• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINJAUAN PUSTAKA

1. Pengirim pesan (sender) dan isi pesan/materi

2.1.5. Media Komunikasi

1. Ceramah

Ceramah adalah suatu penyampaian informasi yang sifatnya searah, yakni dari penceramah kepada hadirin. Pada metode ini penceramah lebih banyak memegang peran untuk menyampaikan dan menjelaskan materi penyuluhannya dengan sedikit memberikan kesempatan kepada sasaran untuk menyampaikan tanggapannya (Lunandi,1993).

Beberapa keuntungan menggunakan metode ceramah adalah murah dari segi biaya, mudah mengulang kembali jika ada materi yang kurang jelas ditangkap peserta daripada proses membaca sendiri, lebih dapat dipastikan tersampaikannya informasi yang telah disusun dan disiapkan. Apalagi kalau waktu yang tersedia sangat minim, maka ceramah inilah yang dapat menyampaikan banyak pesan dalam waktu singkat. Selain keuntungan ada juga kelemahan menggunakan metode ceramah, salah satunya adalah pesan terinci mudah dilupakan setelah beberapa lama (Lunandi,1993: 110-112) Ceramah akan berhasil apabila penceramah itu sendiri menguasai materi apa

yang akan diceramahkan.Untuk itu penceramah harus mempersiapkan diri dengan mempelajari materi dengan sistematika yang baik,lebih baik lagi kalau disusun dalam diagram atau skema serta mempersiapkan alat-alat bantu pengajaran.misalnya makalah singkat, slide, transparan, sound system, dan sebagainya.

Kunci dari keberhasilan pelaksanaan ceramah adalah apbila penceramah tersebut dapat menguasai sasaran ceramah. Untuk itu penceramah dapat melakukan hal-hal sebagai beerikut : sikap dan penampilan yang meyakinkan, tidak boleh bersikap ragu-ragu dan gelisah, suara hendaknya cukup keras dan jelas, pandangan harus tertuju ke seluruh peserta ceramah, berdiri di depan (di pertengahan), seyogyanya tidak duduk, menggunakan alat-alat bantu lihat semaksimal mungkin (Notoatmodjo,2007: 104-118)

2. Diskusi

Diskusi merupakan salah satu metode yang sering digunakan dalam proses pendidikan. Harus ada partisipasi yang baik dari peserta yang hadir. Diskuasi diarahkan pada keterampilan berdialog, peningkatan pengetahuan, peningaktan pemecahan masalah secara efisien, dan untuk mempengaruhi para peserta agar mau mengubah sikap (Kartono, 1988: 77-79). Dalam suatu diskusi para pesertanya berpikir bersama dan mengungkapkan pikirannya, sehingga menimbulkan pengertian pada diri sendiri, pada pandangan peserta diskusi dan juga pada masalah yang didiskusikan (Lunandi, 1993:109-113).

Diskusi dipakai sebagai forum untuk bertukar informasi, pendapat dan pengalaman dalam bentuk tanya- jawab yang teratur dengan tujuan mendapatkan

pengertian yang lebih luas, kejelasan tentang suatu permasalahan dan untuk menentukan kebijakan dalam pengambilan keputusan (kartono,1998). Diskusi merupakan saluran yang paling baik untuk menjaga kredibilitas pesan-pesan, menyediakan informasi, dan mengajarkan keterampilan yang kompleks yang membutuhkan komunikasi dua arah antara individu dengan seseorang sebagai sumber informasi yang terpercaya (Graff,1996: 41-47).

Dalam diskusi kelompok agar semua anggota kelompok dapat bebas berpartisipasi dalam diskusi, maka formasi duduk para peserta diatur sedemikian rupa sehingga mereka dapat berhadap-hadapan atau saling memandang satu sama lain, misalnya dalam bentuk lingkaran atau segi empat. Pimpinan diskusi juga duduk diantara peserta sehingga tidak menimbulkan kesan yang lebih tinggi. Dengan kata lain mereka harus merasa dalam taraf yang sama sehingga tiap kelompok mempunyai kebebasan/keterbukaan untuk mengeluarkan pendapat (Notoatmodjo, 2007). Selama berlangsungnya diskuasi, penilaian atau kritik tidak dibenarkan, sebab kritik akan mematikan kreatifitas (Effendi, 1992: 90-91).

Keberhasilan metode diskusi banyak tergantung dari pimpinan diskusi untuk memperkenalkan soal yang dapat perhatian para peserta, memelihara perhatian yang terus menerus dari para peserta, memberikan kesempatan kepada semua orang untuk mengemukakan pendapatnya dan menghindari dominasi beberapa orang saja, membuat kesimpulan pembicaraan-pembicaran dan menyusun saran-saran yang diajukan, memberikan bahan-bahan informasi yang cukup agar peserta sampai pada kesimpulan yang tepat.

Metode diskusi mempunyai kelemahan yaitu jika peserta kurang berpartisipasi secara aktif untuk bertukar pengalaman dan pengetahuan serta adanya dominasi pembicaraan oleh satu atau beberapa orang saja.

Diskusi membutuhkan perencanaan dan persiapan, serta terdapat banyak cara untuk memicu dan mempersiapkan struktur yang akan membantu setiap orang untuk berpartisipasi. Diskusi dapat dipicu dengan menyajikan suatu pokok masalah, sebaiknya hal yang berkontroversial (Ewless, 1994: 114-117).

Menurut Suprijanto (2008: 123-125), ada beberapa teknik yang dapat digunakan dalam diskusi kelompok, antara lain :

1. Kelompok buzz (Buzz Groups)

Pada teknik ini peserta dibagi menjadi kelompok-kelompok kecil, hasil diskusi kelompok kecil ini dilaporkan pada kelompok besar. Caranya sekretaris kelompok kecil membuat catatan tentang ide-ide yang disarankan oleh anggota kelompok dan menyiapkan kesimpulan yang akan disampaikan kepada kelompok besar setelah diskusi kelompok buzz selesai. Biasanya sesi Buzz memerlukan waktu 10 – 20 menit tergantung pada topik yang dibicarakan. Kelebihan teknik ini adalah mudah dilakukan, menjamin partisipasi semua anggota kelompok dan peserta dihadapkan pada suasana yang tidak terlalu formal, sehingga peserta lebih mudah mengeluarkan pendapat secara spontan, selain itu teman-teman sekitar dapat langsung memberi sambutan.

Pada teknik ini peserta dibagi menjadi dua kelompok, yaitu kelompok dalam dan kelompok luar. Kelompok dalam bertugas mendiskusikan sesuatu, sedangkan kelompok luar menyaksikan jalannya diskusi, tetapi boleh juga berpartisipasi dalam diskusi. Partisipasi tersebut dapat berupa pertanyaan atau menyumbangkan gagasan. 3. Teknik urun pendapat

Teknik ini digunakan dalam memecahkan suatu masalah dengan mengumpulkan gagasan atau saran-saran dari semua peserta. Dalam teknik ini tidak ada gagasan atau saran-saran dari semua peserta yang disalahkan. Semua peserta diberikan kesempatan yang leluasa untuk berbicara, mengungkapkan gagasan maupun saran-sarannya. Gagasan tersebut dicatat ketika mjuncul dari setiap peserta. Peserta kemudian dibagi menjadi beberapa sub kelompok dan membahas gagasan tersebut. Kesimpulan dari hasil diskusi ditentukan masing-masing peserta sesuai dengan pengalaman dan menurut sudut pandang mereka.

2.2. Penyuluhan

Salah satu bentuk penyampaian pesan dalam komunikasi adalah penyuluhan. Teknik pemberian penyuluhan untuk menyampaikan ide dan gagasan adalah suatu tindakan yang paling sering dilakukan oleh komunikator untuk melakukan perubahan perilaku. Penyuluhan juga sering dilakukan oleh petugas kesehatan untuk merubah perilaku pola hidup sehat.

Menurut Liliweri (2007: 34-38) penyuluhan kesehatan merupakan suatu proses yang berlangsung secara terus menerus, yang kemajuannya harus terus diamati terutama kepada mereka yang memberi penyuluhan. Pada umumnya kebutuhan akan

penyuluhan kesehatan dideteksi oleh petugas kesehatan, untuk selanjutnya ditumbuhkan rasa membutuhkan pada orang yang menerima pesan. Tujuan pendidikan kesehatan dengan metode penyuluhan adalah meningkatkan pengetahuan mereka.

Pengetahuan akan menjadi titik tolak perubahan sikap dan gaya hidup mereka. Pada akhirnya yang menjadi tujuan pendidikan adalah perubahan perilaku pasien dan meningkatnya kepatuhan yang selanjutnya akan meningkatkan kualitas hidup. Untuk meningkatkan pengetahuan dapat dilakukan perubahan dengan memberikan pendidikan kesehatan.

Menurut Notoatmodjo (2003: 56-59) pengetahuan merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadi setelah seseorang melakukan penginderaan terhadap sesuatu objek tertentu. Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang. Pengetahuan yang dicakup dalam domain kognitif mempunyai enam tahapan yaitu: tahu, memahami, aplikasi, analisis, sintesis dan penilaian kembali. Untuk dapat menjalani perilaku yang diinginkan seseorang harus melampui semua tahap tersebut. Enam tahap tersebut merupakan suatu proses yang memerlukan waktu, dan lama proses tersebut tidak sama untuk setiap orang.

Untuk tercapainya proses tersebut harus terjadi perubahan sikap mengenai materi yang disuluhkan pada mereka. Mengubah sikap pekerja bukanlah pekerjaan mudah, bahkan lebih sulit dari pada meningkatkan pengetahuan. Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap stimulus objek. Sikap sebenarnya merupakan bagian dari kepribadian. Berbeda dengan perangai yang juga

merupakan bagian kepribadian, sikap adalah kecenderungan yang tertata untuk berpikir, merasa dan berperilaku terhadap suatu referen atau objek kognitif.

Suatu sikap belum tentu akan diwujudkan dalam bentuk suatu tindakan. Untuk terwujudnya sikap agar menjadi suatu perbuatan yang nyata, diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas. Sebagai contoh seorang pasien yang telah mempunyai pengetahuan dan sikap yang baik terhadap keteraturan berolahraga, mungkin tidak dapat dijalankan perilaku tersebut karena keterbatasan waktu. Seorang pasien yang telah berniat untuk makan sesuai dengan rencana makan yang telah dibuatnya sendiri, kadang-kadang keluar dari jalur tersebut karena situasi dirumah atau dikantor yang kurang mendukung. Bila semua perilaku positif telah dilaksanakan semuanya, tentunya orang tersebut dapat dimasukkan kedalam kelompok penerima pesan dengan kepatuhan tinggi, sehingga sebagai dampak kepatuhannya dapat terkendali.

Apabila penerima pesan telah menjalankan perilaku yang diinginkan dan telah digolongkan didalam kelompok dengan kepatuhan tinggi, perilaku-perilaku tersebut harus dipertahankan. Tatap muka dengan penyuluhan tetap harus dilakukan secara teratur, walaupun frekuensinya dapat dikurangi.

Dalam penyuluhan sebelum kegiatan dilakukan terlebih dahulu harus ditetapkan apa tujuan yang ingin dicapai dari hasil penyuluhan tersebut, jadi disini harus jelas mengenai tujuan umum dan tujuan khusus yang ingin dicapai. Pada tujuan umum biasanya yang menyangkut seluruh prioritas masalah yang akan dilakukan penyuluhan kesehatan. Sedangkan pada tujuan khusus disini merupakan uraian dari

tujuan umum, ialah tujuan yang terkandung dalam setiap penyuluhan dan setiap masalah. Perumusan tujuan tersebut haruslah dalam bentuk tujuan perilaku atau behavioral objectives, yang memiliki syarat-syarat sebagai berikut:

a. Tujuan tersebut harus dapat diukur (measurable) b. Tujuan tersebut harus dapat diamati (observable)

c. Tujuan tersebut harus dapat dicapai (reachable) yang dimaksud adalah tujuan tersebut harus dapat dicapai dalam kurun waktu tertentu.

Pada penyuluhan yang menjadi target penyuluhan atau sasaran adalah selain penderita, juga keluarga maupun orang-orang disekitar penderita yang sering atau hampir setiap hari berhubungan dengan penderita. Dalam penyampaian penyuluhan perlu dilakukan dalam beberapa tahapan, misalnya dapat dibagi dalam beberapa kegiatan yang berkesinambungan, misalnya:

a. Lokakarya mini: untuk menyiapkan tenaga penyuluh.

b. Uji coba lapangan : mencoba ( try and error) sistem untuk metoda penyuluhannya.

c. Pelaksanaan kegiatan : yang dapat meliputi pembuatan dan pemasangan poster, pembuatan leaflet/booklet serta siap dibagikan, wawancara, ceramah dan sebagainya.

Sasaran langsung penyuluhan adalah masyarakat yang membutuhkan informasi tentang objek penyuluhan tetapi untuk mencapai program yang berdaya guna dan sekaligus berhasil guna, kita perlu menentukan sasaran tidak langsung yang

terdiri dari petugas kesehatan dan berbagai komunitas dimana pasien berada di dalam melakukan kegiatannya sehari-hari.

Dokumen terkait