• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

B. Hasil Penelitian

Hasil penelitian mengenai kinerja satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa. Peningkatan kerja satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa dilihat dari empat komponen yaitu kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.

Adapun kualitas meliputi ketepan, dan kelengkapan, selanjutnya kuantitas satuan polisi pamong praja bekerja dalam satu harinya, selanjutnya pelaksanaan tugas meliputi orientasi pelayanan, integritas, dan komitmen, adapun tanggung jawab yang meliputi disiplin kerja.

1. Kualitas Kinerja Satpol PP dalam menangani PKL

Kualitas kinerja merupakan suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi. Berikut di uraikan hasil penelitian mengenai kualitas kinerja satuan polisi pamong praja.

Berikut peneliti melakukan wawancara dengan informan MH selaku Sekretaris satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa untuk menanyakan bagaimana kualitas kinerja satuan polisi pamong praja dalam penanganan pedagang kaki lima. Jawaban dari informan:

“Bagi satuan polisi pamong praja sudah maksimal dengan adanya patroli rutin, serta fasilitas pendukung seperti kendaraan dan biaya operasional cukup tersedia, satuan polisi pamong praja juga bertindak berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, memberikan sansi dan tindakan non yudisial, dan melakukan tindakan santun terhadap pedagang kaki lima ataupun dengan orang yang melanggar di area perindustrian di sepanjang jalan” (MH; 03 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang saya lakukan di mana satuan polisi pamong praja sudah melakukan patroli rutin dan tepat waktu saat melaksanakan tugasnya, serta adanya fasilitas yang mendukung seperti kendaraan serta perlengkapan yang dibutuhkan dan satuan polisi pamong praja juga bertindak sesuai dengan surat perintah dari atasan. Akan tetapi, masih ada saja kendala yang di dapatkan di lapangan seperti pedagang kaki lima yang tidak ingin di pindahkan karena kurangnya konsumen atau pembeli di tempat yang di sediakan oleh pemerintah, apabila ada pedagang kaki lima yang melanggar atau ditegur berulang kali makan barang dagangan akan di angkut dan maka akan di kenakan sanksi dari pihak satuan polisi pamong praja.

a. Ketepatan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan artinya terdapat kesesuaian antara rencana kegiatan dengan sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat berpendapat bahwa:

“Satuan polisi pamong praja hanya turun apabila ada surat tugas (surat perintah) dari Pimpinan atau sesuai dengan jadwal, target sasaran dan waktu berdasarkan surat perintah dari pimpinan” (Hasil wawancara MR;

04 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan di mana satuan polisi pamong praja hanya turun apabila ada arahan dari atasan bahwasannya ada pedagang kaki lima yang melanggar. Jadi, apabila satuan polisi pamong praja tidak mendapat suarat perintah maka pedagang kaki lima tidak akan di tindak lanjuti. Selanjutnya peneliti mewawancarai bapak MS selaku Seksi Operasi dan Pengendalian. Petikan wawancara dengan informan:

“Kami dari pihak satuan polisi pamong praja memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran-pelanggaran peraturan daerah utamanya masalah pedagang kaki lima (PKL) sebelum diberikan tindakan” (Hasil wawancara Bapak MS; 04 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak SR selaku masyarakat pedagang kaki lima di Kabupaten Gowa berpendapat bahwa:

“Kami dari masyarakat yang terkait bahwa ada sosialisai yang diberikan yang kadang dilaksanakan di kantor satuan polisi pamong praja atau kadang di berikan sosialisasi di tempat secara langsung” (Hasil wawancara bapak SR; 21 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan hasil observasi penulis bahwa satuan polisi pamong praja memberikan sosialisasi secara langsung dan juga mengundang para pedagang kaki lima datang di kantor satuan polisi pamong praja untuk mendengarkan penyuluhan dan himbauan dari satuan polisi pamong

praja tersebut, seharusnya sosialisasi di lakukan jauh sebelum pedagang kaki lima berdagang di tempat tersebut agar mengurangi pelanggaran yang di lakukan oleh pedagang kaki lima. Pendapat yang berbeda di ungkapkan oleh ibu RW tentang ketepatan satuan polisi pamong praja dalam menangani pedagang kaki lima.

“Tidak ada sosialisasi yang di beritahukan untuk para pedagang kaki lima seperti kami, jadi kami tidak tahu kalau tempat yang sekarang kami pakai itu di larang untuk berjualan di sepanjang jalan ini” ( Hasil wawancara, Ibu RW, 21 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan hasil observasi penulis bahwa satuan polisi pamong praja tidak memberikan sosialisasi secara merata kepada masyarakat yang melanggar atau pkl yang berjualan di area trotoar yang bisa menyebabkan jalanan macet.

b. Kelengkapan adalah mengacu kepada perlengkapan yang umumnya digunakan di kantor, perusahaan dan organisasi lainnya mulai dari perorangan sampai pemerintah. Kelengkapan satuan polisi pamong praja yaitu kelengkapan ketelitian dalam melaksanakan tugasnya.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat untuk menanyakan kelengkapan apa saja yang di butuhkan saat menangani pedagang kaki lima.

Petikan wawancara dengan informan:

“Tidak ada kelengkapan yang dibawah karena kita turun tidak pakai kekerasan, cukup datang ke lokasi para pedagang kaki lima lalu diberikan himbauan untuk tidak berdagang di lokasi. Untuk pedagang kaki lima

yang ngotot atau bandel bahkan melawan, barang dagangannya akan di angkut atau di sita” (Hasil wawancara MR; 04 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yakni tidak membawa kelengkapan apapun karena yang akan di tertibkan adalah bukan pendemo. Satuan polisi pamong praja hanya menertibkan dengan cara mendatangi tempat yang di perintahkan oleh pimpinan dan memberikan himbauan untuk tidak berdagang di lokasi tersebut. Pendapat yang sama diungkapkan oleh Bapak MS selaku Seksi Operasi dan Pengendalian. Petikan wawancara dengan informan:

”Tidak ada perlengkapan yang kita bawah, kita hanya memberitahukan kepada para pedagang untuk tidak berjualan di tempat tersebut karena ini termasuk zona merah yang di mana area ini dilarang berjualan atau berdagang sepanjang jalan tersebut” (Hasil wawancara MS; 04 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan bahwa satuan polisi pamong praja tidak membawa kelengkapan pada saat melakukan penertiban mereka hanya memberikan himbauan atau peringatan kepada pedagang kaki lima untuk tidak berjualan di lokasi tersebut karena yang mereka tempati yaitu area di larang berjualan. Selanjutnya peneliti mewawancarai bapak SR selaku masyarakat pedagang kaki lima berpendapat bahwa:

“Tidak adaji kelengkapan yang dia bawa cuman pakaian yang dia pakai sama semua, dia hanya menyuruh kita untuk pindah sedangkan tidak ada tempat yang di sediakan oleh pemerintah jadi kita sebagai pedagang kaki lima juga merasa bingung” (Hasil wawancara bapak SR; 21 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan di mana pamong praja hanya memerintahkan untuk tidak berjualan di bahu jalan akan tetapi tidak dapat memberi solusi dan harusanya pemerintah menyediakan tempat terlebih dahulu untuk para pedagang kaki lima lalu di pindahkan, kalaupun ada lokasi yang di sediakan tidak seramai dengan lokasi sebelumnya.

2. Kuantitas Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Dalam Menangani PKL

Kuantitas kinerja adalah seberapa lama seorang pegawai bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kinerja ini dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing. Kecepatan dalam mengambil tindakan dengan pelanggaran yang tertentu masing-masing anggota dengan masyarakat terkait. Waktu yang digunakan dalam bekerja harus sesuai dengan aturan yang ada serta tidak mengambil gerakan lain atau gerakan tambahan.

Peneliti kemudian menyanyakan tentang bagaimana kuantitas satuan polisi pamong praja dalam penanganan pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan informan:

“Jumlah pegawai satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa 732 dan Idealnya jumlah personil yang harus ada pada saat patroli penataan pedagang kaki lima ialah satu pleton berjumlah 30 orang, yang menurut saya jumlah patroli sudah maksimal.” (Hasil wawancara MH; 03 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu jumlah pegawai satuan polisi pamong praja dalam keseluruhan yaitu 732 dan jumlah pada saat penertiban pedagang kaki lima ada 30 orang dalam satu pleton.

Berikut hasil wawacara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat yang menanyakan bagaimana pembagian jam kerja pada satuan polisi pamong praja karna yang biasanya saya dapati masih satuan polisi pamong praja yang berkeliaran di tengah malam.

Petikan wawancara dengan informan:

“Satuan polisi pamong praja bekerja dalam 1 hari ada 12 jam perhari, di dalam kinerja satuan polisi pamong praja juga ada penambahan jam kerjanya dan kadang juga lembur pada saat ada arahan dari pimpinan untuk melakukan penertiban.” (Hasil wawancara MR; 04 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja bekerja sesuai dengan jam kerjanya adapun penambahan jam kerja yang biasa diberikan kepada satuan polisi pamong praja untuk melakukan penanganan pedagang kaki lima. Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak MS selaku Seksi Operasi dan Pengendalian. Petikan wawancara dengan informan:

“Satuan polisi pamong praja bekerja dalam 12 jam dan kadang juga 24 jam seperti adanya sidak tengah malam untuk para pedagang kaki lima, berjaga di Kantor Bupati, pendestrian jika ada arahan dari atasan.” (Hasil wawancara MS; 04 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu Satuan polisi pamong praja bekerja 24 jam jika ada arahan dari

pimpinan untuk melakukan sidak kepada pedagang kaki lima, penjagaan pendestrian, dan berjaga di Kator Bupati.

Hal serupa diungkapkan oleh bapak AA selaku kepala bidang perlindungan masyarakat mengungkapkan pendapat bahwa:

“Jam kerja satuan polisi pamong praja itu berbeda dengan laki-laki dan perempuan, kalau perempuan dia bekerja selama 12 jam dalam 1 harinya sedangkan laki-laki yaitu biasa 24 jam dan 2 hari libur tetapi kadang tidak menentu, biasanya lembur tugas malam jika ada arahan dari atasan untuk penertiban ataupun razia harus siap” (Hasil wawancara bapak AA, 04 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja bagian perempuan bekerja selama 12 jam sedangkan satuan polisi pamong praja laki-laki bekerja selama 24 jam tetapi mendapatkan libur 2 hari. Tetapi jika satpol pp mendapatkan perintah dari atasan untuk melakukan penertiban harus siap siaga.

Ditambahkan oleh bapak SB selaku anggota RPC (Pleton Reaksi Cepat)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja bagian perempuan bekerja selama 9 jam dalam 1 harinya, tetapi satuan polisi pamong praja memiliki pasukan Pleton Reaksi Cepat yang menunjang kegiatan 1x24 jam di Kabupaten Gowa.

3. Pelaksanaan Tugas Kinerja Satpol PP Dalam Menangani PKL

Pelaksanaan tugas, selain dengan sasaran kinerja pegawai (SKP), prestasi kerja pegawai juga diukur dengan indikator perilaku kerja. Parameter yang digunakan untuk mengukur perilaku kerja adalah orientasi pelayanan, integritas, disiplin dan komitmen.

Peneliti kemudian menyanyakan tentang bagaimana pelaksaan tugas satuan polisi pamong praja dalam penanganan pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan informan:

“Satuan polisi pamong praja tepat waktu dalam melakukan tugasnya dan sikap petugas dalam penertiban pedagang kaki lima yaitu baik dan tidak mengutamakan kekerasan” (Hasil wawancara MH; 03 Desember 2019) Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan bahwa tepat waktu saat melakukan penertiban pedagang kaki lima dan mereka juga tidak melakukan kekerasan pada saat penertiban.

a. Orientasi pelayanan adalah keinginan untuk membantu atau melayani orang lain dalam memenuhi kebutuhan mereka. Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat yang menanyakan bagaimana orientasi pelayanan satuan polisi pamong praja yang diberikan kepada pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan informan:

“Satuan polisi pamong praja sebelum turun melakukan penertiban pedagang kaki lima kami menyediakan lahan untuk para pedagang kaki lima, tetapi pada dasarnya masih ada pedagang yang tidak mendengar jadi kita paksa untuk pindah” (Hasil wawancara MR; 04 Desember 2019)

Berikut hasil wawancara di atas sejalan dengan hasil observasi yang penulis lakukan bahwa adanya pedagang kaki lima yang tidak mendengar terhadap arahan satuan polisi pamong praja walaupun sudah ada lahan untuk para pedagang tetapi selalu ada alasan bahwa kurangnya konsumen yang berkunjung pada lokasi yang di sedikan oleh pemerintah. Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak MS selaku Seksi Operasi dan Pengendalian. Petikan wawancara dengan informan:

“Satuan polisi pamong praja telah menyediakan tempat atau lahan untuk para pedagang kaki lima tetapi masih banyak pedagang yang tidak bisa diatur bahkan tidak ingin dipindahkan oleh satuan polisi pamong praja”

(Hasil wawancara MS; 04 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja telah menyediakan tempat untuk pedagang kaki lima tetapi pada dasarnya pedagang yang tidak ingin meninggalkan tempat jualannya dengan alasan tempat yang di sediakan oleh satuan polisi pamong praja kurangnya pengunjung yang datang berbelanja. Adapun pendapat dari bapak SB selaku anggota RPC yang mengungkapkan zona wilayah yang terjaring razia pedagang kaki lima bahwa:

“Ada zona merah yang berada di kecamatan Pandang-Pandang, kecamatan Somba Opu dan kecamatan Pallangga, zona kuning itu berada di kecamatan Bajeng, dan selebihnya adalah sudah termasuk rana dari zona hijau” (Hasil wawancara SB; 04 desember 2019)

Berikut hasil wawancara dengan informan, pendapat penulis bahwa zona-zona yang termasuk zona-zona merah itu berada di kecamatan Pallangga, Somba

Opu, dan kecamatan Bajeng itu termasuk zona kuning di luar dari kecamatan tersebut sudah termasuk zona hijau. Berikut hasil wawancara bapak AA selaku bidang perlindungan masyarakat tentang pelaksanaan tugas yang berjalan dengan efektif dan efisien yaitu:

“Mengenai dengan pelaksanaan tugas sejauh ini kami terus meningkatkan kemampuan dan berusaha mencari solusi atau cara dalam menyelesaikan masalah yang kerap timbul dan tidak memiliki titik terang termasuk masalah pedagang kaki lima ini yang sudah menjamur di mana-mana meski selama dalam pelaksanaan tugas kami tidak pernah ada masalah karena apa yang kami lakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ada”

(Hasil wawancara oleh bapak AA; 04 Desember 2019)

Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan bahwa para anggota satuan polisi pamong praja terus berusaha meningkatkan kemampuan dan pelaksanaan tugas tidak ada masalah karena semua tindakan yang dilakukan sudah sesuai dengan peraturan yang ada. Pimpinan yang memegang kendali dalam berjalannya pelaksanaan kegiatan harus mampu menyusun, memiliki, dan berfikir jauh untuk menangani dan menindak lanjuti masalah yang akan terjadi kedepannya.

Meskipun pelaksanaan tugas sudah sesuai dengan aturan dan proses pelaksanaan akan tetapi kenyataannya belum dijumpai titik terang dari lingkungan Kabupaten Gowa. Selanjutnya peneliti mewawancarai bapak SR selaku masyarakat pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan informan:

“Jika Pemerintah atau Satuan polisi pamong praja hendak memindahkan tempat usaha kami, maka harus ada jaminan bahwa tempat usaha yang baru memiliki pembeli yang bagus, jangan sampai kami dipindahkan tetapi tidak ada pembelinya nanti dan harus ada kepastian bahwa kami dapat bekerja dan berusaha dengan tenang tanpa khawatir di gusur atau di

bongkar paksa oleh petugas ketika ada tempat baru” (Hasil wawancara SR; 21 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan Satuan polisi pamong praja harus menjamin tempat usaha pedagang kaki lima yang memliki lokasi strategis dengan pengunjung yang banyak dan harus ada kepastian juga bahwa mereka tidak akan dibongkar paksa oleh petugas jika ada pemindahan lahan baru. Selanjutnya peneliti melakukan wawancara dengan ibu RW selaku masyarakat pedagang kaki lima. Petikan wawancara informan:

“Sebaiknya pemerintah menyediakan lahan atau tempat untuk para pedagang kaki lima sebelum menggusur tempat yang kami tempati berjualan dan barang dagangan kami jangan di bawah ke kantor karena kami tidak punya modal lagi jika barang dagangan disita, biasa ada satuan polisi pamong praja yang langsung mengangkut barang dagangan kami”

(Hasil wawancara Ibu RW, 21 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan Pemerintah harus menyediakan tempat terlebih dahulu untuk para pedagang kaki lima sebelum meggusur atau mengangkut barang dagangan mereka, karena barang yang mereka jual hari ini itu sudah termasuk modal mereka jadi jika di angkut begitu saja maka tidak ada da lagi yang mereka jual.

b. Integritas berkaitan dengan konsistensi dalam tindakan-tindakan, nilai-nilai, dan prinsip-prinsip. Jadi integritas yaitu suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten atau utuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat yang menanyakan

apakah satuan polisi pamong praja bertindak secara integritas atau konsisten saat menangani pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan infroman:

“Saat kami menangani peadagang kaki lima selalu tegas dalam bertindak, jika kami tidak tegas tidak ada pedagang kaki lima yang akan mendengar, kita tegas saja masih banyak yang melanggar” (Hasil wawancara bapak MR; 04 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas tidak sejalan dengan observasi yang penulis lakukan di mana Satuan polisi pamong praja sudah tegas dalam memberikan arahan kepada pedagang kaki lima akan tetapi masih banyak pedagang kaki lima yang menghiraukan arahan tersebut seperti masih adanya aktifitar berdagang di lokasi tersebut. Pendapat yang sama diungkapkan oleh bapak MS selaku Seksi Operasi dan Pengendalian. Petikan wawancara dengan informan:

“Kami tegas dalam bertindak santun dalam berucap karena sebelum turun kelapangan kita diberikan arahan terlebih dahulu agar tidak terjadi sesuatu yang tidak diinginkan dan dalam menangani pedagang kaki lima satuan polisi pamong praja tidak dapat melakukannya dalam waktu yang singkat untuk menertibkan ataupun menyelesaikannya” (Hasil wawancara MS; 04 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan satuan polisi pamong praja sebelum turun ke lapangan di berikan arahan atau bekal untuk menangani pedagang kaki limaagar tidak asal bertindak. Sebesar apapun usaha para aparat untuk menertibkan pelanggaran pedagang kaki lima akan tetapi jika masyarakat tidak merespon dengan baik maka yang di dapat adalah kegagalan dalam Perda tersebut. Selanjutnya peneliti

mewawancarai bapak SR selaku masyarakat pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan informan:

“Kalau satuan polisi pamong praja hendak melakukan penertiban, sebaiknya didahului oleh adanya surat teguran atau peringatan secara lisan maupun tulisan kepada pedagang kaki lima yang dianggap melanggar, jadi jangan langsung main gusur dan angkut saja” (Hasil wawancara SR; 21 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas tidak sejalan dengan observasi yang penulis lakukan karena satuan polisi pamong praja sebaiknya memberikan teguran terlebih dahulu atau memberikan peringatan secara tertulis jika sudah diberi peringatan berkali-kali tetap melakukan baru barang dangan bisa disita.

Pendapat yang sama di ungkap oleh ibu RW selaku masyarakat pedagang kaki lima, petikan wawancara dengan informan:

“Sebelum melakukan penertiban hendaknya satuan polisi pamong praja memberikan arahan terlebih dahulu bahwa kawasan yang kami tempati sekarang adalah kawasan dilarang berjualan, karena ini area untuk pejalan kaki (trotoar)” (Hasil wawancara ibu RW; 21 Desember 2019)

Berdasarkan hasil wawancara di atas tidak sesuai dengan observasi yang penulis lakukan karena satuan polisi pamong praja pada saat melakukan penertiban, langsung memberikan sanksi ke pedagang kaki lima atau barang dagangan langsung dibawa ke kantor. Jadi pedagang kaki lima yang barang dagangannya di ambil tidak dapat berjualan lagi karena modal mereka telah di angkut oleh satuan polisi pamong praja.

c. Komitmen adalah suatu bentuk kewajiban yang mengikat seseorang dengan sesuatu, baik itu diri sendiri maupun orang lain. Komitmen juga berhubungan

dengan kata konsekuen, di mana artinya apa yang telah dijanjikan atau direncanakan , harus dilakukan atau diselesaikan. Sehingga, seseorang yang memiliki komitmen akan bertanggung jawab terhadap sesuatu yang telah direncanakan atau dijanjikan.

Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat untuk menanyakan bagaimana komitmen Satuan polisi pamong praja dalam menangani pedagang kaki lima. Petikan wawancara dengan informan:

“Kami selalu mengedepankan aturan, yang namanya aturan tetap aturan dan masyrakat yang melanggar Peraturan Daerah akan diberikan tindakan tegas sesuai dengan hukum atau aturan yang berlaku” (Hasil wawancara MR; 04 Desember 2019)

Pendapat hasil wawancara dengan infroman di atas, sejalan dengan

Pendapat hasil wawancara dengan infroman di atas, sejalan dengan

Dokumen terkait