persepsi kuat apabila skor nilai ≥ median. Distribusi frekuensi persepsi kontrol diri dapat dilihat pada tabel 5.7.

Tabel 5.7.

Distribusi Frekuensi Persepsi Kontrol Diri Ibu Hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Persepsi Kontrol Diri N %

Lemah 32 42.1

Kuat 44 57.9

Total 76 100

Berdasarkan tabel diatas, terlihat bahwa dari 76 sampel ibu hamil terlihat bahwa 57,9% ibu hamil memiliki persepsi kontrol diri kuat. Artinya sebagian responden merasa dirinya mampu untuk memanfaatkan layanan VCT dan sebaliknya sebagian responden merasa dirinya memiliki hambatan untuk memanfaatkan layanan VCT. Dalam hal ini hambatan itu bisa berupa takut akan stigma masyarakat tentang HIV dan ODHA.

5.1.8. Gambaran Niat Ibu Hamil Ibu Hamil

Variabel niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT dalam penelitian ini dikategorikan ke dalam dua kategori yaitu, ibu hamil yang tidak punya niat dan ibu hamil yang punya niat. Cut of poin untuk niat ibu hamil memiliki dua kelompok, yaitu ibu hamil yang tidak berniat dan ibu hamil yang berniat. Seorang ibu hamil yang dimasukkan ke dalam kategori tidak punya niat apabila skor < 2 sedangkan ibu hamil dengan skor ≥ 2 dimasukkan ke dalam kategori berniat. Distribusi frekuensi niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT dapat dilihat pada tabel 5.8.

Tabel 5.8.

Distribusi Frekuensi Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Niat Ibu Hamil Untuk

Memanfaatkan Layanan VCT N %

Tidak Berniat 38 50.0

Berniat 38 50.0

Total 76 100

Berdasarkan tabel 5.8. terlihat bahwa ibu hamil yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT berimbang antara ibu hamil yang tidak berniat dengan ibu hamil yang berniat. Dari 76 sampel yang diteliti terlihat 50,0% ibu hamil mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Semakin kuatnya dorongan dari orang – orang terdekat responden maka semakin kuat persepsi kontrol diri responden sehingga mereka merasa mampu untuk melakukan layanan VCT. Artinya untuk mencapai hal tersebut didukung dengan pengetahuan baik responden terhadap layanan VCT maka semakin besar niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT.

5.2. Analisis Bivariat

Tahap analisis ini dimaksudkan untuk mengetahui hubungan antara variabel independen dengan variabel dependen. Analisis bivariat pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan uji chi-square, dimana variabel-variabel yang diteliti baik variabel-variabel independen maupun dependennya berbentuk data kategorik, sehingga dapat dilihat ada-tidaknya asosiasi antara

dua variabel tersebut. Dikatakan bermakna jika nilai p ≤ 0,05 dan tidak bemakna jika mempunyai nilai p > 0,05.

5.2.1. Hubungan Umur dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara umur dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.9. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa dari 21 ibu hamil yang berusia dewasa muda terdapat 57,1% ibu hamil mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 55 ibu hamil yang berusia dewasa terdapat 47,3% ibu hamil yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Tabel 5.9.

Hubungan Umur dengan Niat Ibu Hamil

Untuk Memanfaatkan Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Umur Niat Total

p-value

OR

Tidak niat Berniat 95%CI

N % N % N % 0.672 (0.244-1.853) Dewasa muda 9 42.9 12 57.1 21 100 0.608 Dewasa 29 52.7 26 47.3 55 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai p-value 0,608 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara umur dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan

VCT. Artinya umur tidak mempengaruhi ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT.

5.2.2. Hubungan Pendidikan dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara pendidikan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.10. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa responden berpendidikan tinggi mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan responden yang berpendidikan rendah. Dari 25 responden yang berpendidikan rendah terdapat 48,0% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 51 responden yang memiliki pendidikan tinggi terdapat 51,0% responden yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Tabel 5.10.

Hubungan Pendidikan dengan Niat Ibu Hamil

Untuk Memanfaatkan Layanan VCT di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Pendidikan Niat Total P-value OR

Tidak niat Berniat 95%CI

N % N % N % 1.127 (0.432-2.935) Rendah 13 52.0 12 48.0 25 100 1.000 Tinggi 25 49.0 26 51.0 51 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 1 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang bermakna antara

pendidikan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya pendidikan responden tidak mempengaruhi terhadap niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Hal ini bisa saja dipengaruhi oleh jenjang pendidikan tertinggi dari responden yaitu SMA.

5.2.3. Hubungan Status Pekerjaan dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara status pekerjaan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.11. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa antara responden yang tidak bekerja dengan bekerja berimbang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT. Dari 59 responden yang tidak bekerja terdapat 50,8% responden mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 17 responden yang bekerja terdapat 47,1% responden mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Tabel 5.11.

Hubungan Status Pekerjaan Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Tahun 2014 Status

Pekerjaan

Niat Total P-value OR

Tidak niat Berniat 95%CI

N % N % N % 0.859 (0.292-2.532) Tidak bekerja 29 49.2 30 50.8 59 100 1.000 Bekerja 9 52.9 8 47.1 17 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 1 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa tidak ada hubungan yang

bermakna antara status pekerjaan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Dalam hal ini status pekerjaan tidak mempengaruhi niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Artinya status pekerjaan bisa juga dilihat dari jenis pekerjaanya, jenis pekerjaan responden dalam penelitian ini yaitu pegawai toko.

5.2.4. Hubungan Pengetahuan dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara pengetahuan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.12. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ibu hamil dengan pengetahuan baik mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil dengan pengetahuan kurang. Dari 70 ibu hamil dengan pengetahuan kurang terdapat 45,7% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 6 ibu hamil dengan pengetahuan baik terdapat 100% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Hubungan Pengetahuan Dengan Niat Ibu Hamil Untuk

Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Pengetahuan Niat Total P-value OR

95%CI

Tidak niat Berniat 0.467

(0.354-0.590) N % N % N % Kurang 38 54.3 32 45.7 70 100 0.025 Baik 0 0.0 6 100.0 6 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,025 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara pengetahuan dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Ibu hamil yang berpengetahuan baik sebesar 0.467 kali untuk berniat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang berpengetahuan buruk.

5.2.5. Hubungan Sikap dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara sikap dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.13. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ibu hamil yang bersikap positif terhadap layanan VCT mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang bersikap negatif terhadap layanan VCT. Dari 25 responden yang memiliki sikap negatif terhadap layanan VCT terdapat 28,0% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 51 responden yang

memiliki sikap positif terhadap layanan VCT terdapat 60,8% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Tabel 5.13.

Hubungan Sikap Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat Tahun 2014

Sikap Niat Total P-value OR

95%CI

Tidak niat Berniat 3.986

(1.411-11.258) N % N % N % Negatif 18 72.0 7 28.0 25 100 0.015 Positif 20 39.2 31 60.8 51 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,015 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara sikap dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Ibu hamil yang bersikap positif mempunyai peluang sebesar 3.986 kali untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang bersikap negatif.

5.2.6. Hubungan norma subyektif dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara norma subyektif dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.14. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan dorongan kuat terhadap layanan VCT mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan

VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki norma subyektif dengan dorongan lemah terhadap layanan VCT. Dari 36 responden yang memiliki norma subyektif dengan dorongan lemah terhadap layanan VCT terdapat 36,1% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 40 responden yang memiliki norma subyektif dengan dorongan kuat terhadap layanan VCT terdapat 62,5% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Tabel 5.14.

Hubungan Norma Subyektif Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Tahun 2014 Norma

Subyektif

Niat Total P-value OR

95%CI

Tidak niat Berniat 2.949

(1.159-7.503) N % N % N % Dorongan Lemah 23 63.9 13 36.1 36 100 0.039 Dorongan Kuat 15 37.5 25 62.5 40 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,039 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara norma subyektif dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT. Ibu hamil yang memiliki dorongan norma subyektif kuat mempunyai peluang sebesar 2.949 kali untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki dorongan norma subyektif lemah.

5.2.7. Hubungan persepsi kontrol diri dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Hubungan antara persepsi kontrol diri dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan layanan VCT disajikan pada tabel 5.15. Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri kuat terhadap layanan VCT mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri lemah terhadap layanan VCT. Dari 32 responden yang memiliki persepsi kontrol diri lemah terhadap layanan VCT terdapat 25,0% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT sedangkan dari 44 responden yang memiliki persepsi kontrol diri kuat terhadap layanan VCT terdapat 68,2% yang mempunyai niat untuk memanfaatkan layanan VCT.

Tabel 5.15.

Hubungan Persepsi Kontrol Diri Dengan Niat Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT Di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat

Tahun 2014 Persepsi Kontrol Diri Niat Total P-value OR

Tidak niat Berniat 95%CI

N % N % N % 6.429 (2.316-17.848) Lemah 24 75.0 8 25.0 32 100 0.000 Kuat 14 31.8 30 68.2 44 100 Total 38 50.0 38 50.0 76 100

Berdasarkan hasil uji statistik diperoleh nilai P-value 0,000 artinya P-value > 0,05. Hal tersebut menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna antara persepsi kontrol diri dengan niat ibu hamil untuk memanfaatkan

layanan VCT. Ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri kuat mempunyai peluang 6.429 kali berniat untuk memanfaatkan layanan VCT dibandingkan dengan ibu hamil yang memiliki persepsi kontrol diri lemah.

BAB VI PEMBAHASAN 6.1. Keterbatasan Penelitian

Pada setiap penelitian pasti terdapat keterbatasan, begitu juga pada penelitian ini. Pada penelitian ini, peneliti sadar masih banyak sekali terdapat kekurangan karena adanya keterbatasan yang dimiliki oleh peneliti sehingga hal tersebut akan mempengaruhi hasil penelitian. Di antara keterbatasan tersebut adalah :

1. Keterbatasan dalam mencari literatur sehingga peneliti menggunakan literatur penelitian dari luar sebagai referensi namun penelitian dari luar memiliki keterbatasan dalam hal karakteristik demografi dan budaya yang berkembang. Hal ini memungkinkan dalam penelitian ini terdapat perbedaan dalam hasil statistik. 2. Pada variabel yang ditanyakan dengan pertanyaan tertutup sehingga

bersifat subjektif dan relative membuat responden memilih jawaban sesuai keinginannya.

6.2. Hasil Penelitian

Hasil dari penelitian ini dibagi menjadi dua yaitu hasil penelitian dalam bentuk gambaran deskriptif dan hasil penelitian dari analisis hubungan variabel independen dengan variabel dependen.

Menurut Comenius (2005) rentang umur 18-24 tahun adalah tahapan perkembangan fungsi kemampuan untuk mandiri dan belajar mengontrol diri, sedangkan kelompok umur di atas 24 tahun merupakan tahapan ketika intelektual individu mengarahkan perkembangan seluruh aspek kepribadian menuju kematangan diri.

Menurut Sedioetama (2006) dalam Fauji (2010), umur merupakan salah satu faktor yang diduga dapat mempengaruhi seseorang dalam menentukan keinginannya untuk memanfaatkan layanan kesehatan. Umur berpengaruh terhadap terbentuknya kemampuan, karena kemampuan yang dimiliki dapat diperoleh melalui pengalaman sehari – hari yang didukung dengan pengetahuan yang dimilikinya.

Berdasarkan hasil penelitian diketahui dari 76 sampel yang diteliti terdapat 72,4% ibu hamil yang berusia dewasa. Artinya frekuensi ibu hamil dalam penelitian ini didominasi oleh kelompok umur di atas 25 tahun. Jika dilihat dari umur responden, usia terendah responden hamil yaitu umur 18 tahun dan usia yang paling tua yaitu 44 tahun. Hal ini mengindikasikan bahwa ibu hamil lebih didominasi oleh kelompok usia produktif, yaitu rentang 25 – 45 tahun (Widoyono, 2008). Dalam kaitannya dengan usia reproduktif, seseorang yang memiliki usia reproduktif sangat perlu memperhatikan sistem, fungsi dan proses produksi yang mereka miliki, karena orang dengan usia reproduktif sangat membutuhkan layanan kesehatan. Salah satu layanan kesehatan yang seharusnya didapat ibu hamil yaitu kesehatan reproduksi. Oleh karena itu,

ibu hamil di Wilayah Kerja Puskesmas Ciputat membutuhkan layanan VCT sebagai upaya pencegahan penularan HIV dari Ibu ke anak.

6.2.2. Pendidikan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Pendidikan adalah sebuah proses untuk mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Pendidikan secara umum adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan (Saptari, 2013). Pendidikan formal yang ditempuh seseorang pada dasarnya adalah merupakan suatu proses menuju kematangan intelektual, untuk itu pendidikan tidak dapat terlepas dari proses belajar.

Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa sebagian besar ibu hamil berpendidikan SMA. Dari 76 sampel yang diteliti terdapat 67,1% ibu hamil berpendidikan tinggi. Artinya ibu hamil di Wilayah kerja Puskesmas Ciputat dengan tingkat pendidikan tinggi. Jika dilihat dari hasil wawancara pendidikan tertinggi ibu hamil didominasi tingkat menengah atas (SMA). Hal ini terlihat bahwa tingkat pendidikan ibu hamil sebanding dengan usia yang dimilikina didominasi oleh kelompok usia dewasa.

Pendidikan mempunyai peranan dalam menurunkan penularan HIV, seperti yang dilaporkan oleeh beberapa penelitain berikut Walque, Nakiying Miiro, Bosingye, dan Whitworth (2005) dalam Roza (2013) yang melakukan studi kohort retrospektif antara tahun 1990 – 2000,

melaporkan bahwa pada tahun 1989 – 1990 risiko terinfeksi HIV lebih besar pada mereka yang berpendidikan lebih tinggi, namun akhirnya menurun pada tahun 1999 – 2000. Studi ini menunjukkan bahwa penurunan itu terjadi karena mereka yang berpendidikan lebih banyak terpapar dengan informasi terkait HIV (cara penularan dan pencegah), termasuk bagaimana melakukan hubungan seks yang aman.

Artinya tingkat pendidikan seseorang mendukung niat seseorang untuk melakukan upaya penularan dan pencegahan terhadap HIV/AIDS. Hal ini sejalan dengan Setiawan (2011), seseorang dengan tingkat pendidikan yang semakin tinggi, maka tingkat pemanfaatan klinik VCT akan semakin baik, begitupun sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan seseorang, semakin rendah pula tingkat pemanfaatan layanan VCT-nya. Sehingga disimpulkan bahwa tingkat pendidikan secara tidak langsung mempengaruhi pengetahuan seseorang. Oleh karena itu, pendidikan yang semakin tinggi maka tingkat pemanfaatan layanan VCT akan semakin tinggi.

6.2.3. Status Pekerjaan Ibu Hamil Untuk Memanfaatkan Layanan VCT

Bekerja adalah salah satu upaya untuk mendapatkan pamasukan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraan.

Dokumen terkait