• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV HASIL PENELITIAN

4.2 Deskripsi Data

4.2.2 Hasil Penelitian Lapangan

Setelah menentukan daftar informan penelitian, langkah selanjutnya adalah peneliti melakukan penelitian (data collection) baik melalui wawancara terhadap informan maupun observasi lapangan. Dari hasil penelitian tersebut, peneliti menemukan berbagai informasi, kondisi dan berbagai fenomena yang kompleks yang terkait dengan fokus penelitian. Dengan banyaknya informasi yang didapat di lapangan, maka peneliti melakukan proses reduksi data (data

reduction) atau memilih dan memfokuskan pada hal-hal yang penting, peneliti

mengkategorikan jawaban-jawaban yang dianggap sama yang berkaitan dengan pembahasan dan dimuat dalam tabel matriks hasil wawancara. Kategorisasi dilakukan untuk mempermudah peneliti dalam membaca dan menganalisis jawaban-jawaban tersebut sehingga data yang telah direduksi dapat memberikan gambaran yang lebih jelas dan mudah dimengerti. Untuk penyajian data (data

display) dalam penelitian ini, peneliti melakukan penyajian data dalam bentuk

teks narasi, tabel, dan gambar. Selanjutnya penarikan kesimpulan (conclusion

pengulangan informasi yang sama. Data-data tersebut dapat dilihat dari pemaparan hasil penelitian lapangan berikut ini.

1. Standar dan Sasaran Kebijakan

Kinerja implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilannya hanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan tersebut memang realistis dengan sosio-kultur yang berada di level pelaksana kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka akan sulit untuk merealisasikan kebijakan tersebut.

Pemahaman tentang maksud umum dari suatu standar dan tujuan kebijakan juga menjadi penting. Implementor bisa jadi gagal dalam melaksanakan kebijakan dikarenakan mereka menolak atau tidak mengerti apa yang menjadi tujuan dari suatu kebijakan. Berkaitan dengan fokus penelitian ini, salah satu tujuan dari Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah sebagai dasar hukum penyelenggaraan trayek angkutan umum di Kota Serang. Hal ini sesuai dengan apa yang diungkapkan oleh Kabid Lalu Lintas dan Angkutan Dishubkominfo Kota Serang (I1) berikut:

“Perda itu tujuannya sebagai dasar hukum penyelenggaraan trayek

angkutan kota, khususnya di Kota Serang. Jadi Perda itu mengatur rute-rute angkutan umum, misalnya trayek 01 dari Pakupatan-Ciceri-Kepandean PP, trayek 04 Pakupatan-Cipocok-Pasar Rau PP dan

sebagainya”. (Wawancara, Rabu, 29 Agustus 2016. Pukul 10:38 WIB. Di Kantor Dishubkominfo Kota Serang).

Berdasarkan hasil wawancara dengan I1, dapat diketahui bahwa salah satu tujuan dari peraturan daerah tersebut adalah sebagai dasar hukum atas

penyelenggaraan trayek angkutan umum khususnya di Kota Serang. Dengan adanya peraturan daerah tersebut juga, dinas terkait dalam hal ini Dishubkominfo Kota Serang memiliki dasar aturan yang jelas terkait penyelenggaraan trayek angkutan kota di Kota Serang. Hal ini juga senada dengan yang dijelaskan oleh Kasi Pengendalian dan Operasional Dishubkominfo Kota Serang (I2) berikut:

“Perda itu tujuannya memberikan jalur atau tujuan dari angkot tersebut. Misalnya Pakupatan-Kepandean, nah diatur disitu. Jadi Perda itu mengatur kendaraan atau angkutan umum dari awal sampai akhir

tujuannya”. (Wawancara, Senin, 5 September 2016. Pukul 09:29 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Mengacu pada hasil wawancara dengan I2 tersebut, diketahui bahwa tujuan yang dicita-citakan oleh pembuat kebijakan adalah untuk memberikan jalur atau tujuan dari angkutan kota yang ada di Kota Serang. Di dalam peraturan daerah tersebut diatur mengenai tujuan awal sampai akhir angkutan kota tersebut. Pernyataan yang sama juga diungkapkan oleh Wakil Ketua Organda Kota Serang (I3) yang menyatakan bahwa:

“Tujuan dari perda ini salah satunya untuk mengatur trayek-trayek

khususnya untuk angkot di Kota Serang”. (Wawancara, Jumat, 23

September 2016. Pukul 7:49 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang). Kemudian lebih lanjut, I4 mengatakan bahwa perda ini bukan hanya untuk sekedar mengatur mengenai rute-rute atau trayek angkutan kota yang ada di Kota Serang, beliau mengatakan bahwa tujuan dari adanya perda ini juga untuk penertiban. Hal ini sesuai dengan pernyataannya berikut:

“Tujuannya untuk penertiban. Penertiban dalam arti kata luas ya, baik

penggunaannya, baik trayeknya, baik alokasinya. Alokasinya itu gini lho, dalam trayek itu kan biasanya ada trayek gemuk, ada trayek kurus. Trayek gemuk itu angkotnya banyak, penumpangnya juga banyak. Trayek kurus itu angkotnya sedikit, karena penumpangnya memang

sedikit. Nah itu harusnya diatur alokasinya disitu”. (Wawancara, Sabtu, 24 September 2016. Pukul 10:30 WIB. Di Polres Kota Serang).

Dari hasil wawancara dengan I4, diketahui bahwa fungsi dari adanya peraturan daerah ini bukan hanya untuk mengatur trayek angkutan kota yang ada di Kota Serang, tetapi lebih jauh dari itu, perda juga mengatur mengenai alokasi kendaraan umum yang harus ada untuk melayani kebutuhan masyarakat. Secara lebih jelas, I1 menyampaikan pendapatnya tekait alokasi kendaraan tersebut. Berikut adalah yang beliau sampaikan:

“Jadi semestinya alokasi ini sudah berdasar kajian, tapi itu kan alokasi

itu kita keluarkan pada tahun 2009, berarti sudah 7 tahun. Artinya begini, berarti sebetulnya ini harus ditinjau ulang. Jadi kalau berbicara pada saat itu memang database itu demikian adanya. Jadi untuk alokasi angkot ini, apakah berdasarkan kebutuhan? jawabannya ya. Ada perwalnya, perwal tahun 2009. Kajian pada saat itu demikian kebutuhannya dan lain sebagainya. Tetapi ini apakah masih relevan? pasti sudah berubah. Karena ada pengembangan kota dan Kota Serang ini kan menjadi Ibukota Provinsi, dan dimana-mana sudah ada pengembangan kota sehingga pasti tidak akan seimbang sekarang ini. Jadi kalau berdasarkan kebutuhan, pasti yang kita keluarkan pada 2009 karena kita mengacu pada perwal 2009 dan itu berdasar kajian, kita

butuh sekian trayek, kita butuh sekian armada”. (Wawancara, Jumat, 18 November 2016. Pukul 09:08 WIB. Di Kantor Dishubkominfo Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan oleh I1, dapat diketahui bahwa jumlah kendaraan yang ada saat ini untuk mengisi dari masing-masing trayek yang telah ditentukan adalah mengacu pada Keputusan Walikota Serang Nomor 551.23/Kep.74-Huk/2009 Tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Penumpang Umum di Kota Serang yang mana keputusan walikota tersebut telah berdasarkan kajian yang dilakukan pada tahun 2009. Secara umum, hal tersebut dinilai sudah sesuai dengan kebutuhan masyarakat pada saat itu, namun mengingat telah ada pengembangan kota di berbagai wilayah Kota Serang, maka

menurut beliau perlu dilakukan kajian ulang terkait alokasi kendaraan dari masing trayek tersebut. Adapun jumlah alokasi kendaraan untuk masing-masing trayek dapat dilihat pada tabel 4.3 berikut.

Tabel 4.3

Data Angkutan Umum Kota Serang Tahun 2014

No. Trayek Jumlah

Kode Trayek Jurusan

1 01 Pakupatan – Ciceri – Kepandean PP 214 2 02 Pakupatan – Ahmad Yani – Kepandean PP 200 3 03 Pakupatan – Pasar Rau – Kepandean PP 187 4 04 Pakupatan – Cipocok – Pasar Rau PP 165 5 05A Cipocok – Yumaga – Kepandean – Royal PP 29 6 05B Cipocok – Yumaga – Kepandean – Royal PP

(Via Buah Gede/Al-Azhar) 13

7 06 Cipocok – Royal – Pasar Lama – Pasar Rau

PP 91

8 07 Kepandean – Lopang – Pasar Rau PP 218 9 08 Sawah Luhur/Kemayungan/Lebak Indah

Pasar Rau – Royal PP 5

10 09 Pakupatan – Polda Banten – Simpang Boru –

Cipocok PP 26

11 10 Pakupatan – Polda Banten – KP3B Palima –

Kepandean PP 0

12 11 Pasar Rau – Banten 112

JUMLAH 1260

(Sumber: Dishubkominfo Kota Serang, 2016)

Ketika tujuan dari kebijakan telah dipahami oleh seluruh stakeholder yang terlibat, maka tujuan tersebut perlu diusahakan agar tujuan yang diharapkan tidak sekedar menjadi cita-cita. Menurut I1 standar pelaksanaan untuk mewujudkan tujuan dari perda tersebut adalah dengan melakukan sosialisasi di lingkungan internal Dishubkominfo Kota Serang, kepada satuan kerja perangkat daerah (SKPD) lain yang terkait serta kepada operator angkutan umum ataupun masyarakat. Kemudian setelah perda disosialisasikan, maka perda

diimplementasikan dan dalam proses implementasi ini pihak Dishubkominfo Kota Serang bekerjasama dengan pihak Kepolisian sebagai penegak hukum atas dilakukannya pelanggaran terhadap perda. Hal ini sesuai dengan pernyataan yang disampaikan oleh I1berikut:

“Standar pelaksanaannya meliputi sosialisasi Perda kepada internal

Dishubkominfo Kota Serang, kepada beberapa SKPD terkait, dan juga kepada operator angkutan ataupun masyarakat. Setelah sosialisasi dilakukan maka selanjutnya proses implementasi, dalam proses implementasi ini kita bekerjasama terutama dengan pihak Kepolisian sebagai penegak hukum atas dilakukannya pelanggaran terhadap

Perda”. (Wawancara, Rabu, 29 Agustus 2016. Pukul 10:38 WIB. Di

Kantor Dishubkominfo Kota Serang).

Pernyataan I1 tersebut juga diperkuat oleh pernyataan I2 yang mengatakan:

“Standar pelaksanaannya ini meliputi sosialisasi dan pengawasan,

khususnya tentang trayek ini. Terkait sosialisasi, saya rasa sudah dilaksanakan terutama dalam rapat-rapat ya. Dan kalau untuk pengusaha atau pengemudi angkutan, sosialisasinya dilakukan ketika perpanjangan izin trayek. Kemudian untuk pengawasannya ini kita

bekerjasama dengan pihak kepolisian”. (Wawancara, Senin, 5

September 2016. Pukul 09:29 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Berdasarkan wawancara dengan I2, dapat diketahui bahwa kedua pihak memiliki pemahaman yang sama atas standar pelaksanaan perda ini, yaitu meliputi sosialisasi dan pengawasan. Menurut I2, salah satu cara yang dilakukan Dishubkominfo Kota Serang untuk mensosialisasikan perda ini kepada pengusaha atau pengemudi angkutan adalah ketika pengusaha atau pengemudi tersebut melakukan perpanjangan izin trayek. Hal ini sesuai dengan apa yang peneliti temukan pada saat observasi di kantor Dishubkominfo Kota Serang. Beberapa pengemudi/pemilik angkutan yang dinilai cat angkutannya tidak sesuai dengan

ketentuan dalam Keputusan Walikota Serang Nomor 551.23/Kep.74-Huk/2009 Tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Penumpang Umum di Kota Serang maka angkutannya tersebut akan di cat ulang di kantor Dishubkominfo Kota Serang.

Pihak Organda Kota Serang (I3) juga memberi pernyataan yang sama dengan I1 dan I2, hal ini seperti yang terungkap dalam kutipan wawancara berikut:

“Kalau standar pelaksanaan, pertama kita kan sosialisasi. Dari

sosialisasi itu kita beritahukan kepada pemilik-pemilik angkutan kota untuk memenuhi peraturan yang sudah ditentukan didalam perda itu tadi. Setelah sosialisasi ada pengawasan dari Dishub selaku pelaksana

perda dan Organda selaku pendamping angkutan”. (Wawancara, Jumat,

23 September 2016. Pukul 7:49 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Mengacu pada hasil wawancara yang telah dilakukan kepada beberapa informan penelitian, maka dapat disimpulkan bahwa standar pelaksanaan perda ini meliputi sosialisasi dan pengawasan. Sosialisasi dilakukan oleh pihak Dishubkominfo Kota Serang, sedangkan dalam hal pengawasan, pihak Dishubkominfo juga melibatkan pihak Kepolisian sebagai penegak hukum atas dilakukannya pelanggaran terhadap peraturan daerah ini.

Selanjutnya untuk menilai berhasil atau tidaknya pelaksanaan perda ini, diperlukan suatu ukuran yang jelas. Menurut I2 ukuran keberhasilan atas pelaksanaan perda ini adalah semua angkutan umum melaksanakan kewajibannya sesuai dengan trayek yang telah diatur. Hal ini seperti yang diungkapkan I2 berikut:

“Ukuran atau tolak ukurnya keberhasilan perda itu ya semua angkot

(Wawancara, Senin, 5 September 2016. Pukul 09:29 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Pendapat yang senada juga disampaikan oleh I4 berikut:

“Kalau ukurannya, Dishubkominfo Kota Serang yang punya ukurannya.

Tapi secara global, ya pengennya tertib lah trayek angkutan kotanya itu”. (Wawancara, Sabtu, 24 September 2016. Pukul 10:30 WIB. Di Polres Kota Serang).

Berdasarkan hasil wawancara yang dilakukan kepada kedua informan diatas, tolak ukur atas keberhasilan implementasi perda ini adalah terciptanya trayek angkutan kota yang tertib, yang mana setiap angkutan melaksanakan kewajibannya sesuai trayek yang telah diatur. Tetapi pernyataan berbeda disampaikan oleh I1, menurut beliau bahwa ukuran keberhasilan atas pelaksanaan peraturan daerah ini bisa kualitatif dan kuantitatif. Hal ini seperti pendapat yang beliau sampaikan berikut:

“Keberhasilan dari perda ini ukurannya bisa kualitatif, bisa kuantitatif. Untuk di Kota Serang ini, dilihat dari kualitatif ya bisa dikatakan belum sesuai antara trayek yang kita keluarkan dengan implementasinya. Itu juga dipengaruhi banyak faktor kenapa sopir angkutan kota mengoperasikan kendaraan tidak sesuai pada trayeknya. Isu utamanya,

kalau saya pelajari dan sudah kita lakukan investigasi, itu karena “kue”

(penumpang) angkutan kota sudah termakan sama angkutan luar kota. Jadi angkutan kota ini kan adanya di dalam kota semua, tapi di sisi lain ada angkutan luar kota yang bisa masuk ke pinggiran-pinggiran kota, contohnya adalah angkutan Merah yang dari Balaraja-Cikande-Ciruas itu kan mestinya transitnya di terminal Pakupatan lewat belakang, keluar lewat belakang. Tapi kenyataannya dia masuk Kota bahkan masuk ke Rau artinya berarti penumpang angkutan kota termakan sama angkutan

luar kota, itu yang jadi complicated.” (Wawancara, Rabu, 29 Agustus 2016. Pukul 10:38 WIB. Di Kantor Dishubkominfo Kota Serang).

Berdasarkan hasil wawancara diatas, I1 menyatakan bahwa secara kualitatif, pelayanan angkutan umum di Kota Serang belum sesuai antara trayek yang sudah dikeluarkan dengan implementasinya. Hal ini dipengaruhi oleh

banyak faktor. Menurut hasil pengamatan dan investigasi beliau, hal utama yang menjadi alasannya adalah karena penumpang angkutan kota sudah termakan atau diserobot oleh angkutan luar Kota Serang yang bisa masuk kedalam wilayah Kota Serang. Sehingga hal ini menimbulkan permasalahan yang sangat complicated bagi angkutan umum Kota Serang itu sendiri. Salah satu angkutan luar Kota Serang yang dapat memasuki wilayah Kota Serang adalah angkutan kota dalam provinsi (AKDP) yang melintas dari Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang dan Kota Serang. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan peneliti, angkutan ini adalah salah satu angkutan yang kerap kali ditemukan melakukan penyerobotan terhadap penumpang angkutan umum Kota Serang karena melanggar batas trayek yang ditentukan oleh provinsi. Terkait hal ini, I1 menjelaskan sebagai berikut:

“Angkutan Kota Dalam Provinsi (AKDP) yang merah itu, yang melintas

dari Kabupaten Tangerang, Kabupaten Serang dan Kota Serang. Ada kan dari Balaraja masuk Cikande, Cikande kan Kabupaten Serang, lalu masuk Kota Serang (Terminal Pakupatan). AKDP itu kewenangannya Dinas Perhubungan Provinsi. Jadi memang semestinya kan gini, angkutan AKDP itu boleh masuk wilayah kota tapi kan sudah ditentukan trayeknya. Jadi kalau sesuai jalur yang kita rekomendasikan itu boleh. Contoh begini, angkutan merah itukan boleh dia masuk terminal Pakupatan lewat belakang keluar lewat belakang. Tapi faktanya kan masuk ke tengah kota sampai ke Carrefour dan lain-lain, jadi bahasa saya bener nggak ngambil kue (penumpang) orang lain? Nah jadi itu sudah melanggar. Tapi pada saat operasi kalau memang keliatan sama kita ya langsung kita beri tindakan. Dikurungin atau ditilang lah. Tapi kalau dikurungin itu kalau semua kelengkapannya tidak ada. Jadi disini menurut saya pembinaan dari provinsi juga kurang, kalau saya

memahaminya begitu. Jadi kita yang kena imbas”. (Wawancara, Jumat,

18 November 2016. Pukul 09:08 WIB. Di Kantor Dishubkominfo Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan yang diungkapkan oleh I1 dalam wawancara tersebut, AKDP yang melintas dari Balaraja Kabupaten Tangerang memang boleh memasuki wilayah Kota Serang, tapi hanya sampai Terminal Pakupatan. Namun

pada kenyataan di lapangan angkutan ini seringkali melanggar aturan tersebut. Menurut beliau, salah satu penyebab atas pelanggaran trayek yang dilakukan oleh AKDP tersebut adalah kurangnya pembinaan dari Dishubkominfo Provinsi Banten.

Kemudian pihak Organda Kota Serang juga menyampaikan hal yang berbeda terkait ukuran atas keberhasilan pelaksanaan peraturan daerah ini. Pernyataan yang beliau sampaikan adalah sebagai berikut:

“Yang menjadi salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan dari kami

Organda, yaitu prasarana untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat sesuai dengan ketentuannya yang mana sudah diatur dalam perda itu tadi. Untuk saat ini, menurut kami masih banyak prasarana yang belum difasilitasi, rambu-rambu petunjuk sesuai trayek angkot itu masing-masing belum ada. Contoh kalau trayek 01 ke arah mana,

masuknya wilayah mana, itu belum ada rambu-rambunya”.(Wawancara,

Jumat, 23 September 2016. Pukul 7:49 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan I3 diatas, salah satu ukuran keberhasilan pelaksanaan peraturan daerah menurut Organda Kota Serang adalah adanya prasarana untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat mengingat saat ini masih banyak prasarana yang belum difasilitasi. Salah satu prasarana yang dimaksud adalah berupa rambu-rambu petunjuk sesuai dengan masing-masing trayek angkot.

Selanjutnya sasaran dari perda ini adalah seluruh pengusaha ataupun pengemudi angkutan umum yang ada di wilayah Kota Serang karena perda ini bertujuan untuk menertibkan angkutan kota agar dapat melayani masyarakat sesuai dengan trayeknya. Hal ini seperti yang diungkapkan I2 berikut:

“Sasarannya adalah semua pengusaha maupun pengemudi angkutan

umum/angkutan kota yang ada di wilayah Kota Serang. Jadi perda ini tujuannya untuk menertibkan agar angkutan kota melayani sesuai

dengan trayeknya”. (Wawancara, Senin, 5 September 2016. Pukul 09:29

WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Kemudian terkait tujuan perda seperti yang telah diuraikan sebelumnya, sampai saat ini tujuan tersebut belum dapat tercapai. Hal ini sesuai dengan apa yang disampaikan oleh I5-2 dalam wawancara berikut:

“Saya udah tahu dari dulu ya kalau ada peraturan yang ngatur soal

trayek ini. Tapi ya gini tujuannya belum tercapai, masih semrawut, masih acak-acakan soalnya mobil luarnya aja pada di cat kota. Saya sih tahu sebenarnya ada yang di cat kota gitu, kadang ada yang saya tahu,

kadang nggak. Soalnya banyak banget angkotnya”. (Wawancara, Senin,

26 September 2016. Pukul 14:27 WIB. Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Dari pernyataan I5-2 tersebut dapat diketahui bahwa sampai saat ini tujuan yang diinginkan, yaitu berupa tertibnya trayek angkutan umum di Kota Serang masih belum dapat tercapai. Pernyataan tersebut juga senada dengan apa yang disampaikan oleh I2. Beliau mengatakan bahwa:

“Sampai saat ini tujuannya belum tercapai. Kan masih kayak taksi

sekarang angkutannya. Apalagi kendaraan-kendaraannya juga tahun

lama semua”. (Wawancara, Senin, 5 September 2016. Pukul 09:29 WIB.

Di Terminal Pakupatan Kota Serang).

Berdasarkan pernyataan yang disampaikan I2, dapat diketahui bahwa sampai saat ini tujuan perda yang diinginkan belum tercapai dan ditambah lagi kendaraan yang beroperasi saat ini banyak yang merupakan kendaraan-kendaraan tahun lama. Informasi tersebut juga dikuatkan oleh pernyataan I1 berikut:

“Dilihat dari segi waktu implementasi, sebenarnya masih sangat

terbatas karena perda ini baru berjalan sekitar 1 tahun lebih, tapi untuk saat ini bisa dikatakan tujuannya belum tercapai. Kemudian jika pertanyaannya tentang tercapai atau tidaknya tujuan tersebut, bisa

dilihat dari produk turunan dari perda. Produk turunan dari perda itu salah satunya yang kemarin sudah kita turunkan itu berupa SK Walikota mengenai tarif angkutan. Kemudian selanjutnya adalah dari pihak Dishubkominfo Kota Serang sudah membuat draft mengenai rencana pengembangan jaringan trayek yang baru tetapi masih dikaji oleh bagian hukum Setda Kota Serang. Karena yang mengeluarkan SK

Walikota itu kan pintunya melalui bagian hukum”. (Wawancara, Rabu, 29 Agustus 2016. Pukul 10:38 WIB. Di Kantor Dishubkominfo Kota Serang).

Berdasarkan kutipan wawancara tersebut, dapat dilihat bahwa tujuan tersebut belum bisa tercapai mengingat waktu implementasi yang masih sangat singkat, yaitu perda yang baru berjalan sekitar satu tahun. Kemudian rencana pengembangan jaringan trayek yang baru juga masih dikaji oleh bagian hukum Setda Kota Serang sehingga sampai saat ini jaringan trayek yang ada masih mengacu pada jaringan trayek lama yang mengacu pada Surat Keputusan Walikota Serang Nomor 551.23/Kep.74-Huk/2009 Tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Penumpang Umum di Kota Serang.

Kemudian berdasarkan keseluruhan hasil wawancara, peneliti dapat memberikan beberapa kesimpulan sementara terkait variabel Standar dan Sasaran Kebijakan yaitu: pertama, salah satu tujuan dari dibentuknya Peraturan Daerah Kota Serang Nomor 13 Tahun 2014 Tentang Penyelenggaraan Perhubungan, Komunikasi dan Informatika adalah sebagai dasar hukum penyelenggaraan angkutan orang dengan kendaraan bermotor umum dalam trayek di Kota Serang. Kedua, standar pelaksanaan perda ini meliputi sosialisasi kepada lingkungan internal Dishubkominfo Kota Serang dan kepada berbagai stakeholder yang terkait dalam pelaksanaan perda ini. Selain itu pihak Dishubkominfo Kota Serang juga melakukan pengawasan terhadap trayek angkutan umum tersebut. Ketiga,

ukuran keberhasilan atas pelaksanaan perda ini adalah semua angkutan umum di Kota Serang dapat melaksanakan kewajibannya sesuai dengan trayek yang telah diatur. Keempat, jaringan trayek yang berlaku saat ini masih mengacu pada jaringan trayek lama sesuai dengan Surat Keputusan Walikota Serang Nomor 551.23/Kep.74-Huk/2009 Tentang Penetapan Jaringan Trayek Angkutan Penumpang Umum di Kota Serang.

2. Sumber Daya

Disamping ukuran-ukuran dasar dan tujuan-tujuan kebijakan, yang perlu mendapatkan perhatian dalam proses implementasi kebijakan adalah sumber-sumber yang tersedia. Sumber-sumber-sumber layak mendapat perhatian karena dapat menunjang keberhasilan implementasi kebijakan. Sumber-sumber yang dimaksud mencakup sumber daya manusia, dana atau anggaran yang disiapkan, serta perangsang (incentive) lain yang akan mendorong dan memperlancar implementasi yang efektif.

Sumber daya manusia yang ada di Dishubkominfo Kota Serang merupakan salah satu faktor utama yang akan mendukung pencapaian tujuan kebijakan tentang pengaturan trayek angkutan umum di Kota Serang, namun berdasarkan fakta di lapangan, sumber daya manusia yang ada saat ini belum dapat dikatakan ideal. Hal ini seperti yang disampaikan I1 dalam wawancara berikut:

“Kalau berbicara terkait sumber daya manusia yang ada untuk

mengimplementasikan kebijakan, saya sih nyebutnya masih kurang. Karena apa? Karena kita punya tenaga di lapangan itu cuma yang resmi

sih ada sekitar 40 sampai 50-an orang. Tenaga dilapangan itu kan ada

Dokumen terkait