• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II LANDASAN TEORI

3) Materi Jenis dan Besar Sudut

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.2.1Penelitian yang Berkaitan dengan Persepsi

Penelitian yang berkaitan dengan persepsi dilakukan oleh Setianingsih (2013) mengenai deskripsi persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah. Hasil penelitian yang telah dilakukan terdiri dari 5 kategori pendampingan orang tua yaitu kategori sangat optimal, kategori optimal, kategori cukup optimal, kategori kurang optimal, kategori tidak optimal. Menurut persepsi siswa, tingkat pendampingan orang tua dalam belajar di rumah masuk pada kategori optimal. Adanya pendampingan orang tua dalam belajar siswa di rumah akan membantu kesulitan siswa, sehingga siswa mampu mengatasi kesulitan yang dihadapi. Ada salah satu orang tua yang tidak membantu siswa dalam mengatur jadwal belajarnya sehingga masuk dalam kategori rendah. Terlihat pada siswa yang memiliki persepsi bahwa orang tua dalam mendampingi siswa kurang optimal. Hasil penelitian tersebut, diharapkan membuat orang tua semakin sadar dan mengoptimalkan pendampingan siswa dalam belajar di rumah. 2.1.2.2Penelitian yang Berkaitan dengan Sudut

Penelitian yang berkaitan dengan sudut dalam pembelajaran Matematika SD antara lain Riyanto (2010); Rahayu, Budiyono, Kurniawati (2013).

Riyanto meneliti tentang peningkatan keaktifan dan kemampuan siswa dalam mengidentifikasi jenis dan besar sudut melalui metode student teams achievement division (STAD) pada peserta didik kelas 3 SD. Hasil penelitian terhadap penggunaan metode Student Teams Achievement Division (STAD) mampu meningkatkan keaktifan peserta didik. Data yang diperoleh pada siklus I dan siklus II menunjukkan peningkatan keaktifan peserta didik saat pembelajaran. Selain itu, hasil belajar peserta didik pada materi mengidentifikasi jenis dan besar sudut (nilai ketuntasan minimal adalah 60) dengan menggunakan metode Student

14 Teams-Achievement Divisions (STAD) secara terus menerus pada siklus pertama dan kedua terjadi peningkatan. Ada peningkatan presentase peserta didik pada setiap siklus. Kondisi awal yang hanya 47,3% (9 peserta didik tuntas dari 19 peserta didik) meningkat menjadi 63,2% (12 peserta didik tuntas dari 19 peserta didik), kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 78,9% (15 peserta didik tuntas dari 19 peserta didik). Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap siklus, dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan keaktifan peserta didik kelas III SD N Wonorejo tahun ajaran 2009/2010 saat pembelajaran mengidentifikasi jenis dan besar sudut menggunakan metode Student Teams-Achievement Divisions (STAD).

Rahayu, N.S., Budiyono, Kurniawati, I., (2013) meneliti tentang eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model problem solving pada sub materi besar sudut-sudut, keliling dan luas segitiga ditinjau dari aktivitas belajar matematika siswa kelas VII semester II. Hasil yang diperoleh yaitu siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik daripada siswa yang aktivitas belajar matematikanya sedang dan rendah. Pada pembelajaran yang menggunakan model problem solving, siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang sedang dan rendah. Sedangkan pada pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang sedang, siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang rendah. Kesimpulan dari penjelasan tersebut adalah bahwa model pembelajaran Problem Solving sama baiknya dengan model pembelajaran konvensional pada materi besar sudut-sudut, keliling dan luas segitiga.

2.1.2.3Penelitian yang Berkaitan dengan Alat Peraga Matematika

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan alat peraga matematika adalah yang dilakukan oleh Kusumarita (2009) mengenai ekperimentasi

15 pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga pada pokok bahasan bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas IX SMP. Hasil penelitian diperoleh dari hipotesis pertama, kedua, dan ketiga. Hipotesis pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa yang menggunakan alat peraga lebih baik daripada siswa yang menggunakan metode pembelajaran konvensional. Pada hipotesis yang kedua mengatakan bahwa prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki aktivitas belajar tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang dan rendah. Terdapat faktor aktivitas belajar siswa yang terdiri dari tiga kelompok, maka untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika berdasarkan faktor aktivitas belajar siswa dilakukan uji komparasi ganda. Sedangkan pada hipotesis yang ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa terdapat interaksi metode pembelajaran matematika dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Nilai uji yang diperoleh adalah Fab=1,232 yang lebih kecil dari nilai F0,05; 2; 227=3,00 (H0ab tidak ditolak). Hal ini berarti tidak ada interaksi metode pembelajaran matematika dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar matematika. Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan konvensional konsisten pada masing-masing tingkat aktivitas belajar dan perbedaan antara masing-masing tingkat aktivitas belajar konsisten pada setiap metode pembelajaran.

2.1.2.4Penelitian yang Berkaitan dengan Alat Peraga Montessori

Penelitian yang terkait dengan alat peraga Montessori adalah yang dilakukan oleh Putri (2013). Putri (2013) mengembangkan alat peraga ala Montessori untuk keterampilan geometri matematika kelas III. Penggunaan alat peraga Montessori pada kelas III menghasilkan kesan menarik pada siswa, karena siswa menjadi mudah memahami materi yang diajarkan, siswa juga senang ketika dapat menentukan sendiri warna yang sesuai dengan keinginannya untuk digunakan dalam kegiatan pembelajaran, siswa juga merasa senang ketika dapat memberikan contoh dengan benar mengenai penggunaan alat peraga yang digunakan kepada temannya. Wali kelas III juga mengomentari penggunaan alat peraga. Alat peraga yang digunakan membuat siswa memperhatikan kegiatan

16 pembelajaran dengan menggunakan papan pasir bangun datar. Kemampuan alat peraga yang dikembangkan mampu membuat prestasi anak dalam memahami materi meningkat. Validasi yang dilakukan oleh pakar pembelajaran matematika, pakar alat peraga matematika, guru kelas III A SDN Tamanan I, dan 6 siswa kelas III A SDN Tamanan I menghasilkan sebuah penilaian yaitu alat peraga papan pasir bangun datar telah memenuhi kriteria kelayakan yang sangat baik digunakan sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran bangun datar matematika.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas hanya berakhir pada persepsi secara kuantitatif, belum ada deskripsi lebih lanjut mengenai persepsi tersebut. Peneliti belum menemukan penelitian yang membahas mengenai persepsi terhadap penggunaan alat peraga berbasis Montessori pada materi jenis dan besar sudut di Sekolah Dasar. Peneliti ingin memberikan pengetahuan baru mengenai penggunaan alat peraga sudut berdasarkan penelitian yang dilakukan. Apabila penggunaan alat peraga geometric stick box mendapatkan apresiasi dari berbagai pihak, maka alat peraga geometric stick box dapat dikembangkan lagi untuk penelitian selanjutnya. Penelitian yang terdahulu menjadi dasar adanya penelitian ini, seperti yang terangkum dalam literature map berikut:

17

Gambar 2.3 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan

Dokumen terkait