BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
F. Pengertian Pedagang Kaki Lima
Pedagang kaki lima atau yang sering di sebut PKL merupakan sebuah komunitas pedagang, yang kebanyakan berjualan dengan memanfaatkan area pinggir jalan raya. Meraka menggelar dagangannya, atau gerobaknya, di pinggir perlintasan jalan raya.
Pada masa penjajahan kolonial, peraturan pemerintah menetapkan bahwa setiap jalan raya yang dibangun hendaknya menyediakan sarana untuk para pendestrian atau pejalan kaki (sekarang ini disebut dengan trotoar). Lebar ruas untuk sarana bagi para pejalan kaki atau trotoar ini adalah lima kaki. Pemerintah pada waktu itu juga
menghimbau agar sebelah luar dari trotoar diberi ruang yang agak lebar atau agak jauh dari pemukiman penduduk. Ruang ini untuk dijadikan taman sebagai penghijauan dan resapan air. Dengan adanya tempat atau ruang yang agak lebar itu kemudian para pedagang mulai banyak menempatkan gerobaknya untuk sekedar beristirahat sambil menunggu adanya para pembeli yang membeli dagangannya.
Seiring perjalanan waktu banyak pedagang yang memanfaatkan lokasi tersebut sebagai tempat untuk berjualan, sehingga mengundang para pejalan kaki yang kebetulan lewat untuk membeli makanan, minuman sekaligus beristirahat. Berawal dari situ maka Pemerintahan Kolonial Belanda menyebut mereka sebagai Pedagang Kaki Lima yang berasal dari buah pikiran pedagang yang berjualan di area pinggir perlintasan para pejalan kaki atau trotoar yang mempunyai lebar lima kaki.
Pedagang kaki lima, yang selanjutnya disingkat PKL, adalah pelaku usaha yang melakukan usaha perdagangan dengan menggunakan saran usaha bergerak maupun tidak bergerak, menggunakan prasarana kota, fasilitas sosial, fasilitas umum, lahan dan bangunan milik pemerintah atau swasta yang bersifat sementara atau tidak menetap.
Pedagang kaki lima merupakan salah satu jenis perdagangan dalam sektor informal, yakni operator usaha kecil yang menjual makanan, barang dan jasa yang melibatkan ekonomi uang dan transaksi pasar, hal ini sering disebut dengan sektor informal perkotaan.
Ciri-ciri umum pedagang kaki lima lebih lanjut dijelaskan oleh Kartono dkk sebagai berikut :
a. Kelompok pedagang yang kadang sekaligus menjadi produsen, yaitu pedagang makanan dan minuman yang memasaknya sendiri.
b. Pedagang kaki lima memberikan konotasi bahwa mereka umumnya menjual dagangannya di atas tikar di pinggil jalan, di depan tokoh, maupun dengan menggunakan grobak dorongan kecil dan kios kecil.
c. Pedagang kaki lima umumnya menjual dagangannya secara eceran.
d. Pedagang kaki lima umumnya bermodal kecil.
e. Kualitas dagangan yang dijual relatif renda, bahkan ada pedagang yang khusus menjual barang cacat dengan harga sangat rendah.
f. Omzet penjualan pedagang kaki lima tidak besar dan cenderung tidak menentu.
g. Para pembeli umumnya berdaya beli rendah.
h. Umumnya pedagang kaki lima merupakan usaha “familt enterprise” artinya anggota keluarga juga turut membantu dalam usaha tersebut
i. Mempunyai sifat “one man enterprise” yaitu usaha yang hanya dijalankan oleh satu orang.
j. Memiliki ciri khas yaitu terdapat sistem tawar-menawar antara pembeli dan pedagang.
k. Sebagian pedagang kaki lima melakukan usahanya secara musiman, sering kali jenis dagangannya berubah-ubah.
l. Pedagang kaki lima umumnya menjual barang yang umum, jarang menjual barang yang khusus.
m. Anggapan bahwa para pedagang kaki lima ini merupkan kelompok yang menduduki status sosial terendah dalam masyarakat.
n. Pedagang kaki lima tidak memiliki jam kerja yang tetap
o. Pedagang kaki lima memiliki jiwa “entrepeneurship” yaitu kewiraswataan atau kewirausahaan yang tinggi.
G. JENIS DAN TEMPAT USAHA PEDAGANG KAKI LIMA
Penjelasan mengenai jenis tempat usaha pedagang kaki lima sebagai berikut :
a. Gelar/Alas, pedagang menggunakan alas tikar, kain atau sejenisnya untuk menjajakan dagangannya.
b. Lesehan, pedagang menggunakan tikar atau lantai untuk memperjualbelikan dagangannya dan konsumen juga ikut menggunakan tikar untuk duduk.
c. Tenda, pedagang menggunakan tempa berlindung dari kain atau bahan lainnya untuk menutupi yang melekat pada kerangka tiang atau dengan tali pendukung.
d. Selter, bentuk sarana ini menggunakan papan-papan yang diatur sedemikian rupa sehingga menjadi sebuah bilik, yang mana pedagang tersebut juga tinggal didalamnya.
e. Tidak bermotro, biasanya pedagang menggunakan gerobak/kereta dorong yang digunakan untuk berjualan makanan, minuman atau rokok.
f. Bermotor, pedagang menggunakan kendaraan baik beroda dua, tiga atau empat untuk menggunakan barang dagangan
SATUAN POLISI PAMONG PRAJA KABUPATEN GOWA
H. KERANGKA PIKIR
Berdasarkan tinjauan pustaka, dari uraian kerangka pikir di atas maka adapun skema penelitian ini:
Kerangka Pikir
I.
Gambar 1 (Kerangka Pikir) Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Gowa
Indikator Kerja
Kualitas a. Ketepatan
b. Kelengkapan Kuantitas Tanggung Jawab
Pelaksanaan Tugas a. Orientasi Pelayanan b. Integritas
c. Komitmen
Peningkatan Kinerja Satuan Polisi Pamong Praja Kabupaten Gowa
I. FOKUS PENELITIAN
Ada 4 indikator fokus penelitian kinerja satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa, yang menekankan pada pembahasan kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab
J. DESKRIPSI FOKUS PENELITIAN
Deskripsi fokus penelitian merupakan penjelasan atau uraian masing-masing dari fokus yang di amati untuk memberikan kemudahan dan kejelasan tentang pengamatan.
1. Kualitas kinerja satuan polisi pamong praja, kualitas menunjukkan sejauh mana mutu seorang pegawai dalam melaksanakan tugas-tugasnya meliputi ketepatan, kelengkapan, dan kerapian.
a. Yang dimaksud ketepatan adalah ketepatan dalam melaksanakan tugas dan pekerjaan polisi pamong praja di kabupaten Gowa, artinya terdapat kesesuaian antara rencana kegiatan dengan sasaran atau tujuan yang telah di tetapkan.
b. Yang dimaksud kelengkapan satuan polisi pamong praja adalah kelengkapan ketelitian (seragam, pentungan, helm, peluit dan tameng) dalam melaksanakan tugasnya.
2. Kuantitas kerja adalah seberapa lama seorang pegawai satuan polisi pamong praja bekerja dalam satu harinya. Kuantitas kerja ini dapat dilihat dari kecepatan kerja setiap pegawai itu masing-masing.
3. Pelaksanaan tugas, selain dengan sasaran kinerja pegawai (SKP), prestasi kerja pegawai juga diukur dengan indikator perilaku kerja. Parameter yang digunakan untuk mengukur perilaku kerja adalah orientasi pelayanan, integritas, disiplin dan komitmen.
a. Orientasi pelayanan adalah keinginan untuk membantu atau melayani orang lain untuk memenuhi kebutuhan mereka, artinya berusaha untuk mengetahui dan memenuhi kebutuhan masyarakat
b. Integritas adalah suatu kepribadian seseorang yang bertindak secara konsisten dan utuh, baik dalam perkataan maupun perbuatan, sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik.
c. Komitmen adalah suatu bentuk kewajiban yang mengikat seseorang dengan sesuatu, baik itu diri sendiri maupun orang lain.
4. Tanggung jawab, kesanggupan pegawai negeri sipil untuk menaati kewajiban dan menghindari larangan yang ditentukan dalam peraturan perundang-undangan dan peraturan kedinasan yang apabila tidak ditaati atau dilanggar dijatuhi hukuman disiplin.
Adapun disiplin kerja merupakan kebijakan yang menuju kepada rasa tanggung jawab dan kewajiban bagi karyawan untuk menaati peraturan-peraturan yang telah ditetapkan perusahaan di tempat karyawan itu bekerja.
BAB III
METODE PENELITIAN
A. WAKTU DAN LOKASI PENELITIAN
Waktu yang dibutuhkan penulis dalam penelitian ini kurang lebih selama 2 (dua) bulan, setelah peneliti melakukan seminar proposal dan mendapatkan izin penelitian. Lokasi penelitian berada di kantor satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa karena peneliti melihat sikap dan perilaku yang dimiliki oleh beberapa pegawai masih dinilai kurang dari yang diharapkan masyarakat. Bukan hanya itu, peneliti melihat beberapa pegawai yang datang tidak tepat waktu di kantor dan di lapangan.
B. JENIS DAN TIPE PENELITIAN
1. Jenis Penelitian
Berkaitan dengan tujuan penelitian adalah untuk memberikan gambaran mengenai kinerja satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa. Secara obyektif, maka jenis penelitian ini adalah kualitatif, yaitu suatu penelitian yang mendeskripsikan tentang kinerja satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa.
2. Tipe Penelitian
Tipe penelitian ini adalah fenomenologi dimaksudkan untuk member gambaran secara jelas mengenai masalah-masalah yang diteliti berdasarkan pengalamayang dialami oleh informan. Adapun masalah-masalah yang diteliti adalah mengenai bagaiamana kinerja satuan pilisi pamong dalam penertiban pedagang kaki lima di Kabupaten Gowa.
C. SUMBER DATA
Sumber data dalam penelitian ini ada 2 (dua), yaitu:
1. Data primer, yaitu data yang dikumpulkan peneliti untuk memperkaya dan mempertajam analisis bagi penarikan kesimpulan yang meliputi, pengamatan langsung (observasi), dan wawancara yang dilakukan penulis tentang bagaimana kinerja polisi pamong praja di Kabupaten Gowa.
2. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari berbagai laporan-laporan, catatan-catatan, atau dokumen-dokumen yang bersifat informasi tertulis yang digunakan dalam penelitian.
D. INFORMAN PENELITIAN
Informan penelitian yang peneliti wawancarai adalah sesuai dengan teknik pengumpulan informan yaitu melalui observasi langsung, wawancara mendalam dan dokumentasi. Informan dalam penelitian ini sebagai berikut :
Tabel 1 Informan Penelitia
No. Nama Informan Jabatan Ket
1. Mardhani Hamdan Sekretaris Polisi Pamong Praja MH 2. A. Moh. Rizky Junianto Abe Kepala Bidang Ketertiban umum
dan ketentraman masyarakat Polisi Pamong Praja
MR
3. Mursalim Seksi Operasi dan Pengendalian Polisi Pamong Praja
MS
4. Andi Afriady Kepala Bidang Perlindungan Masyarakat Polisi Pamong Praja
AA
5. Zulfikar Adijana Kepala Sumber Daya Aparatur Polisi Pamong Praja
ZA
6. Syamsul Bahri Anggota Pleton Raksi Cepat (PRC)
SB
7. Syarif Dg. Tammu Masyarakat Pedagang Kaki Lima
SR
8. Rahmawati Masyarakat Pedagang Kaki
Lima
RW
Total 8
E. TEKNIK PENGUMPULAN DATA
Guna memperoleh data yang relevan dengan tujuan penelitian maka digunakan teknik pengumpulan data menggunakan:
1. Observasi (pengamatan) adalah pengamatan data yang dilakukan melalui pengamatan penulis secara langsung di lapangan mengenai bagaimana kinerja satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa.
2. Wawancara adalah di mana peneliti melakukan interview terhadap pipinan (atasan) atau sekertaris (wakil atasan) serta beberapa pegawai-pegawai yang bekerja pada kantor satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa.
3. Dokumentasi merupakan teknik pengambilan data yang diperoleh melalui dokumen-dokumen, arsip-arsip, peraturan-peraturan dan catatan resmi.
F. TEKNIK ANALISIS DATA
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan aktivitas yang difokuskan untuk mengelola data-data yang telah didapatkan oleh peneliti melalui kegiatan observasi, wawancara, dan dokumentasi.
Aktivitas dalam analisis data yaitu, data reduction, deskriptif dan verifikatif.
1. Reduksi Data (data reduction)
Semakin lama peneliti kelapangan, maka jumlah data akan semakin banyak, kompleks dan rumit. Untuk itu perlu segera dilakukan analisis data melalui redukasi data. Meredukasi data berarti merangkum atau memilih
hal-hal yang pokok dan difokuskan pada permasalahan yang ingin dikaji oleh peneliti dengan berdasarkan pada indikator yang terkait dengan kinerja polisi pamong praja di kabupaten Gowa.
2. Penyajian Data (deskriptif)
Setelah meredukasi data dengan sesuai hal-hal pokok yang di fokuskan pada permasalahan, langkah selanjutnya adalah peneliti menyajikan data yang dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, dan sejenisnya. Deskriptif dilakukan agar data hasil reduksi terorganisir serta memberikan pemahaman kepada peneliti mengenai fenomena-fenomena yang terjadi, setelah itu peneliti merencanakan tindakan selanjutnya yang harus diambil berdasarkan fenomena tersebut. Pada langkah ini peneliti berusaha menyusun data sesuai dengan keadaan yang sebenarnya terjadi pada kinerja satuan polisi pamong praja dalam penertiban pedagang kaki lima di kabupaten Gowa.
3. Penarikan Kesimpulan (verifikatif)
Langkah selanjutnya adalah penarikan kesimpulan (verificatif), seperti yang dijelaskan di atas bahwa kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara dan akan berubah bila ditemukan bukti-bukti yang mendukung tahap pengumpulan selanjutnya. Peneliti berusaha untuk menganalisis lebih lanjut dan mencari makna dari data ulang yang di kumpulkan.
Setelah disajikan dalam bentuk uraian berdasarkan pemaknaan terhadap fenomena-fenomena yang terjadi di lapangan, langkah peneliti selanjutnya
adalah menarik kesimpulan berdasarkan pemaparan data tersebut kemudian penyimpulan data sesuai dengan fokus masalah.
G. PENGABSAHAN DATA
Pengabsahan data dalam penelitian ini dilakukan dengan:
1. Perpanjangan pengamatan
Peneliti kembali ke lapangan, melakukan pengamatan, mewawancara kembali sumber data, baik yang pernah di temui maupun yang baru. Hal ini dilakukan guna menguatkan hubungan peneliti dengan narasumber agar terbangun kondisi yang akrab, terbuka, dan saling memercayai, sehingga dapat menggali dan mendapatkan informasi yang tepat.
2. Peningkatan ketekunan peneliti
Melakukan pengamatan secara lebih cermat dan berkesinambungan, sehingga kepastian data dan urutan peristiwa akan dapat direkam secara pasti dan sistematis.
3. Triangulasi
Memeriksa keabsahan data dengan memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap data tersebut. Triangulasi dilakukan dengan 3 (tiga) cara, yaitu: (1) Triangulasi sumber, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan data yang telah diperoleh dari beberapa sumber; (2) Triangulasi teknik, dengan menguji
kredibilitas data melalui pengecekan data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda; dan (3) Triangulasi waktu, dengan menguji kredibilitas data melalui pengecekan dengan wawancara, observasi, atau teknik lain dalam waktu atau situasi berbeda.
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. DESKRIPSI OBJEK PENELITIAN
1. Profil Singkat Satuan Polisi Pamong Praja Di Kabupaten Gowa
Satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa merupakan salah satu organisasi perangkat daerah yang dibuat berdasarkan peraturan daerah Nomor 24 Tahun 2011 tentang Susunan Organisa dan Tata Kerja Satuan Polisi Pamong Praja. Dimana pada dasarnya satuan polisi pamong praja dibentuk sebagai perpanjangan tangan Bupati didalam penciptaan ketentraman dan ketertiban umum, penegakan peraturan daerah dan peraturan kepala daerah.
Visi “Terwujudnya Kabupaten Gowa yang aman, tertib dan Taat Aturan”.
Misi: 1) Optimalisasi pengawasan, pengamanan dan sosialisasi pelaksanaan Peraturan Daerah dan Perundang-undangan lainnya. 2) Meningkatkan kualitas sumber daya manusia melalui pendidikan dan latihan dalam upaya peningkatan wibawa, keterampilan dan profesionalisme Polisi Pamong Praja. 3) Pemantapan pelaksanaan koordinasi, integritas, implementasi dan sinkronisasi (KIIS).
2. Struktur Organisasi
Struktur organisasi satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa adalah sebagi berikut:
a. Kepala Satuan
Bertugas memimpin dan melaksanakan kebijakan teknis penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik dibidang penyelenggaraan ketertiban umum, ketenteraman masyarakat, perlindungan masyarakat, penegakan peraturan daerah dan peraturan Bupati, serta peningkatan sumber daya aparatur berdasarkan peraturan agar semua kegiatan dapat terlaksana sesuai dengan tugas pokok dan fungsinya masing-masing.
b. Sekretaris
Bertugas melaksanakan urusan tata usaha, penyusunan program, perencanaan, pelaporan, kepegawaian, perlengkapan dan keuangan berdasarkan peraturan agar semua kegiatan terlaksana dengan baik dan menghasilkan laporan yang dapat dipertanggung jawabkan.
c. Sub Bagian Program
Mempunyai tugas melaksanakan penyiapan bahan penyusunan dan pengendalian rencana atau program kerja, evaluasi dan pelaporan berdasarkan petunjuk agar menghasilkan program kerja dan kegiatan yang
sesuai dengan perencanaan serta hasil laporan yang bisa dijadikan sebagai bahan informasi.
d. Sub Bagian Keuangan
Mempunyai tugas pengelolaan administrasi dan pertanggung jawaban pengelolaan keuangan Badan berdasarkan pedoman agar pelaksanaan pengelolaan keuangan sesuai dengan peraturan yang telah ditetapkan.
e. Sub Bagian Umum dan Kepegawaian
Mempunyai tugas melaksanakan urusan umum, rumah tangga dan kepegawaian berdasarkan petunjuk agar terlaksana dengan baik urusan kesekretariatan dan kepegawaian.
f. Bidang Penegakan Peraturan Perundang-Undangan Daerah
Mempunyai tugas melaksanakan koordinasi, pengendalian dan mempertanggungjawabkan tugas-tugas di bidang penegakan peraturan perundang-undangan daerah yang meliputi pembinaan, pengawasan, penyuluhan, penyilidikan dan penyidikan berdasarkan peraturan agar terlaksana penegakan peraturan perundang-undangan daerah dan masyarakat yang taat aturan.
g. Seksi Pembinaan, Pengawasan dan Penyuluhan
Bertugas melaksanakan urusan pembinaan, pengawasan dan penyuluhan penegakan peraturan perundang-undangan daerah berdasarkan peraturan untuk meningkatkan kesadaran masyarakat terhadap peraturan perundang-undangan daerah.
h. Seksi Penyelidikan dan Penyidikan
Bertugas melaksanakan urusan bidang penyelidikan dan penyidikan terhadap pelanggaran Perda, Perbub dan peraturan perundang-undangan lainnya berdasarkan pedoman atau peraturan agar penanganan proses pelanggaran Perda tertangani sesuai dengan peraturan dan standar operasional prosedur.
i. Bidang Ketertiban Umum dan Ketenteraman Masyarakat
Mempunyai tugas urusan ketertiban umum dan ketenteraman masyarakat yang meliputi operasi, pengendalian dan kerjasama berdasarkan pedoman atau petunjuk untuk menciptakan ketenteraman masyarakat dan ketertiban umum.
j. Seksi Operasi dan Pengendalian
Mempunyai tugas urusan operasi dan pengendalian berdasarkan pedoman agar tercipta ketenteraman masyarakat dan ketertiban umum.
k. Seksi Kerjasama
Mempunyai tugas kerjasama lintas sektor terkait pelaksanaan ketenteraman dan ketertiban umum masyarakat berdasarkan petunjuk agar terjalin kerjasama dan koordinasi baik intern maupun ekstern.
l. Bidang Sumber Daya Aparatur
Mempunyai tugas di bidang sumber daya aparatur yang meliputi pelatihan dasar dan teknis fungsional berdasarkan petunjuk untuk peningkatan kualitas dan kuantitas sumber daya aparatur.
m. Seksi Pelatihan Dasar
Mempunyai tugas pelatihan dasar berdasarkan pedoman/peraturan untuk peningkatan kemampuan dan keterampilan dasar Satpol. PP serta pengembangan sumber daya manusia.
n. Seksi Teknis Fungsional
Mempunyai tugas teknis fungsional berdasarkan peraturan untuk peningkatan kemampuan profesionalisme satuan polisi pamong praja serta pengembangan sumber daya manusia aparatur.
o. Bidang Perlindungan Masyarakat
Bertugas di bidang perlindungan masyarakat dan bina potensi masyarakat berdasarkan pedoman atau peraturan untuk memberikan perlindungan, keamanan dan kenyamanan masyarakat.
p. Seksi Perlindungan Masyarakat
Mempunyai tugas pembinaan satuan perlindungan masyarakat berdasarkan peraturan ataupun petunjuk untuk menciptakan rasa aman dalam masyarakat q. Seksi Bina Potensi Masyarakat
Mempunyai tugas yaitu urusan bidang bina potensi masyarakat berdasarkan pedoman maupun peraturan untuk pembinaan dan peningkatan ketahanan masyarakat.
Tabel 2
Jumlah Pegawai Satpol PP Berdasarkan Tingkat Pendidikan
No.
Sumber: Satuan polisi pamong praja Kab. Gowa Tabel 3
Jumlah Pegawai Satpol PP Berdasarkan Jenis Kelamin
No. JENIS KELAMIN JUMLAH
1 LAKI-LAKI 722
2 PEREMPUAN 10
TOTAL 732
Sumber: Satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa
Tabel 3
Jumlah Pedagang Kaki Lima di Kabupaten Gowa
No Kecamatan 2018 2019
Sumber: Satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa
Upaya yang dilakukan pemerintah berdasarkan pada Perda nomor 05 tahun 2009 telah dilakukan sepenuhnya, hal ini dapat dilihat dari data julmah pedagang kaki lima yang telah direlokasikan sebanyak 62 pedagang kaki lima dengan berbagai jenis
dagangan dan di taman Sultan Hasanuddin itu telah disiapkan sebanyak 18 stan sedangkan jumlah pedagang kaki lima sebanyak 62.
B. HASIL PENELITIAN
Hasil penelitian mengenai kinerja satuan polisi pamong praja di Kabupaten Gowa. Peningkatan kerja satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa dilihat dari empat komponen yaitu kualitas, kuantitas, pelaksanaan tugas dan tanggung jawab.
Adapun kualitas meliputi ketepan, dan kelengkapan, selanjutnya kuantitas satuan polisi pamong praja bekerja dalam satu harinya, selanjutnya pelaksanaan tugas meliputi orientasi pelayanan, integritas, dan komitmen, adapun tanggung jawab yang meliputi disiplin kerja.
1. Kualitas Kinerja Satpol PP dalam menangani PKL
Kualitas kinerja merupakan suatu hasil yang dapat diukur dengan efektifitas dan efisiensi. Berikut di uraikan hasil penelitian mengenai kualitas kinerja satuan polisi pamong praja.
Berikut peneliti melakukan wawancara dengan informan MH selaku Sekretaris satuan polisi pamong praja Kabupaten Gowa untuk menanyakan bagaimana kualitas kinerja satuan polisi pamong praja dalam penanganan pedagang kaki lima. Jawaban dari informan:
“Bagi satuan polisi pamong praja sudah maksimal dengan adanya patroli rutin, serta fasilitas pendukung seperti kendaraan dan biaya operasional cukup tersedia, satuan polisi pamong praja juga bertindak berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya, memberikan sansi dan tindakan non yudisial, dan melakukan tindakan santun terhadap pedagang kaki lima ataupun dengan orang yang melanggar di area perindustrian di sepanjang jalan” (MH; 03 Desember 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang saya lakukan di mana satuan polisi pamong praja sudah melakukan patroli rutin dan tepat waktu saat melaksanakan tugasnya, serta adanya fasilitas yang mendukung seperti kendaraan serta perlengkapan yang dibutuhkan dan satuan polisi pamong praja juga bertindak sesuai dengan surat perintah dari atasan. Akan tetapi, masih ada saja kendala yang di dapatkan di lapangan seperti pedagang kaki lima yang tidak ingin di pindahkan karena kurangnya konsumen atau pembeli di tempat yang di sediakan oleh pemerintah, apabila ada pedagang kaki lima yang melanggar atau ditegur berulang kali makan barang dagangan akan di angkut dan maka akan di kenakan sanksi dari pihak satuan polisi pamong praja.
a. Ketepatan dalam melaksanakan tugas atau pekerjaan artinya terdapat kesesuaian antara rencana kegiatan dengan sasaran atau tujuan yang telah ditetapkan.
Berikut hasil wawancara peneliti dengan informan MR selaku Kepala Bidang Ketertiban Umum dan Ketentraman Masyarakat berpendapat bahwa:
“Satuan polisi pamong praja hanya turun apabila ada surat tugas (surat perintah) dari Pimpinan atau sesuai dengan jadwal, target sasaran dan waktu berdasarkan surat perintah dari pimpinan” (Hasil wawancara MR;
04 Desember 2019)
Berdasarkan hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan di mana satuan polisi pamong praja hanya turun apabila ada arahan dari atasan bahwasannya ada pedagang kaki lima yang melanggar. Jadi, apabila satuan polisi pamong praja tidak mendapat suarat perintah maka pedagang kaki lima tidak akan di tindak lanjuti. Selanjutnya peneliti mewawancarai bapak MS selaku Seksi Operasi dan Pengendalian. Petikan wawancara dengan informan:
“Kami dari pihak satuan polisi pamong praja memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran-pelanggaran peraturan daerah utamanya masalah pedagang kaki lima (PKL) sebelum diberikan tindakan” (Hasil wawancara Bapak MS; 04 Desember 2019)
Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak SR selaku masyarakat pedagang kaki lima di Kabupaten
Hasil wawancara di atas sejalan dengan observasi yang penulis lakukan yaitu satuan polisi pamong praja memberikan sosialisasi kepada masyarakat yang melakukan pelanggaran Peraturan Daerah (PERDA) Nomor 5 Tahun 2019 tentang Pembinaan dan Penataan Pedagang Kaki Lima. Selanjutnya peneliti mewawancarai Bapak SR selaku masyarakat pedagang kaki lima di Kabupaten