• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pengaruh Penyuluhan Dermatitis kontak terhadap Pengetahuan dan Sikap Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Pengaruh Penyuluhan Dermatitis kontak terhadap Pengetahuan dan Sikap Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli"

Copied!
111
0
0

Teks penuh

(1)

PENGARUH PENYULUHAN DERMATITIS KONTAK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAJIN TAHU DI KELURAHAN

MABAR KECAMATAN MEDAN DELI TAHUN 2011

TESIS

OLEH:

ERNASARI 087033025/ IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASAYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

(2)

THE INFLUENCE OF EXTENSION ON CONTACT DERMATITIS ON THE KNOWLEDGE AND ATTITUDE OF TOFU MAKERS IN

VILLAGE MABAR, MEDAN DELI SUBDISTRICT IN 2011

TESIS

BY

ERNASARI 087033025/IKM

PUBLIC HEALTH SCIENCE MAGISTER STUDY PROGRAM FACULTY OF PUBLIC HEALTH

UNIVERSITY OF SUMATERA UTARA MEDAN

(3)

PENGARUH PENYULUHAN DERMATITIS KONTAK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAJIN TAHU DI KELURAHAN

MABAR KECAMATAN MEDAN DELI

TESIS

Diajukan sebagai Salah Satu Syarat

untuk Memperoleh Gelar Magister Kesehatan (M.Kes.) dalam Program Studi S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat

Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara

Oleh

ERNASARI 087033025/IKM

PROGRAM STUDI S2 ILMU KESEHATAN MASYARAKAT FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN

(4)

Judul Tesis : PENGARUH PENYULUHAN DERMATITIS KONTAK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAJIN TAHU DI

KELURAHAN MABAR KECAMATAN MEDAN DELI

Nama Mahasiswa : Ernasari Nomor Induk Mahasiswa : 087033025

Program Studi : S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi : Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku

Menyetujui Komosi Pembimbing

(Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto, Sp.KK) (

Ketua Anggota

Drs. Amir Purba, M.S,Ph.D)

Dekan

(Dr. Drs. Surya Utama. M. S)

(5)

Telah Diuji

Pada Tanggal : 5 Agustus 2011

PANITIA PENGUJI TESIS

Ketua : Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto, Sp.KK Anggota : 1. Drs. Amir Purba, M.S, Ph.D

(6)

PERNYATAAN

PENGARUH PENYULUHAN DERMATITIS KONTAK TERHADAP PENGETAHUAN DAN SIKAP PERAJIN TAHU DI KELURAHAN

MABAR KECAMATAN MEDAN DELI

TESIS

Dengan ini menyatakan bahwa dalam tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain kecuali yang secara tertulis dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Medan, Maret 2012

(7)

ABSTRAK

Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit sering timbul pada industri seperti industri pada pabrik tahu yang dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dari hasil pengamatan di pabrik tahu di Kelurahan Mabar ditemukan 9 (sembilan) orang pekerja yang mengalami dermatitis kontak. Data dari puskesmas Medan Deli diperoleh kasus dermatitis kontak sebanyak 93,42 % dan jumlah seluruh jenis penyakit kulit yang ada.

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap pengetahuan dan sikap pengrajin tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yang berjumlah 76 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi di mana sebelumnya pengrajin sudah diberikan intervensi penyuluhan. Analisis data dengan menggunakan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh metode kegiatan penyuluhan (diskusi, ceramah, tanya jawab, praktik) terhadap pengetahuan dan sikap pengrajin tahu. Isi penyuluhan juga berpengaruh terhadap sikap pengrajin tahu. Metode penyuluhan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap pengetahuan dan sikap dibandingkan dengan isi kegiatan penyuluhan.

Disarankan kepada pihak pengelolah pabrik tahu untuk melakukan upaya dalam meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja untuk menggunakan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya yang berhubungan dengan jenis pekerjaan, seperti sepatu boat dan celemek . Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan secara terus menerus agar terjadi perubahan perilaku khususnya peningkatan pengetahuan dan sikap pada pengrajin tahu.

(8)

ABSTRACT

Contact dermatitis resulted from work is one of the skin disorder often found in the industry such as tofu industry that can reduce workers’ productivity. From the observation done in a tofu factory in Kelurahan Mabar, 9 (nine) workers werw found to have developed contact dermatitis. The data obtained from Medan Deli Health center showed that the case of contact dermatitis was 93,42% of the whole existing skin disorders.

The main purpose of this analytical survey study quasi-experimental design was to analyze the influence of extension on contact dermatitis on the knowledge and attitude of the 76 tofu makers in Kelurahan Mabar, Medan Deli Subdistrict, The data for this study were obtained through questionnaire distribution and observation where the tofu makers have previously been an extension intervention. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests

The result of study showed that extension method (discuccion, lecturing, question and answer, practice) had influence on the attitude of tofu makers. The content of extension also had influence on the attitude of tofu makers. The extension meyhod had the most dominant influence on the knowledge and attitude compared to the content of extension activity.

The management of tofu factory is suggested to attempt to minimize contact dermatitis by improving the awareness of the workers to wear gloves and the other self-protection devices related to their type of work such as boots or galoshes and apron. The management of Medan Health District office, expecially the health workers. Is suggested to keep providing extension that the behavior of tofu makers expecially their knowledge and attitude can change and be improved.

(9)

KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kehadiran Allah SWT, atas segala Rahmat

dan Karuni-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penyusunan

tesis ini yang berjudul “ Pengaruh Penyuluhan Dermatitis kontak terhadap

Pengetahuan dan Sikap Perajin Tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli “.

Penulisan tesis ini merupakan salah satu persyaratan akademik untuk

menyelesaikan pendidikan pada Program S2 Ilmu Kesehatan Masyarakat Minat Studi

Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

Dalam penulisan Tesis ini, penulis mendapat bantuan, dukungan dan

bimbingan dari berbagai pihak baik secara langsung maupun tidak langsung, untuk itu

penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Prof. Dr.dr. Syahril Pasaribu,DTM&H, M.Sc.(CTM), Sp. A(K) selaku

Rektor Universitas Sumatera Utara.

2. Dr. Drs. Surya Utama, M.S selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara.

3. Prof. Dr. Dra. Ida Yustina, M.Si selaku Ketua Program Studi S2 Ilmu

(10)

4. Prof. Dr. dr. Irma D. Roesyanto, Sp.KK, selaku komisi pembimbing yang

telah memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

5. Drs. Amir Purba, M.S, Ph.D. selaku komisi pembimbing yang telah

memberikan masukan dan arahan selama proses pelaksanaan tesis ini.

6. dr. Mhd. Makmur Sinaga, M.S. dan Drs. Tukiman, M.K.M. selaku penguji

tesis yang telah banyak memberikan arahan dan masukan demi

kesempurnaan penulisan tesis ini.

7. Ibu camat Kecamatan Medan Deli beserta lurah Kelurahan Mabar, Kepala

Lingkungan dan para kader di Kelurahan Mabar yang telah menerima

penulis dalam pelaksanaan penelitian ini.

8. Suamiku tercinta dan tersayang H. Zainal Arifin Tambunan serta ananda

Linda Hasianny Tambunan, Fahkrur Razy Ahkyar Tambunan dan

Yulfanny Arifin Tambunan yang penuh pengertian, kesabaran, motivasi

dan do’a dalam memberikan dukungan moril agar dapat menyelesaikan

pendidikan ini tepat waktu.

9. Ibu Kepala Puskesmas Medan Deli beserta para staf yang telah membantu

penulis dalam proses berlangsungnya penelitian ini.

10. Para pengusaha tahu beserta para perajin tahu yang telah menerima penulis

(11)

11. Para Dosen dan staf di lingkungan Program Studi S2 Ilmu Kesehatan

Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku Fakultas

Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

12. Rekan-rekan mahasiswa angkatan 2008, khususnya Minat Studi Promosi

Kesehatan dan Ilmu Perilaku atas dukungannya dan kebersamaan yang

diberikan selama ini.

13. Semua pihak yang tidak dapat peneliti sebutkan satu persatu yang telah

membantu dalam proses penyelesaian tesis ini.

Akhirnya hanya kepada Allah AWT yang senantiasa dapat memberikan

balasan atas kebaikan yang telah diperbuat. Penulis menyadari atas segala

keterbatasan, untuk itu saran dan kritik yang membangun sangat

diharapkan demi kesempurnaan tesis ini dengan harapan tesis ini

bermanfaat bagi pengembangan ilmu pengetahuan dan penelitian lanjutan.

Medan, Maret 2012

Penulis

Ernasari 087033025

(12)

RIWAYAT HIDUP

Ernasari lahir di Medan pada tanggal 8 Mei 1964, merupakan anak kelima dari

6 bersaudara dari Ayahanda Abdul Haq Hasibuan (Alm) dan Ibunda Siti Arus

Pulungan (Alm), saat ini bertempat tinggal di Jalan Gurilla gg. Teruna No. 5 kel. Sei

Kera Hilir kec. Medan Perjuangan Kota Medan.

Pendidikan formal penulis dimulai dari Pendidikan Sekolah Dasar Negeri No.

114 Medan tamat tahun 1979, Sekolah Menengah Pertama Negeri No. XII Medan

tamat tahun 1983, Fakultas Kedokteran Universitas Islam Sumatera Utara tamat 1995.

Tahun 2008 penulis mengikuti pendidikan lanjut S2 di Program Studi S2 Ilmu

Kesehatan Masyarakat Minat Studi Promosi Kesehatan dan Ilmu Perilaku pada

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

Penulis menikah pada tanggal 31 Desember 1991 dengan H. Zainal Arifin

Tambunan dan sampai saat ini telah dikaruniai 3 orang anak yang bernama Linda

Hasianny Tambunan, Fakhrur Razy Akhyar Tambunan, dan Yulfanny Arifin

Tambunan.

Saat ini penulis bekerja sebagai staf di Puskesmas Medan Denai sejak tahun

(13)
(14)

BAB 4. HASIL PENELITIAN ... 63

4.1. Gambaran Lokasi Penelitian ... 63

4.2. Karakteristik Responden ... 64

4.3. Hasil Statistik ... 67

BAB 5. PEMBAHASAN ... 79

5.1. Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Perubahan Pengetahuan Perajin Tahu tentang Pencegahan Dermatitis Kontak ... 79

5.2. Pengaruh Metode Penyuluhan terhadap Perubahan Sikap tentang Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu 82

5.3. Pengaruh Isi Penyuluhan terhadap Perubahan Sikap tentang Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu ... 85

BAB 6. KESIMPULAN DAN SARAN ... 88

6.1. Kesimpulan ... 88

6.2 Saran ... 89

DAFTAR PUSTAKA ... 91

(15)

DAFTAR TABEL

No Judul Halaman

3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Variabel Independen... 53

3.2. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Variabel Dependen ... 54

3.3. Depenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Independen... 60

3.4. Depenisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Dependen... 61

4.1. Distribusi Jumlah Pengrajin Tahu di Sembilan Pabrik Tahu ... 64

4.2. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Umur Perajin Tahu ... 65

4.3. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Status Perkawinan ... 65

4.4. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Tingkat Pendidikan ... 66

4.5. Distribusi Frekuensi Berdasarkan Lama Kerja ... 67

4.6. Distribusi Frekuensi Penerimaan metode Penyuluhan dalam Peningkatan Pengetahuan dan Sikap untuk Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu di Kelurahan Mabar ... 68

4.7. Distribusi Frekuensi Penerimaan Metode Penyuluhan dalam Pencegahan Pengetahuan dan Sikap untuk Pencegahan Dermatitis Kontak pada Perajin Tahu di Kelurahan Mabar ... 69

4.8. Distribusi Frekuensi Peningkatan Pengetahuan Perajin Tahu dalam Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar ... 70

4.9. Distribusi Frekuensi Sikap tentang Dermatitis pada Perajin Tahu Kontak Sebelum dan Sesudah Penyuluhan di Kelurahan Mabar ... 71

4.10.Hubungan Metode Penyuluhan dengan Pengetahuan Perajin tentang Pencegahan Dermatitis Kontak di kelurahan Mabar ... 73

(16)

4.12.Hubungan Metode Penyuluhan dengan Sikap Perajin tentang

Pencegahan Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar ... 75

4.13. Hubungan Isi Penyuluhan dengan Sikap Perajin tentang Pencegahan

Dermatitis Kontak di Kelurahan Mabar ... 76

4.14. Hasil Regresi Metode dan Isi Penyuluhan terhadap Pengetahuan

Perajin dalam Pencegahan Kontak Dermatitis di Kelurahan Mabar . 77

4.15. Hasil Regresi Metode dan Isi Penyuluhan terhadap Sikap Perajin

(17)

DAFTAR GAMBAR

No Judul Halaman

2.1. Proses Komunikasi ... 12

2.2. Kerangka Konsep Penelitian ... 49

(18)

DAFTAR LAMPIRAN

No Judul Halaman

1. Materi Penyuluhan ... 102

2. Kuesioner Penelitian ... 120

3. Gambar pabrik tahu dan cara kerjanya ... 126

(19)

ABSTRAK

Dermatitis kontak akibat kerja yang merupakan salah satu penyakit kelainan kulit sering timbul pada industri seperti industri pada pabrik tahu yang dapat menurunkan produktifitas pekerja. Dari hasil pengamatan di pabrik tahu di Kelurahan Mabar ditemukan 9 (sembilan) orang pekerja yang mengalami dermatitis kontak. Data dari puskesmas Medan Deli diperoleh kasus dermatitis kontak sebanyak 93,42 % dan jumlah seluruh jenis penyakit kulit yang ada.

Jenis penelitian ini adalah survey analitik dengan menggunakan rancangan penelitian kuasi eksperimen yang bertujuan untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap pengetahuan dan sikap pengrajin tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli yang berjumlah 76 orang. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan observasi di mana sebelumnya pengrajin sudah diberikan intervensi penyuluhan. Analisis data dengan menggunakan regresi linear berganda.

Hasil penelitian menunjukkan terdapat pengaruh metode kegiatan penyuluhan (diskusi, ceramah, tanya jawab, praktik) terhadap pengetahuan dan sikap pengrajin tahu. Isi penyuluhan juga berpengaruh terhadap sikap pengrajin tahu. Metode penyuluhan memiliki pengaruh yang paling dominan terhadap pengetahuan dan sikap dibandingkan dengan isi kegiatan penyuluhan.

Disarankan kepada pihak pengelolah pabrik tahu untuk melakukan upaya dalam meminimalisasi dermatitis kontak dengan meningkatkan kesadaran pekerja untuk menggunakan sarung tangan dan alat pelindung diri lainnya yang berhubungan dengan jenis pekerjaan, seperti sepatu boat dan celemek . Dinas Kesehatan Kota Medan khususnya petugas kesehatan untuk melakukan penyuluhan secara terus menerus agar terjadi perubahan perilaku khususnya peningkatan pengetahuan dan sikap pada pengrajin tahu.

(20)

ABSTRACT

Contact dermatitis resulted from work is one of the skin disorder often found in the industry such as tofu industry that can reduce workers’ productivity. From the observation done in a tofu factory in Kelurahan Mabar, 9 (nine) workers werw found to have developed contact dermatitis. The data obtained from Medan Deli Health center showed that the case of contact dermatitis was 93,42% of the whole existing skin disorders.

The main purpose of this analytical survey study quasi-experimental design was to analyze the influence of extension on contact dermatitis on the knowledge and attitude of the 76 tofu makers in Kelurahan Mabar, Medan Deli Subdistrict, The data for this study were obtained through questionnaire distribution and observation where the tofu makers have previously been an extension intervention. The data obtained were analyzed through multiple linear regression tests

The result of study showed that extension method (discuccion, lecturing, question and answer, practice) had influence on the attitude of tofu makers. The content of extension also had influence on the attitude of tofu makers. The extension meyhod had the most dominant influence on the knowledge and attitude compared to the content of extension activity.

The management of tofu factory is suggested to attempt to minimize contact dermatitis by improving the awareness of the workers to wear gloves and the other self-protection devices related to their type of work such as boots or galoshes and apron. The management of Medan Health District office, expecially the health workers. Is suggested to keep providing extension that the behavior of tofu makers expecially their knowledge and attitude can change and be improved.

(21)

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1.Latar Belakang

Peranan tenaga kerja sebagai sumber daya manusia adalah sangat penting. Oleh

karena itu, upaya perlindungan terhadap tenaga kerja sangat perlu. Dengan cara

memelihara dan meningkatkan derajat kesehatan tenaga kerja maka pencapaian kinerja

para pekerja akan lebih maksimal.

Pemeliharaan kesehatan dan keselamatan kerja disetiap industri dapat

dilakukan dengan penerapan penggunaan alat pelindung diri. Penggunaan alat

pelindung diri dalam Undang-Undang ketenagakerjaan juga merupakan suatu

keharusan yang harus dilakukan bagi para pekerjanya.

Pemakaian alat pelindung diri dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3)

merupakan instrumen yang melindungi pekerja, perusahaan, lingkungan hidup, dan

masyarakat sekitar dari bahaya akibat kecelakaan kerja dan penyakit dermatitis.

Perlindungan tersebut merupakan hak azasi yang wajib dipenuhi oleh perusahaan. K3

yang bertujuan mencegah, mengurangi, bahkan menihilkan risiko kecelakaan kerja

(zero accident) dan penyakit dermatitis. Penerapan konsep ini tidak boleh dianggap

sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja dan penyakit dermatitis yang

menghabiskan banyak biaya (cost) perusahaan, melainkan harus dianggap sebagai

bentuk investasi jangka panjang yang memberi keuntungan berlimpah pada masa yang

akan datang. Salah satu investasi yang paling penting adalah pekerja.

(22)

Sebagai sumber daya terpenting dalam organisasi, wajar apabila pekerja

dijamin kesehatannya yang setinggi-tingginya dari kemungkinan pengaruh yang

merugikan kesehatan karena pemajanan oleh bahaya potensial terhadap kesehatan di

tempat kerja. Oleh karena itu upaya perlindungan pekerja dari bahaya potensial

penyakit dermatitis juga harus didukung oleh pekerja itu sendiri. Partisipasi pekerja

untuk mau menggunakan alat pelindung diri sesuai standar kerja yang dipersyaratkan

harus benar-benar disadari oleh pekerja.

Fokus program promosi kesehatan kerja melalui upaya penyuluhan di tempat

kerja, dapat dilakukan oleh pihak pengusaha bekerjasama dengan instansi terkait untuk

dapat mensosialisasikan penggunaan alat pelindung diri. Hal ini bermanfaat selain

untuk meningkatkan pengetahuan, dan sikap pekerja (WHO, 1996).

Diketahui masih sangat sedikit sekali pekerja dari perusahaan mendapatkan

pelayanan kesehatan keselamatan kerja yang memuaskan, apalagi dari sebuah industri

informal yang masih mempekerjakan sedikit tenaga kerja. Hal ini disebabkan karena

masih banyak para pimpinan perusahaan yang kurang menghubungkan antara

pengaruh pekerjaan terhadap kesehatan. Padahal kita ketahui bahwa pekerja yang sehat

akan menjadikan pekerja yang produktif, yang sebenarnya sangat penting untuk

keberhasilan bisnis perusahaan dan pembangunan nasional. Untuk itu promosi

kesehatan di tempat kerja melalui penyuluhan merupakan bagian yang sangat penting

di tempat kerja terutama untuk melindungi pekerja dari berbagai potensi bahaya yang

(23)

Menurut Yudistira (2009: 21-22) bahaya potensial yang sering muncul pada pekerja adalah yang menyerang kulit. Penyakit kulit akibat kerja (PKAK) sebagai

salah satu bentuk penyakit dermatitis, merupakan jenis penyakit dermatitis terbanyak

yang kedua setelah penyakit muskulo-skeletal, berjumlah sekitar 22 persen dari seluruh

penyakit dermatitis. Data di Inggris menunjukkan 129 kasus per 1000 pekerja

merupakan dermatitis akibat kerja. Apabila ditinjau dari jenis penyakit kulit akibat

kerja, maka lebih dari 95 persen merupakan dermatitis kontak, sedangkan yang lain

merupakan penyakit kulit lain seperti akne, urtikaria kontak, dan tumor kulit.

Berdasarkan jenis organ tubuh yang dapat mengalami kelainan akibat

pekerjaan seseorang, maka kulit merupakan organ tubuh yang paling sering terkena,

yakni 50 % dari jumlah seluruh penderita penyakit dermatitis (PAK). Dari suatu

penelitian epidemiologik di luar negeri mengemukakan, PAK dapat berdampak pada

hilangnya hari kerja sebesar 25 % dari jumlah hari kerja (Yudistira, 2009: 27-28).

Effendi (2007: 2-4) melaporkan bahwa insiden dermatitis kontak akibat kerja

sebanyak 50 kasus per tahun atau 11.9 persen dari seluruh kasus dermatitis kontak

yang didiagnosis di Poliklinik Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin FKUI-RSUPN dr.

Cipto Mangunkusumo Jakarta.

Penyakit dermatitis juga terjadi pada pekerja informal yang umumnya kurang

memperhatikan sanitasi dan perlindungan bagi kesehatan dirinya. Pengrajin tahu

misalnya, penyakit dermatitis dapat terjadi sebagai akibat dari pemaparan zat-zat kimia

(24)

dengan gejala seperti iritasi, gatal-gatal, kulit kering dan pecah-pecah,

kemerah-merahan, dan koreng yang sulit sembuh (Depkes, 2009).

Survei pendahuluan yang dilakukan peneliti pada bulan Maret tahun 2010,

Kecamatan Medan Deli dengan mengambil 9 orang sampel pada 9 pabrik tahu

ditemukan 9 orang atau 80 persen para pengrajin tahu umumnya mengalami gangguan

penyakit kulit berupa dermatitis kontak dengan tipe berat ringan penyakit yang

bervariasi.

Data yang diperoleh dari Puskesmas setempat menunjukkan angka kasus

penyakit kulit para pengrajin tahu yaitu: 93,42 persen dengan kasus dermatitis kontak

dan 6, 58 persen dengan kasus penyakit kulit lainnya (Profil Puskesmas Medan Deli,

2009).

Data lain yang diperoleh peneliti pada saat survei pendahuluan juga

menunjukkan bahwa kejadian penyakit kulit disebabkan oleh karena proses

pembuatannya ternyata tidak melalui steam terlebih dahulu pada bahan kedelai

sebelum dicampurkan dengan pati kental, sehingga hal ini memungkinkan jamur lebih

mudah berkembang dan dapat menimbulkan reaksi pada kulit.

Menyangkut bahan kimia yang dicampurkan pada pembuatan tahu maka

peneliti menemukan bahwa bahan yang dicampurkan untuk menggumpalkan pati

kedelai agar menjadi tahu adalah asam cuka 90 %, CaSO4

dibakar kemudian ditumbuk menjadi tepung halus.

yaitu: sulfat kapur yang

Wawancara yang dilakukan pada pengrajin tahu menyangkut penggunaan alat

(25)

pernah memakai alat pelindung diri saat bekerja. Alasan yang diungkapkan adalah

bahwa pekerjaan ini sudah mereka lakoni dari orang tua mereka sebelumnya dan

gangguan penyakit kulit yang mengenai mereka tidak terlalu memberi kerisauan yang

cukup berarti.

Hasil wawancara juga menyebutkan bahwa mereka tidak pernah mendapat

penyuluhan dari dinas kesehatan menyangkut hal-hal yang berhubungan dengan

penggunaan alat pelindung diri dan bahaya potensial yang mungkin timbul berupa

penyakit dermatitis. Ketika dikonfirmasikan kepada Puskesmas setempat maka petugas

Puskesmas menyebutkan bahwa mereka melakukan program penyuluhan 2 (dua) kali

setahun, namun hanya kepada para pekerja formal. Diakui pihak Puskesmas memang

mereka belum membuat perencanaan program penyuluhan kepada para pengrajin atau

pekerja informal sampai saat ini.

Para pengrajin tahu menyebutkan bahwa kurang diperhatikannya mereka

dalam perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja mungkin disebabkan usaha

mereka adalah usaha kecil yang tidak terlalu melibatkan banyak pekerja. Ungkapan

yang sangat miris didengar dari pengrajin tahu adalah bahwa jika terjadi gangguan

kulit mereka cukup mengoleskan oli bekas pada kulit yang terkena dan bisa sembuh

dengan sendirinya.

Kasus yang sama juga terjadi di Lamongan Jawa Timur, dimana para pengrajin

tahu mengalami gatal-gatal di daerah tangannya dan kaki akibat sering kontak dengan

bahan-bahan pembuat tahu. Dari beberapa mereka juga menyebutkan bahwa penyakit

(26)

pelindung diri seperti sarung tangan pada saat melakukan proses pembuatan tahu

(Sherine, 2007: 42-44).

Penelitian yang dilakukan oleh Elisandri (2007: 46-49) kasus yang terjadi pada

pengrajin tahu di beberapa pabrik tahu, seperti yang terjadi di daerah Binjai juga

menyebutkan bahwa 72 persen dari mereka mengalami reaksi akibat kontak dengan

bahan pembuat tahu dalam waktu yang lama. Beberapa dari mereka juga menyebutkan

gatal-gatal yang mereka alami tidak akan kunjung sembuh apabila mereka tidak

menghentikan pekerjaannya dalam waktu yang lama

Kondisi ini seharusnya menjadi fokus perhatian dinas kesehatan setempat,

khususnya pemberi pelayanan pada lini terendah yaitu Puskesmas Medan Deli.

Berbagai upaya harus dilakukan untuk mencegah terjadinya penyakit tersebut. Salah

satu upaya yang dapat dilakukan adalah menyampaikan berbagai informasi tentang

upaya-upaya pencegahan dan penanggulangannya melalui penyuluhan langsung pada

pengrajin tahu tersebut. Sehingga diharapkan dengan penyuluhan tersebut para

pengrajin tahu dapat meningkatkan pemahaman mereka untuk mencegah terjadinya

penyakit dermatitis kontak yang mereka alami saat ini.

Dilema ini seharusnya menjadi perhatian para pemerintah setempat untuk

memberi pengayoman bagi para pengrajin tahu khususnya menyangkut kesehatan dan

keselamatan pengrajin. Dari keterangan pengrajin di atas diketahui bahwa pengetahuan

pengrajin pada perlindungan diri masih sangat kurang, belum lagi tidak adanya

perhatian dari pemberi pelayanan kesehatan setempat. Berdasarkan kenyataan di atas

(27)

tahu terhadap upaya perlindungan kesehatan dan keselamatan kerja untuk mencegah

terjadinya penyakit dermatitis melalui upaya pemberian penyuluhan kesehatan.

1.2.Permasalahan

Berdasarkan uraian latar belakang di atas, maka yang menjadi rumusan

masalah dalam penelitian ini adalah : “Bagaimana pengaruh penyuluhan dermatitis

kontak terhadap pengetahuan dan sikap pengrajin tahu di Kelurahan Mabar

Kecamatan Medan Deli Tahun 2011?

1.3.Tujuan Penelitian

Untuk menganalisis pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap pengetahuan

dan sikap para pengrajin tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011

1.4.Hipotesis

Hipotesis dalam penelitian ini adalah :

1. Ada pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap pengetahuan pengrajin

tahu di Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011.

2. Ada pengaruh penyuluhan dermatitis kontak terhadap sikap pengrajin tahu di

Kelurahan Mabar Kecamatan Medan Deli Tahun 2011.

1.5.Manfaat Penelitian

Manfaat penelitian ini adalah:

1. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai bahan informasi bahwa

(28)

alat pelindung diri lainnya yang berhubungan dengan pekerjaan sangat dibutuhkan

pengrajin untuk menghindari diri dari penyakit akibat kerja seperti dermatitis

kontak. Oleh karena itu sangat diperlukan perilaku yang baik bagi setiap pekerja

seperti pengetahuan yang baik, sikap yang positif dan tindakan yang selaras dalam

melaksanakan pekerjaan.

2. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan pengrajin tahu dan

merubah sikap dan tindakan yang selama ini tidak mau menggunakan alat

pelindung diri.

3. Sebagai informasi dan pengembangan untuk penelitian sejenis secara

(29)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Komunikasi 2.1.1. Definisi

Istilah komunikasi berasal dari kata Latin Communicare atau Communis yang

berarti sama atau menjadikan milik bersama. Kalau kita berkomunikasi dengan orang

lain, berarti kita berusaha agar apa yang disampaikan kepada orang lain tersebut

menjadi miliknya.

Secara terminologis, menurut Neuman (2002: 13-17) komunikasi diartikan

sebagai pemberitahuan sesuatu (pesan) dari satu pihak ke pihak lain dengan

menggunakan suatu media. Sebagai makhluk sosial, manusia sering berkomunikasi

satu sama lain. Namun, komunikasi bukan hanya dilakukan oleh manusia saja, tetapi

juga dilakukan oleh makhluk-makhluk yang lainnya. Dalam kehidupan nyata mungkin

ada yang menyampaikan pesan/ ide; ada yang menerima atau mendengarkan pesan;

ada pesan itu sendiri; ada media dan tentu ada respon berupa tanggapan terhadap

pesan. Secara ideal, tujuan komunikasi bisa menghasilkan kesepakatan-kesepakatan

bersama terhadap ide atau pesan yang disampaikan.

Definisi komunikasi oleh beberapa ahli sebagai berikut:

1. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung

(30)

dalam kegiatan komunikasi (Astrid).

2. Komunikasi adalah kegiatan pengoperan lambang yang mengandung

arti/makna yang perlu dipahami bersama oleh pihak yang terlibat dalam

kegiatan komunikasi (Astrid).

3. Komunikasi adalah kegiatan perilaku atau kegiatan penyampaian pesan atau

informasi tentang pikiran atau perasaan (Roben.J.G).

4. Komunikasi adalah sebagai pemindahan informasi dan pengertian dari satu

orang ke orang lain (Davis, 1981).

5. Komunikasi adalah berusaha untuk mengadakan persamaan dengan orang lain

6. Komunikasi adalah penyampaian dan memahami pesan dari satu orang kepada

orang lain, komunikasi merupakan proses sosial (Modul PRT, Lembaga

Administrasi).

Menurut William (2004) manfaat yang dapat diperoleh dengan berkomunikasi

secara baik dan efektif di antaranya adalah:

1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas

sesuai dengan yang dimaksudkan.

2. Adanya kesepahaman antara komunikator dan komunikan dalam suatu

permasalahan, sehingga terhindar dari salah persepsi.

3. Menjaga hubungan baik dan silaturahmi dalam suatu persahabatan atau

(31)

2.1.2. Unsur-Unsur Dalam Komunikasi

Unsur-unsur dalam komunikasi menurut Green (2000: 35-39) antara lain:

1. Komunikator: pengirim (sender) yang mengirim pesan kepada komunikan dengan menggunakan media tertentu. Unsur yang sangat berpengaruh dalam komunikasi

karena merupakan awal (sumber) terjadinya suatu komunikasi

2. Komunikan: penerima (receiver) yang menerima pesan dari komunikator,

kemudian memahami, menerjemahkan dan akhirnya memberi respon.

3. Media : saluran (channel) yang digunakan untuk menyampaikan pesan sebagai sarana berkomunikasi. Berupa bahasa verbal maupun non verbal, wujudnya berupa

ucapan, tulisan, gambar, bahasa tubuh, bahasa mesin, sandi dan lain sebagainya.

4. Pesan:isi komunikasi berupa pesan (message) yang disampaikan oleh komunikator

kepada komunikan. Kejelasan pengiriman dan penerimaan pesan sangat

berpengaruh terhadap kesinambungan komunikasi

5. Tanggapan:merupakan dampak (effect) komunikasi sebagai respon atas penerimaan

pesan. Diimplentasikan dalam bentuk umpan balik (feed back) atau tindakan sesuai

dengan pesan yang diterima.

2.1.3. Proses Komunikasi

Hewitt (2001: 22-27), menjabarkan proses komunikasi secara spesifik sebagai

berikut:

1. Mempelajari atau mengajarkan sesuatu

(32)

3. Mengungkapkan perasaan

4. Menjelaskan perilaku sendiri atau perilaku orang lain

5. Berhubungan dengan orang lain

6. Menyelesaian sebuah masalah

7. Mencapai sebuah tujuan

8. Menurunkan ketegangan dan menyelesaian konflik

9. Menstimulasi minat pada diri sendiri atau orang lain

Berikut ini diagram proses komunikasi menurut Liliweri (2007):

Gambar 2.1 : Proses Komunikasi (Liliweri,2007)

1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

Pengirim pesan adalah orang yang mempunyai ide untuk disampaikan kepada

seseorang dengan harapan dapat dipahami oleh orang yang menerima pesan

sesuai dengan yang dimaksudkannya. Pesan adalah informasi yang akan

disampaikan atau diekspresikan oleh pengirim pesan. Pesan dapat verbal

(33)

(dilakukan secara langsung melalui tanya jawab, wawancara, sharing) atau non

verbal (melalui media poster, gambar, leafleat dan lainnya) dan pesan akan lebih

efektif (dapat lebih mudah diserap oleh penerima pesan) bila diorganisir secara

baik dan jelas melalui teknik dan metode yang dapat disesuikan dengan situasi dan

kondisi audience (lingkungan tempat sipenerima pesan berada).

Materi pesan dapat berupa :

a. Informasi

b. Ajakan

c. Rencana kerja

d. Pertanyaan dan sebagainya

2. Simbol/ isyarat

Pada tahap ini pengirim pesan membuat kode atau simbol sehingga pesannya dapat

dipahami oleh orang lain. Biasanya seorang manajer menyampaikan pesan dalam

bentuk kata-kata, gerakan anggota badan, (tangan, kepala, mata dan bagian muka

lainnya).

Tujuan penyampaian pesan adalah untuk mengajak, membujuk, mengubah sikap,

perilaku atau menunjukkan arah tertentu.

3. Media/penghubung

Adalah alat untuk penyampaian pesan seperti ; TV, radio surat kabar, papan

pengumuman, telepon dan lainnya. Pemilihan media ini dapat dipengaruhi oleh isi

(34)

4. Mengartikan kode/isyarat

Setelah pesan diterima melalui indera (telinga, mata dan seterusnya) maka si

penerima pesan harus dapat mengartikan simbul/kode dari pesan tersebut,

sehingga dapat dimengerti /dipahaminya.

5. Penerima pesan

Penerima pesan adalah orang yang dapat memahami pesan dari sipengirim

meskipun dalam bentuk code/isyarat tanpa mengurangi arti pesan yang dimaksud

oleh pengirim

6. Balikan (feedback)

Balikan adalah isyarat atau tanggapan yang berisi kesan dari penerima pesan

dalam bentuk verbal maupun nonverbal. Tanpa balikan seorang pengirim pesan

tidak akan tahu dampak pesannya terhadap sipenerima pesan Hal ini penting bagi

manajer atau pengirim pesan untuk mengetahui apakah pesan sudah diterima

dengan pemahaman yang benar dan tepat. Balikan dapat disampaikan oleh

penerima pesan atau orang lain yang bukan penerima pesan. Balikan yang

disampaikan oleh penerima pesan pada umumnya merupakan balikan langsung

yang mengandung pemahaman atas pesan tersebut dan sekaligus merupakan

apakah pesan itu akan dilaksanakan atau tidak balikan yang diberikan oleh orang

lain didapat dari pengamatan pemberi balikan terhadap perilaku maupun ucapan

penerima pesan pemberi balikan menggambarkan perilaku penerima pesan

sebagai reaksi dari pesan yang diterimanya. Balikan bermanfaat untuk

(35)

membantu untuk menumbuhkan kepercayaan serta keterbukaan diantara

komunikan, juga balikan dapat memperjelas persepsi.

7. Gangguan

Gangguan bukan merupakan bagian dari proses komunikasi akan tetapi

mempunyai pengaruh dalam proses komunikasi, karena pada setiap situasi hampir

selalu ada hal yang mengganggu kita. Gangguan adalah hal yang merintangi atau

menghambat komunikasi sehingga penerima salah menafsirkan pesan yang

diterimanya.

2.1.4. Bentuk-Bentuk Komunikasi

Bentuk Komunikasi sebagai proses memiliki bentuk menurut Monica, (2004)

sebagai berikut:

Bentuk Komunikasi berdasarkan jenisnya dapat dibedakan 2 jenis yaitu:

a. Komunikasi langsung

Komunikasi langsung tanpa menggunakan alat.

Komunikasi berbentuk kata-kata, gerakan-gerakan yang berarti khusus dan

penggunaan isyarat, misalnya kita berbicara langsung kepada seseorang

dihadapan kita.

A------B

b. Komunikasi tidak langsung

Biasanya menggunakan alat dan mekanisme untuk melipat gandakan jumlah

penerima penerima pesan (sasaran) ataupun untuk menghadapi hambatan

(36)

Contoh : “ Buanglah sampah pada tempatnya

Bentuk komunikasi berdasarkan besarnya sasaran :

a. Komunikasi massa, yaitu komunikasi dengan sasarannya kelompok orang

dalam jumlah yang besar, umumnya tidak dikenal.

Komunikasi masa yang baik harus :

Pesan disusun dengan jelas, tidak rumit dan tidak bertele-tele

Bahasa yang mudah dimengerti/dipahami

Bentuk gambar yang baik

Membentuk kelompok khusus, misalnya kelompok pendengar (radio)

b. Komunikasi kelompok

Adalah komunikasi yang sasarannya sekelompok orang yang umumnya dapat

dihitung dan dikenal dan merupakan komunikasi langsung dan timbal balik.

Perawat--- → ←---Pengunjung puskesmas

c. Komunikasi perorangan.

Adalah komunikasi dengan tatap muka dapat juga melalui telepon.

Perawat--- → ←---Pasien Bentuk komunikasi berdasarkan arah pesan :

a. Komunikasi satu arah

(37)

Pesan disampaikan oleh sumber kepada sasaran dan sasaran tidak dapat atau

tidak mempunyai kesempatan untuk memberikan umpan balik atau bertanya,

misalnya radio.

A ---→ B

b. Komunikasi timbal balik.

Pesan disampaikan kepada sasaran dan sasaran memberikan umpan balik.

Biasanya komunikasi kelompok atau perorangan merupakan komunikasi timbal

balik.

2.1.5. Media Komunikasi

1. Ceramah

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari

penceramah kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang

peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit

memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya

(Lunandi,1993).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi

biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta

daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi

yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim,

maka ceramah inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu singkat.

Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya

adalah pesan terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama (Lunandi,1993: 110-112)

(38)

yang akan diceramahkan.Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan

mempelajari materi dengan sistematika yang baik,lebih baik lagi kalau disusun dalam

diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.misalnya makalah

singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya.

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apbila penceramah

tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah dapat melakukan

hal-hal sebagai beerikut : sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh

bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan

harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan),

seyogyanya tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin

(Notoatmodjo,2007: 104-118)

2. Diskusi

Diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam proses

pendidikan. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Diskuasi

diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningaktan

pemecahan masalah secara efisien, dan untuk mempengaruhi para peserta agar mau

mengubah sikap (Kartono, 1988: 77-79). Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir

bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri

sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada masalah yang didiskusikan

(Lunandi, 1993:109-113).

Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan

(39)

pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk

menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan (kartono,1998). Diskusi

merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan,

menyediakan informasi, dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang

membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dengan seseorang sebagai sumber

informasi yang terpercaya (Graff,1996: 41-47).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas

berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa

sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain,

misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk

diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata

lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap kelompok mempunyai

kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat (Notoatmodjo, 2007). Selama

berlangsungnya diskuasi, penilaian atau kritik tidak dibenarkan, sebab kritik akan

mematikan kreatifitas (Effendi, 1992: 90-91).

Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk

memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta, memelihara perhatian yang

terus menerus dari para peserta, memberikan kesempatan kepada semua orang untuk

mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja,

membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaran dan menyusun saran-saran yang

diajukan, memberikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada

(40)

Metode diskusi mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara

aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan

oleh satu atau beberapa orang saja.

Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara

untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk

berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan menyajikan suatu pokok masalah,

sebaiknya hal yang berkontroversial (Ewless, 1994: 114-117).

Menurut Suprijanto (2008: 123-125), ada beberapa teknik yang dapat

digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain :

1. Kelompok buzz (Buzz Groups)

Pada teknik ini peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, hasil

diskusi kelompok kecil ini dilaporkan pada kelompok besar. Caranya sekretaris

kelompok kecil membuat catatan tentang ide-ide yang disarankan oleh anggota

kelompok dan menyiapkan kesimpulan yang akan disampaikan kepada kelompok

besar setelah diskusi kelompok buzz selesai. Biasanya sesi Buzz memerlukan waktu

10 – 20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan. Kelebihan teknik ini adalah

mudah dilakukan, menjamin partisipasi semua anggota kelompok dan peserta

dihadapkan pada suasana yang tidak terlalu formal, sehingga peserta lebih mudah

mengeluarkan pendapat secara spontan, selain itu teman-teman sekitar dapat langsung

memberi sambutan.

(41)

Pada teknik ini peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dalam

dan kelompok luar. Kelompok dalam bertugas mendiskusikan sesuatu, sedangkan

kelompok luar menyaksikan jalannya diskusi, tetapi boleh juga berpartisipasi dalam

diskusi. Partisipasi tersebut dapat berupa pertanyaan atau menyumbangkan gagasan.

3. Teknik urun pendapat

Teknik ini digunakan dalam memecahkan suatu masalah dengan

mengumpulkan gagasan atau saran-saran dari semua peserta. Dalam teknik ini tidak

ada gagasan atau saran-saran dari semua peserta yang disalahkan. Semua peserta

diberikan kesempatan yang leluasa untuk berbicara, mengungkapkan gagasan maupun

saran-sarannya. Gagasan tersebut dicatat ketika mjuncul dari setiap peserta. Peserta

kemudian dibagi menjadi beberapa sub kelompok dan membahas gagasan tersebut.

Kesimpulan dari hasil diskusi ditentukan masing-masing peserta sesuai dengan

pengalaman dan menurut sudut pandang mereka.

2.2. Penyuluhan

Salah satu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi adalah penyuluhan.

Teknik pemberian penyuluhan untuk menyampaikan ide dan gagasan adalah suatu

tindakan yang paling sering dilakukan oleh komunikator untuk melakukan perubahan

perilaku. Penyuluhan juga sering dilakukan oleh petugas kesehatan untuk merubah

perilaku pola hidup sehat.

Menurut Liliweri (2007: 34-38) penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses

yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati

(42)

penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya

ditumbuhkan rasa membutuhkan pada orang yang menerima pesan. Tujuan pendidikan

kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan mereka.

Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka.

Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien dan

meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup. Untuk

meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan perubahan dengan memberikan

pendidikan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2003: 56-59) pengetahuan merupakan hasil dari tahu,

dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek

tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif

mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan

penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus

melampui semua tahap tersebut. Enam tahap tersebut merupakan suatu proses yang

memerlukan waktu, dan lama proses tersebut tidak sama untuk setiap orang.

Untuk tercapainya proses tersebut harus terjadi perubahan sikap mengenai

materi yang disuluhkan pada mereka. Mengubah sikap pekerja bukanlah pekerjaan

mudah, bahkan lebih sulit dari pada meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan

reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap

(43)

merupakan bagian kepribadian, sikap adalah kecenderungan yang tertata untuk

berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau objek kognitif.

Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk

terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor

pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas.

Sebagai contoh seorang pasien yang telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang

baik terhadap keteraturan berolahraga, mungkin tidak dapat dijalankan perilaku

tersebut karena keterbatasan waktu. Seorang pasien yang telah berniat untuk makan

sesuai dengan rencana makan yang telah dibuatnya sendiri, kadang-kadang keluar dari

jalur tersebut karena situasi dirumah atau dikantor yang kurang mendukung. Bila

semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya orang tersebut dapat

dimasukkan kedalam kelompok penerima pesan dengan kepatuhan tinggi, sehingga

sebagai dampak kepatuhannya dapat terkendali.

Apabila penerima pesan telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan telah

digolongkan didalam kelompok dengan kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku tersebut

harus dipertahankan. Tatap muka dengan penyuluhan tetap harus dilakukan secara

teratur, walaupun frekuensinya dapat dikurangi.

Dalam penyuluhan sebelum kegiatan dilakukan terlebih dahulu harus

ditetapkan apa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penyuluhan tersebut, jadi disini

harus jelas mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada tujuan

umum biasanya yang menyangkut seluruh prioritas masalah yang akan dilakukan

(44)

tujuan umum, ialah tujuan yang terkandung dalam setiap penyuluhan dan setiap

masalah. Perumusan tujuan tersebut haruslah dalam bentuk tujuan perilaku atau

behavioral objectives, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Tujuan tersebut harus dapat diukur (measurable)

b. Tujuan tersebut harus dapat diamati (observable)

c. Tujuan tersebut harus dapat dicapai (reachable) yang dimaksud adalah tujuan

tersebut harus dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Pada penyuluhan yang menjadi target penyuluhan atau sasaran adalah selain

penderita, juga keluarga maupun orang-orang disekitar penderita yang sering atau

hampir setiap hari berhubungan dengan penderita. Dalam penyampaian penyuluhan

perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya dapat dibagi dalam beberapa

kegiatan yang berkesinambungan, misalnya:

a. Lokakarya mini: untuk menyiapkan tenaga penyuluh.

b. Uji coba lapangan : mencoba ( try and error) sistem untuk metoda

penyuluhannya.

c. Pelaksanaan kegiatan : yang dapat meliputi pembuatan dan pemasangan poster,

pembuatan leaflet/booklet serta siap dibagikan, wawancara, ceramah dan

sebagainya.

Sasaran langsung penyuluhan adalah masyarakat yang membutuhkan

informasi tentang objek penyuluhan tetapi untuk mencapai program yang berdaya

(45)

terdiri dari petugas kesehatan dan berbagai komunitas dimana pasien berada di dalam

melakukan kegiatannya sehari-hari.

2.3. Peran Penyuluh

Menurut Mardikanto (2002: 117) peran penyuluh diutamakan pada kewajiban

menyampaikan inovasi dan mempengaruhi sasaran penyuluhan melalui metoda dan

teknik tertentu sehingga mereka sadar dan mampu mengadopsi inovasi yang

disampaikan.

Liliweri (2002: 98) menguraikan peran penyuluh sebagai berikut: menjadi

penyampai inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung

pemerintah dan lembaga penyuluhan dengan masyarakat, serta menggerakkan

masyarakat untuk mau berubah.

Mosher (2006: 77) menguraikan peran penyuluh, yaitu: sebagai guru,

penganalisa, penasehat, dan sebagai organisator sebagai pengembang kebutuhan

perubahan, penggerak perubahan, dan pemantab hubungan dengan masyarakat.

Kartasapoetra (2004: 90-91) menjelaskan peran penyuluh yang sangat penting

bagi terwujudnya pembangunan mental pekerja secara modern. Pembangunan modern

yaitu pembangunan berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah: (1) sebagai

peneliti, mencari masukan terkait dengan ilmu dan teknologi, penyuluh

menyampaikan, mendorong, mengarahkan, dan membimbing petani mengubah

kegiatan usaha tani dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) sebagai pendidik,

(46)

harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja agar dapat mengelola usahanya

secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis. (3) sebagai penyuluh, menimbulkan sikap

keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat

kesejahteraan hidup para pekerja beserta keluarganya.

Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat yang mengharuskannya

memiliki kemampuan tinggi, oleh karena itu, kualitas diri penyuluh harus terus

ditingkatkan sehingga selalu mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan

mewujudkan pembangunan.

Jarmie (2000: 23-27) menjelaskan tentang peran penyuluh yang bervariasi

dengan kadar penekanan yang berbeda, yaitu mulai dari motivator, edukator,

penghubung, dinamisator, organisator, komunikator, sampai dengan penasehat. Kadar

penerapan peran-peran tersebut tergantung pada ciri wilayah setempat, yaitu wilayah

mulai menerima ide baru, wilayah sedang berkembang maju dan wilayah maju.

Peran-peran tersebut selanjutnya akan dikaji dalam penelitian ini, dan

digunakan sebagai variabel untuk mengetahui peran penyuluh saat ini. Sesuai dengan

perubahan situasi, maka peran-peran tersebut ada yang mengalami pengurangan tetapi

ada yang makin menguat, sesuai dengan paradigma pembangunan pertanian yang

sesuai dengan sistem otonomi daerah.

2.4. Pengetahuan

Menurut Bloom yang dikutip dalam Notoadmodjo (2003: 71-73) pengetahuan

(47)

disebutkan merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan

seseorang.

Menurut Notoadmodjo (1993: 45-47) unsur-unsur dalam pengetahuan pada diri

manusia terdiri dari :

1. Pengertian dan pemahaman tentang apa yang dilakukan.

2. Keyakinan dan kepercayaan tentang manfaat kebenaran dari apa yang

dilakukannya.

3. Sarana yang diperlukan untuk melakukannya.

4. Dorongan atau motivasi untuk berbuat yang dilandasi oleh kebutuhan yang

dirasakannya.

Kedalaman pengetahuan yang dimiliki oleh seseorang terhadap suatu

rangsangan menurut Andi (2002: 20-21) dapat diklasifikasikan berdasarkan 6 (enam)

tingkatan yaitu :

1. Tahu (know) : sebagai suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk

dalam mengingat kembali terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang

dipelajarinya.

2. Memahami (comprehension) : suatu kemampuan menjelaskan secara benar

tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut

secara benar.

3. Aplikasi (application) : kemampuan menggunakan materi yang telah dipelajari

pada situasi dan kondisi sebenarnya. Dengan kata lain pengguna

(48)

4. Analisis (Analysis) : kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek

ke dalam komponen-komponen, tetapi masih dalam suatu struktur organisasi

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis) : menunjukkan pada suatu kemampuan untuk meletakkan

atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang

baru dari formulasi yang ada.

6. Evaluasi (evaluation) : berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan

justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek.

Makmuri (2004: 206-207) menyatakan bahwa sebelum seseorang melakukan

suatu tindakan, ia harus tahu terlebih dahulu apa arti atau manfaat yang dilakukannnya

bagi dirinya atau keluarganya. Indikator-indikator yang dapat dipergunakan untuk

mengetahui tingkat pengetahuan atau kesadaran terhadap kesehatan, dapat

dikelompokkan menjadi :

1. Pengetahuan tentang sakit dan penyakit

2. Pengetahuan tentang cara pemeliharaan kesehatan dan cara hidup sehat.

3. Pengetahuan tentang kesehatan lingkungan.

Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk

terbentuknya tindakan seseorang.

Karena itu dari pengalaman dan penelitian ternyata berlaku yang didasari oleh

pengetahuan akan lebih langsung dari pada perilaku yang tidak didasari oleh

(49)

Menurut Prihadi (2004: 110-111), bahwa karakteristik individu ditunjukkan

dalam kemampuan yang dimilikinya berupa pengetahuan yang ada dalam dirinya.

Individu akan berperilaku berdasarkan karakteristik yang sudah melekat dalam dirinya.

Menurutnya Notoatmodjo (2003: 88-89) pengetahuan juga merupakan hasil

tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek

tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan dominan yang sangat penting dalam

membentuk tindakan seseorang.

Ada beberapa manfaat yang diperoleh dengan adanya pendidikan dan latihan

yakni : a) membantu individu untuk dapat membuat keputusan dan pemecahan

masalah secara lebih tinggi; b) internalisasi dan operasionalisasi motivasi kerja,

prestasi, tanggung jawab, dan kemajuan; c) mempertinggi rasa percaya diri dan

pengembangan diri; d) membantu untuk mengurangi rasa takut dalam menghadapi

tugas-tugas baru ( Sirait, 2006: 12-13).

2.5.Sikap

Sikap mencerminkan suatu ekspresi atau ungkapan tentang bagaimana

perasaan seseorang atau tanggapan seseorang terhadap suatu faktor tertentu. Artinya

sikap yang terungkap tersebut berguna dalam riset motivasi yang berkaitan dengan

motif pembeli (buyer motive) untuk menerima atau menolak dari faktor–faktor

penunjang komunikasi promosi sasaran, seperti advertising appeals, product

features, package design, life style,model, product image dan lain–lain. Sikap tersebut

(50)

Menurut Barbara (2002: 401) sikap dibedakan menjadi dua. yaitu, sikap sosial

dan sikap individual. Di samping pembagian sikap atas sosial dan individual sikap juga

dapat pula dibedahkan atas sikap positif dan sikap negatif. Sedangkan faktor-faktor

yang mempengaruhi perubahan sikap ada dua. Pertama, faktor intern, sikap yang

terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri yang berupa selectivity. Kedua, faktor

ekstern. Sikap yang terdapat di luar pribadi manusia, yang berupa interaksi sosial.

Menurut Niven (2004: 77-78) sikap merupakan faktor internal, tetapi tidak

semua faktor internal adalah sikap. Adapun ciri-ciri sikap diantaranya adalah. 1. sikap

itu dipelajari (learnability), 2. memiliki kestabilan (stability). 3. Personal-societal

significance. 4. Berisi kognisi dan afeksi. 5. Approach-avoidance

directionality. Sedangkan fungsi sikap dibagi empat bagian yaitu: pertama, sebagai

alat menguraikan diri, kedua, sebagai alat pengatur tingkah laku, ketiga, sebagai alat

pengatur pengalaman, keempat, sebagai pernyataan kepribadian.

Bahkan menurut Liliweri (2007: 44) berpikir positip ternyata memberikan

peluang seseorang untuk membuat orang lebih sukses, oleh karenanya “berpikir

positip” merupakan materi penting yang diberikan dalam training CEO (Chief

Executive Officer) bagi orang-orang yang ingin sukses.

2.6. Penyakit Kulit Akibat Kerja 2.6.1. Definisi

Menurut Sudoyo (2006: 35-36), penyakit kulit adalah peradangan kulit yang

(51)

Penyakit kulit

Penyakit kulit menurut Ganong (2006: 27-28), merupakan peradangan kulit

(epidermis dan dermis) sebagai respons terhadap faktor endogen (alergi) atau eksogen

(bakteri, jamur). Gambarannya polimorfi, dalam artian berbagai macam bentuk, dari

bentol-bentol, bercak-bercak merah, lepuh, basah, keropeng kering, penebalan kulit

disertai lipatan kulit yang semakin jelas, serta gejala utama adalah gatal.

terjadi pada orang-orang yang kulitnya terlalu peka, kadang-kadang

menunjukkan sedikit gejala dan kadang-kadang dalam kondisi yang parah.

Dermatitis termasuk penyakit kulit yang menyebalkan, karena kekambuhannya, serta

penyebabnya yang sukar untuk dicari dan ditentukan. Sifat dermatitis adalah residif,

dalam artian bisa kambuh-kambuhan, tergantung dari jenisnya dan faktor pencetusnya,

maka kekambuhan bisa dihindari. Sebagai contoh Dermatitis Numularis yang

memiliki bentuk seperti koin-koin (uang logam) yang basah dan gatal, biasanya

penderita memiliki infeksi setempat berupa gigi berlubang, bila hal tersebut ditangani

dan eksim tersebut diobati, bukannya tidak mungkin kesembuhan mencapai 100%.

2.6 2. Dermatitis Kontak Akibat Kerja

Menurut Roesyanto - Mahadi (1993: 57-58) berbagai macam reaksi dapat

terjadi bila kulit terpapar dengan bahan-bahan kimia, yaitu dapat terjadi urtikaria,

akne, hipopigmentasi/ hiperpigmentasi, fotosintesis, atropi, purpura dan eksema. Bila

bahan kimia berkontak atau terpapar dengan kulit dapat terjadi DK (dermatitis kontak

iritan dan dermatitis alergik).

Dikenal dengan lebih kurang 3000 bahan sebagai alergen sedang bahan iritan

(52)

dari 2 (dua) buah yaitu: DKI dan DKA (dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak

alergik).

2.6.2.1. Dermatitis Kontak Iritan

Dermatitis kontak toksik/ iritan: terjadi akibat kulit terkena bahan yang bersifat

sebagai primary iritan. Terjadinya dermatitis tidak berdasarkan immunologi. DKI

sering akibat pemaparan yang berulang-ulang atau bersifat kumulatif pada kulit oleh

bahan-bahan kimia/fisis. Menurut Chew (1999: 201-202 ) pekerja yang terpapar

dengan minyak dan air serta bahan-bahan kimia seperti detergen lebih dari 2 (dua) jam

perhari akan memberi peluang besar terkena dermatitis iritan. Disebutkan juga bahwa

dalam kurun waktu 10 (sepuluh) minggu pekerja yang memiliki pemaparan dengan

bahan-bahan tersebut di atas akan mengalami gejala dan risiko yang lebih besar.

Iritasi tersebut sering terihat pada tangan, lengan dan permukaan kulit lainnya.

Dermatitis kontak iritan pada stadium mula-mula lebih cenderung adanya rasa

terbakar. Ada lima kategori bahan yang dapat menyebabkan DKI yaitu:

a. Sabun, detergen dan bahan-bahan pembersih lainnya.

b. Bahan pelarut (solvent).

c. Fiber glass

d. Produk-produk dari makanan

e. Lain-lain seperti misalnya plastik dan resin.

2.6.2.2. Dermatitis Kontak Alergik

Dermatitis kontak alergik adalah suatu reaksi immunologik dimana antibodi

(53)

terjadi bila bahan alergen pada pemaparan pertama pekerja tidak memperhatikan

reaksi atau perubahan pada kulit yang sensitif sehingga pada pemaparan berikutnya

baru terjadi dermatitis. Phase dimana kulit menjadi sensitif disebut juga dengan

sensitization phase.

Reaksi alergik kulit yang terjadi disebabkan oleh karena masuknya

bahan-bahan penyebab alergen ke dalam kulit dan menyebabkan peradangan pada cell.

Dermatitis alergen terjadi oleh karena adanya proses degradasi antibodi dan gangguan

pada HLA-DR. Proses penyerapan bahan-bahan alergen oleh cell masuk ke dalam

lymphatics melalui pori-pori dan menyebabkan interaksi yang spesifik dengan sel T

CD4+

2.6.2.3.Hand Dermatitis

. Antigen HLA-DR komplek juga berinteraksi dengan spesifik reseptor sel T

(TCR) dan CD3 komplek.

Dermatitis kontak pada tangan merupakan kasus terbanyak dibeberapa industri

di seluruh dunia. Hasil penelitian yang pernah dilakukan dermatitis kontak pada tangan

disebabkan oleh dua faktor yaitu dermatitis kontak iritan dan dermatitis kontak

alergan. Tapi menurut Mayer (1938) kasus dermatitis kontak pada tangan sebanyak 32

– 77% bersifat persisten dan periodik. Dalam banyak kasus dermatitis kontak pada

tangan adalah disebabkan oleh reaksi alergik, dimana sensitifitas kulit berkurang.

Penelitian yang dilakukan di negara Eropah pada tahun 1996 dan 1992

ditemukan hasil bahwa penyebab terbanyak dermtitis kontak pada tangan disebabkan

(54)

disulphide 2 %, p-phenilenediamine 1 %, mercaptobenzothiazhole 25 %, formalin 2 %,

pottasium dichromate 0,5 %, alkohol 3 %, dan sisanya dari bahan lainnya.

Dari hasil pemeriksaan oleh beberapa dokter dijelaskan bahwa pada

pemeriksaan pertama hasil tes masih negatif. Sehingga banyak pasien yang datang

melakukan pemeriksaan sudah dalam kondisi dermatitis pada tingkat lanjut.

Dermatitis kontak pada tangan ini bersifat persistent atau menetap oleh karena

kondisi yang mengharuskan pekerja kontak langsung dengan bahan-bahan penyebab

alergi.

Untuk kondisi ini seharusnya harus ada tindakan hati-hati oleh para pekerja

dalam melakukan aktifitasnya. Pemeriksaan kesehatan secara rutin, higiene

perusahaan, dan peningkatan pengetahuan pekerja dalam melakukan perlindungan diri

adalah sangat penting.

2.6.3. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Penyakit Dermatitis

Menurut Adams (1982: 335-336) penyebab penyakit kulit akibat kerja sebagai

berikut:

1. Bahan bahan kontak iritan (akut dan kronis), alergen.

2. Faktor fisik dan mekanis : panas, dingin, vibrasi, friksi, tekanan.

3. Faktor biologik: infeksi (bakteri, virus, jamur), insek, kutu.

4. Dan lain-lain: perubahan pigmmen (tumor, granuloa, ulserasi).

Menurut Mathias (2001: 119-120) faktor penyebab terjadinya penyakit kulit

(55)

1. Faktor Mekanik

Gesekan, tekanan, trauma menyebabkan hilangnya barrier sehingga memudahkan

terjadinya sekunder infeksi. Penekanan kronis menimbulkan penebalan kulit

seperti kuli-kuli pelabuhan.

2. Faktor Fisik

a. Suhu tinggi di tempat kerja dapat menyebabkan miliaria, combustio,

intertrigo excoreasi.

b. Suhu terlalu rendah menyebabkan chilblains, trench foot, frosbite.

c. Kelembaban terlalu rendah menyebabkan kulit dan selaput lendir saluran

pernapasan menjadi kering dan pecah-pecah sehingga dapat terjadi

perdarahan pada kulit dan selaput lendir.

d. Radiasi electromagnetic non ionisasi seperti ultraviolet dan infra merah.

e. Kelembaban yang tinggi menyebabkan kulit menjadi basah, hal ini dapat

menyebabkan macerasi, paronychia dan penyakit jamur.

f. Kecepatan aliran udara yang lambat menyebabkan kemungkinan kontak

dengan bahan kimia dalam bentuk gas, uap, asap, kabut atau fume menjadi

lebih besar.

3. Faktor Biologik

Bakteri, virus, jamur, serangga, kutu, cacing menyebabkan penyakit kulit pada

karyawan perkebunan, rumah potong, peternakan, pertambangan, tukang cuci, dan

lain-lain.

(56)

Dijumpai pada pekerja-pekerja pengolahan karet, damar dan tembakau, pekerja

perkayuan dan perusahaan meubel.

5. Mental psikologis

Seperti hubungan kerja yang kurang baik, pekerjaan-pekerjaan yang monoton dan

faktor-faktor psikis lainnya.

6. Faktor kimia (penyebab terbanyak).

Penyakit kulit akibat kerja menurut Hetler (2002) dapat disebabkan antara lain:

A. Iritasi Primer

Bahan-bahan yang bersifat perangsang primer menyebabkan kelainan kulit

dengan cara:

1. Melarutkan lapisan sebum dipermukaan kulit sehingga kulit banyak kehilangan

air, akibatnya keseimbangan kulit terganggu menyebabkan timbulnya penyakit

kulit, misalnya sabun dan detergen.

2. Pengeringan permukaan kulit oleh bahan-bahan perangsang yang mudah

menguap menyebabkan kulit retak-retak (fissure). Hal ini menyebabkan

mudahnya masuk kuman sehingga terjadi dermatitis, misalnya oleh asam-asam

kuat atau pelarut organik.

3. Bahan kimia merusak lapisan corneum/lapisan keratin sehingga fungsi pelindung

kulit menurun dengan segala akibat-akibatnya, misalnya oleh bahan alkali dan

(57)

4. Merangsang lapisan keratin, keratin formation menyebabkan terjadinya

hyperkeratosis atau pertumbuhan ganas pada kulit, misalnya oleh arsen, teradiasi

ultraviolet.

5. Mengendapkan protein kulit sehingga terjadi koagulasi protein, misalnya oleh

logam-logam berat dan asam kuat.

6. Bahan perangsang bersifat photo sensitivity, sehingga apabila sesudah kontak lalu

kena sinar matahari, maka kerusakan kulit akan menjadi lebih berat, misalnya oleh

bahan-bahan parfum, dan senyawa hidrokarbon lainnya.

Sebanyak 70-80% dari semua penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh

perangsang primer yang menimbulkan dermatitis kontak iritasi. Berat ringannya iritasi

kulit tergantung pada: konsentrasi bahan kimia, lama pemaparan, sifat-sifat bahan

iritasi, pemakaian alat pelindung diri.

B. Sanitasi Tempat Kerja

a. Sebanyak 15-20% dari penyakit kulit akibat kerja disebabkan oleh

bahan-bahan yang bersifat alergen yang menyebabkan dermatitis kontak alergi

apabila pekerja kontak dengan bahan-bahan tersebut. Bahan-bahan alergen

menyebabkan kelainan kulit pada orang-orang yang sensitif berdasarkan

reaksi immunologik tipe IV yang berjalan lambat, biasanya gejala-gejala

klinis timbul 5 sampai 14 hari atau lebih lama setelah kontak pertama, oleh

karena itu bisa diragukan dengan reaksi iritasi lemah. Menurut Olishifski

Gambar

Gambar 2.1 : Proses Komunikasi (Liliweri,2007)
Gambar 2. Kerangka Konsep Penelitian  3. Kebersihan Diri
Tabel 3.1. Hasil Uji Validitas & Reliabilitas Kuesioner Variabel Independen
Tabel  3.3.  Definisi Operasional dan Metode Pengukuran Variabel Independen
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan : Untuk mengetahui hubungan antara dermatitis kontak nikel dengan kejadian dermatitis tangan pada pekerja salon di Kecamatan Medan Baru.. Subyek dan metode : Penelitian

Untuk mengetahuihubungan sikap responden terhadap pemakaian botol minuman berplastik di Kelurahan Tanjung Mulia Hilir, Kecamatan Medan Deli tahun 2015. Untuk

Penelitian yang dilaksankan ini berjudul “tingkat pengetahuan pekerja salon terhadap dermatitis kontak di kecamatan medan petisah kota medan pada

Pekerja laundry kiloan Kelurahan Padang Bulan yang tidak mengalami dermatitis kontak iritan namun memiliki karakteristik yang berisiko tinggi terkena dermatitis kontak

Pendapatan pengusaha tahu dikelurahan mabar yang diterima dalam waktu satu bulan diperoleh dari selisih antara penerimaan dengan total biaya yang dikeluarkan selama

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Gejala Dermatitis Kontak pada Pekerja Bengkel di Kelurahan Merdeka Kota Medan 2015.. Penelitian ini dilakukan untuk memenuhi syarat

PABRIK FOOD DIVISION PT.CHAROEN POKPHAND INDONESIA KAWASAN INDUSTRI MEDAN (KIM) MABAR, KECAMATAN MEDAN DELI SUMATERA UTARA TAHUN 2014 ”.. Skripsi ini merupakan

lingkungan sosial terhadap risiko penyalahgunaan narkoba pada anak remaja di Desa. Mabar Kecamatan