• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGAJUAN HIPOTESIS

B. Hasil Penelitian yang Relevan

Berikut dipaparkan beberapa hasil penelitian yang berkaitan dengan judul penelitian, diantaranya adalah:

Penelitian Arifah Purnamaningrum, dkk., yang berjudul “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”. Hasil penelitian di kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012 menunjukkan bahwa penerapan PBL dapat meningkatkan kemampuan berpikir kreatif biologi. Peningkatan kemampuan berpikir kreatif biologi tersebut meliputi kemampuan berpikir lancar (fluency), kemampuan berpikir luwes (flexibility), keaslian (originality), kemampuan memerinci (elaboration), dan kemampuan evaluasi (evaluation).39

Penelitian Smarabawa, dkk., yang berjudul “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat perbedaan pemahaman konsep biologi dan keterampilan berpikir kreatif antara kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran sains teknologi masyarakat dan kelompok siswa yang belajar menggunakan model pembelajaran langsung. Hasil ini menunjukan bahwa terdapat pengaruh model pembelajaran STM terhadap keterampilan berpikir

39

Arifah Purnamaningrum, dkk, “Peningkatan Kemampuan Berpikir Kreatif Melalui

Problem Based Learning (PBL) Pada Pembelajaran Biologi Siswa Kelas X-10 SMA Negeri 3 Surakarta Tahun Pelajaran 2011/2012”, Jurnal Pendidikan Biologi, Vol. 4, No. 3, 2012, h. 42.

kreatif siswa. Skor rata-rata aspek keterampilan berpikir kreatif siswa yang meliputi kelancaran (fluency), keaslian (originality), keluwesan (flexibility), dan berpikir elaborasi (elaboration) menunjukkan hasil yang lebih tinggi pada model pembelajaran STM dibandingkan model pembelajaran langsung.40

Penelitian Ida Bagus Putu Arnyana yang berjudul “Pengaruh Penerapan Strategi Pembelajaran Inovatif Pada Pelajaran Biologi Terhadap Kemampuan Berpikir Kreatif Siswa SMA”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa kelompok siswa yang belajar dengan strategi-strategi pembelajaran inovatif, yaitu strategi kooperatif GI (Group Investigation), PBL (Problem Based Learning), dan Inkuiri menunjukkan kemampuan berpikir kreatif berada pada kategori baik, sementara kelompok siswa yang belajar dengan model DI (Direct Instruction) berada pada kategori sedang. Hasil uji statistik kelompok siswa yang belajar dengan strategi kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri tidak menunjukkan perbedaan yang signifikan dalam meningkatkan kemampuan berpikir kreatif siswa yaitu rata-rata persentase keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok GI 73,57%, kelompok PBL 75,03%, dan kelompok inkuiri 74,48%. Kelompok siswa yang belajar dengan strategi kooperatif GI, PBL, dan Inkuiri, secara signifikan memiliki kemampuan berpikir kreatif lebih baik dibandingkan dengan kelompok siswa yang diajarkan dengan model DI, karena hasil persentasi keberhasilan kemampuan berpikir kreatif siswa kelompok DI hanya 55,05%.41

Penelitian Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra yang berjudul “Kemampuan berpikir kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui

Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA

SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa model pembelajaran Problem Based Learning (PBL) dalam pembelajaran biologi menunjukkan hasil yang lebih baik dalam hal kemampuan berpikir kreatif, penguasaan konsep dan hasil belajar siswa kelas XI IPA SMAN 2

40

IGBN Smarabawa, IB Arnyana, dan IGAN Setiawan, “Pengaruh Model Pembelajaran Sains Teknologi Masyarakat Terhadap Pemahaman Konsep Biologi dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA”, e-Journal Program PascasarjanaUniversitas Pendidikan Ganesha, Vol. 3, 2013, h. 9-10.

41

Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011. Berdasarkan tes kemampuan berpikir kreatif siswa yang telah dilakukan, rata-rata persentase kemampuan berpikir kreatif siswa pada kelas eksperimen sebesar 69,40%, sedangkan di kelas kontrol sebesar 56,60%. Walaupun kedua rata-rata kelas tersebut dalam kategori kurang, namun jika dilihat dari nilai masing-masing indikator, nilai kelas eksperimen lebih tinggi dibandingkan dengan kelas kontrol. Setelah diuji menggunakan uji inferensial yaitu uji-t maka didapat thitung (12,28) > ttabel (1,67), dari hasil ini dapat dijelaskan

bahwa terdapat perbedaan kemampuan berpikir kreatif siswa secara signifikan antara kelas eksperimen dan kelas kontrol.42

Penelitian Oka Saputra, Nurjannah dan Jusman Mansyur yang berjudul “Pengaruh Problem Based Learning Menggunakan Praktikum Alat Sederhana Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Negeri 7 Palu”. Pada penelitian ini hasil analisis data menunjukkan bahwa skor rata-rata tes awal sebesar 7,8 dan skor rata-rata tes akhir sebesar 13,0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa penerapan Problem Based Learning menggunakan praktikum alat sederhana dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif. Pada kelas yang diteliti setiap aspek keterampilan berpikir kreatif mengalami peningkatan dan berada dalam kategori sedang baik aspek elaborasi dan fleksibilitas.43

Penelitian N. W. Heni Desianti, dkk., yang berjudul “Pengembangan Perangkat Pembelajaran IPA dengan Setting Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMP”. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa pengembangan perangkat pembelajaran IPA dengan setting STM efektif untuk meningkatkan keterampilan proses sains dan keterampilan berpikir kreatif siswa. Keterampilan berpikir kreatif siswa setelah belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA setting STM yang dikembangkan lebih baik daripada

42

Wan Syafi’i, Evi Suryawati dan Ardiyas Robi Saputra, “Kemampuan berpikir kreatif dan Penguasaan Konsep Siswa Melalui Problem Based Learning (PBL) dalam Pembelajaran Biologi Kelas XI IPA SMAN 2 Pekanbaru Tahun Ajaran 2010/2011”, Jurnal Biogenesis, No. 1, Vol. 8, 2011, h. 4-7.

43

Oka Saputra, Nurjannah dan Jusman Mansyur, “Pengaruh Problem Based Learning

Menggunakan Praktikum Alat Sederhana Terhadap Keterampilan Berpikir Kreatif Siswa SMA Negeri 7 Palu”, Jurnal Pendidikan Fisika Tadulako (JPFT), No. 2, Vol. 2, h. 41.

keterampilan berpikir kreatif siswa sebelum belajar dengan menggunakan perangkat pembelajaran IPA setting STM yang dikembangkan. Besarnya rata-rata peningkatan (gain score) sebesar 0,44, nilai ini berada pada rentang 0,7<g>0,3 yang berarti rata-rata peningkatan keterampilan berpikir kreatif siswa adalah sedang. Secara umum, dimensi keterampilan berpikir kreatif yang paling banyak mengalami peningkatan adalah berpikir lancar, berpikir luwes, dan berpikir orisinil.44

Penelitian Elnetthra Folly Eldy dan Fauziah Sulaiman yang berjudul “The Role of PBL in Improving Physics Students’ Creative Thinking and Its Imprint on

Gender”. Penelitian ini menunjukkan rincian skor siswa pada kriteria berpikir

kreatif dari temuan sebelumnya dari uji analisis Kreatif-Kritis analisis YanPiaw setelah dilaksanakan dengan PBL online. Hasil uji TTCT menunjukkan kelancaran berada pada skor tertinggi dengan 29,15 dan skor orisinal berada paling rendah dengan skor rata-rata 2,59. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa ada perbedaan yang signifikan antara nilai rata-rata keseluruhan pria dan wanita. Pola yang sama ditemukan pada setiap kriteria untuk penelitian berpikir kreatif dengan melihat jenis kelamin, bahwa laki-laki memiliki skor tertinggi dibandingkan wanita pada empat kriteria utama (yaitu kelancaran, fleksibilitas, orisinalitas, elaborasi) di TTCT.45

Penelitian Halizah Awang dan Ishak Ramly yang berjudul “Creative Thinking Skill Approach Through Problem Based Learning: Pedagogy and

Practice in The Engineering Classroom”. Hasil penelitian ini menunjukkan

bahwa keseluruhan kreativitas siswa ditandai terutama oleh dua komponen berpikir kreatif yaitu orisinalitas dan kelancaran. Siswa yang mencapai skor tinggi pada orisinalitas memiliki kemampuan untuk menghasilkan ide-ide yang tak terduga. Skor tertinggi pada kelancaran menunjukkan bahwa siswa mampu menghasilkan sejumlah besar ide-ide dalam menanggapi situasi pemecahan masalah. Skor fleksibilitas didefinisikan bahwa sebagian besar siswa tidak

44

Desianti, op. cit., h. 9-10.

45

Elnetthra Folly Eldy dan Fauziah Sulaiman, “The Role of Improving Physics Students’ Creative Thinking and Its Imprint on Gender”, International Journal of Education and Research, No.6, Vol.1, 2013, h. 10.

fleksibel dalam belajar dan mengakuisisi konsep. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Pendekatan pembelajaran berbasis Masalah dapat meningkatkan keterampilan berpikir kreatif siswa dibandingkan dengan pendekatan konvensional.46

Penelitian Nuray Yörük, Inci Morgil, Nilgün Seçken yang berjudul “The Effects of Science, Technology, Society, Environment (STSE) Interactions on

Teaching Chemistry”. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Pada SMP

Vocational, rata-rata nilai pretest kimia dari kelompok eksperimen adalah 9,97 dan hasil nilai pretest kimia kelompok kontrol adalah 13.46. Pada SMP Anatolia, rata-rata nilai pretest kimia dari kelompok eksperimen ditemukan menjadi 21,82 dan kelompok kontrol ditemukan menjadi 24,08. Menurut hasil analisis kovarians dari nilai posttest kimia, skor kelompok eksperimen rata-rata 27,43, skor rata-rata untuk kelompok kontrol adalah 23,71. Kelompok eksperimen, yang diajarkan dengan STSE, menunjukkan peningkatan penting dalam nilai rata-rata dan perbedaan ini secara statistik signifikan. Berdasarkan penelitian tersebut dapat diketahui bahwa pendekatan STSE bisa diidentifikasi sebagai metodologi pengajaran produktif bagi siswa dengan melihat peningkatan tingkat pencapaian kelompok perlakuan yang diamati menjadi lebih tinggi.47

Dokumen terkait