• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian

Dalam dokumen PROGRAM STUDI PSIKOLOGI (Halaman 47-67)

Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan, peneliti memperoleh data hasil wawancara dari setiap informan. Data-data yang diperoleh kemudian dianalisis dengan membaca makna keseluruhan, mengidentifikasi unit makna, menilai unit makna untuk signifikansi psikologis, dan kemudian menyajikan data struktural. Pada tahap ini, peneliti memaparkan identifikasi unit makna dari setiap informan.

1. Informan 1 (T, 34 tahun)

a. Merasa diperlakukan secara tidak adil dalam keluarga.

Selama hidup, T merasa bahwa dirinya tidak diberi kebebasan oleh keluarga. Selama ini T hanya merasa seperti ayam yang ditaruh di dalam kandang hanya diberi makan saja dan tidak boleh mengendari motor. T pernah meminta dibelikan motor pada kedua orangtuanya namun tidak dibelikan motor. Berbeda dengan adik T, ketika si adik meminta sesuatu pasti akan selalu dibelikan.

T berpikir bahwa mungkin ada sisi baiknya kedua orangtuanya melarang dirinya melakukan banyak hal. Hal itu bisa jadi karena kedua orangtuanya

khawatir pada dirinya, pikir T. Akan tetapi, T tetap merasa bahwa dirinya diperlakukan secara tidak adil karena kondisi fisiknya yang tidak lengkap, tidak seperti adik dan kakaknya.

b. Merasa tidak diperhatikan orangtua ketika masuk rumah sakit.

Pada satu kali kesempatan, T pernah mengalami kecelakaan yang mengharuskan dirinya masuk rumah sakit untuk menjalani perawatan lebih lanjut. Pada hari di mana T mengalami kecelakaan, waktu telah menunjukkan pukul malam sehingga T meminta tolong seorang temannya, Mas Ari yang saat itu bersama dengannya untuk menghubungi keluarga di rumah. Mas Ari pun menghubungi ibu T untuk mengurusi administrasi sekaligus menjemput T pulang. Namun ibu T enggan untuk menjemput T dengan dalih sudah malam.

Alhasil, T dibantu oleh teman dan bosnya untuk keluar dari rumah sakit dan seluruh biaya administrasi juga dibayarkan oleh bos T. Kejadian ini membuat T merasa bahwa dirinya tidak hanya diperlakukan tidak adil namun juga T merasa bahwa tidak disayang oleh kedua orangtuanya.

c. Ruang gerak yang dibatasi dan kurang diperhatikan menjadi alasan informan untuk mengakhiri hidupnya.

T merasa hidupnya hanya seperti ayam yang setiap hari hanya berada di kandang dan diberi makan tanpa memiliki waktu untuk melakukan aktivitas di luar. Saat itu juga T ingin sekali dibelikan motor agar bisa beraktivitas di luar dan bertemu dengan relasinya di luar rumah, namun kedua orangtuanya tidak memberikan ijin untuk keluar sekaligus tidak membelikan T motor. Hal itu mengakibatkan T merasa penat hanya berada dalam “kurungan” dan membuat T semakin ingin mengakhiri hidup.

d. Permintaan tidak dipenuhi.

Ketika melakukan tindakan bunuh diri, yang diinginkan T hanyalah bisa pergi dari dunia ini agar tidak bisa melihat apa yang dimiliki oleh orang lain

yang tidak ia miliki. T merasa tidak tahan dengan perlakuan pilih kasih orangtuanya, hanya melihat permintaan saudara-saudaranya dikabulkan membuat T semakin merasa tertekan. T semakin ingin mengakhiri hidupnya karena merasa jika sudah mati, T tidak akan bisa melihat atau pun sekedar mendengar perlakuan yang tidak adil lagi dari kedua orangtuanya.

e. Diremehkan orang lain karena difabel.

Seringkali T merasa sedih karena selain dari keluarganya, T juga diremehkan oleh tetangga dan teman-temannya saat sekolah. Hal ini dikarenakan keadaan fisik T yang tidak sama dengan orang lain. T sudah biasa mendapatkan hinaan tersebut karena sudah ia dengar dari kecil. Hal tersebut menjadi alasan T untuk segera ingin pergi meninggalkan rumahnya. T merasa dari keluarganya saja meremehkan dirinya apalagi orang-orang di luar keluarganya.

f. Membuat sebuah perencanaan untuk bunuh diri.

Rasa sakit yang terus menerus dirasakan oleh T membuatnya mencapai pada satu titik yaitu bunuh diri. Adapun satu hari pada saat subuh, T pergi sendirian ke rel kereta api. Tujuan T saat itu hanya satu yaitu ingin menabrakkan dirinya ke arah kereta yang melaju. Sebelumnya, T sudah melihat jadwal kereta dahulu, T memilih kereta yang melaju dengan kecepatan tercepat dan melihat jam berapa kereta tersebut akan melaju.

Setelah mendapatkan semua informasi, T bergegas pergi keluar rumah dan bersiap untuk menabrakkan dirinya. Sebelum itu, T mengirim pesan kepada Bosnya untuk berpamitan dahulu. Tidak lama kemudian, muncul balasan dari Bos T yang mengatakan T jangan mati dulu karena barusan Bosnya membelikan motor untuk T dan baru akan diantar ke rumah T keesokan harinya. Bos T juga mengatakan bahwa T boleh mengendarai motornya itu dan mempergunakannya untuk mencari penghasilan. Setelah membaca pesan tersebut, T mengurungkan

niatnya untuk bunuh diri karena ingin bergegas merasakan mengendarai motor seperti yang sudah diinginkannya sedari lama.

g. Pertimbangan untuk melakukan bunuh diri.

Sebelum melakukan tindakan bunuh diri, sempat terlintas pertanyaan dalam benak T. Apakah jika dirinya benar-benar mati, akankah keluarganya bersedih? Pertanyaan itu kemudian membuat T menimbang-nimbang keputusannya untuk melakukan tindakan bunuh diri. T ingin melihat apakah keluarganya akan merasa kehilangan atau tidak.

h. Pengalaman percobaan bunuh diri

T pernah beberapa kali mencoba untuk bunuh diri dan hasilnya selalu gagal. Percoban pertama yang T lakukan adalah saat minum minuman keras bersama beberapa temannya. Kala itu, T memasukkan obat nyamuk ke dalam gelasnya dengan harapan hanya dirinyalah yang meminumnya. Namun, ternyata beberapa temannya juga meminum dari gelas yang sama alhasil mereka semua termasuk T dibawa lari ke rumah sakit. Saat di rumah sakit dan dalam keadaan setengah sadar, T mendapatkan kabar bahwa dua dari temannya meninggal diduga karena keracunan. Saat itu T bertanya-tanya mengapa bukan dirinya yang meninggal, namun ada pikiran lain yang mengatakan bahwa berarti dirinya masih diberi kesempatan hidup.

Percobaan T yang selanjutnya adalah saat T berusaha menabrakkan dirinya ke kereta api dan akhirnya membatalkan niatnya karena T diberi motor sekaligus pekerjaan oleh bosnya saat ini. Percobaan yang ketiga adalah ketika T sedang membersihkan kamar mandi, T juga meminum obat pembersih kamar mandi. Namun tindakan T diketahui oleh temannya yang merasa aneh karena tidak ada suara dari dalam kamar mandi.

i. Pengalaman percobaan bunuh diri yang membuat sadar bahwa masih diberi kesempatan hidup.

Setelah beberapa kali berusaha melakukan tindakan bunuh diri, T merasa gusar karena selalu tidak pernah berhasil untuk mati. Kegusaran itu membuat T kembali berpikir, mungkinkah dirinya masih diberi kesempatan untuk hidup? Beberapa kali percobaan dan tidak mati membuat T akhirnya berusaha untuk menghidupi hidupnya dengan lebih baik lagi dan membuat T juga percaya bahwa masih diberi kesempatan untuk menjalani kehidupan. j. Sosok teman yang membuat informan memiliki kesempatan bekerja.

Melewati banyak peristiwa yang menyakitkan, membuat T memilih pergi dari rumah dan mulai mengikuti kursus yang berada di luar kota. ketika T sudah selesai mengikuti kursus, T memiliki seorang kenalan yang adalah seorang pengurus Persatuan Penyandang Disabilitas Indonesia. Beliaulah yang memperkenalkan T pada Bosnya saat ini. T merasa sangat beruntung dapat bertemu dengan temannya itu, bagi T kalau tidak ada temannya itu maka T tidak akan mendapatkan pekerjaan hingga sekarang.

k. Mampu mengambil hal positif dari pengalaman masa lalu.

Saat ini T mengatakan bahwa dirinya merasa beruntung karena mengalami kegagalan dalam usaha mengakhiri hidupnya, karena sekarang T merasa senang sudah memiliki banyak relasi di mana-mana. Namun, T tidak pernah menyesal dengan pengalamannya dahulu saat dirinya melakukan tindakan bunuh diri. Dahulu T memang ingin mengakhiri hidupnya, maka suatu hal yang pernah ia tekadi tidak akan pernah ia sesali di kemudian hari.

l. Memiliki niat dan keinginan untuk menolong banyak orang.

T selalu ingin hidupnya berguna untuk orang lain. Sekarang ini pun, ketika T sudah memiliki pekerjaan dan kebebasan yang ia inginkan, T mempergunakannya untuk menolong banyak orang dan menambah relasi di luar lingkup kehidupannya. T juga bisa memberikan uang untuk orangtuanya dan

juga membelikan keponakannya mainan. T senang karena saat ini dirinya sudah bisa menolong banyak orang dengan apa yang dia miliki.

m. Menemukan hal positif di dalam hidup.

Sekarang ini, T sudah tidak memiliki niatan untuk mengakhiri hidupnya. T merasa hidupnya sudah jauh lebih baik dengan mengenal beberapa teman baru dan juga sudah tidak merasa “sumpek” dengan hidupnya. T sudah memiliki mobilitas yang dia impikan dan T merasa bisa berguna bagi orang lain. Semua hal itu sudah cukup untuk T dalam menjalani kehidupannya lebih lanjut lagi.

n. Memiliki harapan akan masa depan.

T memiliki sebuah harapan sederhana. T ingin membantu lebih banyak orang. Dibalik harapan kecilnya itu, tersirat harapan besar di dalamnya. T ingin orang lain tau bahwa tidak selamanya individu yang berkebutuhan khusus itu menyusahkan dan tidak bisa berguna bagi orang lain. T ingin menunjukkan bahwa dirinya dengan segala keterbatasan yang ia miliki juga bisa berguna sama seperti orang kebanyakan lainnya. T juga berharap untuk dirinya sendiri agar bisa sukses sehingga bisa lebih banyak menolong orang lain dan untuk sekarang ini, T akan “menyumbangkan” tenaganya bila ada yang membutuhkan bantuan darinya.

o. Cara untuk menenangkan diri.

T bercerita dulu jika ingin menenangkan diri, T akan mengajak beberapa temannya untuk berkumpul dan kemudian minum minuman keras. T sadar bahwa hal yang ia lakukan dahulu adalah hal yang tidak baik dan juga merusak fisiknya sendiri. Maka dari itu, jika sekarang T merasa memiliki hari yang berat maka dirinya akan memilih untuk menyandarkan diri pada Sang Pencipta. T menemukan kedamaian ketika sedang berdoa maka hal itu selalu

dilakukan T jika dirinya mengalami hari yang berat. T merasa dengan berdoa bisa membuat emosinya.

p. Mampu berpikir secara jernih tentang masalah yang sedang dihadapi. Saat ini, ketika memiliki masalah T sadar bahwa cara untuk dapat memikirkan jalan keluar dari masalahnya pertama kali dirinya harus merasa tenang terlebih dahulu. T sudah menemukan cara untuk membuat dirinya menjadi lebih tenang. Saat sudah tenang T akan mampu berpikir lebih jernih tentang apa yang sedang dialaminya dan sanggup untuk menimbang-nimbang langkah yang akan ia ambil selanjutnya.

q. Lebih percaya diri karena sudah membuat suatu pencapaian.

Sampai saat ini T masih menjadi tukang ojek bersama dengan teman-temannya yang lain di Komunitas Ojek Difabel (Ojek Difa). Menjadi tukang ojek menjadi kegiatan sehari-hari T dan hal itu membuat T amat sangat bangga pada dirinya. T merasa lebih percaya diri dengan dirinya yang sekarang karena banyak orang di luar lingkaran kehidupannya yang juga mengetahui tentang Ojek Difa bahkan beberapa dari mereka juga browsing tentang Ojek Difa. T juga merasa senang berkat Ojek Difa dia pernah diwawancarai di salah satu stasiun televisi dan merasa bahwa dirinya sangat beruntung belum tentu orang lain bisa seberuntung dirinya. Bagi T semua yang telah ia lalui ini adalah sebuah pencapaian yang berharga.

r. Keyakinan pada diri sendiri bahwa mampu menghadapi hidup.

Alasan T bergabung dengan Ojek Difa adalah T ingin merasa bisa berguna bagi orang lain dan ingin menunjukkan bahwa meskipun T memiliki kekurangan di fisiknya, dirinya mampu bekerja layaknya orang kebanyakan. T sudah sering mendengar pendapat orang lain yang mengatakan bahwa dirinya tidak bisa apa-apa dan hanya menyusahkan orang lain. T bukan pribadi yang ingin menyusahkan orang lain, maka T berusaha untuk membuktikan bahwa

dirinya juga pribadi yang berguna. T yakin akan kemampuan dirinya sendiri, meskipun baginya saat ini ia baru memiliki tenaga saja untuk menolong.

Bergabung dengan Ojek Difa menjadi sebuah pencapaian bagi T karena hal yang ia kerjakan berguna bagi orang lain. T senang ketika mengetahui ternyata ada banyak orang yang membutuhkan dirinya, T juga senang ketika dipercaya bisa melakukan suatu hal dan T juga berharap ke depannya semakin banyak orang yang bisa mempercayai dirinya. Keyakinan yang dimiliki T bisa dia capai dengan sekarang ini banyak-banyak membantu orang yang membutuhkan pertolongannya.

s. Mampu melihat hidup sebagai anugerah.

Sekarang T merasa bahwa hidup adalah sebuah anugerah yang diberikan oleh Tuhan pada dirinya. T mengaku bahwa dulunya, ia memandang hidup sebagai suatu hal yang menyebalkan. T mulai bisa menerima kehidupan yang dijalaninya. Ketika ada masalah maupun tidak ada masalah, bagi T kehidupan harus terus berjalan, karena sejatinya kehidupan tidak bisa lepas dari masalah tinggal bagaimana cara memandangnya saja.

2. Informan 2 (L, 19 tahun)

a. Pemikiran bahwa harus selalu terlihat baik di mata orang lain.

L dididik sedari kecil, bahwa orang lain akan menilai setiap apa yang dilakukannya. Maka L sudah menanamkan pikiran, bahwa ia harus menuruti perkataan orang lain karena didikan itu. Akan tetapi, hal tersebut membuat L menjadi pribadi yang merendahkan dirinya sendiri. L memandang dirinya sebagai orang yang tidak berguna jika tidak bersama orang lain. L juga merasa harus selalu menyenangkan hati setiap orang yang sedang berada bersama dirinya. Lebih baik perasaannya tersakiti dari pada ia harus menyakiti orang lain,

itulah isi pikiran L. Maka, L akan berusaha menampilkan diri yang paling baik di mata orang lain.

b. Pemikiran bunuh diri yang diawali dengan merasa diri tidak berguna. Sedari kecil, L tidak pernah ada pemikiran untuk mengakhiri hidupnya. L hanya terus berpikir bahwa dia adalah orang yang tidak berguna dan merasa dirinya tidak pantas diberi kesempatan hidup karena ia tidak ada nilainya. L selalu membandingkan dirinya dengan kedua adiknya yang ia anggap sangat pintar melebihi dirinya. Seringkali L bertanya-tanya untuk apa dia menjadi seorang kakak jika tidak bisa sehebat kedua adik kandungnya. Meskipun L tidak memiliki pemikiran untuk mengakhiri hidupnya, dengan terus memiliki pikiran bahwa dirinya tidak berguna membuat L bertanya-tanya tentang apa gunanya ia hidup dan apa gunanya ia menjadi seorang kakak.

c. Dimarahi dan dihukum orangtua menumbuhkan perasaan gagal dan ingin mati.

Setiap L mendapatkan nilai yang dianggap jelek oleh Bapaknya, L selalu dimarahi dan diberi hukuman. Namun ada satu kali kejadian yang membuat L merasa sangat gagal menjadi anak. Kejadian itu terjadi ketika nilai ulangan L keluar dan didapati Bapak L bahwa nilai L sangat jelek (bagi Bapak L). L mengaku, bahwa masa-masa itu L memang sering bolos les karena merasa jenuh dengan kegiatannya yang padat. L ingin bisa memiliki waktu luang untuk bermain bersama binatang peliharaannya. Bapak L yang marah waktu itu kemudian mengusir L sambil melemparinya barang-barang. Akibatnya L tidur di luar selama beberapa hari. Hal itu membuat L merasa dirinya adalah sebuah kegagalan karena Bapak L juga meneriakinya bahwa L adalah anak yang bodoh. L merasa sangat sedih waktu itu dan mulai tumbuh sebuah pemikiran ingin mengakhiri hidupnya.

Setelah kejadian tidur di luar rumah, L tidak diajak berinteraksi oleh kedua orangtuanya selama beberapa hari. L merasa sangat sedih dan merasa tidak berguna karena hal tersebut sangat menyakitkan baginya. Kemudian, ada satu hari di mana keluarga L makan di luar rumah namun hanya L yang tidak diajak. Orangtua L sengaja menghukumnya dengan cara yang seperti itu. Namun, hukuman itu membuat L semakin merasa diri tidak berguna dan selalu terngiang-ngiang keinginan untuk pergi dari dunia ini.

Tanpa perencanaan dan pikir panjang lagi, L segera loncat keluar dari jendela kamarnya. Kebetulan kamar L terletak di lantai dua rumah, sehingga cukup tinggi untuk L melompat keluar. Tetapi, ketika L melompat keluar ia tidak langsung jatuh ke bawah. Ada atap kecil yang membuat L tersangkut dan jatuh menggelinding ke bawah. Akibatnya kaki L sebelah kanan patah tulang dan L masih hidup.

e. Perasaan saat gagal mati dalam bunuh diri.

Saat L mengetahui bahwa dirinya belum meninggal setelah melompat dari jendela, L merasa sangat hampa. L masih mengingat perasaannya saat itu. Rasanya seperti perasaan sedih yang teramat kosong. Saat itu L merasa sudah tidak bisa merasakan apa pun, entah itu marah atau pun sedih sudah tidak bisa ia rasakan. L berpikir bahwa saat itu pun ia tetap tidak bisa menyalahkan orang lain, L merasa ini semua tetaplah kesalahannya karena ia yang memilih melakukan semua ini. Ketimbang sedih atau marah, L malah merasa menyesal mengapa ia tidak sekalian mati saja malah harus menanggung luka yang membekas di kaki kanannya.

f. Pengalaman dibully.

Sewaktu bersekolah, L pernah menjadi korban bullying. Bukan hanya verbal namun juga fisik. Awal mulanya adalah saat sekolah dasar, L bercerita bahwa dirinya sangat gemuk menyerupai bola maka teman-temannya

memanggilnya dengan julukan “ Liyu Megalodon” dari Hiu Megalodon yang artinya hiu raksasa atau besar. Ditambah, L mengalami pubertas yang lebih dahulu dibandingkan teman-temannya yang lain, maka L mendapatkan jerawat lebih dahulu juga. Hal itu menyebabkan teman-temannya menjulukinya si totol karena jerawatnya itu.

L yang tidak melawan sedikit pun diperlakukan seperti itu, membuat semua temannya menjadi-jadi. Tidak lagi hinaan verbal, namun L pernah didorong di tangga hingga jatuh dan terluka. Namun L masih tetap diam saja karena ajaran orangtuanya dari kecil yang melarang L untuk bertindak macam-macam dikarenakan orang lain memperhatikannya. L juga tidak melaporkan kejadian ini pada guru atau pun orangtuanya karena L berpikir hal tersebut tidak akan mengubah keadaannya.

g. Pengalaman percobaan bunuh diri saat SMA.

Pengalaman percobaan bunuh diri L tidak hanya sekali saja, sewaktu SMA L pernah beberapa kali mencoba untuk mengakhiri hidupnya lagi. L pernah masuk ke dalam suatu lingkaran pertemanan yang menurutnya tidak sehat. Dalam lingkaran itu, L menjadi pihak yang inferior dan selalu disalahkan. Pernah satu kali L dituduh melakukan suatu kesalahan yang itu bukan salah L. Selain itu, L masih sering dihina karena tubuhnya yang gemuk. Hal ini membuat L pernah selama beberapa hari tidak makan dan akhirnya jatuh sakit. L ingin bisa mati pelan-pelan karena tidak makan. Namun akhirnya L sadar bahwa hal tersebut bukan jalan yang terbaik maka L menghentikan aksi mogok makannya itu.

Saat SMA L tinggal jauh dari orangtuanya, karena L memilih untuk bersekolah di luar kota. Meskipun sudah tinggal jauh dari orangtua, L selalu merasa bahwa dirinya masih selalu dikekang. Setiap kali orangtuanya selalu menghubunginya sampai-sampai L merasa tidak memiliki waktu untuk dirinya

sendiri. Suatu kali sewaktu pulang sekolah L pernah ingin pergi ke suatu toko buku, namun Mamanya menelponnya dan menceramahinya macam-macam sehingga L membatalkan niatnya untuk ke toko buku. Waktu itu hujan sedang turun, L yang membawa motor kemudian kembali teringat akan pikirannya untuk hilang dari dunia. Hal itu spontan membuat L menarik gasnya dengan kencang dan menabrak palang kereta api. Namun sekali lagi L tidak mati, melainkan terluka.

h. Perubahan pandangan.

Setelah melakukan beberapa percobaan bunuh diri namun tidak berhasil, L mulai memikirkan ulang sebenarnya apa yang di inginkannya. L beranggapan bahwa apa yang diinginkannya hanyalah menjauh dari dunia yang baginya jahat ini. L masih ingin melakukan banyak hal. L hanya ingin menunjukkan kepada semua orang bahwa dirinya berani melakukan tindakan ini dan juga ingin melihat kesedihan orang-orang yang ditinggalnya.

Setelah melakukan beberapa tindakan bunuh diri, L sadar bahwa ia masih harus menjalani kehidupannya. L juga sadar bahwa setiap hidup pasti penuh dengan cobaan dan banyak hal berat yang harus dilalui. L memutuskan untuk mengubah cara pandangnya tentang hidup dan percaya akan ada rencana indah untuk hidupnya.

i. Kemampuan menghadapi situasi sulit dan dapat mengekspresikan emosi dengan lebih baik.

Sekarang ini L sudah menemukan cara untuk menenangkan dirinya ketika dihadapkan dengan sebuah masalah yaitu dengan mendengarkan lagu. Lagu yang akan didengarkan L adalah lagu dari grup idolanya. Saat mengalami masalah, L selalu merasa sendirian dan hanya mendengarkan lagu dari grup idolanya itu. Maka dari itu, sampai sekarang L menganggap idolanya itu adalah penyelamat hidupnya. Bagi L dengan mendengarkan lagu tidak akan ada yang

menilai dirinya salah atau benar, dengan begitu L jadi bisa berpikir dengan lebih jernih, lebih tenang sehingga mendapatkan cara untuk menyelesaikan masalahnya.

Selain dengan mendengarkan lagu, L juga mampu mengungkapkan perasaannya melalui kegiatan menggambar. Bagi L, menggambar adalah media untuk dirinya bercerita. L adalah pribadi yang jarang dan bahkan hampir tidak pernah menceritakan masalahnya pada orang lain. L lebih suka mengolah masalahnya sendirian, dengan mendengarkan lagu dan menggambar cukup membantu L dalam menenangkan diri dan mengolah emosinya ketika sedang mendapatkan masalah.

j. Keyakinan bahwa akan memiliki masa depan yang lebih baik.

Beberapa kali melakukan percobaan bunuh diri dan selalu gagal membuat L berpikir bahwa dirinya akan memiliki sebuah kesempatan baik di masa yang akan datang. L juga meyakini bahwa bunuh diri bukan satu-satunya jalan keluar dari masalahnya, karena sekarang L sudah tau bagaimana cara menghadapi dirinya sendiri ketika mendapatkan suatu masalah. Dengan keyakinan yang baik akan masa depan, membuat L menjadi pribadi yang berani mencoba banyak hal baru dan melakukan aktifitas baru yang belum pernah ia kerjakan.

k. Mengoptimalkan kemampuan diri.

Saat ini, L sudah berkuliah di salah satu universias swasta. Kegiatan L selain perkuliahan akademik adalah mengikuti beberapa klub dan kegiatan. L pun mencoba bergabung dengan salah satu klub yang sama sekali jauh berbeda dengan dirinya di masa lalu. L memiliki anggapan bahwa klub barunya ini berdampak positif karena bisa menambah pengalaman, relasi serta bisa membuat

Dalam dokumen PROGRAM STUDI PSIKOLOGI (Halaman 47-67)

Dokumen terkait