• Tidak ada hasil yang ditemukan

KERANGKA PIKIR

PEMBAHASAN UMUM

Pernikahan merupakan ikatan suci antara sepasang suami istri dengan tujuan membentuk keluarga yang bahagia dan sejahtera. Keluarga yang bahagia dan sejahtera dapat dibentuk apabila suami dan istri memiliki tingkat kesiapan menikah yang baik. Kesiapan menikah menjadi salah satu indikator kesuksesan keluarga. Sekalipun demikian, saat ini masih banyak calon pasangan suami dan

istri yang belum mempersiapkan diri dengan baik sebelum menikah. Hasil penelitian menunjukkan secara umum kesiapan menikah istri masih dibawah 65 persen dan kesiapan menikah istri semakin rendah ketika istri menikah pada usia muda. Aspek kesiapan menikah istri yang relatif masih rendah baik pada istri yang menikah muda dan dewasa adalah kesiapan intelektual dan kesiapan finansial. Semakin rendah tingkat kesiapan menikah istri maka perkembangan anak akan menurun. Penelitian ini memberikan implikasi bahwa meningkatkan kesiapan menikah istri merupakan hal yang sangat penting untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.

Beberapa kriteria kesiapan menikah yang penting untuk menciptakan pernikahan yang berkualitas dan juga mencegah perceraian diantaranya (1) meningkatkan kapasitas keluarga (contoh: laki-laki harus mampu untuk memenuhi kebutuhan keuangan keluarga dan perempuan harus mampu untuk mengasuh anak); (2) kemampuan interpersonal (mampu untuk mendiskusikan segala perasaannya); (3) mengikuti norma yang berlaku (hanya memiliki satu pasangan yang sah) dan (4) tanggung jawab personal (mandiri secara finansial) Badger (2005). Nelson (2009) menyatakan bahwa pada beberapa waktu lalu, pernikahan dianggap sebagai sumber keamanan keuangan namun saat ini, mandiri secara finansial menjadi prasyarat penting dalam kriteria kesiapan menikah.

Mempersiapkan pernikahan saja tidaklah cukup jika kemudian tidak diimbangi dengan menjaga keharmonisan keluarga. Banyak masalah yang timbul terkait dengan perkembangan anak dipengaruhi salah satunya oleh ketidakharmonisan keluarga. Perkembangan anak pada lima tahun pertama menjadi sangat penting karena ada yang berpendapat bahwa 90% koneksi terbentuk pada usia ini (Cramer dalam Megawangi et al. 2010). Anwar (2002) menyatakan apabila pada masa tersebut pertumbuhan dan perkembangan seorang anak berjalan secara optimal diharapkan pada masa dewasa akan tumbuh menjadi manusia yang berkualitas. Oleh karena itu, menjamin kesiapan menikah yang baik dan kemudian menjaga keharmonisan keluarga mutlak dilakukan oleh setiap keluarga apabila tidak maka masalah dalam perkembangan anak akan terjadi.

Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa semakin lama menikah maka perkembangan anak justru semakin menurun. Hal ini berhubungan dengan rendahnya pendidikan dan pendapatan perkapita pada istri yang menikah lebih lama. Perbaikan kualitas pendidikan dan pengentasan kemiskinan mutlak harus terus ditingkatkan untuk menjamin tumbuh kembang anak yang optimal.

Penelitian selanjutnya sangat diperlukan untuk semakin melengkapi studi terkait kesiapan menikah dan hubungannya dengan perkembangan anak. Penelitian ini membatasi lingkup penelitian yang meneliti pihak istri saja dan dilakukan di salah satu wilayah di Kota Depok. Penelitian sejenis dapat dilakukan dengan ruang lingkup yang lebih luas seperti meneliti tingkat kesiapan menikah suami, dilakukan di wilayah pedesaan maupun dapat dilakukan untuk studi perbandingkan di berbagai kota-kota besar yang memiliki masalah besar terkait remaja seperti Jakarta, Bandung, Surabaya, atau Medan. Penelitian semacam ini akan sangat bermanfaat dalam penyusunan kebijakan pendewasaan usia perkawinan utamanya dalam menyiapkan remaja sebelum menikah dan sekaligus memotret tingkat kesiapan menikah pasangan muda di Indonesia yang masih sangat cukup jarang diteliti.

SIMPULAN

Rata-rata usia suami dan istri saat ini berada pada kategori dewasa muda (usia diatas 25 tahun) dengan jarak usia suami dan istri berkisar 4,7 tahun. Rata-rata lama menikah suami dan istri adalah 5,7 tahun. Rata-Rata-rata lama pendidikan istri dan suami berada diatas 10 tahun. Rata-rata usia menikah istri dan suami sudah menunjukkan usia ideal untuk menikah dimana istri menikah diatas 21 tahun dan suami menikah diatas usia 25 tahun.

Kesiapan menikah istri yang menikah dewasa lebih baik dibandingkan istri yang menikah muda. Lebih dari 50 persen istri memiliki tingkat kesiapan yang sedang dan terdapat 30 persen istri dengan tingkat kesiapan menikah yang rendah. Selain itu, tak lebih dari 4,2 persen istri yang tergolong memiliki kesiapan menikah yang tinggi. Artinya hanya sebagian kecil istri yang memiliki tingkat kesiapan menikah yang tinggi.

Perkembangan anak dipengaruhi kuat oleh kesiapan menikah istri. Semakin baik tingkat kesiapan menikah istri maka perkembangan anak akan meningkat. Lebih dari 46 persen anak terkategori memiliki perkembangan yang tinggi, sebanyak lebih dari 44 persen anak memiliki perkembangan yang sedang. Hanya sedikit dari keseluruhan anak (dibawah 10 persen) dengan tingkat perkembangan anak yang rendah. Tingkat perkembangan anak pada penelitian ini menunjukkan skor yang cukup baik yaitu diatas 78 persen.

SARAN

Dari hasil penelitian ini dapat dikemukakan beberapa saran diantaranya:

1. Kesiapan menikah istri yang relatif rendah dalam aspek kesiapan intelektual dan finansial membutuhkan kontribusi dari berbagai pihak seperti:

- Pemerintah, LSM dan pemerhati keluarga diharapkan dapat lebih gencar mensosialisasikan pentingnya aspek kesiapan menikah (intelektual, sosial, emosi, moral, individu, mental dan finansial) kepada para remaja berupa kegiatan seminar pra nikah, pelatihan finansial bagi remaja, dan iklan di media massa.

- Orang tua diharapkan dapat lebih intensif membimbing anak remaja yang beranjak dewasa dalam mempersiapkan diri sebelum menikah. Diskusi antara orang tua dan anak seputar pengaturan finansial, pengasuhan anak yang baik maupun membina keluarga yang harmonis sangat diperlukan agar para remaja dapat lebih memahami pentingnya berbagai aspek kesiapan menikah yang mungkin tidak mereka peroleh di sekolah.

2. Tingkat kesiapan menikah istri yang menikah muda lebih rendah dibandingkan istri yang menikah dewasa menjadikan wacana yang penting bagi remaja untuk menunda pernikahan sampai usia yang cukup ideal. Pemerintah utamanya BKKBN, Kementerian Agama dan Kemendikbud diharapkan dapat semakin gencar mensosialisasikan usia ideal menikah bagi pria (25 tahun) dan wanita (diatas 20 tahun). Hal ini sangat penting agar remaja yang belum mencapai usia ideal tersebut diharapkan lebih fokus untuk mempersiapkan diri dengan baik sebelum memutuskan untuk menikah.

3. Lama pendidikan istri berhubungan positif dengan kesiapan menikah dan perkembangan anak. Oleh karena itu, pemerintah harus semakin mempermudah

akses terhadap pendidikan baik kepada remaja pria maupun wanita. Pendidikan diketahui merupakan kunci penting bagi penundaan usia perkawinan.

4. Semakin lama menikah maka perkembangan anak semakin menurun. Rendahnya perkembangan anak pada istri yang menikah lebih lama berhubungan dengan pendidikan dan pendapatan perkapita yang rendah. Oleh karena itu berbagai upaya perlu dilakukan oleh:

- Institusi pemberdayaan keluarga, LSM, dan pemerhati keluarga dapat meningkatkan pembinaan pada keluarga balita dengan pendidikan dan pendapatan perkapita yang rendah. Pembinaan terkait peningkatan informasi seputar pertumbuhan dan perkembangan anak dan pemberdayaan ekonomi keluarga sangat penting untuk membantu mereka dalam mengasuh anak yang lebih baik dan sejahtera. Program Bina Keluarga Balita BKKBN dapat lebih ditekankan pada kelompok ini.

- Pemerintah diharapkan dapat terus mensosialisasikan program wajib belajar dan upaya pengentasan kemiskinan harus terus dilakukan untuk menjamin keluarga memiliki ketahanan dari segi pendidikan dan ekonomi sehingga perkembangan anak dapat optimal.

5. Peneliti selanjutnya diharapkan dapat meneliti tingkat kesiapan menikah istri dan juga suami secara bersamaan, hal ini untuk memperoleh hasil yang lebih komprehensif. Selain itu, penelitian sejenis dapat dilakukan di wilayah pedesaan dengan jumlah pernikahan dini cukup tinggi maupun di kota-kota besar dengan masalah remaja yang cukup kompleks. Hal ini sangat penting untuk melihat pengaruh kesiapan menikah terhadap perkembangan anak sehingga mampu menghasilkan rekomendasi kebijakan yang lebih tepat sasaran dan kuat.