A. Produk Domestik Bruto Indonesia
Produk Domestik Bruto (PDB/GDP) merupakan nilai barang dan jasa yang diproduksikan dalam negara dengan menggunakan faktor-faktor produksi yang dimiliki oleh penduduk negara tersebut dan penduduk/perusahaan negara lain. Indonesia memiliki data PDB yang dapat dilihat di BPS sebagai badan pusat statistik nasional yang rutin menerbitkan data – data perekonomian. BPS menerbitkan data – data sekunder berupa time series data seperti PDB menurut harga berlaku dan harga konstan.
Ada dua metode yang dianut Indonesia dalam menghitung pendapatan nasional dalam hal ini adalah PDB. Pertama, metode lapangan usaha dan kedua, metode pengeluaran. PDB menurut lapangan usaha diuraikan dalam 17 sektor, seperti :
1) Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan 2) Pertambangan dan Penggalian 3) Industri Pengolahan
4) Pengadaan Listrik dan Gas
5) Pengadaan Air, Pengelolaan Sampah, Limbah dan Daur Ulang 6) Konstruksi
7) Perdagangan Besar dan Eceran; Reparasi Mobil dan Sepeda Motor 8) Transportasi dan Pergudangan
9) Penyediaan Akomodasi dan Makan Minum 10) Informasi dan Komunikasi
11) Jasa Keuangan dan Asuransi 12) Real Estat
13) Jasa Perusahaan
14) Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib 15) Jasa Pendidikan
16) Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 17) Jasa Lainnya
Sedangkan komponen untuk metode pengeluaran, yaitu : 1. Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga
2. Pengeluaran Konsumsi LNPRT 3. Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
4. Pembentukan Modal Tetap Domestik Bruto 5. Perubahan Inventori
6. Ekspor Barang dan Jasa
7. Dikurangi Impor Barang dan Jasa
Tabel 4.1
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Lapangan Usaha Tahun 2013-2015 (triliun rupiah)
Lapangan Usaha Harga Berlaku Harga Konstan
2013 2014 2015 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
A Pertanian, Kehutanan, dan Perikanan
1 275,0 1 409,7 1 560,4 1 083,1 1 129,1 1 174,5
B Pertambangan dan Penggalian 1 050,7 1 042,9 879,4 791,1 796,7 756,2 C Industri Pengolahan 2 007,4 2 219,4 2 405,4 1 772,0 1 853,7 1.932,5 D Pengadaan Listrik dan Gas 98,7 114,6 131,3 88,8 93,8 94,9 E Pengadaan Air, Pengelolaan
Sampah, Limbah dan Daur Ulang
7,2 7,9 8,6 6,5 6,9 7,4
F Konstruksi 906,0 1 041,9 1 193,3 772,7 826,6 881,6 G Perdagangan Besar dan Eceran;
Reparasi Mobil dan Sepeda Motor
1 261,1 1 420,1 1 534,1 1 119,3 1 177,1 1 206,1
H Transportasi dan Pergudangan 375,3 467,0 579,0 304,5 326,9 348,8 I Penyediaan Akomodasi dan
Makan Minum
289,5 321,1 341,8 243,7 257,8 269,1
J Informasi dan Komunikasi 341,0 369,4 406,9 349,2 384,4 423,0 K Jasa Keuangan dan Asuransi 370,2 408,4 464,7 305,5 319,8 347,1 L Real Estat 264,3 294,6 329,8 244,2 256,4 268,8 M,N Jasa Perusahaan 144,6 166,0 190,3 125,5 137,8 148,4
O Administrasi Pemerintahan, Pertahanan dan Jaminan Sosial Wajib
372,2 404,6 450,7 289,5 296,3 310,4
P Jasa Pendidikan 307,9 342,1 388,7 250,0 263,9 283,5 Q Jasa Kesehatan dan Kegiatan Sosial 96,9 109,1 123,4 84,6 91,4 97,8 R,S,T,U Jasa Lainnya 140,3 163,5 190,5 123,1 134,1 144,9
Nilai Tambah Bruto Atas Harga Dasar 9 308,3 10 302,3 11 178,3 7 953,3 8 352,7 8 695,0 Pajak Dikurang Subsidi Atas Produk 237,8 263,5 362,5 203,2 213,6 281,9 Produk Domestik Bruto (PDB) 9 546,1 10 565,8 11 540,8 8 156,5 8 566,3 8 976,9
Sumber : BPS, 2016127
Pada tabel ini menunjukkant bahwa pada masing–masing tahun memiliki nilai PDB menurut harga berlaku yang lebih besar dibanding nilai PDB menurut
127
harga konstan. Hal ini menunjukkan bahwa PDB menurut harga berlaku masih dipengaruhi oleh faktor inflasi di dalamnya.
Pada tahun 2013 terlihat bahwa industri pengolahan memberikan nilai sumbangsih terbesar pada PDB. Untuk PDB harga berlaku, industri pengolahan memberi sumbangsih dengan nilai Rp. 2.007,4 triliun atau sekitar 21,03%, dilanjutkan sektor pertanian, pehutanan dan perikanan, dengan nilai Rp. 1.275 triliun atau sekitar 13,36% dan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai Rp. 1.261,1 triliun atau sekitar 13,21% . Sedangkan yang memberi sumbangsih terkecil, yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai Rp 7,2 triliun atau sekitar 0,075%. Untuk PDB harga konstan, industri pengolahan memberi sumbangsih terbesar dengan nilai Rp. 1.772 triliun atau sekitar 21,73%, dilanjutkan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai Rp. 1.119,3 triliun atau sekitar 13,72% dan sektor pertanian, pehutanan dan perikanan, dengan nilai Rp. 1.083,1 triliun atau sekitar 13,28%. Sedangkan yang memberi sumbangsih terkecil, yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai Rp 6,5 triliun atau sekitar 0,08%.
Begitu juga pada tahun 2014 terlihat bahwa industri pengolahan masih memberikan nilai sumbangsih terbesar pada PDB. Untuk PDB harga berlaku, industri pengolahan memberi sumbangsih dengan nilai Rp. 2.219,4 triliun atau sekitar 21%, dilanjutkan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai Rp. 1.420,1 triliun atau sekitar 13,44% dan urutan ketiga, yaitu sektor pertanian, pehutanan dan perikanan, dengan nilai Rp. 1.409,7 triliun atau sekitar 13,34%. Sedangkan yang memberi sumbangsih terkecil, yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai Rp 7,2 triliun atau sekitar 0,75%. Untuk PDB harga konstan, industri pengolahan memberi sumbangsih terbesar dengan nilai Rp. 1.853,7 triliun atau sekitar 21,64%, dilanjutkan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai Rp. 1.177,1 triliun atau sekitar 13,74% dan sektor pertanian, pehutanan dan perikanan, dengan nilai Rp. 1.129,1 triliun atau sekitar
13,18% dan. Sedangkan yang memberi sumbangsih terkecil, yaitu sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai Rp 6,9 triliun atau sekitar 0,08%.
Selanjutnya, pada tahun 2015 terlihat bahwa industri pengolahan juga masih memberikan nilai sumbangsih terbesar pada PDB. Untuk PDB harga berlaku, industri pengolahan memberi sumbangsih dengan nilai Rp. 2.405,4 triliun atau sekitar 20,84%, dilanjutkan sektor pertanian, pehutanan dan perikanan, dengan nilai Rp. 1.560,4 triliun atau sekitar 13,52% dan urutan ketiga, yaitu sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai Rp. 1.534,1 triliun atau sekitar 13,3%. Sedangkan yang memberi sumbangsih terkecil masih pada sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai Rp 8,6 triliun atau sekitar 0,745%. Untuk PDB harga konstan, sektor terbesar masih industri pengolahan dengan nilai Rp. 1.932,5 triliun atau sekitar 21,53%, dilanjutkan sektor perdagangan besar dan eceran, reparasi mobil dan sepeda motor dengan nilai Rp. 1.206,1 triliun atau sekitar 13,44% dan di urutan ketiga, yaitu sektor pertanian, pehutanan dan perikanan, dengan nilai Rp. 1.174,5 triliun atau sekitar 13,08% dan. Sedangkan yang memberi sumbangsih terkecil masih pada sektor pengadaan air, pengelolaan sampah, limbah dan daur ulang dengan nilai Rp 7,4 triliun atau sekitar 0,08%.
Selain PDB menurut lapangan usaha, PDB juga dibentuk dengan metode pengeluaran. Dapat dilihat data PDB Indonesia periode tahun 2013 – 2015 pada tabel berikut ini.
Tabel 4.2
PDB Atas Dasar Harga Berlaku dan Konstan 2010 Menurut Pengeluaran Tahun 2013-2015 (triliun rupiah)
Komponen
Harga Berlaku Harga Konstan
2013 2014 2015 2013 2014 2015
(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7)
1 Pengeluaran Konsumsi Rumahtangga 5 321,1 5 915,7 6 453,2 4 423,4 4 651,5 4 882,3 2 Pengeluaran Konsumsi LNPRT
103,9 124,2 130,9 88,6 99,4 98,8 3 Pengeluaran Konsumsi Pemerintah
908,6 996,2 1 125,5 727,8 736,3 775,9 4 Pembentukan Modal Tetap Domestik
Bruto 3 051,5 3 442,0 3 830,0 2 654,4 2 775,7 2.916,6 5 Perubahan Inventori
178,0 210,4 158,8 124,5 156,7 112,8 6 Ekspor Barang dan Jasa
2 283,8 2 497,1 2 434,2 2 026,1 2 046,3 2.005,9 7 Dikurangi Impor Barang dan Jasa
2 359,2 2 580,5 2 405,8 1 945,9 1 988,5 1 872,3