TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Maya Safitri
NIM: 101134062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
i
TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA
BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat
Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan
Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
Oleh:
Yuliana Maya Safitri
NIM: 101134062
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS SANATA DHARMA
YOGYAKARTA
iv
PERSEMBAHAN
Skripsi ini kupersembahkan untuk:
Tuhan Yang Maha Kuasa, yang selalu memberikan kesehatan serta
kekuatan kepadaku.
Almamater Sanata Dharma.
Orang tuaku Bapak Marselus Halimah dan Ibu Sugiarti yang selalu
mendukungku baik moral maupun material.
Dosen Pembimbingku Bu Catur dan Bu Hana yang telah membimbingku
dengan sabar.
Adikku Yohanes Indra Darma yang selalu memberikan dukungan.
Kekasihku Yohanes Gayuh Adi Wibowo yang selalu membantu dan
memberikan semangat.
Sahabat-sahabat seperjuanganku, Afi, Meli, Tina, Bayu, Okta, Koko,
dan Wina yang selalu merangkulku dalam kesulitan dan kemudahan.
v
MOTTO
Jadilah pengubah keadaan dan bukan menjadi korban dari
perubahan
Terimalah keadaan apa pun yang sedang anda alami,
bekerja-keraslah, dan jadilah pribadi yang kuat karena
tenaga dari rencana-rencana anda.
Segera setelah itu, anda akan mulai mampu mempengaruhi
kualitas dari yang terjadi pada anda.
Dengannya, anda menjadi pengubah keadaan.
viii
ABSTRAK
TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI
Yuliana Maya Safitri Univrsitas Sanata Dharma
2014
Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurang efektifnya penggunaan alat peraga dalam pembelajaran matematika. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori, khususnya alat peraga Bola Penjumlahan. Jenis penelitian ini adalah kuantitatif deskriptif dengan metode sensus. Subjek penelitian sebanyak 54 siswa dan 2 guru kelas I SD Karitas Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner kinerja dan kepentingan. Data penelitian dianalisis menggunakan Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe II dan Importance Performance Analysis (IPA).
Hasil penelitian menunjukkan bahwa tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah cukup. Aspek alat peraga yang perlu dipertahankan prestasinya menurut siswa yaitu alat peraga membantu mengerjakan soal, memiliki bentuk menarik, warna menarik, bermacam warna, bahan yang diketahui, pernah dilihat, mudah dibawa, tidak mudah rusak, memiliki permukaan halus, dan dilem. Aspek alat peraga yang perlu dipertahankan prestasinya menurut guru yaitu alat peraga memudahkan memahami konsep matematika, memudahkan mengerjakan soal, digunakan untuk memahami konsep materi, menunjukkan kesalahan jawaban, membantu memperbaiki kesalahan, membantu menemukan kesalahan yang dibuat, digunakan berulang kali, mudah dibersihkan, direkatkan dengan kuat, dan dipaku dengan kuat.
ix
ABSTRACT
THE LEVEL OF STUDENTS AND TEACHERS SATISFACTION TOWARD THE USE OF MATHEMATICS TEACHING AID
BASED ON MONTESSORI METHOD
By:
Yuliana Maya Safitri Sanata Dharma University
This research was triggered by the ineffectiveness of the use of teaching aids in mathematic. This study was intended to find out student and teacher’s satisfaction level toward the use of mathematics teaching aid based on Montessori methods, especially Bola Penjumlahan. This study was a descriptive and quantitative researchcensus method. The subjects were 54 students and 2 teachers in grade 4 of Karitas Elementary School in Yogyakarta. The data collection method was questionnaires which was used to assess the importance and the performance teaching aid. The data were analized using criterian reference method (PAN) II and Importance Performance Analysis (IPA).
The result of this research showed that students and teachers the satisfaction with teaching aid based on Montessori method were fairly satisfy. According to the students, some attributes of teaching aid needed to be maintained were helping to solve the problems, having attractive form, having interesting color, having various colors, being making by known material, being seen before, being mobile form, having durability, having smooth surface, and strongly glued. According to the teachers, attributes needed to be retained were the ability to understand mathematical concepts to questions, to understand the material, to show the wrong answers, to revise the faults, to find the faults, to be used repeatedly, easy to be cleaned, and strongly glued, as well as nailed forcefully.
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur peneliti panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang
berjudul “TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP
PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI”. Penulisan skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk
memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar di
Universitas Sanata Dharma.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi tidak akan terwujud tanpa
bantuan dari berbagai pihak. Peneliti megucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D., selaku Dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sanata Dharma.
2. Gregorius Ari Nugrahanta, S.J., S.S., BST., M.A., selaku Ketua Program
Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D., selaku dosen pembimbing I, yang telah
memberikan arahan, dorongan, semangat, serta sumbangan pemikiran yang
penulis butuhkan untuk menyelesaikan penelitian sensus ini.
4. Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd., selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bantuan ide, saran, masukan, kritik, serta bimbingan yang sangat
berguna bagi penelitian ini.
5. Agustinus Walidi, S.Pd., selaku Kepala Sekolah Dasar Karitas Yogyakarta
yang telah memberikan ijin kepada peneliti untuk melakukan penelitian di
kelas I SD Karitas Yogyakarta.
6. Brigita Rival Alpinda dan Anastasia Ngatilah, S.Pd., selaku guru kelas I SD
Karitas Yogyakarta yang telah memberikan waktu, bantuan untuk melakukan
penelitian.
7. Siswa kelas I SD Karitas Yogyakarta, yang telah bersedia menjadi subjek
xi
8. Ayah, Ibu, Adik, Saudara, dan Kekasih tercinta yang telah memberikan
fasilitas material maupun finansial serta doa yang tidak pernah berhenti dari awal hingga akhir perkuliahan.
9. Sahabat-sahabatku Meli, Afi, Tina, Okta, Koko, Bayu, Wina, Meta yang telah
memberikan kasih dan dukungan.
10.Keluarga besar PGSD’10 kelas B yang telah menjadikan aku pribadi yang
lebih kuat, tangguh, dewasa dalam iman dan mengerti tentang arti kehidupan.
11.Semua pihak yang tidak dapat saya sebutkan satu per satu, yang telah
memberikan dukungan dan bantuan selama penelitian ini.
Peneliti sangat menyadari bahwa skripsi ini jauh dari kata sempur na, oleh
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI... vii
xiii
E. Teknik Pengumpulan Data ... 57
F. Instrumen Pengumpulan Data ... 61
G.Uji Validitas dan Reliabilitas ... 64
H.Prosedur Analisis Data ... 108
I. Teknik Analisis Data ... 111
J. Jadwal Penelitian ... 116
BAB IV DESKRIPSI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 118
B.Hasil Penelitian ... 120
C.Pembahasan ... 200
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 219
B.Keterbatasan Penelitian ... 222
C.Saran ... 223
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan ... 39 Tabel 2.2 Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga
Matematika Berbasis Metode Montessori... 42 Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk
Siswa ... 58 Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk
Siswa ... 59 Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk
Guru... 60 Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk
Guru... 60 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru
untuk Expert Judgement ... 61 Tabel 3.6 Penjabaran Indikator Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa
dan Guru untuk Expert Judgement ... 62 Tabel 3.7 Rangkuman Skor Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 66 Tabel 3.8 Rangkuman Komentar Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa dan Guru... 67 Tabel 3.9 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan
Guru Sebelum dan Sesudah Expert Judgement... 70 Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa... 73 Tabel 3.11 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa
Sebelum dan Sesudah Face Validity Siswa... 76 Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Guru ... 79 Tabel 3.13 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru
Sebelum dan Sesudah Face Validity Guru ... 81 Tabel 3.14 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Guru ... 84 Tabel 3.15 Perbandingan Validitas Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk
Siswa ... 97 Tabel 3.16 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen... 99 Tabel 3.17 Perbandingan Reliabilitas Total Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa... 104 Tabel 3.18 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Siswa... 105 Tabel 3.19 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Siswa... 106 Tabel 3.20 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru berdasarkan PAN
xv
Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat
Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 122
Tabel 4.3 Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori... 123
Tabel 4.4 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto Education ... 126
Tabel 4.5 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto Education .... 127
Tabel 4.6 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 128
Tabel 4.7 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 128
Tabel 4.8 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Bergradasi... 129
Tabel 4.9 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 130
Tabel 4.10 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto Correction... 131
Tabel 4.11 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto Correction ... 132
Tabel 4.12 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Kontekstual... 133
Tabel 4.13 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 133
Tabel 4.14 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Life... 134
Tabel 4.15 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Life ... 135
Tabel 4.16 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Workmanship... 136
Tabel 4.17 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 136
Tabel 4.18 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Siswa ... 137
Tabel 4.19 Persebaran Item Kuesioner Siswa pada Diagram Kartesius untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 148
Tabel 4.20 Persebaran Item K uesioner Tingkat Kepuasan Siswa pada Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan... 152
Tabel 4.21 Konsistensi Persebaran Item dalam Kuadran pada Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa ... 155
Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru berdasarkan PAN Tipe II... 163
Tabel 4.23 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 164
Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori... 165
Tabel 4.25 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto Education ... 166
Tabel 4.26 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto Education... 167
Tabel 4.27 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 167
Tabel 4.28 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 168
Tabel 4.29 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 169
Tabel 4.30 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 169
Tabel 4.31 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto Correction ... 170
Tabel 4.32 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto Correction... 171
Tabel 4.33 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 171
Tabel 4.34 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 172
Tabel 4.35 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Life ... 173
xvi
Tabel 4.37 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Workmanship ... 174 Tabel 4.38 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Workmanship... 175 Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan
Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Guru... 175 Tabel 4.40 Persebaran Item Kuesioner Guru pada Diagram Kartesius untuk
Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 186 Tabel 4.41 Persebaran Item Kuesioner Tingkat Kepuasan Guru pada Diagram
Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan... 191 Tabel 4.42 Konsistensi Item Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Alat Peraga Bola Penjumlahan secara Keseluruhan... 24
Gambar 2.2 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan ... 28
Gambar 2.3 Literatur Map ... 47
Gambar 3.1 Diagram Kartesius ... 114
Gambar 4.1 Diagram Kartesius Indikator Auto Education Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 141
Gambar 4.2 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 142
Gambar 4.3 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 143
Gambar 4.4 Diagram Kartesius Indikator Auto Correction Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 144
Gambar 4.5 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 145
Gambar 4.6 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 146
Gambar 4.7 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 147
Gambar 4.8 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Siswa terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 151
Gambar 4.9 Diagram Kartesius Indikator Auto Education Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 179
Gambar 4.10 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 180
Gambar 4.11 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 181
xviii
Gambar 4.13 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
Metode Montessori ... 183 Gambar 4.14 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Guru
terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
Montessori ... 184 Gambar 4.15 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan
Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
Metode Montessori ... 185 Gambar 4.16 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan
Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 229
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 230
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 231
Lampiran 4 Hasil Expert Judgement ... 232
Lampiran 5 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Siswa ... 238
Lampiran 6 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Guru ... 242
Lampiran 7 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 246
Lampiran 8 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kepentingan... 251
Lampiran 9 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 256
Lampiran 10 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kepentingan... 258
Lampiran 11 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kinerja... 260
Lampiran 12 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 265
Lampiran 13 Output Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 270
Lampiran 14 Output Reliabilitas Total Kuesioner Kepentingan... 274
Lampiran 15 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kinerja... 278
Lampiran 16 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kepentingan... 283
Lampiran 17 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kinerja ... 288
Lampiran 18 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kepentingan... 290
Lampiran 19 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Siswa ... 292
Lampiran 20 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Siswa... 294
Lampiran 21 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 296
1 BAB I PENDAHULUAN
Bab I dalam penelitian ini akan menguraikan tentang beberapa hal,
diantaranya latar belakang masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan
penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional. Hal- hal tersebut adalah
sebagai berikut.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan mempunyai peranan penting untuk memajukan suatu bangsa.
Pendidikan yang bermutu tidak hanya mempersiapkan para peserta didiknya
untuk suatu profesi atau jabatan. Pendidikan diharapkan menjadi suatu usaha
untuk memotivasi seseorang dalam mengembangkan kualitas diri yang lebih baik
(Tatang, 2012: 14). Pendidikan sekolah dasar mempunyai tujuan agar siswa
memiliki sifat-sifat dasar sebagai warga negara yang baik, sehat jasmani dan
rohani, memiliki pengetahuan dan keterampilan, memiliki sikap dasar yang
diperlukan untuk melanjutkan pelajaran, serta mengembangkan diri sesuai dengan
asas pendidikan seumur hidup yaitu dengan belajar (Hamdani, 2011: 152). Proses
belajar dapat membantu siswa meningkatkan kemampuan-kemampuan kognitif,
afektif dan psikomotoriknya. Pendidik hendaknya dapat mengintegrasikan proses
mengantisipasi tantangan yang akan dihadapi peserta didik di masa mendatang ke
dalam berbagai mata pelajaran yang ada di sekolah. Sala h satu mata pelajaran
yang diberikan adalah matematika yang merupakan mata pelajaran wajib yang ada
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diperlukan untuk
mengembangkan pendidikan terutama ke mampuan berpikir kritis, logis, dan
sistematis dalam diri setiap siswa (Mulyono, 2003: 252). Matematika berisi
ide-ide yang abstrak dan simbol-simbol, maka konsep matematika harus dipahami
terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol (Susanto, 2013: 183).
Matematika sebagai ilmu pengetahuan yang berperan penting dalam berbagai
aspek kehidupan hendaknya dapat dipahami oleh siswa secara maksimal.
Matematika dianggap sebagai pelajaran yang sulit dipahami siswa karena adanya
konsep abstrak di dalamnya serta guru yang mengalami kesulitan dalam
menyampaikan materi matematika yang abstrak ke kontekstual (Susanto,
2013:184).
Kesulitan mempelajari matematika terbukti dengan melihat prestasi
pendidikan matematika siswa di Indonesia yang tergolong masih rendah. Hal ini
dapat dilihat berdasarkan hasil penilaian dari Trends in International Mathematics and Science Study (TIMMS) dan Programme for International Student Assessment (PISA). TIMSS adalah studi internasional tentang prestasi matematika dan sains siswa sekolah. PISA adalah studi internasional tentang prestasi dalam
bidang membaca, matematika, dan sains siswa sekolah. Hasil studi ini diharapkan
dapat digunakan sebagai masukan dalam perumusan kebijakan untuk peningkatan
mutu pendidikan (Organisation for Economic Cooperation and Developmant, 2010).
Hasil TIMSS pada tahun 2003 menunjukkan bahwa siswa Indonesia hanya
PISA menunjukkan bahwa kemampuan Matematika siswa Indonesia menduduki
peringkat 57 dari 65 negara dengan skor 371. Sekitar 43,5% siswa Indonesia tidak
mampu menyelesaikan soal PISA (the most basic PISA tasks). Sekitar 33,1%
siswa hanya bisa mengerjakan soal jika pertanyaan dari soal kontekstual diberikan
secara eksplisit serta semua data yang dibutuhkan untuk mengerjakan soal yang
diberikan secara tepat. Terdapat hanya 0,1% siswa Indonesia yang mampu
mengembangkan dan mengerjakan pemodelan matematika yang menuntut
keterampilan berpikir dan penalaran (OECD, 2010). Hasil ini menunjukkan
bahwa pendidikan matematika di Indonesia masih memerlukan perhatian yang
serius. Banyak hal masih perlu diupayakan untuk meningkatkan kemampuan
siswa dalam prestasi belajar matematikanya. Salah satu hal yang perlu diupayakan
untuk meningkatkan prestasi pendidikan matematika di Indonesia yaitu berkaitan
dengan manajemen pendidikan yang tidak berjalan dengan baik.
Manajemen pendidikan merupakan segala sesuatu yang berkenaan dengan
perencanaan, pengelolaan, pelaksanaan, dan pengawasan proses pendididkan
untuk mencapai tujuan yang efektif dan efisien (Mulyasa, 2007: 20). Proses
pendidikan yang baik tentunya jika manajemen pendidikannya dapat mencapai
tujuan dengan efektif dan efisien. Pencapaian tujuan yang efektif dan efisien dapat
terwujud jika tujuh komponen manajemen pendidikan di Indonesia mampu
diterapkan dengan baik. Tujuh komponen manajemen dalam pendidikan yaitu
manajemen kurikulum, manajemen tenaga kependidikan, manajemen kesiswaan,
manajemen keuangan, manajemen sarana dan prasarana, manajemen hubungan
Kenyataannya tujuh komponen manajemen pendidikan di Indonesia belum
diterapkan sesuai dengan yang diharapkan. Manajemen pendidikan belum
mendapatkan perhatian yang serius sehingga seluruh komponen sistem pendidikan
di Indonesia belum berfungsi dengan baik (Mulyasa, 2007: 21). Salah satu
komponen yang belum diterapkan dengan baik yaitu manajemen sarana dan
prasarana. Manajemen sarana dan prasarana adalah manajemen sarana sekolah
dan sarana bagi pembelajaran, yang meliputi ketersediaan dan pemanfaatan
sumber belajar bagi guru, siswa serta penataan ruangan-ruangan yang dimiliki
(Asmani, 2012: 15). Ketersediaan dan pemanfaatan sumber belajar penting untuk
membantu siswa dan guru dalam proses pembelajaran. Salah satu sumber belajar
yang perlu dipersiapkan adalah alat peraga yaitu untuk menunjang proses
pembelajaran terutama dalam pembelajaran matematika yang merupakan konsep
abstrak.
Sudjana (2000: 110) menyatakan bahwa alat peraga merupakan alat bantu
yang digunakan oleh guru dalam kegiatan belajar mengajar supaya siswa lebih
efektif dan efisien. Alat peraga dapat memperjelas penyajian pesan dan informasi
mengenai materi pelajaran oleh guru kepada para siswanya (Kustandi &
Sutjiptono, 2011: 9). Alat peraga akan memudahkan siswa dan guru dalam proses
pembelajaran sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai. Alat peraga
diharapkan dapat mengembangkan ketrampilan berpikir siswa, khususnya dalam
pembelajaran matematika. Pengembangan ketrampilan berpikir dalam pelajaran
metode yang digunakan oleh Montessori yaitu dengan menggunakan berbagai
material atau alat peraga.
Alat peraga yang digunakan dalam Montessori memiliki karakteristik
menarik, bergradasi, auto correction, auto education dan kontekstual (Montessori 2002: 172). Berdasarkan observasi dan eksperimen yang dilakukan oleh Maria
Montessori, dia telah membuktikan bahwa dengan menggunakan berbagai alat
peraga anak-anak mampu mengembangkan kemampuan berpikir yang lebih tinggi
dan kreatif. Maria Montessori percaya bahwa kemampuan dasar dalam ilmu
pengetahuan dapat dengan mudah dipahami oleh anak-anak sekolah dasar dengan
diperlihatkan alat-alat peraga yang nyata berupa simbol-simbol visual dalam
membantu melakukan imajinasi (Lillard, 1997: 80). Begitu juga dalam pengajaran
matematika ketika konsep-konsep awal dikenalkan pada siswa melalui
pengalaman belajar.
Siswa sekolah dasar lebih mudah memahami hal yang bersifat konkret,
sehingga membantunya memahami konsep dasar yang kemudian digunakan untuk
memahami konsep-konsep pada level yang lebih tinggi. Alat peraga Montessori
yang memiliki beberapa karakteristik diharapkan dapat membantu keberhasilan
siswa dan guru dalam memahami konsep matematika. Beberapa sekolah di
Indonesia telah menggunakan alat peraga Montessori. Sekolah menganggap
bahwa alat peraga Montessori memiliki kualitas yang lebih baik dibanding dengan
alat peraga yang lain. Nurkolis (2003: 97) mengatakan bahwa kualitas yang baik
dapat memuaskan pelanggan, melebihi kebutuhan dan harapan. Jika diartikan
proses pembelajaran dan dapat memperbaiki kualitas pendidikan, sehingga dapat
memuaskan siswa dan guru sebagai pengguna khususnya pada pendidikan
matematika. Tercapainya kualitas pendidikan yang baik merupakan keberhasilan
bagi siswa maupun guru.
Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan menghasilkan kepuasan
sehingga termotivasi untuk terus berusaha mencapai tujuan yang serupa (Danim &
Khairil, 2010: 50). Kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingakan kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan
harapannya (Sunyoto, 2012: 223). Pelanggan dalam konteks penelitian ini adalah
siswa dan guru. Siswa dan guru merasa puas jika kinerja pada alat peraga sesuai
dengan harapan dan kebutuhannya. Siswa dan guru yang memperoleh hasil
memuaskan, akan mempunyai motivasi yang cukup besar untuk belajar lebih giat,
agar mendapat hasil yang lebih memuaskan (Daryanto, 2007: 9). Kepuasan siswa
dan guru diketahui melalui pengukuran tingkat kepuasan. Manfaat pengukuran
kepuasan yaitu untuk mengetahui kinerja suatu produk sehingga dapat melakukan
perbaikan produk tersebut dan memastikan bahwa perubahan mengarah pada
perbaikan kinerja pada produk.
Melihat penjelasan yang telah dikemukakan, maka peneliti tertarik untuk
melakukan sebuah penelitian dengan melihat tingkat kepuasan siswa dan guru
terhadap alat peraga yang diciptakan oleh Maria Montessori yang digunakan
untuk alat bantu dalam pembelajaran matematika. Tingkat kepuasan terhadap alat
peraga penting diketahui untuk melihat apakah alat peraga dapat membantu siswa
pelajaran matematika. Tingkat kepuasan ini juga penting diketahui sebagai
masukan untuk mengupayakan alat peraga yang lebih memfasilitasi dalam
pembelajaran. Penelitian ini selanjutnya dituangkan dalam judul “Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika
Berbasis Metode Montessori”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang diuraikan oleh peneliti, dapat
diidentifikasi adanya beberapa masalah. Masalah-masalah tersebut mengenai
kesulitan siswa dalam memahami materi matematika yang mengandung konsep
abstrak dan kesulitan guru dalam menyampaikan materi matematika yang abstrak
ke kontekstual. Masalah lain yaitu mengenai rendahnya prestasi pendidikan
matematika di Indonesia, serta menyangkut manajemen pendidikan khususnya
dalam komponen sarana dan prasarana. Sarana dan prasarana yang dimaksud
adalah alat peraga.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada tingkat kepuasan siswa dan guru kelas I SD
Karitas Yogyakarta Tahun Pelajaran 2013/2014 terhadap alat peraga bola
penjumlahan yang digunakan dalam pembelajaran matematika berbasis metode
Montessori. Alat peraga matematika bebasis metode Montessori yang digunakan
dalam penelitian ini berupa bola penjumlahan. Standar Kompetensi (SK) 4
pemecahan masalah. Kompetensi Dasar (KD) 4.5 menggunakan sifat operasi
pertukaran dan pengelompokan khususnya pada penjumlahan. Alasan peneliti
memilih KD ini karena melihat bahwa masih banyak siswa yang mengalami
kesulitan memahami materi tentang sifat-sifat operasi pertukaran dan
pengelompokan pada penjumlahan. Penelitian ini menggunakan dua kuesioner
yaitu kinerja dan kepentingan dengan tujuh indikator. Tujuh indikator tersebut
meliputi auto education, menarik, bergradasi, auto correction, kontekstual, life,
workmanship.
D. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, rumusan masalah dalam penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori?
2. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah, maka tujuan dari penilitian ini adalah:
1. Mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori.
2. Mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga
F. Manfaat Penelitian
Manfaat yang diharapkan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Bagi siswa
Siswa dapat mengetahui tentang penggunaan alat peraga Montessori pada mata
pelajaran matematika dan mau ikut terlibat dalam kegiatan pembelajaran
matematika di kelas.
2. Bagi guru
Guru dapat mengetahui penggunaan alat peraga Montessori pada mata
pelajaran matematika dan belajar lebih mendalam mengenai metode
Montessori guna membantu siswa mendapatkan pemahaman terhadap konsep
matematika.
3. Bagi Sekolah
Sekolah dapat menambah koleksi satu bacaan di perpustakaan yang kemudian
dimanfaatkan oleh guru dan warga sekolah untuk menggunakan hasil
penelitian untuk mempertimbangkan strategi dalam kegiatan belajar mengajar.
Sekolah juga dapat mempertimbangkan hasil penelitian ini untuk pengadaan
alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
4. Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman berharga dalam melakukan penelitian tentang
tingkat kepuasaan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga Montessori
G. Definisi Operasional
Upaya untuk menghindari adanya kesalahan penafsiran pada penelitian ini,
maka peneliti membuat tiga belas batasan pengertian yang dituangkan dalam
definisi operasional, yaitu sebagai berikut:
1. Tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingakan
suatu kinerja atau hasil yang dirasakan dibandingkan dengan yang
diharapkan.
2. Kinerja adalah perasaan siswa dan guru terhadap hasil kerja alat peraga
matematika berbasis Montessori setelah menggunakan.
3. Kepentingan adalah keinginan siswa dan guru terhadap alat peraga
matematika berbasis Montessori.
4. Penilaian Acuan Normal (PAN) tipe II adalah teknik analisis yang digunakan
untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat
peraga matematika berbasis Montessori dengan menggunakan nilai rata-rata
kelompok.
5. Importance and Performance Analysis (IPA) adalah teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui item mana saja yang menunjukkan tingkat
kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika
berbasis Montessori.
6. Alat peraga adalah alat yang dapat digunakan untuk membantu dan
menyampaikan pesan dalam proses belajar mengajar sehingga dapat
7. Matematika adalah suatu mata pelajaran yang berkaitan dengan penalaran
yang berperan penting dalam memajukan daya pikir manusia yang harus
dipelajari dan dikuasai oleh setiap orang.
8. Pembelajaran matematika adalah pembelajaran dalam mata pelajaran
matematika di sekolah pada jenjang pendidikan yang menyajikan konsep atau
prinsip matematika dan menemukan bagaimana cara mengaplikasikannya
dalam dunia nyata.
9. Alat peraga matematika adalah alat yang digunakan untuk membantu dan
menyampaikan pesan pada mata pelajaran matematika dalam pross belajar
mengajar.
10.Metode montessori adalah metode yang digunakan untuk mengoptimalkan
panca indera siswa melalui penggunaan alat peraga.
11.Alat peraga bola penjumlahan adalah alat peraga yang terbuat dari
manik-manik berbentuk bulat digunakan untuk materi sifat operasi penjumlahan.
12.Siswa adalah anak kelas I SD Karitas Yogyakarta yang pernah menggunakan
alat peraga berbasis metode Montessori berupa bola penjumlahan tahun
pelajaran 2013/2014.
13.Guru sekolah dasar adalah pengajar kelas I SD Karitas Yogyakarta yang
pernah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori
12 BAB II KAJIAN TEORI
Tujuan penulisan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat
kepuasan siswa dan guru terhadap alat peraga berbasis metode Montessori. Bab II
membahas mengenai kajian teori yang berisi teori- teori yang mendukung,
penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi tentang kajian dari beberapa buku dan jurnal
penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung penelitian
diantaranya mengenai Montessori, matematika, alat peraga, alat peraga bola
penjumlahan, dan tingkat kepuasan.
1. Montessori
Pada bagian ini berisi tentang kajian dari beberapa buku dan jurnal
penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung penelitian
diantaranya mengenai riwayat Montessori, metode Montessori, dan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori.
a. Riwayat Montessori
Pembelajaran Montessori merupakan sebuah karya dari seorang dokter
yaitu Dr. Maria Montessori. Beliau lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota
Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia Utara. Pada tahun 1896, Montessori
memperoleh gelar Doctor of Medicine di Italia. Montessori bekerja di klinik psikiatrik Universtas Roma yang pekerjaannya berhubungan dengan masalah
Maria Montessori untuk mengajukan program yang menginstitusionalisasikan
anak-anak terbelakang mental yang lapar akan pengalaman. Beliau merasa bahwa
anak-anak tersebut mampu diajarkan selayaknya anak-anak normal (Crain,
2007:97).
Maria Montessori mengatakan bahwa dari lahir sampai usia enam tahun,
anak mempunyai daya serap tinggi (absorbent mind). Pada periode ini anak mempunyai kemampuan yang tinggi untuk belajar dan beradaptasi dari
lingkungan sekitarnya dengan sendirinya. Semua kemampuan anak tersebut dapat
diaplikasikan dalam sekolah yaitu dalam pendidikan Montessori yang didirikan
oleh Maria Montessori. Pendidikan Montessori yang baik ialah mereka yang dapat
memaksimalkan pendidikan anak dengan mengenalkan bahan, alat dan kegiatan
khusus yang dirancang untuk merangsang intelegensi anak. Mendorong anak
untuk memusatkan perhatian ke suatu kegiatan tertentu akan membuat ia
mencapai kemampuan optimumnya dalam lingkungan. Secara spontan
kesenangan akan belajar akan terungkap sewaktu anak diberi kebebasan (dalam
batasan tertentu) untuk menentukan keinginannya (Crain, 2007).
Seorang guru dalam Montessori harus terlatih sebagai pemberi fasilitas di
kelas, selalu siap membantu dan mengarahkan anak. Tujuan mereka ia lah
merangsang keinginan anak untuk belajar kemudian mengarahkannya tanpa ikut
campur dengan keinginan alami anak untuk belajar dan menjadi mandiri. Setiap
anak akan belajar dengan aktivitas pribadinya dan belajar untuk mengerti sesuai
dengan kebutuhan dan kemampuannya yang unik. Semua perabotan dan peralatan
Kelas Montessori yang baik mempunyai lingkungan kegiatan yang membuat anak
sibuk dan produktif dan ceria. Diciptakan pula secara khusus suatu kebebasan,
tanggung jawab, perkembangan sosial dan intelektual anak secara spontan.
(Missbarbara.net, 2007).
b. Metode pembelajaran Montessori
Sekolah Montessori berusaha untuk mengajarkan anak rasa kekeluargaan
dan membantu mereka untuk hidup berdampingan dengan orang lain. Montessori
berusaha menciptakan lingkungan dimana anak dapat belajar untuk berdikari.
Anak dapat belajar menjadi bagian keluarga sehingga mereka dapat menyayangi
yang lebih muda, belajar dari yang lebih tua, mempercayai orang lain dan belajar
menjadi asertif bukannya agresif (Geocities, 2007).
Maria Montessori kemudian berusaha mengembangkan sebuah metode
pendidikan yang melawan pola-pola pendidikan konvensional. Montessori
memulai metode eksperimental selama 2 tahun di Casadei Bambini (rumah anak-anak usia 3-6 tahun). Montessori mendapat inspirasi untuk mengembangkan
metode pendidikannya melalui temuan-temuan oleh Edward Seguin dan Jean
Marc Gaspard Itard yang berhasil mendidik anak-anak yang terbelakang mental
dan cacat indera semi permanen. Montessori menginginkan adanya
pengembangan sistem pedagogi ilmiah yang berbeda dari sebelumnya melalui 2
aspek yang saling terkait, yaitu pertama berkaitan dengan guru, pembaharuan
sekolah semestinya bersamaan dengan persiapan guru yang terbiasa dengan
metode eksperimental. Kedua berkaitan dengan siswa, sebaiknya siswa diberi
dirinya, dari sini guru dapat mengamati perkembangan masing- masing siswa
dengan cermat (Montessori, 2002: 28).
Tujuan pokok yang hendak dicapai oleh Montessori adalah membuat
anak-anak mandiri dan melakukan segala sesuatu sendiri. Pendekatan Montessori tidak
pernah di temukan hukuman. Pembelajaran Montessori memfasilitasi anak belajar
dengan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang didesain disebut alat peraga
didaktis yang didalamnya memiliki unsur pengendali kesalahan atau alat peraga
tersebut sudah mampu menjawab letak kesalahan anak. Montessori mengatakan “
manusia itu berhasil bukan karena sudah diajarkan oleh gurunya, tetapi karena
mereka mengalami sendiri dan melakukannya sendiri, pengalaman adalah guru
terbaik”. Pendekatan Montessori menyebutkan guru dengan sebutan direktris
karena fungsi guru lebih sebagai pengarah, fasilitator dan observatory.
Pembelajaran menggunakan alat peraga atau media belajar yang memiliki
pengendali kesalahan lebih menarik bagi siswa dan lebih membuat siswa mampu
berkonsentrasi sehingga dapat memahami materi yang diajarkan (Magini:
2013:43-55).
c. Karakteristik Alat Pe raga Montessori
Alat peraga yang diciptakan oleh Montessori memiliki ciri-ciri atau
karakteristik yaitu menarik, bergradasi, auto correction, dan auto education, dan
kontekstual. Menarik yaitu menarik bagi siswa untuk menggunakan alat peraga
ketika alat peraga yang dibuat mampu membangkitkan motivasi siswa dalam
memegang, dan merasakan suatu benda nyata. Alat peraga yang dibuat lembut
dan warna yang ditampilkan cerah (Montessori, 2002: 175).
Bergradasi, bahwa alat peraga Montessori memiliki rangsangan dengan
gradasi yang rasional (Montessori, 2002: 175). Contohnya seperti yang dikatakan
oleh Magini (2007: 49) dimana ada seorang gadis kecil yang berusia tiga tahun
mengambil balok silinder dan mencoba memasangkannya secara bergradasi dan
membongkar pasangan balok silinder sebanyak empat puluh dua kali. Alat peraga
balok silinder merupakan salah satu alat peraga yang diciptakan oleh Montessori,
balok silnder memiliki ukuran- ukuran yang berbeda-beda. Berbagai ukuran
silinder dimasukkan kedalam lubang-lubang kayu sampai memperoleh bentuk
yang pas. Gradasi alat peraga dapat berupa gradasi warna, bentuk, ukuran, dan
gradasi umur. Gradasi umur artinya alat peraga tersebut dapat digunakan oleh
semua orang.
Auto correction merupakan alat peraga yang mempunyai pengendali jika terdapat kesalahan. Pengendali kesalahan alat peraga dapat berupa kunci jawaban
atau ketika menggunakan alat peraga dan terjadi kesalahan, anak dapat
mengetahuinya. Anak mampu mengetahui kesalahannya sendiri tanpa
diberitahukan orang lain. Contohnya pada alat peraga balok silinder tadi, siswa
akan menggunakan alat tersebut sampai memperoleh bentuk dan ukuran yang pas
dengan cara melakukannya secara berulang- ulang hingga ia berhasil menemukan
pembenaran (Montessori, 2002: 175).
pembelajaran tanpa campur tangan orang dewasa (Montessori, 2002: 175). Guru
hanya sebagai pengamat yang mengamati siswa dan melihat kondisi kesiapan
siswa dengan memperkirakan kebutuhan khusus yang dimilikinya (Crain, 2007:
100).
Karakteristik alat peraga Montessori yang kelima adalah kontekstual.
Peneliti menambahkan karakteristik kontekstual karena pembelajaran dalam
Montessori menggunakan alat peraga yang terbuat dari bahan-bahan yang ada di
lingkungan sekitar. Pembelajaran Montessori juga menggunakan bahan-bahan
yang diketahui oleh siswa.
2. Matematika
Pada bagian sub bab matematika berisi tentang kajian dari beberapa buku
dan jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori- teori yang mendukung penelitian
diantaranya mengenai pengertian matematika dan pembelajaran matematika di
SD.
a. Pengertian Matematika
Matematika merupakan ide- ide yang abstrak berisi simbol-simbol. Konsep
matematika harus dipahami terlebih dahulu sebelum memanipulasi simbol-simbol
(Susanto, 2013: 183). Konsep-konsep tersebut telah disusun secara sistematis
berdasarkan konsep yang paling sederhana hingga konsep yang lebih kompleks.
Kemampuan terhadap penguasaan konsep merupakan syarat supaya bisa
menguasai konsep selanjutnya.
Dikemukakan pula oleh Hudojo (2001: 45) yang mendefinisikan
menggunakan penalaran deduktif. Penalaran deduktif merupakan penalaran
berdasarkan konsistensi sehingga kebenarannya telah pasti. Matematika dapat
dikatakan sebagai konsep yang abstrak karena dalam matematika berhubungan
dengan simbol yang membutuhkan penalaran dalam memahami
simbol-simbol tersebut.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa matematika merupakan suatu ilmu
yang berkaitan dengan konsep abstrak menggunakan penalaran. Matematika yang
tidak mudah untuk dipahami oleh siswa pada umumnya. Mata pelajaran
matematika di sekolah dasar berisi bahan pelajaran yang menekankan agar siswa
mengenal, memahami serta mahir menggunakan bilangan dalam kaitannya
dengan praktek kehidupan sehari-hari.
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Pembelajaran matematika adalah suatu proses belajar mengajar oleh guru
untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa yang dapat meningkatkan
kemampuan berpikir dan mengkonstruksi pengetahuan baru sebagai upaya
meningkatkan kemampuan penguasaannya terhadap materi (Susanto 2013:
185-186). Beliau menambahkan bahwa untuk menyampaikan tujuan pembelajaran
matematika, seorang guru hendaknya dapat menciptakan kondisi dan situasi
pembelajaran yang memungkinkan siswa aktif membentuk, menemukan, dan
mengembangkan pengetahuannya. Mata pelajaran matematika perlu diberikan
kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk membekali mereka dengan
kemampuan berpikir logis, analitis, kritis, dan kreatif serta kemampuan bekerja
Ruseffendi (1979: 56) menyatakan bahwa alasan pentingnya pembelajaran
matematika di sekolah dasar diantaranya adalah dengan adanya pembelajaran
matematika siswa dapat menyelesaikan masalah yang ada dalam kehidupannya
khususnya dalam hal berkomunikasi dan berhitung. Susanto (2013: 7) menyatakan
bahwa tujuan pembelajaran matematika di sekolah dimaksudkan supaya siswa
tidak hanya mempunyai keterampilan dalam menggunakan matematika,
melainkan dapat pemberikan bekal kepada siswa dalam penerapan di tengah
masyarakat.
Konsep-konsep pada kurikulum matematika di sekolah dasar dapat dibagi
menjadi tiga kelompok besar, yaitu penanaman konsep dasar, pemahaman konsep,
dan pembinaan keterampilan. Penjelasan ketiga konsep tersebut adalah (1)
Penanaman konsep dasar merupakan cara me nghubungkan kemampuan kognitif
siswa dengan konsep baru matematika yang abstrak. Alat peraga diharapkan dapat
membantu kemampuan pola pikir siswa saat penanaman konsep dasar, (2)
Pemahaman konsep bertujuan agar siswa lebih mmahami konsep matematika.
Pelaksanaannya dapat dilakukan bersama-sama dengan kegiatan penanaman
konsep dasar dan bisa juga dilakukan pada waktu yang berbeda, (3) Pembinaan
keterampilan merupakan penanaman konsep dasar dan pemahaman konsep.
Tujuannya agar siswa lebih terampil dalam menggunakan berbagai konsep
matematika.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa pembelajaran matematika di
sekolah dasar sangat penting untuk mengembangkan kreativitas berpikir siswa
Pembelajaran matematika memberikan gambaran bahwa dalam belajar
matematika tidak hanya di bidang kognitif saja, tetapi meluas pada bidang
psikomotor dan efektif. Pembelajaran matematika diarahkan untuk pembentukan
kepribadian dan pembentukan kemampuan berp ikir yang bersandar pada hakikat
matematika. Mata pelajaran matematika dapat mengembangkan kemampuan
berkomunikasi dengan mengunakan bilangan dan simbol-simbol serta ketajaman
penalaran yang dapat membantu memperjelas dan menyelesaikan permasalahan
dalam kehidupan sehari-hari.
c. Manfaat Alat Peraga Matematika
Saat siswa melihat, memegang dan memanipulasi suatu obyek atau alat
peraga, disitulah siswa mengalami pengalaman nyata dalam kehidupan tentang
arti dari suatu konsep. Siswa dapat belajar dari berbagai pengalaman ketika
menggunakan benda nyata tersebut secara langsung. Manfaat alat peraga
matematika antara lain (1) memudahkan siswa dalam memahami konsep-konsep
dalam matematika, (2) dengan berbagai kecerdasan yang berbeda, dapat
memberikan pengalaman belajar yang efektif bagi siswa, (3) memotivasi siswa
untuk menyukai pelajaran matematika (4) memberikan kesempatan bagi siswa
yang lebih lamban berpikir untuk menyelesaikan tugas dengan baik dan berhasil,
(5) memperkaya program pembelajaran bagi siswa yang lebih pandai, dan (6)
efisiensi waktu (Suharjana, 2009: 3-4).
Hasan (2011: 108) menjelasakan bahwa alat peraga dapat digunakan
sebagai perantara antara hal yang konkret dari pemahaman siswa dengan konsep
dalam memahami materi pelajaran matematika dengan konsep yang abstrak atau
berupa simbol-simbol matematika. Peneliti dapat menyimpulkan bahwa alat
peraga matematika mempunyai manfaat yang besar bagi pemahaman siswa
terhadap konsep-konsep dalam matematika serta dapat melibatkan siswa untuk
belajar aktif.
3. Alat Peraga
Bagian sub bab alat peraga berisi tentang kajian dari beberapa buku dan
jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung penelitian
diantaranya mengenai pengertian dan manfaat alat peraga.
a. Pengertian Alat Peraga
Sudjana (2000:10) mengemukakan bahwa a lat peraga adalah alat bantu
yang digunakan oleh guru dalam proses belajar agar siswa lebih efektif dan
efisien. Estiningsih (dalam Suharjana, 2009:3) mengemukakan bahwa alat peraga
adalah media yang digunakan dalam pembelajaran dengan membawakan ciri-ciri
dari konsep yang dipelajari. Dikemukakan pula oleh Suharjana (2009:3) bahwa
penggunaan alat peraga dapat membantu siswa dalam menanamkan dan
mengembangkan konsep yang abstrak menjadi konkret.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa alat peraga adalah suatu alat yang
dapat digunakan untuk membantu dan menyampaikan pesan dalam proses belajar
mengajar. Alat peraga juga dapat membantu siswa dalam pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran, serta dapat merangsang pikiran, perasaan,
perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar
benda konkrit yang dirancang, dibuat, dihimpun atau disusun secara sengaja yang
digunakan untuk membantu menanamkan atau mengembangkan konsep-konsep
atau prinsip-prinsip dalam matematika.
b. Manfaat Alat Peraga
Suharjana (2009: 3) menyebutkan maksud digunakannya alat peraga dalam
pembelajaran matematika, yaitu pertama, dapat memudahkan siswa dalam
memahami konsep-konsep dalam matematika. Kedua, dapat memberikan
pengalaman yang efektif bagi siswa dengan kecerdasan yang berbeda. Ketiga,
dapat menjadi motivasi siswa untuk menyuka i pelajaran matematika. Keempat,
memberikan kesempatan kepada siswa yang lebih lamban berpikir untuk
menyelesaikan tugas dengan berhasil. Kelima, dapat memperkaya program
pembelajaran bagi siswa yang mempunyai kemampuan lebih tinggi. Keenam,
dapat memudahkan abstraksi. Ketujuh, dapat mengusahakan adanya efisiensi
waktu. Kedelapan, dapat menunjang kegiatan matematika di luar sekolah.
Sitanggang & Widyaiswara (2013: 4) menyebutkan bahwa manfaat alat
peraga matematika, antara lain (1) memberi motivasi, (2) memperkenalkan,
memperbaiki, mengembangkan pengertian konsep matematika, (3) mempermudah
abstraksi, yaitu memudahkan memahami konsep matematika yang abstrak, (4)
memberikan variasi dalam pembelajaran, sehingga siswa tidak bosan dengan teori
yang dipelajari, (5) waktu pembelajaran lebih efisien karena siswa lebih mudah
mengerti, dan (6) mengembangkan suatu topik pelajaran. Manfaat lain
dikemukakan oleh Sugiarni (2012: 55) bahwa alat peraga juga bermanfaat sebagai
pembelajaran, memberi tekanan pada materi pelajaran yang penting, memberi
variasi dalam kegiatan pembelajaran dan memotivasi belajar siswa. Kegiatan
pembelajaran yang bervariasi akan membuat siswa senang dan termotivasi untuk
mengikuti kegiatan pembelajaran.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa manfaat alat peraga adalah untuk
memahami konsep. Manfaat lain yaitu memberi pengalaman belajar, memotivasi,
membantu siswa yang masih lamban, serta menghemat waktu. Alat peraga juga
dapat digunakan untuk menunjang kegiatan di luar kelas dan menambah program
belajar siswa yang pada taraf pintar.
4. Alat Peraga Bola Penjumlahan
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini adalah alat peraga bola
penjumlahan Montessori. Alat peraga bola penjumlahan Montessori digunakan
untuk membantu siswa kelas I semester genap pada materi sifat operasi
penjumlahan. Standar Kompetensi (SK) 4 yaitu 4 melakukan penjumlahan dan
pengurangan bilangan sampai dua angka dalam pemecahan masalah. Kompetensi
Dasar (KD) 4.5 menggunakan sifat operasi pertukaran dan pengelompokan
khususnya pada penjumlahan. Alat peraga terbuat dari manik- manik sehingga
dinamai bola penjumlahan. Alat peraga ini berbentuk kotak jika dilihat dari
luarnya. Kotak terbuat dari kayu yang berfungsi untuk menyimpan alat peraga.
Gambar 2.1 Alat Peraga Bola Penjumlahan secara keseluruhan
Gambar 2.1 memperlihatkan seluruh alat peraga bola penjumlahan jika
dilihat dari secara keseluruhan. Alat peraga bola penjumlahan merupakan replika
dari alat peraga Montessori individual golden bead material (Nienhuis, 2012). Kotak yang dibuat berisi bola penjumlahan berwarna merah yang terdiri dari bola
satuan, bola puluhan, dan bola ratusan. Terdapat juga kartu bilangan yang terdiri
dari kartu bilangan satuan berwarna hijau, kartu bilangan puluhan berwarna b iru,
kartu bilangan ratusan berwarna merah, tanda kurung, dan tanda operasi hitung
yang berupa simbol penjumlahan (+) lengkap dengan tanda sama dengan (=), serta
alas kerja. Cara menggunakannya alat peraga bola penjumlahan yaitu:
a. Direktris menyiapkan tempat kerja.
b. Anak diminta duduk di sebelah kanan direktris.
c. Direktris mengambil salah kartu soal, meletakkannya di atas karpet sambil
berkata, “Tiga tambah empat”.
e. Direktris mengambil kartu bilangan 3 dan di letakkan pada alas kerja sebelah
kiri garis.
f. Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakkannya
di samping kartu bilangan 3.
g. Direktris mengambil kartu bilangan 4 kemudian meletakkannya di samping
kartu simbol penjumlahan (+).
h. Direktris meminta anak untuk memasangkan bola sesuai dengan jumlah yang
ada pada kartu soal.
i. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua bola.
j. Direktris membalik kartu soal yang berisi jawabannya.
k. Direktris meminta anak menuliskan hasil penjumlahan tersebut pada lembar
kerja.
l. Direktris bertanya kepada anak, “Bagaimana jika kita kerjakan soal ini
m. Direktris mengambil kartu soal dan meletakkannya di atas karpet., sambil
berkata, “Empat tambah tiga”.
n. Direktris mengambil kartu bilangan 4 dan di letakkan pada alas kerja sebelah
kiri garis.
o. Direktris mengambil kartu simbol penjumlahan (+) kemudian meletakka nnya
di samping kartu bilangan 4.
p. Direktris mengambil kartu bilangan 3 kemudian meletakkannya di samping
kartu simbol penjumlahan (+).
q. Direktris meminta anak untuk memasangkan bola yang sesuai dengan jumlah
yang ada pada kartu soal.
r. Direktris meminta anak untuk menghitung jumlah semua bola.
t. Jawabannya sama, yaitu 3 + 4 = 4 + 3
= 7
u. Direktris mengecek jawaban anak menggunakan kunci jawaban yang ada
pada halaman sebalik kartu soal.
5. Tingkat Kepuasan
Pada bagian sub bab tingkat kepuasan berisi tentang kajian dari beberapa
buku dan jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung
penelitian diantaranya mengenai pengertian tingkat kepuasan, faktor yang
mempengaruhi tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat
kepuasan, dan karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan.
a. Pengertian Tingkat Kepuasan
Terdapat beberapa pengertian kepuasan menurut para ahli. Tjiptono (2004:
147) berpendapat bahwa “kepuasan pelanggan adalah mencakup perbedaan antara
harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan”. Sunyoto (2012: 223) berpendapat
bahwa “kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah
membandingakan kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya”. Kinerja yang dirasakan adalah perasaan pelanggan terhadap apa yang diterimanya
setelah menggunakan produk tertentu (Tjiptono, 2004: 147). Pelanggan adalah
seseorang yang menggunakan produk tertentu. Pelanggan dalam konteks
pendidikan. Kepuasan sangat tergantung pada mutu suatu produk (Supranto,
2006: 2).
Kotler (2013: 150) “satisfaction is a person’s feelings of pleasure or
disappointment that result from comparing a product’s perceived performance (or
outcome) to expectations”. Kepuasan dalam konteks penelitian ini adalah dalam
bidang pendidikan. Kepuasan siswa merupakan sikap siswa yang memperlihatkan
rasa senang atas pelayanan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru
karena adanya kesesuaian antara apa yang mereka harapkan dengan kenyataan
yang telah diterimanya dengan menggunakan indikator mutu pelayanan (Sopiatin
2010:33). Tingkat kepuasan dapat dialami oleh setiap orang. Seseorang yang
dapat mengalami tingkat kepuasan jika, a) kinerja di bawah harapan maka
seseorang akan merasa kecewa, b) kinerja dapat sesuai dengan harapan maka
seseorang akan merasakan adanya kepuasan, c) masalah bisa melebihi harapan
maka seseorang akan merasa sangat puas (Kotler dalam Sunyoto, 2012:223).
Pengaruh harapan terhadap kepuasan digambarkan dan dijelaskan oleh Midie
(dalam Sopiatin, 2010:36).
Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan
Minimal yang didapat Yang selayaknya
Ideal
Gambar 2.2 menunjukkan tentang pengaruh harapan terhadap kepuasan
yang ideal dengan yang ingin didapatkan (Mudie, Peter, dan Angela dalam
Tjiptono, 2004: 152). Harapan yang semakin dekat dengan kondisi ideal akan
memungkinkan semakin besar tercapainya kepuasan. Seseorang dapat ditentukan
berada pada tingkat kepuasan dengan melihat hasil- hasil yang diperoleh maupun
kinerja yang dilakukan. Penjelasan yang telah dikemukakan kemudian dapat
disimpulkan bahwa tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang yang
dipengaruhi oleh kesesuaian antara kinerja dan harapan yang diinginkan atau hasil
yang diterima terhadap suatu produk.
Konteks penelitian ini berarti bahwa siswa dan guru akan timbul perasaan
puas jika kinerja dari suatu produk sama atau sesuai dengan harapannya. Siswa
dan guru akan merasa sangat puas jika kinerja dari suatu produk dapat melebihi
harapannya. Sebaliknya, siswa dan guru akan merasa tidak puas jika kinerja dari
suatu produk lebih rendah daripada harapannya. Kesimpulan yang dapat diperoleh
bahwa tingkat kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap kesesuaian antara
harapan dan kinerja yang diterima dari suatu produk.
b. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Ratnasari dan Aksa (2011: 117-118) berpendapat bahwa faktor- faktor yang
mempengaruhi kepuasan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional,
harga, dan biaya. Pertama kualitas produk, pelanggan akan merasa puas jika
produk yang dihasilkan tersebut berkualitas. Jika diimplementasikan dalam dunia
pendidikan, maka guru dan siswa merasa puas jika alat peraga yang digunakan
harapan akan menimbulkan rasa puas pada pelanggan. Implementasi dalam dunia
pendidikan, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa merasa puas terhadap kualitas
pelayanan dari alat peraga yang dapat membuat siswa dan guru mengerti materi
matematika.
Faktor ketiga emosional, pelanggan akan merasa puas ketika memiliki rasa
percaya diri memakai produk. Implementasi dalam dunia pendidikan, dapat
dikatakan bahwa guru dan siswa merasa percaya diri ketika dapat mengerjakan
soal matematika dengan menggunakan alat peraga. Keempat harga, guru dan
siswa tertarik dengan melihat alat peraga yang memiliki kualitas yang sama
dengan alat peraga lain tetapi dengan harga yang lebih rendah. Implementasi
dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa ingin memiliki
jika alat peraga yang digunakan memiliki harga yang rendah. Kelima biaya, guru
dan siswa tidak mengeluarkan biaya tambahan atau waktu untuk mendapatkan alat
peraga. Implementasi dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa siswa dan
guru tidak perlu mengeluarkan biaya atau waktu untuk memiliki alat peraga serta
mudah diperbaiki.
Tjiptono (2008: 28) menjelaskan bahwa harapan pelanggan mempunyai
peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan
pelanggan. Produk yang sesuai dengan harapan dapat dikatakan sebagai produk
yang berkualitas dan dapat menimbulkan kepuasan bagi pelanggannya.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi
kepuasan dapat dilihat dari sudut pandang kebutuhan pelanggan atau kebutuhan
Masing-masing sudut pandang memiliki argumen dan penjelasan logis sendiri-sendiri.
Kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, dan biaya juga dapat
mempengaruhi tingkat kepuasan.
c. Manfaat Tingkat Kepuasan
Lupiyoadi (2013: 229) mengemukakan bahwa manfaat tingkat kepuasan
adalah dapat meningkatkan perasaan puas pelanggan dan upaya mempertahankan
pelanggan hingga akhirnya akan menghasilkan profit yang lebih besar. Pendapat
lain dijelaskan oleh Adisaputro (2010:71) bahwa manfaat kepuasan adalah dapat
menarik, menjaga dan meningkatkan jumlah siswa dan guru dalam menggunakan
alat peraga. Ratnasari dan Aksa (2011:118) menambahkan manfaat kepuasan
yaitu supaya pelanggan dapat mempergunakan alat peraga kembali dan
menyarankan orang lain untuk menggunakan alat peraga. Manfaat kepuasan juga
menjaga dan menambah jumlah pengguna alat peraga dengan cara menyarankan
kepada orang lain.
Pada konteks pendidikan, puas atau tidaknya siswa dan guru sebagai
pengguna alat peraga akan berpengaruh kepada sekolah. S iswa dan guru akan
puas jika jasa yang diberikan sekolah memenuhi harapan yang mereka inginkan.
Sekolah membangun harapan tinggi kepada siswa dan guru serta memberikan
dorongan untuk mencapai harapan-harapan tersebut.
Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa tingkat kepuasan sangat
bermanfaat sebagai umpan balik terhadap pelayanan sekolah. Kepuasan siswa dan
guru sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu sekolah, setiap siswa yang
guru yang merasa puas dengan senang hati akan mempromosikan kualitas
pelayanan yang telah diberikan oleh sekolah, sehingga masyarakat akan merasa
yakin terhadap suatu sekolah yang telah memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya,
siswa dan guru yang tidak puas terhadap suatu produk akan mengembalikan
produk tersebut dan memberikan informasi negatif tentang produk tersebut pada
orang-orang disekitarnya. Siswa dan guru yang puas terhadap suatu produk juga
akan menggunakan kembali produk tersebut.
d. Pengukuran Tingkat Kepuasan
Pengukuran tingkat kepuasan penting untuk melihat sejauh mana
pelanggan sudah merasa puas akan alat peraga, sehingga dapat diusahakan
kepuasan yang lebih kepada para pelanggannya. Kotler (dalam Tjiptono
2004:148) mengemukakan empat cara untuk mengukur tingkat kepuasan yaitu
sebagai berikut: Pertama, sistem keluhan dan saran yaitu cara untuk mengetahui
gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan memberikan mereka
kesempatan menyampaikan pendapat, keluhan dan saran. Pendapat, keluhan dan
saran pengguna barang atau jasa dapat disampaikan melalui kotak saran maupun
kartu komentar. Kedua, survei kepuasan pelanggan cara untuk mengetahui
gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa yang paling umum digunakan
produsen. Survei dilakukan dengan menyebar koesioner maupun wawancara
langsung kepada pengguna barang atau jasa. Ketiga, gost Shopping yaitu cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan