• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA UNTUK JENIS DAN BESAR SUDUT BERBASIS METODE MONTESSORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA UNTUK JENIS DAN BESAR SUDUT BERBASIS METODE MONTESSORI"

Copied!
167
0
0

Teks penuh

(1)

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA

UNTUK JENIS DAN BESAR SUDUT BERBASIS METODE

MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Maria Prasetyaningrum

101134091

PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

PERSEPSI GURU DAN SISWA TERHADAP ALAT PERAGA

UNTUK JENIS DAN BESAR SUDUT BERBASIS METODE

MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun Oleh: Maria Prasetyaningrum

101134091

PPROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini saya persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang selalu memberikan Rahmat dan karunia-Nya

kepada saya.

2. Kedua orangtua tercinta, Robertus Dadi Catur dan Rita Maria yang telah

setia memberi bimbingan, doa dan dukungan sampai saat ini.

3. Kakak saya, Theodorus Gumilar yang telah mendukung saya selama ini.

4. Semua saudara yang telah banyak membantu dan mendukung saya selama

ini.

5. Sahabat dan teman-teman yang mendukung dan selalu memberikan doa

selama ini.

(6)

v HALAMAN MOTTO

Aku hendak bersyukur kepada TUHAN karena

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

Prasetyaningrum, Maria. (2014). Persepsi Guru dan Siswa terhadap Alat Peraga untuk Jenis dan Besar Sudut berbasis Metode Montessori. Skripsi. Yogyakarta: Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma.

Kata Kunci: alat peraga Montessori, jenis dan besar sudut, Matematika.

Upaya pengembangan alat peraga dan implementasi alat peraga telah banyak dilakukan. Akan tetapi, penelitian-penelitian tersebut belum mengungkap persepsi atas penggunaan alat peraga. Persepsi yang diungkapkan akan mempengaruhi seseorang dalam menggunakan alat peraga.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengungkap persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika yang berupa geometric stick box untuk siswa kelas IIIA SD semester genap. Penemuan persepsi didasarkan atas empat karakteristik alat peraga Montessori, yaitu menarik, bergradasi, auto-education, auto-correction, dan satu tambahan dari peneliti, yaitu kontekstual.

Penelitian ini menggunakan paradigma kualitatif fenomenologi. Metode ini digunakan untuk mendeskripsikan persepsi guru dan siswa kelas III atas penggunaan alat peraga geometric stick box. Narasumber penelitian ini adalah guru matematika dan tiga siswa kelas IIIA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, observasi, dan dokumentasi.

Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan antara persepsi guru dan siswa sebelum dan setelah menggunakan alat peraga Montessori. Pada awalnya, guru kurang tertarik dan merasa bahwa alat peraga Montessori mahal, tetapi bisa membantu siswa memahami materi yang diajarkan, sedangkan siswa menganggap bahwa alat peraga hanya untuk bermain. Persepsi tersebut berubah, guru menjadi tertarik menggunakan alat peraga. Guru merasa terbantu, karena menyingkat waktu untuk mengajarkan materi. Pemikiran siswa pun berubah, siswa mampu belajar secara mandiri, siswa menganggap bahwa alat peraga dapat digunakan untuk bermain sambil belajar.

(10)

ix

ABSTRACT

Prasetyaningrum, Maria. (2014). The Teacher’s and Students’ Perception on Didactic Materials to Learn Types and Angles Based on Montessori Method. Thesis. Yogyakarta: Department of Elementary School Teacher Education, Sanata Dharma University.

Key Words: Montessori didactic material, type and angle, mathematic.

A lot of efforts in developing and implementing didactic materials have been done. However, those researches have not yet revealed the perception of the use of those didactic materials. On the other hand, the revealed perception will influence someone in using the didactic materials.

This research is aimed to reveal teacher’s and students’ perception towards the use of Mathematic didactic materials in the form of geometric stick box for grade IIIA students in elementary school in the even semester. The finding of the perception is based on four elements of didactic materials of Montessori, which are interesting, having gradation, auto-education, auto-correction, and, one addition from the writer, contextual.

This research is conducted using qualitative paradigm with phenomenology

method. This method is used to describe the teachers’ and third grade students’

perception toward the use of geometric stick box. The interviewee of this research are a mathematic teacher and three third graders from Kanisius Sengkan Yogyakarta Elementary School, batch of 2013/2014. Data collection is conducted through interview, observation, and documentation.

The result of this research shows that there is a difference in the teacher’s

and students’ perception before and after using the Montessori didactic materials.

Before using the materials, the teacher was not interested enough and thought that they are costly but felt that they can help the students understand the content, whereas the students thought that the materials were only there to play for. The perception changes; the teacher becomes interested to use the didactic materials. The teacher feels that he or she is helped because the didactic materials are able

to minimise the time allocation for teaching a content. The students’ thoughts

change as well; they can learn independently and feel that the didactic materials can be used for playing as well as for learning.

Some advices for the next researchers are: to use more interviewee and to plan the better time and strategy in doing the interview. These are to be done to gain more information more accurately.

(11)

x KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus atas segala

berkat dan karunia yang telah diberikan sehingga mampu menyelesaikan skripsi

ini. Skripsi dengan judul “Persepsi guru dan siswa terhadap alat peraga untuk jenis dan besar sudut berbasis metode Montessori” disusun sebagai syarat untuk memperoleh gelar sarjana Pendidikan Guru Sekolah Dasar.

Selesainya skripsi ini tidak lepas dari bantuan beberapa pihak. Oleh karena

itu, pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih yang

sebesar-besarnya kepada :

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan rahmat dan karunia-Nya

untuk menikmati perjuangan mengerjakan skripsi.

2. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

3. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A. selaku Ketua Program

Studi S1 Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Universitas Sanata Dharma,

sekaligus sebagai Dosen Pembimbing I. Terima kasih atas kesempatan

yang telah diberikan selama proses studi yang telah membantu dan

memberikan bimbingan, saran, serta kesabaran selama penulisan skripsi

ini.

4. E. Catur Rismiati, S. Pd., M.A., Ed. D. selaku Wakaprodi PGSD.

5. Irine Kurniastuti, S.Psi., M.Psi. selaku Dosen Pembimbing II yang telah

memberikan dorongan, bimbingan, kesabaran, serta saran yang banyak

sekali membantu dari awal hingga akhir penyusunan skripsi ini.

6. Brigitta Erlita Tri Anggadewi, S.Psi., M.Psi. selaku dosen Penguji Skripsi.

7. M. Sri Wartini, selaku Kepala Sekolah SD Kanisius Sengkan yang telah

memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta.

8. Irene Widiastuti, S.Pd., selaku guru mitra SD peneliti yang telah banyak

membantu peneliti sehingga penelitian dapat berjalan lancar.

9. Siswa kelas IIIA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta, terutama untuk SY,

YG, dan KV yang telah bekerjasama dan bersedia menjadi narasumber

(12)

xi 10.Sekretariat PGSD yang telah banyak membantu dari proses perijinan

penelitian sampai skripsi ini selesai.

11.Orang Tua tercinta Robertus Dadi Catur dan Rita Maria yang sudah

mendidik anakmu sampai saat ini. Terima kasih atas segala yang telah

diberikan, doa dan bantuan material yang selalu diberikan secara tulus.

12.Kakak terkasih, Theodorus Gumilar P atas semangat dan doanya.

13.Teman-teman payung kualitatif yang selalu bekerjasama dalam

menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih atas segala masukan yang

diberikan.

14.Teman satu kelas dari awal masuk kuliah sampai semester 8 (Ima, Rangga,

Windy, Nissa, Sinta) yang sudah bersedia meminjamkan handycam dan

tripodnya untuk melakukan penelitian, serta membantu selama penelitian.

15.Teman-teman kos yang telah memberikan semangat dan dukungan selama

kuliah sampai pada penulisan skripsi ini. Terima kasih atas

kebersamaannya selama ini.

16.Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu persatu, terima kasih atas

segalanya.

Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh

karena itu, dengan segala kerendahan hati, penulis akan merasa sangat senang dan

terbantu apabila ada yang dapat memberikan kritik dan saran yang bersifat

membangun demi perbaikan skripsi yang telah dibuat ini.

(13)

xii DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

HALAMAN MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN ... vii

ABSTRAK ... viii

ABSTRACT ... ix

KATA PENGANTAR ... x

DAFTAR ISI ... xvi

DAFTAR GAMBAR ... xvi

DAFTAR TABEL ... xvi

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang Masalah ... 1

1.2 Rumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 4

1.4 Manfaat Penelitian ... 4

1.5 Definisi Operasional ... 5

BAB II LANDASAN TEORI ... 6

2.1 Kajian Pustaka ... 6

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung ... 6

2.1.1.1 Persepsi ... 6

1) Pengertian Persepsi ... 6

2) Persepsi terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Montessori .. 7

2.1.1.2 Alat Peraga ... 9

1) Pengertian Alat Peraga... 9

2) Alat Peraga Montessori ... 9

3) Ciri-ciri Alat Peraga Montessori ... 10

2.1.1.3 Matematika ... 11

1) Pengertian Matematika ... 11

(14)

xiii

3) Materi Jenis dan Besar Sudut... 12

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan ... 13

2.1.2.1 Penelitian yang Berkaitan dengan Persepsi ... 13

2.1.2.2 Penelitian yang Berkaitan dengan Sudut ... 13

2.1.2.3 Penelitian yang Berkaitan dengan Alat Peraga Matematika ... 14

2.1.2.4 Penelitian yang Berkaitan dengan Alat Peraga Montessori ... 15

2.2 Kerangka Berpikir ... 17

BAB III METODE PENELITIAN... 19

3.1 Jenis Penelitian ... 19

3.2 Setting Penelitian ... 19

3.2.2 Waktu Penelitian ... 20

3.2.3 Narasumber ... 20

3.2.4 Objek Penelitian ... 21

3.3 Desain Penelitian ... 21

3.4 Teknik Pengumpulan Data ... 23

3.5 Instrumen Penelitian... 25

3.6 Kredibilitas dan Tranferabilitas... 37

3.6.1 Kredibilitas ... 37

3.6.2 Transferabilitas ... 38

3.7 Teknik Analisis Data ... 39

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 42

4.1 Deskripsi tentang Narasumber Penelitian ... 42

4.1.1 Latar Belakang Narasumber ... 42

4.1.1.1 Guru ... 42

4.1.1.2 Siswa ... 43

4.1.2 Pandangan subjek mengenai alat peraga ... 44

4.1.3 Kefamiliaran Alat Peraga ... 45

4.1.4 Pengalaman Menggunakan Alat Peraga sebelum Pengimplementasian Alat Peraga Montessori ... 45

4.1.4.1 Guru ... 45

4.1.1.2 Siswa ... 47

4.2 Hasil Penelitian (selama dan setelah implementasi alat peraga Montessori) .. 49

4.2.1 Pengalaman Narasumber menggunakan alat perga Montessori... 49

4.2.1.1 Perasaan... 49

4.2.1.2 Kendala ... 54

(15)

xiv

4.3 Pembahasan ... 58

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN ... 63

5.1 Kesimpulan ... 63

5.2 Keterbatasan Penelitian ... 64

5.3 Saran ... 64

DAFTAR REFERENSI ... 65

(16)

xv DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Perilaku ... 8

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Perilaku Modifikasi ... 8

Gambar 2.3 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan ... 18

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 21

Gambar 3.2 Desain Penelitian dengan Modifikasi ... 22

Gambar 3.3 Teknik Pengumpulan Data ... 23

Gambar 3.4 Teknik Pengumpulan Data Modifikasi ... 23

Gambar 4.1 Wawancara dengan Guru sebelum Pemberian Alat Peraga ... 43

Gambar 4.2 Wawancara dengan Siswa sebelum Pemberian Alat Peraga ... 44

Gambar 4.3 Peneliti Memberikan Gambar Alat Peraga pada Guru ... 47

Gambar 4.4 Narasumber Ketika Pertama Kali Menggunakan Alat Peraga ... 50

Gambar 4.4 Semua Narasumber Menggunakan Alat Peraga ... 51

Gambar 4.6 Narasumber Menggunakan Alat Peraga ... 52

(17)

xvi DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 3.1 Panduan Observasi sebelum Pemberian Alat Peraga ... 28

Tabel 3.2 Pedoman Observasi Guru... 28

Tabel 3.3 Pedoman Observasi Siswa ... 28

Tabel 3.4 Panduan Wawancara sebelum Guru dan Siswa Diperkenalkan

Alat Peraga Montessori ... 30

Tabel 3.5 Panduan Wawancara untuk Guru ... 32

Tabel 3.6 Panduan Wawancara untuk Siswa ... 35

(18)

xvii DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 3.1 Kisi-kisi Observasi Guru ... 69

Lampiran 3.2 Kisi-kisi Observasi Siswa ... 70

Lampiran 3.3 Perencanaan Wawancara ... 72

Lampiran 3.4 Kisi-kisi Wawancara untuk Guru ... 73

Lampiran 3.5 Kisi-kisi Wawancara untuk Siswa ... 74

Lampiran 3.6 Perencanaan Observasi ... 75

Lampiran 4.1 Observasi Sosio-kultural ... 76

Lampiran 4.2 Observasi I Cara Guru Mengajar ... 77

Lampiran 4.3 Observasi II sebelum Pemberian Alat Peraga ... 78

Lampiran 4.4 Transkrip Observasi I Penggunaan Alat Peraga ... 79

Lampiran 4.5 Transkrip Observasi II Penggunaan Alat Peraga ... 88

Lampiran 4.6 Transkrip Observasi III Penggunaan Alat Peraga ... 95

Lampiran 4.7 Verbatim Wawancara 1 dan 2 Guru ... 99

Lampiran 4.8 Verbatim Wawancara 1 dan 2 Siswa 1 ... 110

Lampiran 4.9 Verbatim Wawancara 1 dan 2 Siswa 2 ... 124

Lampiran 4.10 Verbatim Wawancara 1 dan 2 Siswa 3 ... 135

Lampiran 5.1 Surat Izin Penelitian ... 147

Lampiran 5.2 Surat Keterangan telah Melakukan Penelitian... 148

(19)

1 BAB I

PENDAHULUAN

Pada bab I ini akan dijelaskan latar belakang dari penelitian, rumusan

masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Peneliti

akan menjelaskan secara rinci setiap sub bab yang akan dibahas.

1.1 Latar Belakang Masalah

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam dunia pendidikan adalah

bagaimana seorang pendidik mampu merancang kegiatan pembelajaran dengan

baik. Perencanaan kegiatan pembelajaran yang baik, sebaiknya memperhatikan

tahapan perkembangan siswa. Siswa sekolah dasar masih dalam tahapan

operasional konkret (Piaget dalam Uno, 2012: 131), dalam tahapan ini siswa perlu

belajar menggunakan media nyata, yang dapat memudahkan mereka untuk

memahami apa yang diajarkan. Suparno (2001: 70) mengatakan bahwa tahap

berpikir konkret ditandai dengan adanya segala hal yang kelihatan nyata atau

konkret. Siswa yang berada dalam tahapan operasional konkret masih menerapkan

logika berpikir pada barang-barang yang bersifat nyata atau konkret, belum

menerapkan logika berpikir yang bersifat abstrak.

Salah satu mata pelajaran yang dapat menggunakan media pembelajaran yang

konkret adalah Matematika. Matematika merupakan salah satu mata pelajaran

yang bersifat hitungan, dan seringkali dianggap sulit bagi siswa. Pembelajaran

yang dilakukan dengan hafalan atau mengingat, akan mudah dilupakan oleh siswa

(Heruman, 2012: 2). Hal ini sesuai dengan hasil wawancara dan observasi pada

tiga siswa. Peneliti melakukan wawancara dan observasi ini untuk mengetahui

kondisi awal subjek penelitian. Hasil wawancara terhadap tiga siswa kelas III SD

adalah bahwa siswa mengatakan menyukai matematika, tetapi terkadang sulit

memahami materi yang diajarkan oleh guru karena harus menghitung dan

menghafal. Hasil observasi kegiatan pembelajaran matematika adalah guru tidak

menggunakan alat bantu untuk mengajarkan materi, seperti alat peraga. Hasil

(20)

2 media atau alat yang dapat mempermudah pemahaman mereka. Media

pembelajaran yang dimaksud adalah alat peraga.

Upaya untuk mengembangkan alat peraga, terutama alat peraga untuk mata

pelajaran matematika telah banyak dilakukan. Penelitian pengembangan yang

dilakukan beberapa peneliti menghasilkan produk alat peraga yang memiliki

tujuan untuk membantu kegiatan pembelajaran. Seperti yang dilakukan oleh

Wijayanti (2013) yang menghasilkan alat peraga penjumlahan dan pengurangan

untuk kelas I. Penelitian yang sama mengenai pengembangan alat peraga

dilakukan oleh Rukmi (2013) yang menghasilkan produk alat peraga perkalian

berbasis Montessori. Putri (2013) juga melakukan penelitian yang sama dengan

Wijayanti dan Rukmi. Putri mengembangkan alat peraga untuk keterampilan

geometri kelas III.

Adanya penelitian pengembangan alat peraga tersebut, diharapkan guru

memulai untuk menggunakan alat peraga dengan memilih alat peraga yang tepat

untuk membantu mengajarkan materi pembelajaran. Pemilihan alat peraga untuk

pembelajaran berperan penting karena adanya kebermaknaan dalam

pembelajaran, terutama pembelajaran yang berpusat pada siswa. Pemilihan alat

peraga yang tepat, akan membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan.

Alat peraga yang dibuat tentunya memerlukan adanya evaluasi dari berbagai

pihak. Evaluasi perlu dilakukan agar alat peraga terus berkembang dan semakin

bermanfaat bagi siswa. Hasil penelitian selama ini menunjukkan bahwa

pengembangan alat peraga yang dievaluasi belum secara mendalam, karena belum

mengungkap persepsi, padahal dalam melakukan evaluasi, persepsi sangatlah

penting.

Menurut salah satu teori, yaitu teori Fazio untuk proses

perilaku (Fazio, 1989; Fazio dan Roskos-Ewoldsen, 1994). Proses

dari-sikap-ke-perilaku berlangsung seperti berikut ini. Kejadian tertentu mengaktifkan suatu

sikap. Pada saat diaktifkan, sikap tersebut akan mempengaruhi persepsi kita

terhadap objek sikap. Pada saat yang sama, pengetahuan kita mengenai apa yang

sesuai untuk situasi tertentu juga akan aktif. Bersama-sama, sikap dan informasi

(21)

3 membentuk definisi terhadap kejadian tersebut. Definisi atau persepsi ini

kemudian mempengaruhi perilaku kita.

Selama ini, penelitian mengenai persepsi terhadap penggunaan alat peraga

banyak dilakukan secara kuantitatif, belum digali lebih jelas mengenai bagaimana

persepsi seseorang dapat terbentuk dari apa yang mempengaruhi persepsinya.

Seperti penelitian yang telah dilakukan oleh Kusumarita (2009), menghasilkan

persepsi secara kuantitatif. Hasil penelitian yang dilakukan adalah terdapat

perbedaan prestasi belajar matematika antara siswa yang menggunakan metode

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga dan pembelajaran yang bersifat

konvensional pada masing-masing tingkat aktivitas belajar dan perbedaan antara

masing-masing tingkat aktivitas belajar konsisten pada setiap metode

pembelajaran. Hasil penelitian tersebut menunjukkan bahwa persepsi sangat

dibutuhkan untuk menggali informasi-informasi mengenai alat peraga yang

digunakan. Informasi yang diperoleh sangat penting untuk mengembangkan alat

peraga yang dibuat dan transfer pengetahuan yang dilakukan akan bermakna.

Penelitian ini akan mengungkap persepsi. Persepsi yang diungkap adalah

mengenai pengalaman, perasaan, kendala yang dihadapi, dan manfaat yang

diperoleh atas alat peraga yang dibuat melalui kegiatan pembelajaran. Kegiatan

pembelajaran yang dilakukan adalah bagaimana siswa menggunakan alat peraga

tersebut dan bagaimana cara siswa mengetahui materi yang diajarkan, yaitu jenis

dan besar sudut. Alat peraga yang digunakan adalah geometric stick box untuk

digunakan pada materi jenis dan besar sudut. Alat peraga yang dibuat diharapkan

akan membuat siswa terlibat aktif, karena siswa menggunakannya sendiri, dan

guru hanya bertindak sebagai fasilitator.

Penelitian ini dibatasi pada persepsi guru dan siswa terhadap penggunaan

alat peraga berbasis metode Montessori untuk jenis dan besar sudut di SD

Kanisius Sengkan Yogyakarta pada semester genap tahun ajaran 2013/2014.

Persepsi akan diungkap melalui wawancara, observasi dan dokumentasi.

Narasumber dalam penelitian ini adalah guru kelas IIIA yang juga guru mata

(22)

4 berbagai jenis dan besar sudut”. Adanya temuan persepsi selama penelitian dapat menambah wawasan baru mengenai alat peraga berbasis Montessori yang berupa

geometric stick box yang dapat digunakan juga sebagai bahan evaluasi apabila

akan mengembangkan alat peraga geometric stick box.

1.2 Rumusan Masalah

1.2.1 Bagaimana persepsi guru terhadap alat peraga untuk jenis dan besar sudut

berbasis metode Montessori di kelas IIIA SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta ?

1.2.2 Bagaimana persepsi siswa terhadap alat peraga untuk jenis dan besar sudut

berbasis metode Montessori di kelas IIIA SD Kanisius Sengkan

Yogyakarta ?

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap alat

peraga untuk jenis dan besar sudut berbasis metode Montessori di kelas

IIIA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

1.3.2 Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui persepsi guru terhadap alat

peraga untuk jenis dan besar sudut berbasis metode Montessori di kelas

IIIA SD Kanisius Sengkan Yogyakarta.

1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Teoretis

Hasil penelitian ini dapat menambah wawasan mengenai penggunaan alat

peraga Matematika berbasis Montessori. Terutama pada pembelajaran

jenis dan besar sudut dalam pembelajaran di kelas dengan menggunakan

geometric stick box yang dapat membantu siswa memperoleh kegiatan

pembelajaran yang bermakna.

1.4.2 Praktis

1.4.2.1Bagi Peneliti

Memberikan pengalaman yang sangat berharga ketika melakukan

penelitian, dapat mengetahui kelebihan dan kelemahan alat peraga yang

(23)

5 1.4.2.2Bagi guru

Penelitian ini dapat dijadikan referensi dalam menggunakan alat peraga

geometric stick box untuk membantu siswa dalam belajar Matematika di

Sekolah Dasar.

1.5Definisi Operasional

1.5.1 Persepsi adalah suatu proses dimana seseorang memberikan penilaian

terhadap informasi yang diperoleh melalui alat indera yang dimilikinya

yang kemudian diungkapkan dengan kata-kata.

1.5.2 Alat peraga berbasis Montessori adalah salah satu media pembelajaran

yang dirancang secara khusus untuk membuat anak belajar secara mandiri.

1.5.3 Materi jenis dan besar sudut adalah salah satu materi yang harus dipelajari

siswa, terutama siswa kelas 3.

1.5.4 Alat peraga geometric stick box adalah alat peraga untuk mengajarkan

materi jenis dan besar sudut yang berupa stik dengan berbagai ukuran dan

warna yang dapat membantu siswa untuk belajar secara mandiri dan

(24)

6 BAB II

LANDASAN TEORI

Pada bab ini akan membahas mengenai kajian pustaka,

penelitian-penelitian yang relevan, kerangka berpikir. Kajian pustaka membahas mengenai

teori-teori yang relevan. Penelitian yang relevan merupakan hasil penelitian yang

pernah ada sebelumnya. Selanjutnya dirumuskan dalam kerangka berpikir.

2.1 Kajian Pustaka

2.1.1 Teori-teori yang Mendukung 2.1.1.1 Persepsi

1) Pengertian Persepsi

Persepsi merupakan salah satu aspek psikologis yang ada dalam diri

individu. Persepsi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1990: 675) diartikan

sebagai tanggapan atau penerimaan secara langsung dari sesuatu hal. Rakhmat

(2007: 51) berpendapat bahwa persepsi merupakan pengamatan tentang objek,

peristiwa atau hubungan yang didapat dengan membuat kesimpulan dari

informasi-informasi yang ada dan menafsirkan pesan. Berbeda dengan yang

disebutkan dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia dan Rakhmat, Sarwono (2009:

86) menjelaskan bahwa persepsi merupakan rangsangan yang dari dunia luar yang

ditangkap oleh alat indera yang kemudian masuk ke dalam otak, dan di dalam

otak terjadi proses berpikir yang pada akhirnya terwujudlah sebuah pemahaman.

Leavitt (dalam Desmita, 2006: 107-108) memisahkan pengertian persepsi

dalam arti sempit dan dalam arti luas. Dalam arti sempit, persepsi merupakan cara

seseorang untuk melihat sesuatu; sedangkan dalam arti luas, persepsi merupakan

proses seseorang untuk memandang sesuatu atau mengartikan sesuatu berdasarkan

apa yang diketahuinya. Persepsi merupakan sebuah proses yang terikat dan ada

dalam individu terhadap apa yang diterimanya (Mozkowitz dan Orgel dalam

Walgito, 2010: 100). Persepsi akan membuat individu menyadari adanya keadaan

yang sebenarnya yang ada di sekitarnya dan keadaan diri sendiri (Davidoff dalam

Walgito, 2010: 100).

Ungkapan persepsi yang dilakukan oleh seseorang dapat berupa kata-kata

(25)

7 Setiap individu memiliki persepsi yang berbeda-beda. Hal ini dapat terjadi karena

adanya perbedaan pengetahuan (Suharnan, 2005: 24). Karena itu, jelas kiranya

bahwa yang menentukan persepsi bukanlah jenis atau bentuk rangsangan, objek

atau pengalaman seseorang (stimuli), tetapi karakteristik orang yang memberi

respon terhadap stimuli tersebut. Beberapa pendapat mengenai persepsi tersebut

dapat ditarik kesimpulan bahwa persepsi adalah proses yang yang terjadi pada

individu dalam menerima apa yang dilihat, didengar, dan dirasakan melalui alat

indera terhadap diri sendiri dan lingkungan disekitarnya.

2) Persepsi terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Montessori

Alat indera merupakan alat untuk menghubungkan individu dengan dunia

luarnya. Davidoff (dalam Walgito, 2010: 100) menerangkan adanya proses

penginderaan tersebut akan menjadi sesuatu yang berarti setelah diolah dan

diorganisasikan. Kemampuan siswa menerima apa yang dilihat, dirasakan, dan

dilakukan ada keterkaitannya dengan persepsi. Kegiatan dimana dilakukan

transfer pengetahuan akan memengaruhi kognitif siswa, terutama siswa sekolah

dasar. Siswa sekolah dasar dimana kemampuan proses berpikir untuk

mengoperasikan hal-hal yang berkaitan dengan logika masih terikat dengan objek

yang bersifat konkret (Heruman, 2012: 1). Salah satu aktivitas dari aspek kognitif

yang paling penting adalah persepsi. Persepsi yang ada dapat dipengaruhi juga

oleh suatu sikap terhadap objek dan disebabkan oleh suatu kejadian yang dapat

mempengaruhi perilakunya (Suharnan, 2005: 51).

Menurut salah satu teori, yaitu teori Fazio untuk proses

perilaku (Fazio, 1989; Fazio dan Roskos-Ewoldsen, 1994). Proses

dari-sikap-ke-perilaku berlangsung seperti berikut ini. Kejadian tertentu mengaktifkan suatu

sikap. Pada saat diaktifkan, sikap tersebut akan mempengaruhi persepsi kita

terhadap objek sikap. Pada saat yang sama, pengetahuan kita mengenai apa yang

sesuai untuk situasi tertentu juga akan aktif. Bersama-sama, sikap dan informasi

yang tersimpan mengenai apa yang sesuai atau yang diharapkan itu kemudian

membentuk definisi terhadap kejadian tersebut. Definisi atau persepsi ini

kemudian mempengaruhi perilaku kita. Berikut ini adalah bagan persepsi yang

(26)

8

Gambar 2.1 Proses Terjadinya Perilaku

Proses terjadinya persepsi ke perilaku ini peneliti modifikasi seperti

berikut ini :

Gambar 2.2 Proses Terjadinya Perilaku yang dimodifikasi

Pada kegiatan belajar mengajar, siswa mempunyai persepsi terhadap

pembelajaran yang diterapkan oleh guru dan guru juga mempunyai persepsi

terhadap keefektifan dari metode yang digunakannya. Pembelajaran matematika

yang dilakukan dengan menggunakan alat peraga berbasis Montessori relatif baru

baik bagi siswa maupun bagi guru. Siswa diharapkan secara aktif menggunakan

objek yang konkret dalam menyelesaikan permasalahan matematikanya. Jika guru

dan siswa memiliki persepsi yang positif mengenai alat peraga, maka intensi guru

Kepribadian

Kognisi

Afeksi

Sikap

Persepsi

Objek

Pengalaman Pengetahuan

Keyakinan Proses belajar

Faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh

Evaluasi

Senang/tak senang

Bertindak

Pengalaman

Persepsi

Sikap

Tindakan

kepercayaan

perilaku

(27)

9 dan siswa dalam memanfaatkan alat peraga tersebut semakin besar. Di sinilah

letak persepsi itu mulai berperan dalam proses transfer pengetahuan dengan

menggunakan alat peraga yang baru dan digunakan dalam kegiatan pembelajaran.

2.1.1.2 Alat Peraga

1) Pengertian Alat Peraga

Salah satu faktor yang mempengaruhi pencapaian hasil belajar anak adalah

penggunaan alat peraga. Alat peraga yang digunakan harus bersifat konkret agar

anak mudah memahami materi pembelajaran yang pernah diterimanya. Alat

peraga diharapkan dapat mempermudah pemahaman anak terhadap matematika.

Sudjana (dalam jurnal Aziz, Yulianti, Handayani, 2006: 95) menjelaskan

mengenai alat peraga yaitu alat yang digunakan untuk membantu guru dalam

proses belajar mengajar agar proses belajar siswa lebih efektif dan efisien.

Sementara itu, Nasution (dalam Tesis Kusumarita, 2009: 19), alat peraga adalah

alat yang digunakan oleh pendidik untuk membantu menerangkan suatu materi

kepada peserta didik sesuai dengan bahan pengajaran yang digunakan. Pengertian

alat peraga dari dua pendapat tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa alat peraga

adalah alat bantu yang dapat digunakan oleh pendidik untuk mengajarkan materi

yang sesuai dengan apa yang akan diajarkan. Alat peraga untuk kelas rendah di

Sekolah Dasar biasanya menggunakan alat peraga yang bersifat konkret, yang

disesuaikan dengan perkembangan kognitif anak yang masih dalam tahap

operasional konkret (Piaget dalam Uno, 2012: 131).

2) Alat Peraga Montessori

Alat peraga Montessori dirancang secara mendetail agar anak dapat

menggunakannya sendiri tanpa bantuan orang dewasa. Alat peraga Montessori

dirancang untuk mengembangkan kreatifitas anak dan memiliki pengendali

kesalahan agar anak dapat memperbaiki kesalahan mereka sendiri. Penggunaan

alat peraga Montessori diharapkan mampu mengembangkan pikiran matematika

anak agar mampu memahami perintah yang diberikan, urutan, abstraksi, dan

memiliki kemampuan untuk menempatkan bersama-sama tentang apa yang

diketahui sampai anak mampu menemukan hal baru secara mandiri (Lilard, 1997:

(28)

10 3) Ciri-ciri Alat Peraga Montessori

Montessori menggunakan alat peraganya dengan menggunakan metode

eksperimental berdasarkan hasil observasi dan modifikasi di sekolah yang

didirikannya yaitu di Casa dei Bambini. Montessori membuat alat peraga dengan

modifikasi bentuk dan warna yang berbeda-beda untuk satu alat peraga yang sama

(bergradasi). Montessori terus mengujicobakan dan mengembangkan alat peraga

yang dibuatnya. Alat peraga Montessori dibuat dengan warna-warna yang cerah,

mudah dimanipulasi, dan berbahan dasar kayu yang ringan dan memiliki daya

tahan yang baik. Ciri-ciri dari alat peraga Montessori adalah sebagai berikut

(Montessori, 2002: 169-175) :

a. Menarik

Pembelajaran yang dilakukan anak-anak adalah untuk mengembangkan bakat

dan potensi yang ada. Alat peraga yang menarik akan membuat anak tertarik

dan berminat untuk belajar. Anak ingin mencoba sendiri alat peraga yang ada.

Alat peraga yang diciptakan oleh Montessori memiliki warna-warna yang

cerah, berbahan kayu, dan bentuknya menarik. Alat peraga tersebut

digunakan oleh Montessori untuk pembelajaran sensorial yang berfungsi

untuk mengaktifkan seluruh indera manusia.

b. Bergradasi

Alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran Montessori menggunakan

alat indera. Alat peraga tersebut terdapat gradasi, yaitu gradasi warna, bentuk,

dan usia anak untuk membentuk konsep belajar anak.

c. Auto-correction

Alat peraga dalam metode Montessori memiliki pengendali kesalahan pada

alat peraga itu sendiri. Pengendali kesalahan tersebut dimaksudkan sebagai

penunjuk adanya kesalahan agar anak dapat mengetahui sendiri aktivitas yang

dilakukannya itu apakah benar atau salah tanpa adanya pemberitahuan oleh

orang lain.

d. Auto-education

Montessori menciptakan alat peraga yang sesuai dengan perkembangan anak.

(29)

11 oleh anak sesuai dengan keinginannya. Alat peraga juga dapat membuat anak

belajar secara mandiri.

e. Kontekstual

Dari keempat ciri alat peraga yang disebutkan oleh Montessori di atas, akan

ditambahkan satu ciri lagi oleh peneliti, yaitu kontesktual. Alat peraga yang

bersifat kontekstual ini berarti alat peraga yang dapat ditemukan atau dekat

dengan kehidupan (Komalasari, 2011: 7). Berdasarkan sejarahnya,

Montessori mulai mengembangkan sistem pembelajarannya dengan alat

peraga yang diciptakannya. Montessori menggunakan alat peraga yang

dimodifikasi dan digunakan untuk anak-anak miskin dengan material yang

ada di lingkungan sekitar. Pemanfaatan bahan-bahan yang sesuai dengan

konteks yang ada di daerah, dimana sekolah Montessori didirikan akan

menekan biaya yang dikeluarkan untuk pembuatan alat peraga. Sehingga alat

peraga Montessori tidak lagi dinilai sebagai alat peraga yang mahal dan

berkelas. Alat peraga ini dapat digunakan oleh anak-anak yang kurang

beruntung.

2.1.1.3 Matematika

1) Pengertian Matematika

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam

satuan pendidikan, termasuk di dalamnya adalah pada tingkat sekolah dasar.

Ruseffendi (dalam Heruman, 2012: 1) mengatakan bahwa matematika merupakan

bahasa simbol. Sedangkan Soedjadi (dalam Heruman, 2012: 1), berpendapat

bahwa matematika merupakan suatu objek yang memiliki tujuan yang abstrak,

bertumpu pada kesepakatan dan memiliki pola pikir yang deduktif. Matematika

merupakan suatu bidang ilmu yang menjadi alat pikir, alat berkomunikasi, alat

untuk memecahkan berbagai persoalan praktis, yang unsur-unsurnya logika,

analisis dan konstruksi, generalis dan individualitas, dan memiliki cabang-cabang

antara lain aritmetika, aljabar, geometri, dan analisis.

Penjelasan tersebut menunjukkan bahwa matematika adalah suatu bidang

ilmu yang berhubungan dengan bilangan yang digunakan untuk memecahkan

masalah matematis. Matematika pada dasarnya memiliki konsep, yaitu dari

(30)

12 intelektual anak oleh Piaget (dalam Uno, 2012: 131) dibagi menjadi empat

periode berpikir. Keempat perode berpikir tersebut adalah (1) periode sensori

motor (usia 0 sampai 2 tahun), (2) periode praoperasional (usia 3 sampai 7 tahun),

(3) periode operasional konkret (usia 7 sampai 11 tahun), dan (4) periode operasi

formal (usia 11 sampai dewasa).

2) Tujuan Matematika

Mata pelajaran matematika bertujuan agar peserta didik memiliki

kemampuan untuk (1) memahami konsep matematika, menjelaskan keterkaitan

antarkonsep dan mengaplikasikan konsep secara luwes, akurat, efisien, dan tepat

dalam pemecahan masalah. (2) Menggunakan penalaran dalam pola dan sifat,

melakukan manipulasi matematika dalam membuat generalisasi, menyusun bukti,

menjelaskan gagasan dan pernyataan matematika. (3) Memecahkan masalah yang

meliputi kemampuan memahami masalah, merancang model matematika,

menyelesaikan model dan menafsirkan solusi yang diperoleh. (4)

Mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk

memperjelas keadaan suatu masalah. (5) Memiliki sikap menghargai kegunaan

matematika dalam kehidupan, yaitu memiliki rasa ingin tahu, perhatian, dan minat

dalam mempelajari matematika, serta sikap ulet dan percaya diri dalam

pemecahan masalah (Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI, 2006: 30).

3) Materi Jenis dan Besar Sudut

Ruang lingkup matematika adalah geometri dan pengukuran (Kurikulum

Tingkat Satuan Pendidikan SD/MI, 2006: 32). Peneliti ingin meneliti salah satu

ruang lingkup tersebut, yaitu geometri. Dimana salah satu pembahasan geometri

pada mata pelajaran matematika kelas 3 SD pada semester 2 adalah jenis dan

besar sudut, dengan standar kompetensi yang ke empat, yaitu memahami unsur

dan sifat bangun datar sederhana. Sedangkan untuk kompetensi dasar yang

diambil adalah mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut.

Terdapat penjelasan-penjelasan mengenai sudut, diantaranya adalah dalam

Kamus Besar Bahasa Indonesia; Tim Bina Matematika; dan Amin & Sani. Sudut

merupakan perpotongan dari dua garis di sekitar titik potongnya (Kamus Besar

(31)

13 menyebutkan bahwa sudut merupakan daerah yang dibatasi oleh perpotongan dua

garis lurus. Lebih lanjut, Amin dan Sani (2004: 43) mengatakan pendapatnya

mengenai sudut, yaitu hasil dari perpotongan dua garis lurus. Ketiga pendapat

tersebut dapat ditarik kesimpulan bahwa sudut merupakan perpotongan dua garis

lurus yang memiliki titik ujung yang sama.

2.1.2 Hasil Penelitian yang Relevan

2.1.2.1Penelitian yang Berkaitan dengan Persepsi

Penelitian yang berkaitan dengan persepsi dilakukan oleh Setianingsih

(2013) mengenai deskripsi persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua

dalam belajar di rumah. Hasil penelitian yang telah dilakukan terdiri dari 5

kategori pendampingan orang tua yaitu kategori sangat optimal, kategori optimal,

kategori cukup optimal, kategori kurang optimal, kategori tidak optimal. Menurut

persepsi siswa, tingkat pendampingan orang tua dalam belajar di rumah masuk

pada kategori optimal. Adanya pendampingan orang tua dalam belajar siswa di

rumah akan membantu kesulitan siswa, sehingga siswa mampu mengatasi

kesulitan yang dihadapi. Ada salah satu orang tua yang tidak membantu siswa

dalam mengatur jadwal belajarnya sehingga masuk dalam kategori rendah.

Terlihat pada siswa yang memiliki persepsi bahwa orang tua dalam mendampingi

siswa kurang optimal. Hasil penelitian tersebut, diharapkan membuat orang tua

semakin sadar dan mengoptimalkan pendampingan siswa dalam belajar di rumah.

2.1.2.2Penelitian yang Berkaitan dengan Sudut

Penelitian yang berkaitan dengan sudut dalam pembelajaran Matematika

SD antara lain Riyanto (2010); Rahayu, Budiyono, Kurniawati (2013).

Riyanto meneliti tentang peningkatan keaktifan dan kemampuan siswa

dalam mengidentifikasi jenis dan besar sudut melalui metode student teams

achievement division (STAD) pada peserta didik kelas 3 SD. Hasil penelitian

terhadap penggunaan metode Student Teams Achievement Division (STAD)

mampu meningkatkan keaktifan peserta didik. Data yang diperoleh pada siklus I

dan siklus II menunjukkan peningkatan keaktifan peserta didik saat pembelajaran.

Selain itu, hasil belajar peserta didik pada materi mengidentifikasi jenis dan besar

(32)

14 Teams-Achievement Divisions (STAD) secara terus menerus pada siklus pertama

dan kedua terjadi peningkatan. Ada peningkatan presentase peserta didik pada

setiap siklus. Kondisi awal yang hanya 47,3% (9 peserta didik tuntas dari 19

peserta didik) meningkat menjadi 63,2% (12 peserta didik tuntas dari 19 peserta

didik), kemudian pada siklus II meningkat lagi menjadi 78,9% (15 peserta didik

tuntas dari 19 peserta didik). Berdasarkan data yang diperoleh dari setiap siklus,

dapat ditarik kesimpulan bahwa terjadi peningkatan keaktifan peserta didik kelas

III SD N Wonorejo tahun ajaran 2009/2010 saat pembelajaran mengidentifikasi

jenis dan besar sudut menggunakan metode Student Teams-Achievement Divisions

(STAD).

Rahayu, N.S., Budiyono, Kurniawati, I., (2013) meneliti tentang

eksperimentasi pembelajaran matematika dengan model problem solving pada sub

materi besar sudut-sudut, keliling dan luas segitiga ditinjau dari aktivitas belajar

matematika siswa kelas VII semester II. Hasil yang diperoleh yaitu siswa yang

memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar

matematika yang lebih baik daripada siswa yang aktivitas belajar matematikanya

sedang dan rendah. Pada pembelajaran yang menggunakan model problem

solving, siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki

prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan siswa yang memiliki

aktivitas belajar matematika yang sedang dan rendah. Sedangkan pada

pembelajaran yang menggunakan model pembelajaran konvensional, siswa yang

memiliki aktivitas belajar matematika yang tinggi memiliki prestasi belajar

matematika lebih baik dibandingkan dengan siswa yang memiliki aktivitas belajar

matematika yang sedang, siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang

tinggi memiliki prestasi belajar matematika yang lebih baik dibandingkan dengan

siswa yang memiliki aktivitas belajar matematika yang rendah. Kesimpulan dari

penjelasan tersebut adalah bahwa model pembelajaran Problem Solving sama

baiknya dengan model pembelajaran konvensional pada materi besar sudut-sudut,

keliling dan luas segitiga.

2.1.2.3Penelitian yang Berkaitan dengan Alat Peraga Matematika

Penelitian yang berkaitan dengan penggunaan alat peraga matematika

(33)

15 pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga pada pokok bahasan

bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari aktivitas belajar siswa kelas IX SMP.

Hasil penelitian diperoleh dari hipotesis pertama, kedua, dan ketiga. Hipotesis

pertama dalam penelitian ini menyatakan bahwa prestasi belajar matematika siswa

yang menggunakan alat peraga lebih baik daripada siswa yang menggunakan

metode pembelajaran konvensional. Pada hipotesis yang kedua mengatakan

bahwa prestasi belajar matematika pada siswa yang memiliki aktivitas belajar

tinggi lebih baik daripada siswa yang memiliki aktivitas belajar sedang dan

rendah. Terdapat faktor aktivitas belajar siswa yang terdiri dari tiga kelompok,

maka untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar matematika berdasarkan faktor

aktivitas belajar siswa dilakukan uji komparasi ganda. Sedangkan pada hipotesis

yang ketiga dalam penelitian ini mengatakan bahwa terdapat interaksi metode

pembelajaran matematika dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

matematika. Nilai uji yang diperoleh adalah Fab=1,232 yang lebih kecil dari nilai

F0,05; 2; 227=3,00 (H0ab tidak ditolak). Hal ini berarti tidak ada interaksi metode

pembelajaran matematika dengan aktivitas belajar siswa terhadap prestasi belajar

matematika. Penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa perbedaan prestasi

belajar matematika antara siswa yang menggunakan metode pembelajaran dengan

menggunakan alat peraga dan konvensional konsisten pada masing-masing tingkat

aktivitas belajar dan perbedaan antara masing-masing tingkat aktivitas belajar

konsisten pada setiap metode pembelajaran.

2.1.2.4Penelitian yang Berkaitan dengan Alat Peraga Montessori

Penelitian yang terkait dengan alat peraga Montessori adalah yang

dilakukan oleh Putri (2013). Putri (2013) mengembangkan alat peraga ala

Montessori untuk keterampilan geometri matematika kelas III. Penggunaan alat

peraga Montessori pada kelas III menghasilkan kesan menarik pada siswa, karena

siswa menjadi mudah memahami materi yang diajarkan, siswa juga senang ketika

dapat menentukan sendiri warna yang sesuai dengan keinginannya untuk

digunakan dalam kegiatan pembelajaran, siswa juga merasa senang ketika dapat

memberikan contoh dengan benar mengenai penggunaan alat peraga yang

digunakan kepada temannya. Wali kelas III juga mengomentari penggunaan alat

(34)

16 pembelajaran dengan menggunakan papan pasir bangun datar. Kemampuan alat

peraga yang dikembangkan mampu membuat prestasi anak dalam memahami

materi meningkat. Validasi yang dilakukan oleh pakar pembelajaran matematika,

pakar alat peraga matematika, guru kelas III A SDN Tamanan I, dan 6 siswa kelas

III A SDN Tamanan I menghasilkan sebuah penilaian yaitu alat peraga papan

pasir bangun datar telah memenuhi kriteria kelayakan yang sangat baik digunakan

sebagai alat peraga dalam kegiatan pembelajaran bangun datar matematika.

Penelitian-penelitian yang telah dilakukan di atas hanya berakhir pada

persepsi secara kuantitatif, belum ada deskripsi lebih lanjut mengenai persepsi

tersebut. Peneliti belum menemukan penelitian yang membahas mengenai

persepsi terhadap penggunaan alat peraga berbasis Montessori pada materi jenis

dan besar sudut di Sekolah Dasar. Peneliti ingin memberikan pengetahuan baru

mengenai penggunaan alat peraga sudut berdasarkan penelitian yang dilakukan.

Apabila penggunaan alat peraga geometric stick box mendapatkan apresiasi dari

berbagai pihak, maka alat peraga geometric stick box dapat dikembangkan lagi

untuk penelitian selanjutnya. Penelitian yang terdahulu menjadi dasar adanya

(35)

17

Gambar 2.3 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan

2.2 Kerangka Berpikir

Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan pembelajaran adalah

media pembelajaran atau alat bantu mengajar. Alat bantu mengajar yang

dimaksud adalah alat peraga. Alat peraga untuk siswa sekolah dasar masih bersifat

konkret, karena tahapan berpikir anak masih dalam tahapan operasional konkret

(Piaget dalam Suparno, 2001: 70). Maka dari itu, diperlukan sebuah alat yang

mampu mengembangkan kemampuan anak untuk berpikir konkret. Upaya yang

dilakukan untuk pengembangan sebuah alat, perlu adanya evaluasi mengenai

kebermanfaatannya dan berbagai hal yang berkaitan dengan alat yang mungkin

berpengaruh terhadap intensitas penggunaan alat itu di kemudian hari. Salah satu

yang dapat mempengaruhi intensitas penggunaan alat peraga adalah persepsi.

Dian (2013)

persepsi siswa terhadap pendampingan orang tua dalam belajar di rumah

Riyanto (2010)

-jenis dan besar sudut melalui metode student teams

achievement division (STAD)

Rahayu, N.S., Budiyono, dan Kurniawati, I. (2013).

-problem solving pada sub materi besar sudut-sudut,

keliling dan luas segitiga, aktivitas belajar matematika siswa kelas VII

Kusumarita (2009)

alat peraga bangun ruang sisi lengkung ditinjau dari aktivitas belajar siswa

Putri (2013)

alat peraga ala Montessori, ketrampilan geometri matematika kelas III

Materi jenis dan besar sudut

Alat Peraga Matematika berbasis Montessori Alat Peraga Matematika

Persepsi Judul Penelitian

(36)

18 Persepsi merupakan pengamatan tentang objek, peristiwa atau hubungan yang

didapat dengan membuat kesimpulan dari informasi-informasi yang ada dan

menafsirkan pesan, Rakhmat (2007: 51). Persepsi yang diungkapkan oleh guru

dan siswa adalah persepsi mengenai alat peraga untuk mata pelajaran matematika.

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang bersifat hitungan dan

hafalan yang sering dianggap sulit oleh siswa. Diperlukan alat peraga untuk

membantu siswa dalam memahami materi yang diajarkan oleh guru. Alat peraga

diperlukan agar siswa dapat belajar secara mandiri. Karena itu, dikembangkanlah

berbagai alat peraga. Alat peraga yang dibuat perlu dievaluasi dengan melihat

persepsi dari berbagai pihak agar semakin berkembang dan bermanfaat bagi anak.

Alasan tersebut membuat peneliti melakukan penelitian mengenai persepsi

guru dan siswa atas penggunaan alat peraga. Persepsi yang didapat dipengaruhi

oleh sikap terhadap objek yang kemudian kejadian tersebut akan mengaktifkan

sikap (Fazio, 1989; Fazio dan Roskos-Ewoldsen, 1994). Persepsi akan

mempengaruhi intensi seseorang dalam menggunakan suatu produk, dalam hal ini

adalah alat peraga. Pengalaman guru dan siswa dalam menggunakan alat peraga

akan membentuk sebuah persepsi terhadap alat peraga tersebut. Jika guru dan

siswa memiliki persepsi yang positif, maka intensi guru dan siswa dalam

menggunakan alat peraga semakin besar. Begitu pun sebaliknya, jika guru dan

siswa memiliki persepsi negatif mengenai alat peraga, maka intensi guru dan

(37)

19 BAB III

METODE PENELITIAN

Pada bab ini akan dijelaskan metode penelitian yang digunakan dalam

penelitian. Pembahasan metode penelitian yaitu jenis penelitian, setting penelitian,

desain penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen penelitian, kredibilitas dan

transferabilitas, serta teknik analisis data.

3.1 Jenis Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma

kualitatif. Penelitian kualitatif adalah penelitian yang bermaksud untuk memahami

suatu fenomena atau kejadian mengenai apa yang dialami oleh subjek penelitian,

misalnya adalah perilaku, persepsi, motivasi dan tindakan dengan cara

menuangkan apa yang terjadi dalam bentuk kata-kata (Moleong, 2011: 6).

Berbeda dengan Moleong, Creswell (2012: 4) menjelaskan bahwa penelitian

kualitatif merupakan metode-metode yang digunakan untuk mengeksplorasi dan

memahami sebuah permasalahan yang oleh sejumlah orang atau sekelompok

orang dianggap berasal dari permasalahan sosial. Kedua definisi tersebut dapat

disimpulkan bahwa penelitian kualitatif adalah penelitian yang memiliki tujuan

untuk memperoleh pemahaman yang mendalam mengenai permasalahan sosial.

Metode penelitian kualitatif yang dilakukan dalam penelitian ini adalah

fenomenologi dengan menggunakan data-data dari hasil observasi, wawancara

dan dokumentasi. Fenomenologi adalah metode yang berusaha mengungkap dan

mempelajari serta memahami suatu fenomena dengan konteks yang unik dan khas

yang dialami individu (Herdiansyah, 2012: 66). Penjelasan tersebut dapat dilihat

bahwa suatu fenomena, dalam hal ini alat peraga yang relatif baru bagi guru dan

siswa akan mempengaruhi dan memberikan pengalaman yang mengesankan

(Herdiansyah, 2012: 67).

3.2Setting Penelitian 3.2.1 Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di sebuah sekolah yang digunakan untuk penelitian

(38)

20 kaliurang km 7,8. Pemilihan sekolah ini didasarkan pada penggunaan alat peraga

yang sangat jarang, terutama alat peraga Montessori. Alasan ini yang

menyebabkan peneliti memilih sekolah ini untuk dijadikan tempat penelitian.

3.2.2 Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan selama tiga bulan, yaitu pada bulan Januari sampai

April 2014. Waktu penelitian mengacu pada kalender sekolah, karena penelitian

ini akan dilaksanakan selama tiga pertemuan dari proses belajar mengajar yang

efektif di kelas.

3.2.3 Narasumber

Narasumber dalam penelitian ini adalah guru kelas IIIA yang sekaligus

merupakan guru matematika dan tiga siswa kelas IIIA, tiga siswa kelas IIIA.

Proses pemilihan narasumber siswa dilakukan dengan menemui guru kelas yang

juga berperan sebagai guru matematika. Peneliti menanyakan pada guru siswa

yang memenuhi kriteria dalam penelitian ini. Kriteria yang diambil berdasarkan

karakteristik narasumber yang mampu bekerjasama dengan peneliti, mampu

berkomunikasi secara lancar, dan mendapatkan izin dari orangtua melalui

perantara guru. Mampu bekerjasma dengan peneliti maksudnya adalah

narasumber siswa yang mampu menjawab pertanyaan-pertanyaan yang diberikan.

Mampu berkomunikasi secara lancar maksudnya adalah narasumber dapat

mengutarakan apa saja yang dirasakan sesuai dengan pertanyaan-pertanyaan yang

diberikan. Pada tahap selanjutnya, peneliti menemui responden yang disarankan

oleh guru. Narasumber yang memenuhi kriteria adalah SY, YG, dan KV.

Narasumber A merupakan wali kelas IIIA, yaitu IW. IW mengajar di SD Kanisius

Sengkan sejak tahun 2011. IW mengajarkan 5 mata pelajaran pokok SD ditambah

dengan mata pelajaran Bahasa Jawa. IW merupakan guru muda yang baru lulus

menjadi sarjana pendidikan. Narasumber B adalah SY. SY, menurut gurunya

termasuk dalam siswa yang mudah bergaul dengan siswa lainnya. SY mudah

diajak berkomunikasi. Dia pandai mengutarakan apa saja yang terjadi.

Narasumber C adalah YG. YG merupakan putri dari salah satu karyawan SD

Kanisius Sengkan. YG merupakan siswa yang pandai berbicara dan mudah dekat

(39)

21 termasuk salah satu siswa yang mudah diajak berkomunikasi. KV mudah

mengutarakan apa saja yang dialaminya.

3.2.4 Objek Penelitian

Objek Penelitian ini adalah persepsi guru dan siswa kelas IIIA SD Kanisius

Sengkan terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode

Montessori.

3.3 Desain Penelitian

Pada penelitian ini, peneliti melakukan langkah-langkah penelitian untuk

sampai pada hasil penelitian yang dapat dipertanggungjawabkan.

Langkah-langkah penelitian seperti yang dijelaskan oleh Patton (1990) (dalam

McMillan, 2001: 400) adalah sebagai berikut:

Gambar 3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian tersebut dimodifikasi sesuai dengan langkah-langkah

yang peneliti lakukan seperti pada gambar berikut ini:

Pengecekan keabsahan data Mempertajam

fokus dan

perumusan masalah penelitian Tahap perencanaan

Simpulan hasil peneltian, rekomendasi, dalil-dalil Analisis

Studi awal

Pelaksanaan (observasi interview, dokumen)

Temuan

MODEL HIPOTETIK PERSONALIS

ASI NILAI

(40)

22

Gambar 3.2 Desain Penelitian dengan Modifikasi.

Desain penelitian tersebut dijelaskan sebagai berikut :

3.3.1 Melakukan Observasi awal. Observasi awal dilakukan untuk mengetahui

kondisi awal sebelum pemberian alat peraga.

3.3.2 Menyusun kerangka penelitian. Kerangka penelitian ini dilakukan untuk

mengetahui dasar pemikiran peneliti, alur pemikiran peneliti, alasan

peneliti melakukan penelitian dan desain penelitian yang digunakan untuk

pengumpulan data.

3.3.3 Menyusun fokus penelitian yang digali dari narasumber, agar peneliti

memiliki pedoman ketika pengambilan data.

3.3.4 Melakukan pengambilan data. Setelah menemukan subjek penelitian yang

sesuai dengan prosedur pengambilan data, peneliti melakukan wawancara

dan pengamatan atau observasi dengan subjek penelitian secara

berkelanjutan.

3.3.5 Melakukan pencatatan terhadap hasil yang diperoleh dari pengambilan

data.

3.3.6 Setelah melakukan pencatatan, peneliti mengolah semua data hasil

wawancara dan pengamatan dari subjek penelitian. Hal ini dilakukan agar

peneliti dan pihak lain lebih mudah memeriksa ketepatan dari

langkah-langkah yang telah diambil dan memungkinkan data tersusun dengan rapi,

sistematis dan lengkap.

Observasi Awal

Analisis

Pelaksanaan penelitian (observasi wawancara, dokumentasi)

Temuan (Persepsi)

Tahap perencanaan

Mempertajam

fokus dan

perumusan masalah penelitian

(41)

23 3.3.7 Melakukan analisis data yang telah diperoleh dan mendapatkan sebuah

temuan.

3.4 Teknik Pengumpulan Data

Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian kualitatif, peneliti

atau dengan bantuan orang lain merupakan instrumen utama dalam penelitian

(Moleong, 2011: 9). Peneliti kualitatif mengumpulkan sendiri data melalui

observasi, wawancara, atau dokumentasi dengan para partisipan (Creswell, 2012:

261). Sugiyono (2011: 309) mengatakan pendapatnya mengenai pengumpulan

data dalam penelitian kualitatif yang melibatkan 4 teknik, seperti pada gambar

berikut ini:

Gambar 3.3 Teknik Pengumpulan Data

Berkaitan dengan beberapa hal di atas, peneliti memodifikasi bagan teknik

pengumpulan data sesuai dengan yang digunakan dalam penelitian ini, yaitu

wawancara, observasi (pengamatan), dan dokumentasi sebagai alat utama dalam

pengumpulan data seperti pada bagan berikut ini:

Gambar 3.4 Teknik Pengumpulan Data Modifikasi Teknik

Pengumpulan Data Wawancara

Dokumentasi Observasi

Teknik

Pengumpulan data

Observasi

Wawancara

Dokumentasi

(42)

24 3.4.1 Wawancara

Wawancara adalah metode pengumpulan data dengan melakukan tanya

jawab sepihak yang dikerjakan dengan sistematik, dan berlandaskan pada tujuan

penyelidikan (Hadi dalam Rahayu dan Ardani, 2004:63). Panduan wawancara

dibuat agar lebih terfokus pada permasalahan yang ada dan menghindari adanya

kemungkinan-kemungkinan yang tidak dikehendaki. Pertanyaan wawancara

sebelum pemberian alat peraga yang dibuat adalah mengenai pengalaman selama

kegiatan pembelajaran, terutama mata pelajaran matematika, sedangkan

pertanyaan wawancara setelah penggunaan alat peraga yang dibuat adalah

mengenai perasaan dan persepsi alat peraga Montessori pada mata pelajaran

Matematika dengan materi jenis dan besar sudut.

3.4.2 Observasi

Observasi dijelaskan oleh Creswell (2012: 134) merupakan metode yang

paling dasar dari ilmu sosial karena dalam cara-cara tertentu, peneliti selalu

terlibat dalam proses mengamati. Patton dalam (Creswell, 2012: 135) menegaskan

observasi merupakan metode pengumpulan data esensial dalam penelitian,

terutama penelitian dengan pendekatan kualitatif. Panduan observasi dibuat agar

lebih fokus terhadap hal-hal yang akan diamati. Peneliti melakukan kegiatan

observasi sebelum pemberian alat peraga sebanyak tiga kali, yaitu satu kali

observasi sosio kultural dan dua kali observasi kegiatan pembelajaran. Kemudian,

peneliti melakukan kegiatan observasi untuk pemberian alat peraga sebanyak tiga

kali.

Wawancara dan observasi dilakukan pada wali kelas IIIA dan siswa kelas

IIIA. Wawancara dilakukan dengan menuliskan secara langsung jawaban

informan dan dibantu dengan rekaman handphone agar jawaban narasumber yang

terlewati oleh peneliti dapat ditinjau kembali. Observasi dilakukan selama

kegiatan pembelajaran pada mata pelajaran matematika berlangsung. Peneliti

secara langsung mencatat hal-hal penting dari para subjek dan dibantu dengan satu

teman serta rekaman kamera foto dan handycam. Penentuan narasumber

berdasarkan kriteria tertentu dengan melakukan wawancara sebelum penelitian

(43)

25 ini mengambil dari kelas eksperimen yang menggunakan alat peraga yang

berjumlah tiga siswa.

Untuk menentukan narasumber penelitian, peneliti melakukan beberapa

hal, yaitu :

a.Mencari tiga orang siswa kelas IIIA SD Kanisius Sengkan dengan kriteria

tertentu dan wali kelas IIIA SD Kanisius Sengkan. Kriteria yang dimaksud

adalah dimana siswa pandai berbicara dan dapat bekerjasama dengan peneliti.

b.Menghubungi langsung para calon narasumber penelitian yang akan dimintai

waktunya untuk wawancara.

c.Mengadakan janji waktu dan tempat untuk melakukan wawancara.

3.4.3 Dokumentasi

Pengumpulan data selain dengan menggunakan wawancara dan observasi,

ditambah dengan dokumentasi. Dokumentasi merupakan sebuah catatan yang

terjadi pada masa lalu. Dokumen dapat berbentuk lisan, tulisan, gambar, atau

karya dari seseorang. Dokumen dalam penelitian ini berupa foto selama kegiatan

pembelajaran dengan menggunakan alat peraga Montessori. Tujuan dari

penggunaan dokumentasi ini adalah untuk melengkapi data karena akan

digunakan untuk triangulasi sumber data.

3.5 Instrumen Penelitian

Sugiyono (2011: 305) menyebutkan dua hal utama yang mempengaruhi

kualitas hasil penelitian, yaitu kualitas instrumen penelitian dan kualitas

pengumpulan data. Berbeda dengan penelitian kuantitatif, dalam penelitian

kualitatif yang menjadi instrumen adalah peneliti itu sendiri. Karena itu, peneliti sebagai instrumen juga harus “divalidasi”. Validasi ini perlu dilakukan untuk mengetahui seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang

selanjutnya terjun ke lapangan. Moleong (2011: 168) mengatakan bahwa peneliti

merupakan perencana, pelaksana, pengumpulan data, analisis, penafsir data, dan

pada akhirnya menjadi pelapor hasil penelitian. Peneliti sebagai instrumen utama

(44)

26 Penelitian ini dibutuhkan pengalaman langsung dengan para siswa dan

juga para pendidik. Sebelum penelitian, peneliti telah memiliki banyak

pengalaman untuk terjun langsung ke lapangan sejak tahun 2011. Peneliti telah

dibiasakan untuk melakukan praktik lapangan, dimana pada awal tahun 2011,

peneliti menjadi Pembina Pramuka. Pada tahun yang sama sampai pada

pertengahan tahun 2012, peneliti melakukan bimbingan belajar di SD. Pertama,

peneliti melakukan bimbingan belajar untuk kelas atas, kemudian peneliti

melakukan bimbingan belajar untuk kelas bawah. Setelah program bimbingan

belajar selesai, peneliti melanjutkan terjun ke lapangan untuk magang dengan

guru selama satu semester. Semester berikutnya, peneliti melakukan magang

kepala sekolah. Tugas peneliti selama magang dengan guru dan kepala sekolah

adalah membantu dan mempelajari tugas-tugas guru dan kepala sekolah.

Kemudian, pada tahun 2014, peneliti melakukan praktik lapangan, yang biasa

disebut dengan Program Pengalaman Lapangan (PPL) selama tiga bulan.

Selain melakukan beberapa kegiatan tersebut, peneliti juga mengikuti

workshop pengembangan alat peraga Montessori selama dua minggu pada tahun

2012. Selama workshop, peneliti juga membuat sebuah alat peraga secara

berkelompok. Pada tahun 2013, peneliti mengikuti seminar mengenai alat peraga

Montessori selama satu hari. Melalui kegiatan workshop ini, peneliti mengetahui

bagaimana menggunakan alat-alat peraga Montessori dan kegiatan pembelajaran

yang dilakukan dalam kelas Montessori. Selain kegiatan-kegaiatan yang telah

disebutkan, peneliti juga melakukan latihan wawancara dan observasi. Peneliti

melakukan latihan observasi dengan menggunakan video.

Kegiatan-kegiatan yang telah dilakukan tersebut memberikan banyak

sumbangan bagi peneliti untuk melakukan penelitian ini. Peneliti menjadi familiar

dengan narasumber penelitian yang terdiri dari guru dan siswa. Peneliti terbiasa

mendengarkan bahasa yang digunakan oleh siswa. Hal ini memudahkan peneliti

melakukan wawancara. Peneliti mulai merencanakan kegiatan yang dilakukan

selama penelitian. Peneliti mulai mencari tempat untuk penelitian. Peneliti

menetapkan SD Kanisius Sengkan Yogyakarta sebagai setting penelitian. Pada

awal berada di SD Kanisius Sengkan, peneliti melakukan observasi lingkungan

(45)

27 melakukan observasi sekolah, peneliti melakukan observasi kegiatan

pembelajaran sebanyak dua kali. Pada tahap selanjutnya, peneliti mulai

melakukan wawancara sebelum pemberian alat peraga untuk mengetahui

kebiasaan dan pengalaman guru dan siswa selama melakukan kegiatan

pembelajaran matematika.

Sebelum melakukan wawancara dan observasi, peneliti mempersiapkan

hal-hal yang diperlukan, yaitu :

a. Lembar panduan wawancara dan observasi

Panduan wawancara berisi poin-poin penting yang akan ditanyakan kepada

narasumber dalam penelitian ini, yaitu guru dan siswa. Panduan observasi

dibuat peneliti berdasarkan teori mengenai alat peraga Montessori. Alat

peraga montessori memiliki karakteristik yaitu menarik, bergradasi, auto

education, auto correction (Montessori, 2002: 169-175), dan satu tambahan

dari peneliti yaitu kontekstual (Komalasari, 2011: 7). Selanjutnya, peneliti

melihat langsung kegiatan belajar mengajar di dalam kelas.

b. Alat untuk merekam atau handycam dengan durasi yang berbeda-beda. Setiap

wawancara, peneliti menyediakan kamera dan handphone untuk merekam.

Peneliti juga menyediakan kamera digital dan handycam untuk

mendokumentasikan kegiatan pembelajaran di kelas.

c. Kertas atau alat tulis yang digunakan untuk mencatat hal-hal penting yang

akan ditanyakan pada narasumber penelitian untuk menggali informasi lebih

dalam dan juga hal-hal penting yang terjadi selama melakukan observasi

kegiatan pembelajaran.

Kemudian, peneliti melakukan observasi dengan pemberian alat peraga

berbasis Montessori selama tiga pertemuan. Selesai melakukan kegiatan

observasi, peneliti melakukan wawancara kembali dengan para subjek penelitian

untuk mengetahui perasaan dan persepsi mereka selama pemberian alat peraga.

Observasi sebelum penelitian dilakukan bertujuan untuk mengetahui

kondisi awal siswa sebelum mendapat tindakan dalam penggunaan alat peraga

Matematika berbasis Montessori yang disusun dalam panduan observasi seperti

Gambar

Tabel 3.1 Panduan Observasi sebelum Pemberian Alat Peraga .......................  28
Gambar 2.2 Proses Terjadinya Perilaku yang dimodifikasi
Gambar 2.3 Literature Map Hasil Penelitian yang Relevan
Gambar 3.1 Desain Penelitian
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan penelitian ini untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang memahami sifat bangun ruang sederhana dan hubungan antar bangun datar dengan

Namun keinginan guru dan siswa dalam menggunkan alat peraga sangat sulit untuk dilakukan kembali karena guru merasa tidak mampu dan banyak kendala dalam membuat alat

EKSPERIMENTASI PENGAJARAN MATEMATIKA MENGGUNAKAN METODE DISKUSI DENGAN ALAT PERAGA PADA.. POKOK BAHASAN BANGUN DATAR DITINJAU DARI AKTIVITAS

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan alat peraga Montessori untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan Standar Kompetensi

Penelitian ini dibatasi pada pengembangan alat peraga Montessori untuk kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada mata pelajaran Matematika dengan Standar Kompetensi

Sama halnya dengan alat peraga manik-manik emas milik Montessori, alat peraga bola-bola penjumlahan juga terdiri atas rangkaian bola yang memiliki nilai satuan, puluhan,

Pada jenjang sekolah dasar anak mempelajari banyak hal, salah satunya adalah matematika.Matematika bukanlah mata pelajaran yang mudah bagi kebanyakan anak, untuk memudahkan

Gambar 4.10 menunjukkan persebaran 4 pernyataan indikator menarik pada diagram kartesius tingkat kepuasan siswa terhadap alat peraga matematika berbasis metode