• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PIKIR

HASIL PENELITIAN Karakteristik Keluarga

Di tinjau dari segi pendidikan, hasil uji beda menunjukkan tidak ada perbedaan nyata antara lama pendidikan suami dan istri pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Rata-rata lama pendidikan suami pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa mencapai 11 tahun sedangkan lama pendidikan suami pada keluarga dengan istri yang menikah muda berada dibawahnya. Lama pendidikan istri pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa lebih lama dibandingkan yang menikah muda.

Tabel 5 Sebaran rata-rata dan uji beda berdasarkan karakteristik keluarga KARAKTERISTIK

KELUARGA

USIA MENIKAH P-VALUE

Muda Dewasa

Rata-rata Rata-rata

Pendapatan Perkapita (Rp/bln) Rp. 782.667 Rp. 796.500 0,879 Jarak Usia Suami Dan Istri (tahun) 5,6 3,8 0,020*

Lama pendidikan suami (tahun) 10,6 10,9 0,375

Lama pendidikan istri (tahun) 9,8 10,5 0,153

Usia suami (tahun) 30,1 33,6 0,001**

Usia istri (tahun) 24,5 29,9 0,000**

Usia suami dan usia istri berbeda secara nyata pada kedua kelompok penelitian. Rata-rata usia suami pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa lebih tua (34 tahun) dibandingkan rata-rata usia suami pada keluarga dengan istri yang menikah muda (30 tahun). Hal yang sama juga terlihat pada karakteristik istri yang menunjukkan rata-rata usia istri lebih tua pada keluarga dengan istri yang menikah di usia dewasa. Selain itu, jarak usia suami istri antara kedua kelompok penelitian ini pun berbeda secara nyata (p=0,020). Rata-rata jarak usia antara suami dan istri pada keluarga dengan istri yang menikah muda ternyata jauh lebih besar hampir mencapai enam tahun dibandingkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa yaitu hanya sekitar empat tahun. Rata-rata pendapatan perkapita antara keluarga dengan istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan dengan rata-rata pendapatan perkapita keluarga dengan istri yang menikah dewasa yaitu masih dibawah Rp. 800.000, sekalipun tidak berbeda nyata (Tabel 5).

Pekerjaan Suami dan istri

Pekerjaan suami pada kedua kelompok penelitian cukup variatif. Pada keluarga dengan istri yang menikah muda, jenis pekerjaan suami terbanyak berprofesi sebagai wiraswasta, buruh, dan karyawan. Sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa, jenis pekerjaan suami terbanyak berprofesi sebagai karyawan, wiraswasta, dan buruh. Sebagian besar istri baik pada keluarga dengan istri yang menikah muda ataupun dewasa berprofesi sebagai ibu rumah

tangga. Sisanya ada yang berprofesi sebagai guru, wiraswasta, karyawan dan pembantu rumah tangga.

Kehamilan di Luar Nikah

Tabel 6 menunjukkan perbedaan nyata (p=0,007) terhadap jumlah kejadian kehamilan di luar nikah pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Hal ini menunjukkan bahwa alasan istri menikah muda dapat disebabkan karena sudah terjadi kehamilan sebelum menikah.

Tabel 6 Sebaran contoh berdasarkan kehamilan di luar nikah Kehamilan di

luar nikah

Usia Menikah Istri Total

Muda (%) Dewasa (%) %

Tidak 78,3 95,0 86,7

Iya 21,7 5,0 13,3

Median ± std 0,22 ± 0,41 0,05 ± 0,22 0,13 ± 0,34

P-value 0,007**

Median kejadian kehamilan di luar nikah pada keluarga dengan istri yang menikah muda sebesar 0,22. Hal ini berarti ada satu dari empat istri yang menikah muda telah hamil terlebih dahulu sebelum menikah. Pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa, kejadian kehamilan di luar nikah lebih rendah (0,05) dibandingkan pada keluarga dengan istri yang menikah muda. Hal ini berarti ada satu dari dua puluh istri yang menikah di usia dewasa memiliki riwayat kehamilan di luar nikah.

Karakteristik Anak Usia Anak

Tabel 7 menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata antara usia anak pada kedua kelompok penelitian. Rata-rata usia anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda hampir berusia dua tahun sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa adalah lebih dari dua tahun. Secara keseluruhan, rata-rata usia anak adalah 47,88 bulan.

Tabel 7 Sebaran contoh berdasarkan usia anak (bulan)

Usia Anak Usia menikah istri Total

Muda (%) Dewasa (%) %

Usia 3-4 tahun 56,7 50,0 53,3

Usia 4-5 tahun 43,3 50,0 46,7

Rata-rata ± std 47,28 ± 8,42 48,48 ± 8,18 47,88 ± 8,29

Min - maks 36-67 bulan

Jenis Kelamin Anak

Secara keseluruhan, jumlah anak yang berjenis kelamin perempuan lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki. Pada keluarga dengan istri yang menikah muda muda jumlah anak yang berjenis kelamin perempuan juga lebih banyak dibandingkan yang berjenis kelamin laki-laki, sedangkan pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa, jumlah anak sama untuk jenis kelamin perempuan dan laki-laki.

Tabel 8 Sebaran contoh berdasarkan jenis kelamin anak Jenis Kelamin

Anak

Usia Menikah Istri Total

Muda (%) Dewasa (%) %

Laki-laki 48,3 50,0 49,2

Perempuan 51,7 50,0 50,8

Kesiapan Menikah

Kesiapan menikah terdiri dari tujuh aspek kesiapan yang terdiri dari kesiapan intelektual, sosial, emosi, moral, individu, finansial dan mental. Kesiapan menikah menjadi indikator kesuksesan sebuah keluarga. Tabel 9 menunjukkan rata-rata pencapaian kesiapan menikah antara keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Hasil penelitian menunjukkan terdapat perbedaan yang nyata (p=0,010) rata-rata pencapaian kesiapan menikah antara kedua kelompok penelitian. Rata-rata pencapaian kesiapan menikah pada keluarga dengan istri yang menikah muda lebih rendah (63 persen) dibandingkan dengan pencapaian kesiapan menikah pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa (67 persen). Selain itu, hal ini sekaligus memperlihatkan bahwa tingkat kesiapan menikah istri di kedua kelompok masih relatif rendah karena pencapaiannya masih dibawah 70 persen.

Tabel 9 Sebaran rata-rata pencapaian kesiapan menikah istri

Kesiapan menikah Usia menikah istri P-value

Muda Dewasa Kesiapan intelektual 48,6 49,9 0,742 Kesiapan sosial 73,3 82,6 0,002** Kesiapan emosi 62,8 68,3 0,032* Kesiapan moral 71,5 78,8 0,008** Kesiapan individu 65,8 68,3 0,393 Kesiapan finansial 45,6 52,9 0,061 Kesiapan mental 71,1 68,9 0,691 Kesiapan menikah istri 62,7 67,1 0,010*

Aspek kesiapan menikah yang memperlihatkan perbedaan nyata antara kedua kelompok penelitian diantaranya aspek kesiapan sosial, emosi dan moral. Hal ini menunjukkan bahwa kesiapan sosial, emosi dan moral istri yang menikah pada usia dewasa lebih baik dibandingkan dengan istri yang menikah muda

sedangkan untuk aspek kesiapan intelektual, individu, finansial dan mental tidak menunjukkan perbedaan yang nyata antara kedua kelompok penelitian.

Kesiapan Intelektual

Terdapat enam item pernyataan untuk mengukur kesiapan intelektual. Secara umum, istri yang menikah muda dan dewasa pada penelitian ini memiliki kesiapan intelektual yang tergolong rendah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa memiliki nilai pencapaian yang rendah untuk mengikuti perkumpulan budaya, membaca buku ilmu pengetahuan, mengikuti peristiwa yang menggemparkan dunia dan perkembangan dunia politik. Keseluruhan pencapaian untuk item pernyataan tersebut masih dibawah 50 persen. Kesiapan intelektual seperti memiliki rasa ingin tahu dan mencari berita terbaru pada kedua kelompok penelitian ini, nilai pencapaiannya sudah lebih dari 50 persen. Rasa ingin tahu justru lebih tinggi pada contoh yang menikah muda yaitu sebesar 73 persen sedangkan pada contoh yang menikah dewasa sebesar 70 persen (Tabel 10) walaupun tidak berbeda secara nyata.

Tabel 10 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan intelektual istri

Kesiapan Sosial

Kesiapan sosial diukur dengan tujuh item pernyataan. Dari ketujuh item pernyataan kesiapan sosial, keseluruhan responden dari kedua kelompok memiliki pencapaian yang lebih dari 50 persen. Hanya satu item dimana terdapat perbedaan yang cukup nyata diantara kedua kelompok penelitian ini yaitu item “sudah cukup umur untuk menikah”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa responden yang menikah muda menyatakan mereka sudah cukup umur ketika menikah sebesar 50 persen dan sisanya sebesar 50 persen lagi menyatakan bahwa sesungguhnya ketika menikah mereka belum cukup umur. Hal ini berarti setengah dari keseluruhan responden yang menikah muda menyadari bahwa sesungguhnya mereka belum cukup siap dalam hal usia ketika menikah.

Kesiapan Intelektual Muda Dewasa P-value 48,6 50 0,742 Memiliki rasa keingintahuan yang tinggi untuk

mendalami suatu hal

73,3 70,0 0,688 Mengikuti perkumpulan budaya sebagai upaya

untuk melestarikan budaya

20,0 11,7 0,215 Mencari berita untuk mendapatkan berita terbaru 86,7 88,3 0,785 Membaca buku mengenai ilmu pengetahuan 40,0 50,0 0,275 Akan mengikuti peristiwa yang menggemparkan

dunia, saya akan mengikuti kejadian tersebut hingga selesai

45,0 45,0 1,000

Tabel 11 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan sosial istri

Selain itu, hasil penelitian menunjukkan bahwa istri yang menikah dewasa lebih suka menarik diri dari lingkungan baru dibandingkan istri yang menikah muda. Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan perbedaan yang nyata (p=0,002) terhadap kesiapan sosial antara istri yang menikah muda dan dewasa. Hal ini menyatakan bahwa kesiapan sosial pada istri yang menikah dewasa memiliki kesiapan sosial yang lebih baik dibandingkan dengan istri yang menikah di usia muda (Tabel 11).

Kesiapan Emosi

Terdapat sepuluh item pernyataan yang digunakan untuk mengukur kesiapan emosi. Dari sepuluh item pernyataan tersebut, delapan item pernyataan memiliki pencapaian yang lebih dari 60 persen pada kedua kelompok penelitian.

Tabel 12 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan emosi istri

Kesiapan sosial Muda Dewasa P-value

73,3 82,6 0,002**

Sudah cukup umur untuk menikah 50,0 95,0 0,000** Kurang cepat dalam menyelesaikan masalah-masalah

tersebut

35,0 26,7 0,327 Lebih suka menarik diri dari lingkungan baru 6,7 20,0 0,032* Menyapa duluan saat ada tetangga baru 86,7 86,7 1,000 Mengesampingkan kepentingan untuk mencapai

kepentingan bersama

61,7 71,7 0,249 Melarang teman untuk bergaul dengan orang lain 10,0 6,7 0,513 Kesan pertama terhadap orang lain tercermin dari

penampilan

33,3 21,7 0,155

Kesiapan emosi Muda Dewasa P-value

62,8 68,3 0,032*

Dikhianati oleh pasangan, tidak merasa kecewa 3,3 3,3 1,000 Tidak menggerutu saat marah 20,0 21,7 0,824 Jika pasangan diganggu oleh orang lain, maka tidak

langsung menghampiri orang yang menganggu pasangan

60,0 83,3 0,004**

Tidak merokok jika stress 95,0 95,0 1,000 Mendapat dukungan dari keluarga disegala aktivitas 86,7 90,0 0,573 Dapat menyelesaikan pekerjaan tepat waktu 68,3 75,0 0,422 Jika ada teman yang mengganggu pekerjaan, maka

tidak akan menyuruhnya pergi

83,3 90,0 0,287 Tidak melempar barang dan berteriak jika merasa

kesal dengan beban pekerjaan

75,0 83,3 0,265 Saat berbeda persepsi dengan teman, maka segera

menyamakan persepsi kami

56,7 56,7 1,000 Ikut sedih ketika mendengarkan cerita sedih teman 80,0 85,0 0,475

Dari sepuluh item pernyataan tersebut, delapan item pernyataan memiliki pencapaian yang lebih dari 60 persen pada kedua kelompok penelitian. Item lainnya yaitu ketika dikhianati pasangan tidak akan merasa kecewa dan tidak menggerutu ketika marah memiliki pencapaian yang tidak lebih dari 30 persen. Hal ini menunjukkan bahwa sebagian besar responden akan kecewa ketika dikhianati dan menggeruru ketika marah. Hal lainnya yang berbeda nyata antara kedua kelompok penelitian adalah pada istri yang menikah muda ketika menghadapi kasus dimana pasangan diganggu oleh orang lain, mereka lebih banyak yang akan langsung menghampiri orang yang telah mengganggu pasangan (40 persen) dibandingkan pada istri yang menikah dewasa (hanya sebesar 16,7 persen). Hasil uji beda rataan t-test menunjukkan perbedaan yang nyata (p=0,032) terhadap kesiapan emosi antara istri yang menikah muda dan dewasa. Hal ini menyatakan bahwa kesiapan emosi pada istri yang menikah dewasa memiliki kesiapan emosi yang lebih baik dibandingkan dengan istri yang menikah di usia muda (Tabel 12).

Kesiapan Moral

Tabel 13 menunjukkan secara umum kesiapan moral istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan istri yang menikah dewasa (p=0,008). Lebih dari 50 persen responden yang menikah muda maupun yang menikah dewasa selalu menolong orang lain meskipun orang tersebut tidak menyukai mereka, tidak akan mencela orang lain, selalu memikirkan perasaaan orang lain, selalu berkata jujur kepada semua orang, dapat mengontrol perasaannya, tidak pernah mengambil barang orang lain, tidak pernah melakukan bullying kepada junior dan tidak pula suka membeberkan rahasia orang lain. Selain itu, terdapat lebih dari 50 persen contoh dikedua kelompok penelitian yang pernah menyontek.

Tabel 13 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan moral istri

Kesiapan moral Muda Dewasa

P-value 71,5 78,8 0,008**

Selalu menolong orang lain meskipun orang tersebut tidak menyukai

76,7 88,3 0,094 Saat ada orang yang dicela, tidak akan ikut mencelanya 70,0 83,3 0,086 Memikirkan perasaan orang lain 90,00 90,0 1,000 Tidak pernah menyontek saat ujian 63,3 60,0 0,710 Selalu berkata jujur kepada semua orang 56,7 71,7 0,088 Dapat menyembunyikan perasaan saat senang maupun

sedih

46,7 65,0 0,044* Saat teman terlibat dalam suatu masalah yang di

ketahui tidak akan menceritakan masalah tersebut sejauh pengetahuan akan masalah tersebut dan tetap akan menceritakan apa yang di ketahui

65,0 68,3 0,701

Tidak pernah mengambil barang orang 98,3 95,0 0,314 Tidak suka menggunakan barang orang tanpa izin 91,7 93,3 0,732 Tidak pernah melakukan bulliying terhadap junior 86,7 93,3 0,227 Tidakpernah membeberkan rahasia teman 68,3 78,3 0,219

Kesiapan Individu

Kesiapan individu diantaranya dilihat dari aspek telah mengenal pasangan dengan baik sebelum menikah hingga telah memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak. Hasil penelitian yang ditunjukkan pada tabel 14 menunjukkan bahwa tak lebih dari 27 persen pada istri yang menikah muda dan 35 persen pada istri yang menikah dewasa yang telah hidup mandiri sebelum menikah. Sebagian besar dari mereka masih hidup bersama-sama dengan orang tua sebelum menikah. Selain itu, tak lebih dari 40 persen dari istri yang menikah muda dan dewasa yang menyatakan bahwa mereka telah memeriksakan kesehatan reproduksinya sebelum menikah. Hal ini menunjukkan jumlah yang cukup rendah, mengingat pemeriksaan kesehatan pranikah adalah penting untuk dilakukan.

Tabel 14 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan individu istri

Kesiapan Mental

Tabel 15 menunjukkan bahwa kesiapan mental pada istri yang menikah muda mencapai 71 persen sedangkan pada istri yang menikah dewasa sekitar 69 persen. Lebih dari 50 persen istri yang menikah muda maupun yang menikah di usia dewasa telah menyiapkan diri untuk hidup dalam keterbatasan setelah menikah, telah memikirkan bagaimana cara membagi penghasilan yang didapatkannya, telah memikirkan jika kehidupan keluarganya tidak seperti yang

Kesiapan individu Muda Dewasa P-value

66,8 70,3 0,393

Sebagai satu-satunya pencari nafkah dalam keluarga besar

15,0 15,0 1,000 Pasangan yang sudah dipilih merupakan pasangan

yang seperti diharapkan

86,7 86,7 1,000 Sudah memiliki waktu yang cukup untuk mengenal

pasangan

91,7 93,3 0,732 Sudah merasa mengenal pasangan dengan baik

sebelum menikah

83,3 88,3 0,436 Memiliki pengetahuan tentang berkeluarga 70,0 76,7 0,413 Memiliki pengetahuan mengenai cara menstimulasi

anak dengan benar

61,7 70,0 0,340 Memiliki pengetahuan tentang perkembangan anak 66,7 70,0 0,698 Anda akan mengurangi kesenangan pribadi setelah

menikah

78,3 86,7 0,233 Membiasakan diri untuk melakukan pekerjaan rumah

tangga

93,3 98,3 0,253 Memeriksakan kesehatan reproduksi sebelum

menikah

36,7 38,3 0,852 Sebelum menikah, pasangan telah membicarakan

mengenai jumlah anak yang diinginkan

61,7 51,67 0,273 Sebelum menikah telah hidup mandiri 26,7 35,0 0,327 Memiliki keyakinan akan mendapatkan pekerjaan

yang layak karena keterampilan yang dimiliki

diharapkan, juga telah menyiapkan diri untuk kemungkinan hubungan yang kurang baik dengan mertua maupun ketika pasangan melakukan perilaku yang kurang sesuai selama pernikahan dan memiliki anak yang tidak sesuai harapan. Hasil uji beda menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata antara kedua kelompok penelitian pada aspek kesiapan mental.

Tabel 15 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan mental istri

Kesiapan Finansial

Kesiapan finansial diukur dengan delapan item pernyataan. Lebih dari 50 persen contoh pada kedua kelompok penelitian telah memiliki pekerjaan tetap, memiliki investasi emas, memiliki pengetahuan cara mengelola uang dan memiliki jejaring yang banyak sebelum menikah.

Tabel 16 Sebaran rata-rata capaian (%) kesiapan finansial istri

Namun, pada aspek memiliki tabungan, rumah sendiri, memiliki kendaraan sendiri dan memiliki pendapatan sampingan pada kedua kelompok penelitian menunjukkan jumlah pencapaian yang masih dibawah 50 persen.

Kesiapan Mental Muda Dewasa

P-value 71,1 68,9 0,691

Telah menyiapkan diri untuk hidup dalam keterbatasan setelah menikah

76,7 68,3 0,311 Telah memikirkan bagaimana cara membagi

penghasilan yang didapatkannya untuk dirinya, keluarganya, juga untuk keluarga besar

80,0 83,3 0,640

Telah memikirkan jika kehidupan keluarganya tidak seperti yang diharapkan

81,7 70,0 0,138 Telah menyiapkan diri untuk kemungkinan hubungan

yang kurang baik dengan

mertua (misalnya mendapatkan sindiran)

65,0 61,7 0,708

Telah menyiapkan diri jika

pasangan melakukan perilaku yang tidak sesuai selama pernikahan

71,7 68,3 0,693

Telah menyiapkan diri jika memiliki anak tidak seperti yang diharapkan

51,7 61,7 0,273

Kesiapan finansial

Muda Dewasa P-value

45,2 52,9 0,061

Sebelum menikah memiliki pekerjaan tetap 58,3 75,0 0,053 Sebelum menikah sudah memiliki rumah sendiri 10,0 5,0 0,302 Sebelum menikah memiliki tabungan 38,3 48,3 0,273 Sebelum menikah memiliki investasi emas atau

perhiasan

56,7 65,0 0,370 Sebelum menikah sudah memiliki kendaraan sendiri 21,7 26,7 0,526 Memiliki pengetahuan cara mengelola keuangan 55,0 68,3 0,135 Memiliki jejaring yang banyak 85,0 90,0 0,412 Memiliki pendapatan sampingan 40,0 45,0 0,583

Artinya masih sangat terbatas, istri yang telah memiliki rumah, kendaraan dan pendapatan sampingan sebelum menikah (Tabel 16). Tabel 16 menunjukkan bahwa secara umum kesiapan finansial masih relatif rendah pada kedua kelompok penelitian yaitu masih kurang dari 60 persen. Hal ini menunjukkan kesiapan finansial masih menjadi masalah baik pada istri yang menikah muda maupun dewasa.

Kesiapan Menikah

Secara keseluruhan, pada kedua kelompok penelitian, kesiapan menikah istri mayoritas terkategori sedang (di atas 60 persen). Tak sedikit juga dari contoh yang kesiapan menikah mereka terkategori rendah. Hanya sebagian kecil saja yang sudah terkategori baik atau tinggi.

Tabel 17 Sebaran contoh berdasarkan kategori kesiapan menikah

Kesiapan Menikah Usia Menikah Istri Total Muda (%) Dewasa (%) % Rendah (0-60%) 38,3 21,7 30,0 Sedang (60-80%) 60,0 71,7 65,8 Tinggi (80-100%) 1,7 6,7 4,2 Rata-rata ± std 62,68 ± 9,46 67,12 ± 9,18 64,90 ± 9,55 Min - maks 39,98-84,75 P-value 0,010** Perkembangan Anak

Perkembangan anak dalam penelitian ini dilihat dalam beberapa dimensi perkembangan yaitu motorik (kasar dan halus), bahasa (aktif dan pasif), kecerdasan, kemandirian dan sosial. Tabel 18 menunjukkan bahwa anak dari kedua kelompok penelitian telah mencapai lebih dari 50 persen tugas perkembangan anak. Pencapaian tertinggi terdapat pada perkembangan kemampuan sosial anak. Rata-rata pencapaian kemampuan sosial anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan keluarga dengan istri yang menikah di usia dewasa sudah lebih dari 90 persen.

Tabel 18 Sebaran rata-rata perkembangan anak menurut dimensi perkembangan

Perkembangan Anak

Usia Menikah Istri P-value

Muda Rata-rata ± SD Dewasa Rata-rata ± SD Motorik 73,5 ± 21,0 76,9 ± 19,2 0,350 Komunikasi 82,3 ± 19,3 86,5 ± 14,7 0,187 Kecerdasan 75,1 ± 24,6 81,8 ± 16,9 0,082 Kemandirian 57,1 ± 34,2 59,6 ± 33,5 0,687 Sosial 91,1 ± 20,2 94,4 ± 13,9 0,296 Total 76,3 ± 14,3 80,8 ± 12,03 0,071

Selain itu, rata-rata pencapaian terendah ada pada dimensi kemandirian, tak lebih dari 60 persen anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan

dewasa yang mampu memenuhi dimensi kemandirian. Secara umum, hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda lebih banyak yang memiliki perkembangan dengan kategori sedang (sekitar 52 persen). Anak pada keluarga dengan istri yang menikah dewasa sebagian besar (55 persen) memiliki perkembangan dengan kategori tinggi. Hal ini menunjukkan bahwa ibu yang menikah pada usia dewasa mayoritas memiliki anak dengan perkembangan baik (Tabel 19).

Tabel 19 Sebaran contoh berdasarkan perkembangan anak

Perkembangan Anak

Usia Menikah Istri Total Muda (%) Dewasa (%) % Rendah (0-60%) 10,0 8,3 9,2 Sedang (60-80%) 51,7 36,7 44,2 Tinggi (80-100%) 38,3 55,0 46,7 Min - maks 28,57-100 PEMBAHASAN

Penelitian ini menunjukkan bahwa kesiapan menikah istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan istri yang menikah pada usia dewasa. Istri yang menikah muda adalah istri yang menikah dibawah usia 21 tahun. Batasan usia ini didasarkan atas rekomendasi Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional yang menetapkan batas ideal menikah bagi perempuan adalah diatas 20 tahun (BKKBN 2008). Hasil penelitian ini semakin menguatkan bahwa wanita berusia dibawah 21 tahun hendaknya menunda pernikahan hingga usia yang lebih dewasa dikarenakan kesiapan menikah yang relatif masih rendah.

Seorang individu yang masih muda pada umumnya masih belum memiliki kriteria kesiapan untuk menikah. Beberapa penelitian menunjukkan pernikahan pada saat remaja diketahui lebih rentan terhadap perpisahan dan perceraian dibandingkan mereka yang lebih dewasa karena ketidaksiapan mereka untuk menikah. Selain itu, pernikahan dini juga akan membatasi otonomi seseorang, seringkali menghambat pencapaian pendidikan, membatasi kesempatan pekerjaan maupun keamanan secara finansial, seringkali belum memiliki kedewasaan yang dibutuhkan untuk membesarkan anak, mengurangi kemampuan ibu dalam mengasuh anak dengan baik, kemungkinan untuk mengulangi kehamilan, jarang melakukan konsultasi kesehatan selama hamil, tidak memiliki rumah sendiri (Duvall 1971; National Human Services Assembly 2013; Guilbert 2013; Fears 2014; Isaranurug et al. 2006; Mulyana dan Ridwan 2009; Fadlyana dan Larasaty 2009).

Perbedaan nyata antara kesiapan menikah istri yang menikah muda dengan dewasa ternyata tidak konsisten dengan hasil penelitian yang menunjukkan tidak adanya perbedaan nyata atas perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dan dewasa. Perkembangan anak pada kedua kelompok penelitian relatif sama dan tergolong baik. Hal ini bertentangan dengan berbagai penelitian yang menunjukkan bahwa perkembangan anak dari ibu yang menikah muda akan lebih rendah dibandingkan ibu yang menikah pada usia yang lebih dewasa. Anak-anak yang terlahir dari ibu yang masih remaja cenderung untuk memiliki berat badan lahir rendah, prematur, mengalami kematian di usia balita, memiliki

indikator kesehatan dan sosial yang rendah, skor kemampuan bahasa yang lebih rendah dan masalah dalam perilaku (Fears 2014; Isaranurug et al. 2006; Dilworth 2006; Logsdon and Koniak-Griffin 2004; Spencer 2001).

Rendahnya kemampuan dan perkembangan anak pada keluarga dengan istri yang menikah muda dapat disebabkan karena remaja yang sudah menjadi ibu belum siap dan merasa tertekan dengan banyaknya tanggungjawab yang harus mereka jalankan sehingga mengabaikan fungsi pengasuhan. Beberapa penelitian menunjukkan banyaknya tanggung jawab dan kehamilan pada usia muda menjadi faktor risiko terjadinya depresi pada remaja yang menikah muda (Ahmed et al. 2013). Remaja yang sudah mengalami kehamilan atau bersiap menjadi ibu muda diketahui tiga kali lebih berisiko memiliki gaya insecure attachment seperti kemarahan dan ketakutan dibandingkan mereka yang lebih dewasa ketika hamil. Insecure attachment adalah faktor risiko terhadap depresi baik ketika hamil maupun sesudah anak lahir (Fugueiredo et al. 2006). Pernikahan di usia muda akan mengurangi kemampuan ibu dalam mengasuh anak dengan baik (National Human Services Assembly 2013; Guilbert 2013).

Tidak adanya perbedaan tingkat perkembangan anak pada keluarga dengan ibu yang menikah muda dan dewasa dapat disebabkan karena variabel usia anak, tingkat pendidikan ibu dan pendapatan perkapita pada kedua kelompok penelitian sama-sama baik (tidak berbeda nyata). Perkembangan anak disebabkan oleh banyak faktor, tidak semata dipengaruhi oleh usia ibu saat menikah namun dipengaruhi oleh kondisi sosiodemografi, pengasuhan, stimulasi kedua orang tua, pendidikan ibu, dukungan keluarga besar dsb (Dewanggi et al. 2012; Hastuti et al.