• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN

4.1.Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Kecamatan Medan Deli mempunyai 6 (enam) kelurahan yaitu Kelurahan Tanjung Mulia, Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kelurahan Mabar, Kelurahan Mabar Hilir, Kelurahan Kota Bangun, Kelurahan Titipapan. Kelurahan Mabar terletak di Jln Rumah Potong Hewan, sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Medan Labuhan, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Medan Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Percut Sei Tuan Kabupaten Deli Serdang, sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Labuhan Deli Kabupaten Deli Serdang.

Luas wilayah Kelurahan Mabar 456 Ha dengan jumlah penduduk di wilayah kelurahan ini berjumlah 36.160 jiwa, laki-laki 18.392 jiwa dan perempuan 17.768 jiwa. Jumlah kepala keluarga 7232 KK. Mata pencaharian utama masyarakat adalah wiraswasta, petani dan pegawai negeri sipil namun yang terbanyak adalah perajin tahu. Kualitas angkatan kerja menurut pendidikan yang ditamatkan masih didominasi oleh tamatan SD dan SMP yaitu sebanyak 72,9 % dari seluruh angkatan kerja yang ada yang berjumlah 1859 orang. Kelurahan ini hanya terdapat satu Puskesmas pembantu (pustu) dan puskesmas induk yang terletak di Kelurahan Kota Bangun. (Profil Kelurahan Mabar Tahun 2010).

Distribusi jumlah perajin tahu dari masing-masing pabrik tahu dapat dilihat pada tabel berikut ini:

Tabel 4.1. Distribusi Jumlah Pengrajin Tahu di Sembilan Pabrik Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Pada Tahun 2011

No Pabrik Tahu No. SIUP Jumlah (Orang)

1 1163/02.13/PK/V/2008 13 2 2550/02.13/PK/VII/2007 7 3 535/546/141/B/X/2008 6 4 164/02.13/PK/I/2008 10 5 535/605/141/B/X/2008 7 6 164/02.13/PK/I/2008 5 7 046/02.13/PK/1/2008 11 8 1215/605/141/B/X/2007 10 9 542/605/141/B/VII/2008 7 Jumlah 76

Sumber: Profil Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2010

4.2. Karakteristik Responden

Hasil penelitian menyangkut karakteristik responden akan mendeskripsikan karakteristik berdasarkan umur dan tingkat pendidikan, status perkawinan dan lama kerja perajin tahu.

4.2.1.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Hasil penelitian karakteristik perajin tahu berdasarkan kelompok umur perajin menunjukkan bahwa mayoritas responden ada pada kelompok usia > 30 tahun , yaitu sebanyak 45 orang (52,9 %) dari semua kelompok yang ada. sementara kelompok yang memiliki kategori paling sedikit ada pada kelompok usia < 20 tahun yaitu

sebanyak 6 orang (7,9%). Ini menunjukkan bahwa umur perajin sudah pada kelompok umur dewasa (Tabel 4.2).

Tabel 4.2.Distribusi Frekuensi Umur Perajin Tahu di Kelurahan Mabar

Kecamatan Medan Deli di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Umur (tahun) Frekuensi

Jumlah %

< 20 6 7.9

20-30 25 32.9

> 30 45 59.2

Total 76 100.0

4.2.2.Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawainan Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Hasil penelitian karakteristik perajin tahu berdasarkan status perkawinan menunjukkkan bahwa kelompok yang terbanyak ada pada perajin yang sudah menikah yaitu sebanyak 55 orang (72, 4 %), sementara perajin tahu yang belum menikah juga termasuk banyak yaitu sebanyak 20 orang (26,3%). Dari hasil ini terlihat bahwa banyak pemuda yang ada di daerah ini yang juga menggantungkan kehidupannya dengan bekerja di pabrik tahu, yang juga merupakan industry yang sudah lama ada di daerah ini (Tabel 4.3).

Tabel 4.3. Distribusi Frekuensi Status Perkawinan Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Status Perkawinan Frekuensi

Jumlah %

Belum Menikah 21 27,6

Menikah 55 72.4

4.2.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan tingkat pendidikan perajin tahu menunjukkan bahwa kelompok yang terbanyak ada pada perajin yang berpendidikan tamat SMP yaitu sebanyak 40 orang (52,6%) dari seluruh kelompok yang ada. Ini dapat menjadi dasar bagaimana tingkat pemahaman yang ada. Dari tabel juga terlihat bahwa responden yang memiliki tingkat pendidikan yang hanya tamat SD juga cukup banyak yaitu sebanyak 23 orang (30,3%), sedangkan yang berpendidikan SMA hanya 13 orang (17,1 %) (Tabel 4.4).

Tabel 4.4. Distribusi Frekuensi Tingkat Pendidikan Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Tingkat Pendidikan Frekuensi

Jumlah %

SD 23 30.3

SMP 40 52.6

SLTA 13 17.1

Total 76 100.0

Jika dilihat dari tingkat pendidikan perajin tahu yang mayoritas berpendidikan SD dan SMP tentunya dapat diketahui tingkat pemahaman seorang perajin tahu akan mendapat beberapa dampak yang dapat ditimbulkan dari setiap perajinannya seperti penyakit dermatitis kontak oleh karena ketidaktahuannya.

4.2.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Hasil penelitian karakteristik responden berdasarkan lama kerja seorang perajin tahu menunjukkkan bahwa kelompok yang terbanyak ada pada perajin

memiliki lama kerja 0-3 tahun yaitu sebanyak 29 orang (32,8%), namun distribusi jumlah (frekuensi) pada kelompok yang lainnya tersebar hampir merata. (Tabel 4.5).

Tabel 4.5 Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Lama Kerja (tahun) Frekuensi

Jumlah %

0-3 29 38.2

4-6 25 32.9

> 6 22 28.9

Total 76 100.0

Hasil penelitian dari lama kerja perajin tahu seperti yang tertera pada tabel di atas menunjukkan bahwa pergeseran anggota kerja dari sebuah industri kerja secara terus menerus bersifat permanen dan perajin baru berhenti pada pada saat mereka sudah tidak mampu lagi untuk bekerja.

4.3. Hasil Statistik

Hasil statistik akan menjabarkan tentang uraian analisa univariat berupa distribusi frekuensi variabel penelitian, analisa bivariat yaitu menjabarkan hubungan variabel independen dan dependen dan analisa multivariat yaitu melihat hubungan yang paling berpengaruh dari seluruh variabel yang berhubungan sesuai dengan kriteria tahapan yang ditentukan yaitu jika nilai hubungan pada bivariat memiliki nilai dibawah dan sama dengan 0,025. Berikut jabaran dari masing-masing analisa yang dimaksud :

4.3.1. Analisa Univariat

Analisa univariat akan menjabarkan hasil penelitian dari variabel independen dan variabel dependen yang menjadi tujuan penelitian dalam bentuk distribusi frekuensi. Berikut distribusi frekuensi variabel penelitian:

4.3.1.1.Distribusi Frekuensi Penerimaan Metode Penyuluhan dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap untuk Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

Hasil penelitian tentang pengaruh metode penyuluhan yang diberikan pada perajin tahu menunjukkan bahwa metode penyuluhan mampu meningkatkan pengetahuan dan sikap perajin tahu dalam pencegahan dermatitis kontak. Diterimanya metode punyuluhan ini ditunjukkan dari banyaknya responden yang ada pada kategori baik yaitu sebanyak 63 orang (82,9%) . Hasil penelitian juga menujukkan bahwa hanya sedikit saja perajin tahu yang tidak mengalami peningkatan pengetahuan dan perubahan sikap, hal ini terlihat dari hanya 5 (6,6%) perajin tahu saja yang ada pada kategori kurang (Tabel 4.6).

Tabel 4.6 Distribusi Frekuensi Penerimaan Metode Penyuluhan dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap untuk Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011 Metode Frekuensi Jumlah % Baik 63 82.9 Sedang 8 10.5 Kurang 5 6.6 Total 76 100.0

4.3.1.2.Distribusi Frekuensi Penerimaan Materi Penyuluhan dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap untuk Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

Hasil penelitian tentang materi penyuluhan dalam peningkatan pengetahuan dan sikap untuk pencegahan dermatitis kontak pada perajin tahu menunjukkan bahwa isi dan kegiatan penyuluhan mampu membuat perajin memahami informasi yang disampaikan oleh penyuluh, sehingga upaya pencegahan dermatitis kontak dapat dicegah. Penerimaan perajin tahu akan materi dan bentuk kegiatan penyuluhan ini ditunjukkan dari banyaknya perajin yang menyatakan materi dan bentuk kegiatan penyuluhan baik yaitu sebanyak 63 orang (82.9 %). Dari tabel terlihat juga bahwa perajin yang menyatakan isi dan kegiatan penyuluhan sedang ada 7 orang (9,2%) dan kurang baik persentasinya hanya sedikit dibandingkan perajin yang menyatakan baik (Tabel 4.7).

Tabel 4.7 Distribusi Frekuensi Penerimaan Materi Penyuluhan dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap untuk Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Materi Penyuluhan Frekuensi

Jumlah %

Baik 63 82.9

Sedang 7 9.2

Kurang 6 7.9

4.3.1.3.Distribusi Frekuensi Peningkatan Pengetahuan Perajin Tahu dalam Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

Hasil penelitian tentang peningkatan pengetahuan pencegahan dermatitis kontak pada perajin setelah menerima penyuluhan oleh penyuluh menunjukkan bahwa perajin tahu mengalami peningkatan pengetahuan yang cukup berarti. Adanya perbedaan peningkatan pengetahuan ini ditunjukkan dari tingginya pergeseran jumlah pengetahuan yang kurang baik menjadi berpengetahuan baik yaitu dari 5 orang (6,6%) yang berpengetahuan baik sebelum diberi penyuluhan menjadi sebanyak 43 orang (56,6%) perajin tahu yang berpengetahuan baik.

Pergeseran yang cukup bermakna juga terlihat dari jumlah responden yang berpengetahuan sedang sebelum dilakukan penyuluhan cukup banyak yaitu 47 (61,8%) orang berkurang menjadi 22 orang (28,9%). Dapat disimpulkan bahwa pergeseran nilai pengetahuan perajin tahu dari yang kurang baik sebelum diberikan penyuluhan menjadi yang berpengetahuan baik setelah diberikan penyuluhan rata-rata mencapai 50 % dari setiap kelompok yang ada. (Tabel 4.8).

Tabel 4.8 Distribusi Frekuensi Peningkatan Pengetahuan Pengetahuan Perajin

Tahu dalam Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Pengetahuan Sebelum Sesudah Frekuensi Frekuensi Jumlah % Jumlah % Baik 5 6.6 43 56,6 Sedang 47 61.8 22 28,9 Kurang 24 31.6 11 14,5 Total 76 100.0 76 100.0

4.3.1.4.Distribusi Frekuensi Perubahan Sikap Perajin Tahu dalam Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

Hasil penelitian tentang adanya perubahan sikap perajin tahu sebagai akibat dari adanya penyuluhan menunjukan perubahan yang cukup berarti. Adanya pergeseran sikap perajin tahu kearah yang lebih baik ditunjukkan dari semakin tingginya jumlah responden yang memiliki sikap kurang baik tentang penyakit dermatitis kontak menjadi lebih baik setelah mendapatkan penyuluhan.

Pergeseran jumlah responden yang memiliki sikap yang kurang baik sebelum diberi penyuluhan sebanyak 5 orang (6,6%) menjadi 46 orang 960,5%). Hal yang sama juga terjadi pada perajin yang memiliki sikap pada kategori sedang sebanyak 53 orang (69,7%) menjadi 23 orang (30,3%) (Tabel 4.9).

Tabel 4.9 Distribusi Frekuensi Sikap tentang Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Sikap Sebelum Sesudah Frekuensi Frekuensi Jumlah % Jumlah % Baik 5 6,6 46 60,5 Sedang 53 69.7 23 30,3 Kurang 18 23,7 7 9,2 Total 76 100.0 76 100.0

Jika dilihat dari pergeseran nilai – nilai sikap perajin tahu ke arah yang lebih baik dapat disimpulkan bahwa peran penyuluhan sangat berarti bagi perajin tahu untuk menjaga kesehatannya berupa penyakit dermatitis kontak yang selama ini telah dialami oleh perajin tahu.

4.3.2. Analisa Bivariat

Analisa bivariat akan membahas hubungan pengetahuan perajin tahu antara variabel independen (metode penyuluhan dan isi penyuluhan) terhadap variabel dependen (pengetahuan dan sikap) sesudah diberikan penyuluhan. Analisa bivariat dalam penelitian ini menggunakan uji chi square. Berikut jabaran analisa bivariat pada penelitian ini.

4.3.2.1.Hubungan Metode Penyuluhan dengan Pengetahuan Perajin Tahu dalam Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

Hasil uji dengan menggunakan chi square hubungan metode penyuluhan yang diberikan dengan pengetahuan perajin menunjukkan hubungan yang signifikan dengan p=0,027 (p < 0,05). Dari hasil penelitian ini menunjukkan bahwa hubungan metode penyuluhan dengan pengetahuan sangat menentukan oleh karena ketepatan metode penyuluhan benar-benar mampu membuat pengetahuan perajin tahu bergeser dari pengetahuan yang kurang baik kearah yang lebih baik dan metode yang diberikan tepat dengan tingkat pengetahuan para pengrajin yang, metode penyuluhan

Dengan diskusi dan ceramah disertai gambar dan warna yang menarik serta contoh- contoh kasus dermatitis kontak yang diberikan ternyata dapat menarik perhatian para pengrajin sehingga pengetahuan pengrajin semakin bertambah. Hasil penelitian menjelaskan bahwa metode penyuluhan yang baik akan meningkatkan pengetahuan pengrajin tahu sebesar 18,4%, metode penyuluhan yang sedang akan meningkatkan pengetahuan pengrajin sebesar 2,6% dan metode penyuluhan yang

kurang akan meningkatkan pengetahuan pengrajin tahu sebesar 6,6%, hal ini terlihat pada (Tabel 4.10).

Tabel.4.10 Hubungan Metode Penyuluhan dengan Pengetahuan Perajin tentang Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

Metode Penyuluhan

Pengetahuan X

(Value)

Baik Sedang Kurang

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 14 18.4 21 27.7 28 36.8 0,027

(16.318)

Sedang 1 1.3 2 2.6 5 6.6

Kurang 0 0 0 0 5 6,6

Total 15 19.7 24 30.3 37 50.0

4.3.2.2. Hubungan Materi Penyuluhan dengan Pengetahuan Perajin Tahu terhadap Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

Hasil uji dengan menggunakan chi square hubungan materi dan bentuk kegiatan penyuluhan dengan pengetahuan perajin menunjukkan tidak ada hubungan yang signifikan dengan p=0, 937 (p > 0,05). Hasil uji menunjukkan bahwa materi dan bentuk kegiatan penyuluhan bukan hal yang menjadi faktor yang cukup mempengaruhi bagi perubahan pengetahuan perajin tahu. Jika dilihat hal ini dapat disimpulkan bahwa pengetahuan perajin tidak akan mengalami peningkatan jika materi dan bentuk kegiatan penyuluhan tidak didukung oleh metode penyuluhan yang baik. Artinya materi dan kegiatan penyuluhan bukanlah faktor terpenting untuk peningkatan pengetahuan perajin tahu, hal ini dapat disebabkan materi penyuluhan kurang menarik perhatian para pengrajin. Pada penilaian materi dan kegiatan penyuluhan yang

diberikan pengetahuan perajin meningkat sebesar 50% dan pengetahuan perajin sedang sebesar 1,3% serta pengetahuan perajin kurang adalah 1,3% dapat dilihat pada Tabel 4.11.

Tabel.4.11.Hubungan Materi Penyuluhan dengan Pengetahuan Perajin tentang Dermatitis Kontak Sesudah Diberikan Penyuluhan Tahun 2011

Materi Penyuluh

an

Pengetahuan X

(Value)

Baik Sedang Kurang

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 38 50.0 17 22.4 8 10.1 0.937

(0.118)

Sedang 4 5.3 1 1.3 2 1.3

Kurang 4 5.3 1 1.3 1 1.3

Total 46 60.5 19 25.0 11 14.5

4.3.2.3. Hubungan Metode Kegiatan Penyuluhan dengan Sikap Perajin tentang Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

Hasil uji chi square hubungan metode penyuluhan dengan sikap perajin tahu dalam penelitian ini menunjukkan hubungan yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai p=0,017 (p < 0,05). Kuatnya hubungan metode penyuluhan dengan perubahan sikap perajin tahu di dalam pencegahan dermatitis kontak menunjukkan bahwa metode yang digunakan di dalam sebuah transformasi informasi merupakan hal yang benar-benar diperlukan. Menilik kembali tentang hubungan metode penyuluhan dengan perningkatan pengetahuan pengrajin yang juga memiliki hubungan yang cukup bermakna tentunya dapat diperkirakan bahwa variabel metode penyuluhan yang ada ini adalah faktor yang benar-benar diprioritaskan untuk melakukan perubahan perilaku pengrajin. Hasil penelitian menjelaskan bahwa metode penyuluhan yang baik dapat

merubah sikap pengrajin sebesar 22,4% dan metode penyuluhan yang sedang dapat merubah sikap pengrajin sebesar 5,3% serta metode penyuluhan yang kurang dapat merubah sikap pengrajin sebesar 4%, hal ini dapat dilihat pada Tabel 4.12.

Tabel.4.12 Hubungan Metode Penyuluhan dengan Sikap Perajin tentang Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Metode Penyuluh an Sikap X (Value)

Baik Sedang Kurang

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 17 22.4 27 35.5 19 82.9 0,017

(12.228)

Sedang 2 2,6 4 5.3 2 2.6

Kurang 1 1.3 1 1.3 3 4.0

Total 20 26.3 32 42.1 24 31.6

4.3.2.4.Hubungan Materi Penyuluhan dengan Sikap Perajin tentang Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

Hasil uji chi square hubungan materi dan kegiatan penyuluhan dengan sikap perajin menunjukkan ada hubungan yang signifikan yang ditunjukkan dengan nilai p=0,043 (p < 0,05). Hasil penelitian menunjukkan bahwa materi kegiatan penyuluhan yang baik akan merubah sikap pengrajin sebesar 47,4% dan isi kegiatan penyuluhan kurang akan merubah sikap pengrajin sebesar 1,3%. Berbeda dengan hasil yang diperoleh pada hubungan materi dan kegiatan penyuluhan terhadap pengetahuan seperti yang telah dijabarkan di atas, ternyata materi dan kegiatan penyuluhan memiliki pengaruh yang cukup signifikan dengan sikap perajin tahu. Hal ini dapat disebabkan karena mereka sudah mengalami dermatitis kontak selama ini, oleh karena itu mereka mau melakukan perubahan sikap dengan maksud untuk mencegah

terulangnya kembali penyakit dermatitis kontak yang sudah pernah dialaminya. (Tabel 4.13).

Tabel.4.13 Hubungan Materi Penyuluhan dengan Sikap Perajin tentang Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Materi Penyuluh an Sikap X (Value)

Baik Sedang Kurang

Jumlah % Jumlah % Jumlah %

Baik 36 47.4 18 23.7 9 11.8 0.043 (13.150) Sedang 6 7.9 0 0 1 1.3 Kurang 4 5.3 1 1.3 1 1.3 Total 46 60.5 19 25.0 11 14.5 4.4. Analisa Multivariat

Analisa 93lastic9393g93e dalam penelitian ini akan membahas pengaruh 93lastic93 penyuluhan yang paling dominan terhadap pengetahuan dan sikap dalam pencegahan dermatitis kontak perajin tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli.

Hasil uji dengan regresi antara 93lastic93 independen (materi dan bentuk kegiatan penyuluhan) terhadap peningkatan pengetahuan menunjukkan bahwa hal yang paling dominan mempengaruhi adalah metode penyuluhan. Nilai yang paling berpengaruh ini ditunjukkan dari nilai beta pada 93lastic93 metode penyuluhan sebesar 0,160 lebih besar dibandingkan 93lastic93 materi dan bentuk kegiatan penyuluhan yang hanya sebesar 0,010.

Pengaruh yang paling dominan dari 2 (dua) buah 93lastic93 independen yang mempengaruhi pengetahuan perajin tahu dapat dilihat dari nilai R Square yaitu sebesar

0,026, , yang artinya pengetahuan perajin tahu dapat ditingkatkan melalui metode penyuluhan yang baik sebesar nilai yang diperoleh (Tabel 4.14).

Tabel 4.14. Hasil regresi Metode dan Materi Penyuluhan terhadap Pengetahuan Perajin Tahu dalam Pencegahan Kontak Dermatitis di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

No. Kode Variabel Beta Sig.

X1 Metode Penyuluhan 0.160 0.014

X4 Materi dan Bentuk Kegiatan

Penyuluhan 0.010 0.030 (Constant) 0,605 R Adjusted R Square 0.162(a) 0.026

Hasil uji regresi antara 94lastic94 metode penyuluhan, materi penyuluhan terhadap perubahan sikap menunjukkan 94lastic94 yang paling dominan mempengaruhi adalah 94lastic94 materi dan bentuk penyuluhan. Pengaruh yang paling dominan ini diitunjukkan dari besaran nilai beta pada 94lastic94 ini yaitu sebesar 0,071, lebih besar 94lastic9494g 94lastic94 metode penyuluhan yang memiliki nilai beta sebesar 0,027.

Hal ini dapat terjadi oleh karena selama ini para pengrajin sudah pernah mendengar tentang dermatitis kontak, namun hanya sebatas mendengar dan melihat saja, sehingga belum mampu untuk mempengaruhi sikap para pengrajin. Pengaruh yang paling dominan antar dua 94lastic94 ini juga diperkuat dari nilai R square yaitu sebesar 0,05 yang artinya jika materi dan bentuk kegiatan penyuluhan diperbaiki di dalam penyuluhan akan mampu melakukan perubahan sikap perajin tahu sebesar nilai tersebut (Tabel 4.15).

Tabel 4.15. Hasil regresi Metode dan Materi dan Bentuk Penyuluhan terhadap Sikap Perajin Tahu dalam Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

No. Kode Variabel Beta Sig.

X1 Metode Penyuluhan 0,027 0.021

X4 Materi dan Bentuk Kegiatan

penyuluhan 0,071 0,041 (Constant) 0,605 R Adjusted R Square 0.074 (a) 0.005

Berdasarkan hasil uji regresi tersebut dapat disimpulkan beberapa point yang dapat dijadikan dasar untuk peningkatan pengetahuan dan sikap perajin tahu dalam pencegahan dermatitis kontak sebagai berikut:

1. Secara bersama 95lastic95: metode kegiatan berpengaruh terhadap pengetahuan dan sikap perajin tahu .

2. Hasil analisis juga menunjukkan bahwa 95lasti materi dan bentuk kegiatan penyuluhan merupakan 95lasti yang paling dominan mempengaruhi pengetahuan dan sikap perajin tahu dalam penggunaan APD.

3. Jika materi dan bentuk kegiatan penyuluhan diperbaiki sebesar R Adjusted 0.074 dan R Square 0.005 di dalam penyuluhan maka akan mampu melakukan perubahan sikap perajin tahu sebesar nilai tersebut.

BAB 5

Dokumen terkait