• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI"

Copied!
317
0
0

Teks penuh

(1)

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yuliana Maya Safitri

NIM: 101134062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Oleh:

Yuliana Maya Safitri

NIM: 101134062

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

PERSEMBAHAN

Skripsi ini kupersembahkan untuk:

Tuhan Yang Maha Kuasa, yang selalu memberikan kesehatan serta

kekuatan kepadaku.

Almamater Sanata Dharma.

Orang tuaku Bapak Marselus Halimah dan Ibu Sugiarti yang selalu

mendukungku baik moral maupun material.

Dosen Pembimbingku Bu Catur dan Bu Hana yang telah membimbingku

dengan sabar.

Adikku Yohanes Indra Darma yang selalu memberikan dukungan.

Kekasihku Yohanes Gayuh Adi Wibowo yang selalu membantu dan

memberikan semangat.

Sahabat-sahabat seperjuanganku, Afi, Meli, Tina, Bayu, Okta, Koko,

dan Wina yang selalu merangkulku dalam kesulitan dan kemudahan.

(6)

v

MOTTO

Jadilah pengubah keadaan dan bukan menjadi korban dari

perubahan

Terimalah keadaan apa pun yang sedang anda alami,

bekerja-keraslah, dan jadilah pribadi yang kuat karena

tenaga dari rencana-rencana anda.

Segera setelah itu, anda akan mulai mampu mempengaruhi

kualitas dari yang terjadi pada anda.

Dengannya, anda menjadi pengubah keadaan.

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

Yuliana Maya Safitri Univrsitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang efektifnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori, khususnya alat peraga Bola Penjumlahan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode sensus. Subjek penelitian sebanyak 54 siswa dan 2 guru kelas I SD Karitas Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner kinerja dan kepentingan. Data penelitian dianalisis menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe II dan Importance Performance Analysis (IPA).

Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah cukup. Aspek alat peraga yang perlu dipertahankan prestasinya menurut siswa yaitu alat peraga membantu mengerjakan soal, memiliki bentuk menarik, warna menarik, bermacam warna, bahan yang diketahui, pernah dilihat, mudah dibawa, tidak mudah rusak, memiliki permukaan halus, dan dilem. Aspek alat peraga yang perlu dipertahankan prestasinya menurut guru yaitu alat peraga memudahkan memahami konsep matematika, memudahkan mengerjakan soal, digunakan untuk memahami konsep materi, menunjukkan kesalahan jawaban, membantu memperbaiki kesalahan, membantu menemukan kesalahan yang dibuat, digunakan berulang kali, mudah dibersihkan, direkatkan dengan kuat, dan dipaku dengan kuat.

(10)

ix

ABSTRACT

THE LEVEL OF STUDENTS AND TEACHERS SATISFACTION TOWARD THE USE OF MATHEMATICS TEACHING AID

BASED ON MONTESSORI METHOD

By:

Yuliana Maya Safitri Sanata Dharma University

This research was triggered by the ineffectiveness of the use of teaching aids in mathematic. This study was intended to find out student and teacher’s satisfaction level toward the use of mathematics teaching aid based on Montessori methods, especially Bola Penjumlahan. This study was a descriptive and quantitative researchcensus method. The subjects were 54 students and 2 teachers in grade 4 of Karitas Elementary School in Yogyakarta. The data collection method was questionnaires which was used to assess the importance and the performance teaching aid. The data were analized using criterian reference method (PAN) II and Importance Performance Analysis (IPA).

The result of this research showed that students and teachers the satisfaction with teaching aid based on Montessori method were fairly satisfy. According to the students, some attributes of teaching aid needed to be maintained were helping to solve the problems, having attractive form, having interesting color, having various colors, being making by known material, being seen before, being mobile form, having durability, having smooth surface, and strongly glued. According to the teachers, attributes needed to be retained were the ability to understand mathematical concepts to questions, to understand the material, to show the wrong answers, to revise the faults, to find the faults, to be used repeatedly, easy to be cleaned, and strongly glued, as well as nailed forcefully.

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan

rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang

berjudul “TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP

PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk

memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di

Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi tidak akan terwujud tanpa

bantuan dari berbagai pihak. Peneliti megucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

Universitas Sanata Dharma.

2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program

Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku dosen pembimbing I, yang telah

memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang

penulis butuhkan untuk menyelesaikan penelitian sensus ini.

4. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingan yang sangat

berguna bagi penelitian ini.

5. Agustinus Walidi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Karitas Yogyakarta

yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di

kelas I SD Karitas Yogyakarta.

6. Brigita Rival Alpinda dan Anastasia Ngatilah, S.Pd., selaku guru kelas I SD

Karitas Yogyakarta yang telah memberikan waktu, bantuan untuk melakukan

penelitian.

7. Siswa kelas I SD Karitas Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi subjek

(12)

xi

8. Ayah, Ibu, Adik, Saudara, dan Kekasih tercinta yang telah memberikan

fasilitas material maupun finansial serta doa yang tidak pernah berhenti dari awal hingga akhir perkuliahan.

9. Sahabat-sahabatku Meli, Afi, Tina, Okta, Koko, Bayu, Wina, Meta yang telah

memberikan kasih dan dukungan.

10.Keluarga besar PGSD’10 kelas B yang telah menjadikan aku pribadi yang

lebih kuat, tangguh, dewasa dalam iman dan mengerti tentang arti kehidupan.

11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah

memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.

Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempur na, oleh

(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii

(14)

xiii

E. Teknik Pengumpulan Data ... 57

F. Instrumen Pengumpulan Data ... 61

G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64

H.Prosedur Analisis Data ... 108

I. Teknik Analisis Data ... 111

J. Jadwal Penelitian ... 116

BAB IV DESKRIPSI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 118

B.Hasil Penelitian ... 120

C.Pembahasan ... 200

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 219

B.Keterbatasan Penelitian ... 222

C.Saran ... 223

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan ... 39 Tabel 2.2 Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga

Matematika Berbasis Metode Montessori... 42 Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk

Siswa ... 58 Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk

Siswa ... 59 Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk

Guru... 60 Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk

Guru... 60 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru

untuk Expert Judgement ... 61 Tabel 3.6 Penjabaran Indikator Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa

dan Guru untuk Expert Judgement ... 62 Tabel 3.7 Rangkuman Skor Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 66 Tabel 3.8 Rangkuman Komentar Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa dan Guru... 67 Tabel 3.9 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan

Guru Sebelum dan Sesudah Expert Judgement... 70 Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa... 73 Tabel 3.11 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa

Sebelum dan Sesudah Face Validity Siswa... 76 Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Guru ... 79 Tabel 3.13 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru

Sebelum dan Sesudah Face Validity Guru ... 81 Tabel 3.14 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Guru ... 84 Tabel 3.15 Perbandingan Validitas Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk

Siswa ... 97 Tabel 3.16 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen... 99 Tabel 3.17 Perbandingan Reliabilitas Total Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa... 104 Tabel 3.18 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Siswa... 105 Tabel 3.19 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Siswa... 106 Tabel 3.20 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru berdasarkan PAN

(16)

xv

Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat

Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 122

Tabel 4.3 Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori... 123

Tabel 4.4 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto Education ... 126

Tabel 4.5 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto Education .... 127

Tabel 4.6 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 128

Tabel 4.7 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 128

Tabel 4.8 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Bergradasi... 129

Tabel 4.9 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 130

Tabel 4.10 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto Correction... 131

Tabel 4.11 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto Correction ... 132

Tabel 4.12 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Kontekstual... 133

Tabel 4.13 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 133

Tabel 4.14 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Life... 134

Tabel 4.15 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Life ... 135

Tabel 4.16 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Workmanship... 136

Tabel 4.17 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 136

Tabel 4.18 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Siswa ... 137

Tabel 4.19 Persebaran Item Kuesioner Siswa pada Diagram Kartesius untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 148

Tabel 4.20 Persebaran Item K uesioner Tingkat Kepuasan Siswa pada Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan... 152

Tabel 4.21 Konsistensi Persebaran Item dalam Kuadran pada Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa ... 155

Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru berdasarkan PAN Tipe II... 163

Tabel 4.23 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 164

Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori... 165

Tabel 4.25 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto Education ... 166

Tabel 4.26 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto Education... 167

Tabel 4.27 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 167

Tabel 4.28 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 168

Tabel 4.29 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 169

Tabel 4.30 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 169

Tabel 4.31 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto Correction ... 170

Tabel 4.32 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto Correction... 171

Tabel 4.33 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 171

Tabel 4.34 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 172

Tabel 4.35 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Life ... 173

(17)

xvi

Tabel 4.37 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Workmanship ... 174 Tabel 4.38 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Workmanship... 175 Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan

Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Guru... 175 Tabel 4.40 Persebaran Item Kuesioner Guru pada Diagram Kartesius untuk

Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 186 Tabel 4.41 Persebaran Item Kuesioner Tingkat Kepuasan Guru pada Diagram

Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan... 191 Tabel 4.42 Konsistensi Item Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Peraga Bola Penjumlahan secara Keseluruhan... 24

Gambar 2.2 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan ... 28

Gambar 2.3 Literatur Map ... 47

Gambar 3.1 Diagram Kartesius ... 114

Gambar 4.1 Diagram Kartesius Indikator Auto Education Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 141

Gambar 4.2 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 142

Gambar 4.3 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 143

Gambar 4.4 Diagram Kartesius Indikator Auto Correction Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 144

Gambar 4.5 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 145

Gambar 4.6 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 146

Gambar 4.7 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 147

Gambar 4.8 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 151

Gambar 4.9 Diagram Kartesius Indikator Auto Education Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 179

Gambar 4.10 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 180

Gambar 4.11 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 181

(19)

xviii

Gambar 4.13 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis

Metode Montessori ... 183 Gambar 4.14 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Guru

terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode

Montessori ... 184 Gambar 4.15 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan

Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis

Metode Montessori ... 185 Gambar 4.16 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan

Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 229

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 230

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 231

Lampiran 4 Hasil Expert Judgement ... 232

Lampiran 5 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Siswa ... 238

Lampiran 6 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Guru ... 242

Lampiran 7 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 246

Lampiran 8 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kepentingan... 251

Lampiran 9 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 256

Lampiran 10 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kepentingan... 258

Lampiran 11 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kinerja... 260

Lampiran 12 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 265

Lampiran 13 Output Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 270

Lampiran 14 Output Reliabilitas Total Kuesioner Kepentingan... 274

Lampiran 15 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kinerja... 278

Lampiran 16 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kepentingan... 283

Lampiran 17 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kinerja ... 288

Lampiran 18 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kepentingan... 290

Lampiran 19 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Siswa ... 292

Lampiran 20 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Siswa... 294

Lampiran 21 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 296

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I dalam penelitian ini akan menguraikan tentang beberapa hal,

diantaranya latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan

penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Hal- hal tersebut adalah

sebagai berikut.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan mempunyai peranan penting untuk memajukan suatu bangsa.

Pendidikan yang bermutu tidak hanya mempersiapkan para peserta didiknya

untuk suatu profesi atau jabatan. Pendidikan diharapkan menjadi suatu usaha

untuk memotivasi seseorang dalam mengembangkan kualitas diri yang lebih baik

(Tatang, 2012: 14). Pendidikan sekolah dasar mempunyai tujuan agar siswa

memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan

rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki sikap dasar yang

diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, serta mengembangkan diri sesuai dengan

asas pendidikan seumur hidup yaitu dengan belajar (Hamdani, 2011: 152). Proses

belajar dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif,

afektif dan psikomotoriknya. Pendidik hendaknya dapat mengintegrasikan proses

mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi peserta didik di masa mendatang ke

dalam berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah. Sala h satu mata pelajaran

yang diberikan adalah matematika yang merupakan mata pelajaran wajib yang ada

(22)

Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diperlukan untuk

mengembangkan pendidikan terutama ke mampuan berpikir kritis, logis, dan

sistematis dalam diri setiap siswa (Mulyono, 2003: 252). Matematika berisi

ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami

terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol (Susanto, 2013: 183).

Matematika sebagai ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam berbagai

aspek kehidupan hendaknya dapat dipahami oleh siswa secara maksimal.

Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami siswa karena adanya

konsep abstrak di dalamnya serta guru yang mengalami kesulitan dalam

menyampaikan materi matematika yang abstrak ke kontekstual (Susanto,

2013:184).

Kesulitan mempelajari matematika terbukti dengan melihat prestasi

pendidikan matematika siswa di Indonesia yang tergolong masih rendah. Hal ini

dapat dilihat berdasarkan hasil penilaian dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) dan Programme for International Student Assessment (PISA). TIMSS adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah. PISA adalah studi internasional tentang prestasi dalam

bidang membaca, matematika, dan sains siswa sekolah. Hasil studi ini diharapkan

dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan

mutu pendidikan (Organisation for Economic Cooperation and Developmant, 2010).

Hasil TIMSS pada tahun 2003 menunjukkan bahwa siswa Indonesia hanya

(23)

PISA menunjukkan bahwa kemampuan Matematika siswa Indonesia menduduki

peringkat 57 dari 65 negara dengan skor 371. Sekitar 43,5% siswa Indonesia tidak

mampu menyelesaikan soal PISA (the most basic PISA tasks). Sekitar 33,1%

siswa hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan

secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal yang

diberikan secara tepat. Terdapat hanya 0,1% siswa Indonesia yang mampu

mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut

keterampilan berpikir dan penalaran (OECD, 2010). Hasil ini menunjukkan

bahwa pendidikan matematika di Indonesia masih memerlukan perhatian yang

serius. Banyak hal masih perlu diupayakan untuk meningkatkan kemampuan

siswa dalam prestasi belajar matematikanya. Salah satu hal yang perlu diupayakan

untuk meningkatkan prestasi pendidikan matematika di Indonesia yaitu berkaitan

dengan manajemen pendidikan yang tidak berjalan dengan baik.

Manajemen pendidikan merupakan segala sesuatu yang berkenaan dengan

perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pendididkan

untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien (Mulyasa, 2007: 20). Proses

pendidikan yang baik tentunya jika manajemen pendidikannya dapat mencapai

tujuan dengan efektif dan efisien. Pencapaian tujuan yang efektif dan efisien dapat

terwujud jika tujuh komponen manajemen pendidikan di Indonesia mampu

diterapkan dengan baik. Tujuh komponen manajemen dalam pendidikan yaitu

manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan,

manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen hubungan

(24)

Kenyataannya tujuh komponen manajemen pendidikan di Indonesia belum

diterapkan sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen pendidikan belum

mendapatkan perhatian yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan

di Indonesia belum berfungsi dengan baik (Mulyasa, 2007: 21). Salah satu

komponen yang belum diterapkan dengan baik yaitu manajemen sarana dan

prasarana. Manajemen sarana dan prasarana adalah manajemen sarana sekolah

dan sarana bagi pembelajaran, yang meliputi ketersediaan dan pemanfaatan

sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan ruangan-ruangan yang dimiliki

(Asmani, 2012: 15). Ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar penting untuk

membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Salah satu sumber belajar

yang perlu dipersiapkan adalah alat peraga yaitu untuk menunjang proses

pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika yang merupakan konsep

abstrak.

Sudjana (2000: 110) menyatakan bahwa alat peraga merupakan alat bantu

yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih

efektif dan efisien. Alat peraga dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi

mengenai materi pelajaran oleh guru kepada para siswanya (Kustandi &

Sutjiptono, 2011: 9). Alat peraga akan memudahkan siswa dan guru dalam proses

pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Alat peraga

diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan berpikir siswa, khususnya dalam

pembelajaran matematika. Pengembangan ketrampilan berpikir dalam pelajaran

(25)

metode yang digunakan oleh Montessori yaitu dengan menggunakan berbagai

material atau alat peraga.

Alat peraga yang digunakan dalam Montessori memiliki karakteristik

menarik, bergradasi, auto correction, auto education dan kontekstual (Montessori 2002: 172). Berdasarkan observasi dan eksperimen yang dilakukan oleh Maria

Montessori, dia telah membuktikan bahwa dengan menggunakan berbagai alat

peraga anak-anak mampu mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi

dan kreatif. Maria Montessori percaya bahwa kemampuan dasar dalam ilmu

pengetahuan dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak sekolah dasar dengan

diperlihatkan alat-alat peraga yang nyata berupa simbol-simbol visual dalam

membantu melakukan imajinasi (Lillard, 1997: 80). Begitu juga dalam pengajaran

matematika ketika konsep-konsep awal dikenalkan pada siswa melalui

pengalaman belajar.

Siswa sekolah dasar lebih mudah memahami hal yang bersifat konkret,

sehingga membantunya memahami konsep dasar yang kemudian digunakan untuk

memahami konsep-konsep pada level yang lebih tinggi. Alat peraga Montessori

yang memiliki beberapa karakteristik diharapkan dapat membantu keberhasilan

siswa dan guru dalam memahami konsep matematika. Beberapa sekolah di

Indonesia telah menggunakan alat peraga Montessori. Sekolah menganggap

bahwa alat peraga Montessori memiliki kualitas yang lebih baik dibanding dengan

alat peraga yang lain. Nurkolis (2003: 97) mengatakan bahwa kualitas yang baik

dapat memuaskan pelanggan, melebihi kebutuhan dan harapan. Jika diartikan

(26)

proses pembelajaran dan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga dapat

memuaskan siswa dan guru sebagai pengguna khususnya pada pendidikan

matematika. Tercapainya kualitas pendidikan yang baik merupakan keberhasilan

bagi siswa maupun guru.

Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan

sehingga termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa (Danim &

Khairil, 2010: 50). Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingakan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan

harapannya (Sunyoto, 2012: 223). Pelanggan dalam konteks penelitian ini adalah

siswa dan guru. Siswa dan guru merasa puas jika kinerja pada alat peraga sesuai

dengan harapan dan kebutuhannya. Siswa dan guru yang memperoleh hasil

memuaskan, akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat,

agar mendapat hasil yang lebih memuaskan (Daryanto, 2007: 9). Kepuasan siswa

dan guru diketahui melalui pengukuran tingkat kepuasan. Manfaat pengukuran

kepuasan yaitu untuk mengetahui kinerja suatu produk sehingga dapat melakukan

perbaikan produk tersebut dan memastikan bahwa perubahan mengarah pada

perbaikan kinerja pada produk.

Melihat penjelasan yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk

melakukan sebuah penelitian dengan melihat tingkat kepuasan siswa dan guru

terhadap alat peraga yang diciptakan oleh Maria Montessori yang digunakan

untuk alat bantu dalam pembelajaran matematika. Tingkat kepuasan terhadap alat

peraga penting diketahui untuk melihat apakah alat peraga dapat membantu siswa

(27)

pelajaran matematika. Tingkat kepuasan ini juga penting diketahui sebagai

masukan untuk mengupayakan alat peraga yang lebih memfasilitasi dalam

pembelajaran. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika

Berbasis Metode Montessori”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan oleh peneliti, dapat

diidentifikasi adanya beberapa masalah. Masalah-masalah tersebut mengenai

kesulitan siswa dalam memahami materi matematika yang mengandung konsep

abstrak dan kesulitan guru dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak

ke kontekstual. Masalah lain yaitu mengenai rendahnya prestasi pendidikan

matematika di Indonesia, serta menyangkut manajemen pendidikan khususnya

dalam komponen sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang dimaksud

adalah alat peraga.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada tingkat kepuasan siswa dan guru kelas I SD

Karitas Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 terhadap alat peraga bola

penjumlahan yang digunakan dalam pembelajaran matematika berbasis metode

Montessori. Alat peraga matematika bebasis metode Montessori yang digunakan

dalam penelitian ini berupa bola penjumlahan. Standar Kompetensi (SK) 4

(28)

pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) 4.5 menggunakan sifat operasi

pertukaran dan pengelompokan khususnya pada penjumlahan. Alasan peneliti

memilih KD ini karena melihat bahwa masih banyak siswa yang mengalami

kesulitan memahami materi tentang sifat-sifat operasi pertukaran dan

pengelompokan pada penjumlahan. Penelitian ini menggunakan dua kuesioner

yaitu kinerja dan kepentingan dengan tujuh indikator. Tujuh indikator tersebut

meliputi auto education, menarik, bergradasi, auto correction, kontekstual, life,

workmanship.

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini

adalah sebagai berikut:

1. Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori?

2. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori?

E. Tujuan Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penilitian ini adalah:

1. Mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori.

2. Mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga

(29)

F. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi siswa

Siswa dapat mengetahui tentang penggunaan alat peraga Montessori pada mata

pelajaran matematika dan mau ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran

matematika di kelas.

2. Bagi guru

Guru dapat mengetahui penggunaan alat peraga Montessori pada mata

pelajaran matematika dan belajar lebih mendalam mengenai metode

Montessori guna membantu siswa mendapatkan pemahaman terhadap konsep

matematika.

3. Bagi Sekolah

Sekolah dapat menambah koleksi satu bacaan di perpustakaan yang kemudian

dimanfaatkan oleh guru dan warga sekolah untuk menggunakan hasil

penelitian untuk mempertimbangkan strategi dalam kegiatan belajar mengajar.

Sekolah juga dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk pengadaan

alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

4. Bagi peneliti

Peneliti mendapat pengalaman berharga dalam melakukan penelitian tentang

tingkat kepuasaan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga Montessori

(30)

G. Definisi Operasional

Upaya untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran pada penelitian ini,

maka peneliti membuat tiga belas batasan pengertian yang dituangkan dalam

definisi operasional, yaitu sebagai berikut:

1. Tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingakan

suatu kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan yang

diharapkan.

2. Kinerja adalah perasaan siswa dan guru terhadap hasil kerja alat peraga

matematika berbasis Montessori setelah menggunakan.

3. Kepentingan adalah keinginan siswa dan guru terhadap alat peraga

matematika berbasis Montessori.

4. Penilaian Acuan Normal (PAN) tipe II adalah teknik analisis yang digunakan

untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat

peraga matematika berbasis Montessori dengan menggunakan nilai rata-rata

kelompok.

5. Importance and Performance Analysis (IPA) adalah teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui item mana saja yang menunjukkan tingkat

kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika

berbasis Montessori.

6. Alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu dan

menyampaikan pesan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat

(31)

7. Matematika adalah suatu mata pelajaran yang berkaitan dengan penalaran

yang berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia yang harus

dipelajari dan dikuasai oleh setiap orang.

8. Pembelajaran matematika adalah pembelajaran dalam mata pelajaran

matematika di sekolah pada jenjang pendidikan yang menyajikan konsep atau

prinsip matematika dan menemukan bagaimana cara mengaplikasikannya

dalam dunia nyata.

9. Alat peraga matematika adalah alat yang digunakan untuk membantu dan

menyampaikan pesan pada mata pelajaran matematika dalam pross belajar

mengajar.

10.Metode montessori adalah metode yang digunakan untuk mengoptimalkan

panca indera siswa melalui penggunaan alat peraga.

11.Alat peraga bola penjumlahan adalah alat peraga yang terbuat dari

manik-manik berbentuk bulat digunakan untuk materi sifat operasi penjumlahan.

12.Siswa adalah anak kelas I SD Karitas Yogyakarta yang pernah menggunakan

alat peraga berbasis metode Montessori berupa bola penjumlahan tahun

pelajaran 2013/2014.

13.Guru sekolah dasar adalah pengajar kelas I SD Karitas Yogyakarta yang

pernah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori

(32)

12 BAB II KAJIAN TEORI

Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat

kepuasan siswa dan guru terhadap alat peraga berbasis metode Montessori. Bab II

membahas mengenai kajian teori yang berisi teori- teori yang mendukung,

penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka berisi tentang kajian dari beberapa buku dan jurnal

penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung penelitian

diantaranya mengenai Montessori, matematika, alat peraga, alat peraga bola

penjumlahan, dan tingkat kepuasan.

1. Montessori

Pada bagian ini berisi tentang kajian dari beberapa buku dan jurnal

penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung penelitian

diantaranya mengenai riwayat Montessori, metode Montessori, dan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori.

a. Riwayat Montessori

Pembelajaran Montessori merupakan sebuah karya dari seorang dokter

yaitu Dr. Maria Montessori. Beliau lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota

Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia Utara. Pada tahun 1896, Montessori

memperoleh gelar Doctor of Medicine di Italia. Montessori bekerja di klinik psikiatrik Universtas Roma yang pekerjaannya berhubungan dengan masalah

(33)

Maria Montessori untuk mengajukan program yang menginstitusionalisasikan

anak-anak terbelakang mental yang lapar akan pengalaman. Beliau merasa bahwa

anak-anak tersebut mampu diajarkan selayaknya anak-anak normal (Crain,

2007:97).

Maria Montessori mengatakan bahwa dari lahir sampai usia enam tahun,

anak mempunyai daya serap tinggi (absorbent mind). Pada periode ini anak mempunyai kemampuan yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi dari

lingkungan sekitarnya dengan sendirinya. Semua kemampuan anak tersebut dapat

diaplikasikan dalam sekolah yaitu dalam pendidikan Montessori yang didirikan

oleh Maria Montessori. Pendidikan Montessori yang baik ialah mereka yang dapat

memaksimalkan pendidikan anak dengan mengenalkan bahan, alat dan kegiatan

khusus yang dirancang untuk merangsang intelegensi anak. Mendorong anak

untuk memusatkan perhatian ke suatu kegiatan tertentu akan membuat ia

mencapai kemampuan optimumnya dalam lingkungan. Secara spontan

kesenangan akan belajar akan terungkap sewaktu anak diberi kebebasan (dalam

batasan tertentu) untuk menentukan keinginannya (Crain, 2007).

Seorang guru dalam Montessori harus terlatih sebagai pemberi fasilitas di

kelas, selalu siap membantu dan mengarahkan anak. Tujuan mereka ia lah

merangsang keinginan anak untuk belajar kemudian mengarahkannya tanpa ikut

campur dengan keinginan alami anak untuk belajar dan menjadi mandiri. Setiap

anak akan belajar dengan aktivitas pribadinya dan belajar untuk mengerti sesuai

dengan kebutuhan dan kemampuannya yang unik. Semua perabotan dan peralatan

(34)

Kelas Montessori yang baik mempunyai lingkungan kegiatan yang membuat anak

sibuk dan produktif dan ceria. Diciptakan pula secara khusus suatu kebebasan,

tanggung jawab, perkembangan sosial dan intelektual anak secara spontan.

(Missbarbara.net, 2007).

b. Metode pembelajaran Montessori

Sekolah Montessori berusaha untuk mengajarkan anak rasa kekeluargaan

dan membantu mereka untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Montessori

berusaha menciptakan lingkungan dimana anak dapat belajar untuk berdikari.

Anak dapat belajar menjadi bagian keluarga sehingga mereka dapat menyayangi

yang lebih muda, belajar dari yang lebih tua, mempercayai orang lain dan belajar

menjadi asertif bukannya agresif (Geocities, 2007).

Maria Montessori kemudian berusaha mengembangkan sebuah metode

pendidikan yang melawan pola-pola pendidikan konvensional. Montessori

memulai metode eksperimental selama 2 tahun di Casadei Bambini (rumah anak-anak usia 3-6 tahun). Montessori mendapat inspirasi untuk mengembangkan

metode pendidikannya melalui temuan-temuan oleh Edward Seguin dan Jean

Marc Gaspard Itard yang berhasil mendidik anak-anak yang terbelakang mental

dan cacat indera semi permanen. Montessori menginginkan adanya

pengembangan sistem pedagogi ilmiah yang berbeda dari sebelumnya melalui 2

aspek yang saling terkait, yaitu pertama berkaitan dengan guru, pembaharuan

sekolah semestinya bersamaan dengan persiapan guru yang terbiasa dengan

metode eksperimental. Kedua berkaitan dengan siswa, sebaiknya siswa diberi

(35)

dirinya, dari sini guru dapat mengamati perkembangan masing- masing siswa

dengan cermat (Montessori, 2002: 28).

Tujuan pokok yang hendak dicapai oleh Montessori adalah membuat

anak-anak mandiri dan melakukan segala sesuatu sendiri. Pendekatan Montessori tidak

pernah di temukan hukuman. Pembelajaran Montessori memfasilitasi anak belajar

dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang didesain disebut alat peraga

didaktis yang didalamnya memiliki unsur pengendali kesalahan atau alat peraga

tersebut sudah mampu menjawab letak kesalahan anak. Montessori mengatakan “

manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena

mereka mengalami sendiri dan melakukannya sendiri, pengalaman adalah guru

terbaik”. Pendekatan Montessori menyebutkan guru dengan sebutan direktris

karena fungsi guru lebih sebagai pengarah, fasilitator dan observatory.

Pembelajaran menggunakan alat peraga atau media belajar yang memiliki

pengendali kesalahan lebih menarik bagi siswa dan lebih membuat siswa mampu

berkonsentrasi sehingga dapat memahami materi yang diajarkan (Magini:

2013:43-55).

c. Karakteristik Alat Pe raga Montessori

Alat peraga yang diciptakan oleh Montessori memiliki ciri-ciri atau

karakteristik yaitu menarik, bergradasi, auto correction, dan auto education, dan

kontekstual. Menarik yaitu menarik bagi siswa untuk menggunakan alat peraga

ketika alat peraga yang dibuat mampu membangkitkan motivasi siswa dalam

(36)

memegang, dan merasakan suatu benda nyata. Alat peraga yang dibuat lembut

dan warna yang ditampilkan cerah (Montessori, 2002: 175).

Bergradasi, bahwa alat peraga Montessori memiliki rangsangan dengan

gradasi yang rasional (Montessori, 2002: 175). Contohnya seperti yang dikatakan

oleh Magini (2007: 49) dimana ada seorang gadis kecil yang berusia tiga tahun

mengambil balok silinder dan mencoba memasangkannya secara bergradasi dan

membongkar pasangan balok silinder sebanyak empat puluh dua kali. Alat peraga

balok silinder merupakan salah satu alat peraga yang diciptakan oleh Montessori,

balok silnder memiliki ukuran- ukuran yang berbeda-beda. Berbagai ukuran

silinder dimasukkan kedalam lubang-lubang kayu sampai memperoleh bentuk

yang pas. Gradasi alat peraga dapat berupa gradasi warna, bentuk, ukuran, dan

gradasi umur. Gradasi umur artinya alat peraga tersebut dapat digunakan oleh

semua orang.

Auto correction merupakan alat peraga yang mempunyai pengendali jika terdapat kesalahan. Pengendali kesalahan alat peraga dapat berupa kunci jawaban

atau ketika menggunakan alat peraga dan terjadi kesalahan, anak dapat

mengetahuinya. Anak mampu mengetahui kesalahannya sendiri tanpa

diberitahukan orang lain. Contohnya pada alat peraga balok silinder tadi, siswa

akan menggunakan alat tersebut sampai memperoleh bentuk dan ukuran yang pas

dengan cara melakukannya secara berulang- ulang hingga ia berhasil menemukan

pembenaran (Montessori, 2002: 175).

(37)

pembelajaran tanpa campur tangan orang dewasa (Montessori, 2002: 175). Guru

hanya sebagai pengamat yang mengamati siswa dan melihat kondisi kesiapan

siswa dengan memperkirakan kebutuhan khusus yang dimilikinya (Crain, 2007:

100).

Karakteristik alat peraga Montessori yang kelima adalah kontekstual.

Peneliti menambahkan karakteristik kontekstual karena pembelajaran dalam

Montessori menggunakan alat peraga yang terbuat dari bahan-bahan yang ada di

lingkungan sekitar. Pembelajaran Montessori juga menggunakan bahan-bahan

yang diketahui oleh siswa.

2. Matematika

Pada bagian sub bab matematika berisi tentang kajian dari beberapa buku

dan jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori- teori yang mendukung penelitian

diantaranya mengenai pengertian matematika dan pembelajaran matematika di

SD.

a. Pengertian Matematika

Matematika merupakan ide- ide yang abstrak berisi simbol-simbol. Konsep

matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol

(Susanto, 2013: 183). Konsep-konsep tersebut telah disusun secara sistematis

berdasarkan konsep yang paling sederhana hingga konsep yang lebih kompleks.

Kemampuan terhadap penguasaan konsep merupakan syarat supaya bisa

menguasai konsep selanjutnya.

Dikemukakan pula oleh Hudojo (2001: 45) yang mendefinisikan

(38)

menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif merupakan penalaran

berdasarkan konsistensi sehingga kebenarannya telah pasti. Matematika dapat

dikatakan sebagai konsep yang abstrak karena dalam matematika berhubungan

dengan simbol yang membutuhkan penalaran dalam memahami

simbol-simbol tersebut.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa matematika merupakan suatu ilmu

yang berkaitan dengan konsep abstrak menggunakan penalaran. Matematika yang

tidak mudah untuk dipahami oleh siswa pada umumnya. Mata pelajaran

matematika di sekolah dasar berisi bahan pelajaran yang menekankan agar siswa

mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya

dengan praktek kehidupan sehari-hari.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar oleh guru

untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan

kemampuan berpikir dan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya

meningkatkan kemampuan penguasaannya terhadap materi (Susanto 2013:

185-186). Beliau menambahkan bahwa untuk menyampaikan tujuan pembelajaran

matematika, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi

pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan

mengembangkan pengetahuannya. Mata pelajaran matematika perlu diberikan

kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan

kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja

(39)

Ruseffendi (1979: 56) menyatakan bahwa alasan pentingnya pembelajaran

matematika di sekolah dasar diantaranya adalah dengan adanya pembelajaran

matematika siswa dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupannya

khususnya dalam hal berkomunikasi dan berhitung. Susanto (2013: 7) menyatakan

bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan supaya siswa

tidak hanya mempunyai keterampilan dalam menggunakan matematika,

melainkan dapat pemberikan bekal kepada siswa dalam penerapan di tengah

masyarakat.

Konsep-konsep pada kurikulum matematika di sekolah dasar dapat dibagi

menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep,

dan pembinaan keterampilan. Penjelasan ketiga konsep tersebut adalah (1)

Penanaman konsep dasar merupakan cara me nghubungkan kemampuan kognitif

siswa dengan konsep baru matematika yang abstrak. Alat peraga diharapkan dapat

membantu kemampuan pola pikir siswa saat penanaman konsep dasar, (2)

Pemahaman konsep bertujuan agar siswa lebih mmahami konsep matematika.

Pelaksanaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan kegiatan penanaman

konsep dasar dan bisa juga dilakukan pada waktu yang berbeda, (3) Pembinaan

keterampilan merupakan penanaman konsep dasar dan pemahaman konsep.

Tujuannya agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep

matematika.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa pembelajaran matematika di

sekolah dasar sangat penting untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa

(40)

Pembelajaran matematika memberikan gambaran bahwa dalam belajar

matematika tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang

psikomotor dan efektif. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan

kepribadian dan pembentukan kemampuan berp ikir yang bersandar pada hakikat

matematika. Mata pelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan

berkomunikasi dengan mengunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman

penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan

dalam kehidupan sehari-hari.

c. Manfaat Alat Peraga Matematika

Saat siswa melihat, memegang dan memanipulasi suatu obyek atau alat

peraga, disitulah siswa mengalami pengalaman nyata dalam kehidupan tentang

arti dari suatu konsep. Siswa dapat belajar dari berbagai pengalaman ketika

menggunakan benda nyata tersebut secara langsung. Manfaat alat peraga

matematika antara lain (1) memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep

dalam matematika, (2) dengan berbagai kecerdasan yang berbeda, dapat

memberikan pengalaman belajar yang efektif bagi siswa, (3) memotivasi siswa

untuk menyukai pelajaran matematika (4) memberikan kesempatan bagi siswa

yang lebih lamban berpikir untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan berhasil,

(5) memperkaya program pembelajaran bagi siswa yang lebih pandai, dan (6)

efisiensi waktu (Suharjana, 2009: 3-4).

Hasan (2011: 108) menjelasakan bahwa alat peraga dapat digunakan

sebagai perantara antara hal yang konkret dari pemahaman siswa dengan konsep

(41)

dalam memahami materi pelajaran matematika dengan konsep yang abstrak atau

berupa simbol-simbol matematika. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa alat

peraga matematika mempunyai manfaat yang besar bagi pemahaman siswa

terhadap konsep-konsep dalam matematika serta dapat melibatkan siswa untuk

belajar aktif.

3. Alat Peraga

Bagian sub bab alat peraga berisi tentang kajian dari beberapa buku dan

jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung penelitian

diantaranya mengenai pengertian dan manfaat alat peraga.

a. Pengertian Alat Peraga

Sudjana (2000:10) mengemukakan bahwa a lat peraga adalah alat bantu

yang digunakan oleh guru dalam proses belajar agar siswa lebih efektif dan

efisien. Estiningsih (dalam Suharjana, 2009:3) mengemukakan bahwa alat peraga

adalah media yang digunakan dalam pembelajaran dengan membawakan ciri-ciri

dari konsep yang dipelajari. Dikemukakan pula oleh Suharjana (2009:3) bahwa

penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam menanamkan dan

mengembangkan konsep yang abstrak menjadi konkret.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa alat peraga adalah suatu alat yang

dapat digunakan untuk membantu dan menyampaikan pesan dalam proses belajar

mengajar. Alat peraga juga dapat membantu siswa dalam pembelajaran untuk

mencapai tujuan pembelajaran, serta dapat merangsang pikiran, perasaan,

perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar

(42)

benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang

digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep

atau prinsip-prinsip dalam matematika.

b. Manfaat Alat Peraga

Suharjana (2009: 3) menyebutkan maksud digunakannya alat peraga dalam

pembelajaran matematika, yaitu pertama, dapat memudahkan siswa dalam

memahami konsep-konsep dalam matematika. Kedua, dapat memberikan

pengalaman yang efektif bagi siswa dengan kecerdasan yang berbeda. Ketiga,

dapat menjadi motivasi siswa untuk menyuka i pelajaran matematika. Keempat,

memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih lamban berpikir untuk

menyelesaikan tugas dengan berhasil. Kelima, dapat memperkaya program

pembelajaran bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Keenam,

dapat memudahkan abstraksi. Ketujuh, dapat mengusahakan adanya efisiensi

waktu. Kedelapan, dapat menunjang kegiatan matematika di luar sekolah.

Sitanggang & Widyaiswara (2013: 4) menyebutkan bahwa manfaat alat

peraga matematika, antara lain (1) memberi motivasi, (2) memperkenalkan,

memperbaiki, mengembangkan pengertian konsep matematika, (3) mempermudah

abstraksi, yaitu memudahkan memahami konsep matematika yang abstrak, (4)

memberikan variasi dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dengan teori

yang dipelajari, (5) waktu pembelajaran lebih efisien karena siswa lebih mudah

mengerti, dan (6) mengembangkan suatu topik pelajaran. Manfaat lain

dikemukakan oleh Sugiarni (2012: 55) bahwa alat peraga juga bermanfaat sebagai

(43)

pembelajaran, memberi tekanan pada materi pelajaran yang penting, memberi

variasi dalam kegiatan pembelajaran dan memotivasi belajar siswa. Kegiatan

pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa senang dan termotivasi untuk

mengikuti kegiatan pembelajaran.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa manfaat alat peraga adalah untuk

memahami konsep. Manfaat lain yaitu memberi pengalaman belajar, memotivasi,

membantu siswa yang masih lamban, serta menghemat waktu. Alat peraga juga

dapat digunakan untuk menunjang kegiatan di luar kelas dan menambah program

belajar siswa yang pada taraf pintar.

4. Alat Peraga Bola Penjumlahan

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga bola

penjumlahan Montessori. Alat peraga bola penjumlahan Montessori digunakan

untuk membantu siswa kelas I semester genap pada materi sifat operasi

penjumlahan. Standar Kompetensi (SK) 4 yaitu 4 melakukan penjumlahan dan

pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah. Kompetensi

Dasar (KD) 4.5 menggunakan sifat operasi pertukaran dan pengelompokan

khususnya pada penjumlahan. Alat peraga terbuat dari manik- manik sehingga

dinamai bola penjumlahan. Alat peraga ini berbentuk kotak jika dilihat dari

luarnya. Kotak terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menyimpan alat peraga.

(44)

Gambar 2.1 Alat Peraga Bola Penjumlahan secara keseluruhan

Gambar 2.1 memperlihatkan seluruh alat peraga bola penjumlahan jika

dilihat dari secara keseluruhan. Alat peraga bola penjumlahan merupakan replika

dari alat peraga Montessori individual golden bead material (Nienhuis, 2012). Kotak yang dibuat berisi bola penjumlahan berwarna merah yang terdiri dari bola

satuan, bola puluhan, dan bola ratusan. Terdapat juga kartu bilangan yang terdiri

dari kartu bilangan satuan berwarna hijau, kartu bilangan puluhan berwarna b iru,

kartu bilangan ratusan berwarna merah, tanda kurung, dan tanda operasi hitung

yang berupa simbol penjumlahan (+) lengkap dengan tanda sama dengan (=), serta

alas kerja. Cara menggunakannya alat peraga bola penjumlahan yaitu:

a. Direktris menyiapkan tempat kerja.

b. Anak diminta duduk di sebelah kanan direktris.

c. Direktris mengambil salah kartu soal, meletakkannya di atas karpet sambil

berkata, “Tiga tambah empat”.

(45)

e. Direktris mengambil kartu bilangan 3 dan di letakkan pada alas kerja sebelah

kiri garis.

f. Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya

di samping kartu bilangan 3.

g. Direktris mengambil kartu bilangan 4 kemudian meletakkannya di samping

kartu simbol penjumlahan (+).

h. Direktris meminta anak untuk memasangkan bola sesuai dengan jumlah yang

ada pada kartu soal.

i. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua bola.

j. Direktris membalik kartu soal yang berisi jawabannya.

k. Direktris meminta anak menuliskan hasil penjumlahan tersebut pada lembar

kerja.

l. Direktris bertanya kepada anak, “Bagaimana jika kita kerjakan soal ini

(46)

m. Direktris mengambil kartu soal dan meletakkannya di atas karpet., sambil

berkata, “Empat tambah tiga”.

n. Direktris mengambil kartu bilangan 4 dan di letakkan pada alas kerja sebelah

kiri garis.

o. Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakka nnya

di samping kartu bilangan 4.

p. Direktris mengambil kartu bilangan 3 kemudian meletakkannya di samping

kartu simbol penjumlahan (+).

q. Direktris meminta anak untuk memasangkan bola yang sesuai dengan jumlah

yang ada pada kartu soal.

r. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua bola.

(47)

t. Jawabannya sama, yaitu 3 + 4 = 4 + 3

= 7

u. Direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada

pada halaman sebalik kartu soal.

5. Tingkat Kepuasan

Pada bagian sub bab tingkat kepuasan berisi tentang kajian dari beberapa

buku dan jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung

penelitian diantaranya mengenai pengertian tingkat kepuasan, faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat

kepuasan, dan karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan.

a. Pengertian Tingkat Kepuasan

Terdapat beberapa pengertian kepuasan menurut para ahli. Tjiptono (2004:

147) berpendapat bahwa “kepuasan pelanggan adalah mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan”. Sunyoto (2012: 223) berpendapat

bahwa “kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah

membandingakan kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya”. Kinerja yang dirasakan adalah perasaan pelanggan terhadap apa yang diterimanya

setelah menggunakan produk tertentu (Tjiptono, 2004: 147). Pelanggan adalah

seseorang yang menggunakan produk tertentu. Pelanggan dalam konteks

(48)

pendidikan. Kepuasan sangat tergantung pada mutu suatu produk (Supranto,

2006: 2).

Kotler (2013: 150) “satisfaction is a person’s feelings of pleasure or

disappointment that result from comparing a product’s perceived performance (or

outcome) to expectations”. Kepuasan dalam konteks penelitian ini adalah dalam

bidang pendidikan. Kepuasan siswa merupakan sikap siswa yang memperlihatkan

rasa senang atas pelayanan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru

karena adanya kesesuaian antara apa yang mereka harapkan dengan kenyataan

yang telah diterimanya dengan menggunakan indikator mutu pelayanan (Sopiatin

2010:33). Tingkat kepuasan dapat dialami oleh setiap orang. Seseorang yang

dapat mengalami tingkat kepuasan jika, a) kinerja di bawah harapan maka

seseorang akan merasa kecewa, b) kinerja dapat sesuai dengan harapan maka

seseorang akan merasakan adanya kepuasan, c) masalah bisa melebihi harapan

maka seseorang akan merasa sangat puas (Kotler dalam Sunyoto, 2012:223).

Pengaruh harapan terhadap kepuasan digambarkan dan dijelaskan oleh Midie

(dalam Sopiatin, 2010:36).

Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan

Minimal yang didapat Yang selayaknya

Ideal

(49)

Gambar 2.2 menunjukkan tentang pengaruh harapan terhadap kepuasan

yang ideal dengan yang ingin didapatkan (Mudie, Peter, dan Angela dalam

Tjiptono, 2004: 152). Harapan yang semakin dekat dengan kondisi ideal akan

memungkinkan semakin besar tercapainya kepuasan. Seseorang dapat ditentukan

berada pada tingkat kepuasan dengan melihat hasil- hasil yang diperoleh maupun

kinerja yang dilakukan. Penjelasan yang telah dikemukakan kemudian dapat

disimpulkan bahwa tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang yang

dipengaruhi oleh kesesuaian antara kinerja dan harapan yang diinginkan atau hasil

yang diterima terhadap suatu produk.

Konteks penelitian ini berarti bahwa siswa dan guru akan timbul perasaan

puas jika kinerja dari suatu produk sama atau sesuai dengan harapannya. Siswa

dan guru akan merasa sangat puas jika kinerja dari suatu produk dapat melebihi

harapannya. Sebaliknya, siswa dan guru akan merasa tidak puas jika kinerja dari

suatu produk lebih rendah daripada harapannya. Kesimpulan yang dapat diperoleh

bahwa tingkat kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap kesesuaian antara

harapan dan kinerja yang diterima dari suatu produk.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Ratnasari dan Aksa (2011: 117-118) berpendapat bahwa faktor- faktor yang

mempengaruhi kepuasan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional,

harga, dan biaya. Pertama kualitas produk, pelanggan akan merasa puas jika

produk yang dihasilkan tersebut berkualitas. Jika diimplementasikan dalam dunia

pendidikan, maka guru dan siswa merasa puas jika alat peraga yang digunakan

(50)

harapan akan menimbulkan rasa puas pada pelanggan. Implementasi dalam dunia

pendidikan, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa merasa puas terhadap kualitas

pelayanan dari alat peraga yang dapat membuat siswa dan guru mengerti materi

matematika.

Faktor ketiga emosional, pelanggan akan merasa puas ketika memiliki rasa

percaya diri memakai produk. Implementasi dalam dunia pendidikan, dapat

dikatakan bahwa guru dan siswa merasa percaya diri ketika dapat mengerjakan

soal matematika dengan menggunakan alat peraga. Keempat harga, guru dan

siswa tertarik dengan melihat alat peraga yang memiliki kualitas yang sama

dengan alat peraga lain tetapi dengan harga yang lebih rendah. Implementasi

dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa ingin memiliki

jika alat peraga yang digunakan memiliki harga yang rendah. Kelima biaya, guru

dan siswa tidak mengeluarkan biaya tambahan atau waktu untuk mendapatkan alat

peraga. Implementasi dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa siswa dan

guru tidak perlu mengeluarkan biaya atau waktu untuk memiliki alat peraga serta

mudah diperbaiki.

Tjiptono (2008: 28) menjelaskan bahwa harapan pelanggan mempunyai

peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan

pelanggan. Produk yang sesuai dengan harapan dapat dikatakan sebagai produk

yang berkualitas dan dapat menimbulkan kepuasan bagi pelanggannya.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

kepuasan dapat dilihat dari sudut pandang kebutuhan pelanggan atau kebutuhan

(51)

Masing-masing sudut pandang memiliki argumen dan penjelasan logis sendiri-sendiri.

Kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, dan biaya juga dapat

mempengaruhi tingkat kepuasan.

c. Manfaat Tingkat Kepuasan

Lupiyoadi (2013: 229) mengemukakan bahwa manfaat tingkat kepuasan

adalah dapat meningkatkan perasaan puas pelanggan dan upaya mempertahankan

pelanggan hingga akhirnya akan menghasilkan profit yang lebih besar. Pendapat

lain dijelaskan oleh Adisaputro (2010:71) bahwa manfaat kepuasan adalah dapat

menarik, menjaga dan meningkatkan jumlah siswa dan guru dalam menggunakan

alat peraga. Ratnasari dan Aksa (2011:118) menambahkan manfaat kepuasan

yaitu supaya pelanggan dapat mempergunakan alat peraga kembali dan

menyarankan orang lain untuk menggunakan alat peraga. Manfaat kepuasan juga

menjaga dan menambah jumlah pengguna alat peraga dengan cara menyarankan

kepada orang lain.

Pada konteks pendidikan, puas atau tidaknya siswa dan guru sebagai

pengguna alat peraga akan berpengaruh kepada sekolah. S iswa dan guru akan

puas jika jasa yang diberikan sekolah memenuhi harapan yang mereka inginkan.

Sekolah membangun harapan tinggi kepada siswa dan guru serta memberikan

dorongan untuk mencapai harapan-harapan tersebut.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa tingkat kepuasan sangat

bermanfaat sebagai umpan balik terhadap pelayanan sekolah. Kepuasan siswa dan

guru sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu sekolah, setiap siswa yang

(52)

guru yang merasa puas dengan senang hati akan mempromosikan kualitas

pelayanan yang telah diberikan oleh sekolah, sehingga masyarakat akan merasa

yakin terhadap suatu sekolah yang telah memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya,

siswa dan guru yang tidak puas terhadap suatu produk akan mengembalikan

produk tersebut dan memberikan informasi negatif tentang produk tersebut pada

orang-orang disekitarnya. Siswa dan guru yang puas terhadap suatu produk juga

akan menggunakan kembali produk tersebut.

d. Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran tingkat kepuasan penting untuk melihat sejauh mana

pelanggan sudah merasa puas akan alat peraga, sehingga dapat diusahakan

kepuasan yang lebih kepada para pelanggannya. Kotler (dalam Tjiptono

2004:148) mengemukakan empat cara untuk mengukur tingkat kepuasan yaitu

sebagai berikut: Pertama, sistem keluhan dan saran yaitu cara untuk mengetahui

gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan memberikan mereka

kesempatan menyampaikan pendapat, keluhan dan saran. Pendapat, keluhan dan

saran pengguna barang atau jasa dapat disampaikan melalui kotak saran maupun

kartu komentar. Kedua, survei kepuasan pelanggan cara untuk mengetahui

gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa yang paling umum digunakan

produsen. Survei dilakukan dengan menyebar koesioner maupun wawancara

langsung kepada pengguna barang atau jasa. Ketiga, gost Shopping yaitu cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan

Gambar

Tabel 4.37  Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Workmanship .................  174
Gambar 4.13   Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan
Gambar 2.1 Alat Peraga Bola Penjumlahan secara keseluruhan
Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

Simulasi sistem antar modem konfigurasi yang ditunjukkan pada jika dikondisikan pada kondisi ad hoc , jika node 1 akan menghubungi node 3 yang tidak dalam

Seperti telah diuraikan di atas, untuk membuat resistor dalam sistem elektronika- mikro, pada prakteknya kita dapat membuat “jendela” pada lapisan silikon dioksida yang

Konsep yang digunakan pada perancangan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing di Kabupaten Bandung Barat ini dengan menerapkan Arsitektur Tropis, yang bertujuan untuk

Jadi dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu

2.2 Bayaran melalui bank hendaklah dilakukan sebelum datang ke POLISAS dan bawa semua salinan slip Wang Tunai Masuk semasa hari pendaftaran sebagai bukti

Inilah yang terutama yang mendorong kita buat menasehatkan pada Serikat supaya tentaranya yang mendarat jangan ada Belandanya, karena akan bisa mengusutkan suasana umum, tidak

Gambar 10 (a) Iref dan Iaktual beban; (b) Arus referensi kompensasi harmonisa Dengan pengaturan sedemikian rupa pada gelombang referensi sinusoidal dengan arus aktual

hak atas wilayah pertambangan merupakan pemberian hak kepada perseorangan, kelompok, koperasi, atau badan usaha dengan batas waktu tertentu sebagai tempat/lokasi untuk