• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ATAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ATAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI"

Copied!
344
0
0

Teks penuh

(1)

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA

ATAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Vincentia Herdika Yosi Putri

101134088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)

i

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA

ATAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

Skripsi

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat

Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh :

Vincentia Herdika Yosi Putri

101134088

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Puji syukur, peneliti persembahkan karya sederhana ini kepada:

Tuhan Yesus K rist us yang selalu memberikan anugerah, kemudahan dan jalan keluar di set iap langkah yang t idak mudah.

Orang t uaku t ecint a, Bapak Dhadik Suswant o dan I bu L usia Sudi Purwaningsih yang slalu memberikan kasih sayang, doa, semangat , dan dukungan.

M alaikat ku I buku t ercint a yang ada diat as sana Aluwisia Heri Sumiyat i (Alm) yang slalu ada dihat iku dan menjadi semangat ku.

Adikku Yoanna Priska Yosi Put ri yang slalu memberikan keceriaan dan semangat .

Emanuel Endar K rist iant o yang slalu memberikan kasih sayang dan semangat .

Teman-t emanku PGSD angkat an 2010 yang t elah menjadi t eman baikku khususnya kelas B (Bhe Bet t er) yang t elah memberikan banyak kenangan dan pengalaman hidup yang t ak akan t erlupakan.

(6)

v

MOTTO

Doa, semangat, usaha, dan kasih akan berbuah

keberhasilan yang indah”

“If

I can see it then I can do it and if I just believe it

(7)
(8)
(9)

viii

ABSTRAK

PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ATAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

Vincentia Herdika Yosi Putri Universitas Sanata Dharma

2014

Penelitian ini dilatarbelakangi adanya masalah bahwa tingkat prestasi belajar matematika masih rendah yang dibuktikan oleh data hasil studi TIMSS dan PISA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Jenis penelitian ini adalah quasi-experimental dengan desain non-equivalent control group design. Populasi dan sampel pada penelitian ini adalah siswa kelas III SD Kanisius Sengkan, siswa kelas IIIA sebagai kelompok eksperimen dan siswa kelas IIIB sebagai kelompok kontrol. Prosedur analisis data pada penelitian ini terdiri dari menentuan hipotesis, mengorganisasi data, menentukan taraf signifikansi, menguji asumsi klasik dan menguji hipotesis. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan dokumentasi dan observasi. Teknik analisis data menggunakan

independent t-test dan paired t-test yang didukung dengan penggunaan Microsoft Excel dan SPSS. Instrumen penelitian ini berupa 20 soal pilihan ganda untuk pre-test dan post-test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori. Hal ini ditunjukkan dari hasil analisis data adalah bahwa secara umum kelompok eksperimen (M =17,01;

SE = 0,231) memiliki rata-rata skor post-test yang lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok kontrol (M = 16,88; SE = 0,193). Perbedaan skor tersebut signifikan t(81)=-2,422 p < 0,05 dan memiliki small effect size sebesar 6,76%. Kesimpulan penelitian ini adalah ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga berbasis metode Montessori. Peneliti merekomendasikan alat peraga matematika berbasis metode Montessori digunakan pada pembelajaran matematika.

Kata kunci: metode Montessori, prestasi belajar, alat peraga matematika,

(10)

ix

ABSTRACT

THE DIFFERENCES OF STUDENTS LEARNING ACHIEVEMENT OF THE USING MONTESSORI METHOD BASED MATH VISUAL AID

Vincentia Herdika Yosi Putri Sanata Dharma University

2014

This research was triggered by the learning math achievement tiers in still low as evidenced by data of TIMSS and PISA study results. This study aims to find the differences of student learning achievement of the using Montessori method-based math visual aid. The type of research used in this study is quasi experimental type with non-equivalent control design. Population and sample of the research are students of SD Kanisius Sengkan in the second grade, the experiment group is class IIIA and the control group is IIIB. Data analysis technique that is used for testing the hypotheses is independent t-test, is supported by Microsoft Excel and the Statistical Product and Service Solutions (SPSS). Data collection technique use document and observation. The procedure of data analysis in this study consists of determining the hypothesis, managing the data, determining significance level, and testing the classical assumption and hypothesis. Instrument of the research is 20 multiple-choice to use in pre-test and post-test.

The result of this research shows that student learning achievement has difference by using of Montessori method based visual aid. It is indicated by data analysis shows that on average experiment group (M =17,01; SE = 0,231) has higher mean score of pre-test than the control group (M = 16,88; SE = 0,193). This difference was significant t(81)=-2,422 p < 0,05 and has small effect size until 9,5%. The conclusion of this research is that student learning achievement has difference by using of Montessori method based visual aid.

(11)
(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

HALAMAN PERSETUJUAN PUBLIKASI KARYA ILMIAH ... vii

ABSTRAK ... viii A. Latar Belakang Masalah ... 1

B. Identifikasi Masalah ... 5

C. Batasan Masalah... 6

1. Tahap Perkembangan Anak Sekolah Dasar... 10

2. Metode Montessori ... 15

3. Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 19

4. Pembelajaran Matematika ... 28

5. Prestasi Belajar ... 31

B. Hasil Penelitian yang Relevan ... 35

C. Kerangka Berpikir ... 39

D. Hipotesis ... 40

BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian ... 41

B. Desain Penelitian ... 41

C. Waktu dan Tempat Penelitian ... 43

D. Variabel Penelitian dan Data Penelitian ... 44

E. Populasi dan Sampel ... 46

F. Teknik Pengumpulan Data ... 47

G. Instrumen Pengumpulan Data ... 48

(14)

xiii

I. Prosedur Analisis Data ... 65

J. Jadwal penelitian ... 82

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 83

B. Hasil Penelitian ... 87

C. Pembahasan ... 114

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 117

B. Keterbatasan Penelitian ... 118

C. Saran ... 118

DAFTAR REFERENSI ... 119

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Tahap Perkembangan Menurut Piaget ... 11

Tabel 3.1 Jadwal Penelitian ... 43

Tabel 3.2 Kisi-Kisi Soal Pre-test dan Post-test ... 49

Tabel 3.3 Lembar Observasi ... 50

Tabel 3.4 Kriteria Hasil Validasi ... 52

Tabel 3.5 Validasi Instrumen Silabus... 53

Tabel 3.6 Validasi Instrumen RPP ... 54

Tabel 3.7 Validitas Instrumen Evaluasi ... 55

Tabel 3.8 Rangkuman Hasil Validasi Muka untuk Instrumen Pembelajaran ... 56

Tabel 3.9 Rangkuman Hasil Validasi Muka untuk Instrumen Penelitian ... 57

Tabel 3.10 Kisi-kisi Soal Uji Validasi Empiris ... 58

Tabel 3.11 Perbandingan r hitung dengan r tabel ... 60

Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Uji Validitas Konstruk ... 61

Tabel 3.13 Hasil Uji Reliabilitas ... 63

Tabel 3.14 Kriteria Hasil Uji Reliabilitas ... 63

Tabel 3.15 Kualifikasi Indeks Kesukaran ... 64

Tabel 3.16 Hasil uji Indeks Kesukaran Soal ... 65

Tabel 3.17 Kategori Effect Size ... 79

Tabel 3.18 Jadwal Penelitian ... 82

Tabel 4.1 Kegiatan Pembelajaran Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 85

Tabel 4.2 Deskripsi Data Penelitian ... 87

Tabel 4.3 Perbandingan Skor Hasil Pre-test dan Post-test ... 88

Tabel 4.4 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Pre-test Kelompok Kontrol... 92

Tabel 4.5 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Pre-test Kelompok Eksperimen ... 94

Tabel 4.6 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Pre-test ... 97

Tabel 4.7 Hasil Perhitungan Uji Independentt-test Skor Pre-test ... 99

Tabel 4.8 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Post-test Kelompok Kontrol... 101

Tabel 4.9 Hasil Perhitungan Uji Normalitas Skor Post-test Kelompok Eksperimen ... 102

Tabel 4.10 Hasil Perhitungan Uji Homogenitas Skor Post-test ... 105

Tabel 4.11 Hasil Perhitungan Uji Independentt-test Skor Post-test ... 108

Tabel 4.12 Hasil Uji Koefisien Determinasi ... 111

Tabel 4.13 Uji Signifikansi Selisih Rata-rata Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol ... 112

(16)

xv

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 GeometricStick Material Montessori ... 24

Gambar 2.2 Geometric Stick Box ... 25

Gambar 2.3 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Mengidentifikasi Jenis Sudut ... 26

Gambar 2.4 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Mengidentifikasi Jenis Sudut dengan Kartu Soal ... 26

Gambar 2.5 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Besar Sudut dengan Kartu Soal ... 27

Gambar 2.6 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 38

Gambar 3.1 Desain Penelitian ... 42

Gambar 3.2 Rumus Point Biserial ... 59

Gambar 3.3 Rumus Cronbach’s Alpha ... 62

Gambar 3.4 Rumus Indeks Kesukaran ... 64

Gambar 3.5 Rumus Kolmogorov-Sminov ... 69

Gambar 3.6 Rumus Lavene’s test ... 71

Gambar 3.7 Rumus Independent t-test ... 77

Gambar 3.8 Rumus Effect Size ... 78

Gambar 3.9 Rumus Koefisien Determinasi ... 79

Gambar 3.10 Rumus Paired t-test ... 80

Gambar 4.1 Grafik Perbandingan Skor Pre-test dan Post-test Kelompok Kontrol dan Kelompok Eksperimen ... 89

Gambar 4.2 Histogram (kiri) dan P-P Plot (kanan) Skor Pre-test Kelompok Kontrol ... 93

Gambar 4.3 Histogram (kiri) dan P-P Plot (kanan) Skor Pre-test Kelompok Eksperimen ... 95

Gambar 4.4 Histogram (kiri) dan P-P Plot (kanan) Skor Post-test Kelompok Kontrol ... 102

(17)

xvi

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Penelitian ... 123

Lampiran 2 Contoh Perangkat Pembelajaran Sebelum Uji Instrumen ... 127

Lampiran 3 Contoh Komentar Validitas Isi Perangkat Pembelajaran ... 152

Lampiran 4 Hasil Validasi Muka Instrumen pembelajaran ... 157

Lampiran 5 Contoh Perangkat Pembelajaran Sesudah Uji Instrumen ... 159

Lampiran 6 Contoh Instrumen Penelitian Sebelum Uji Instrumen ... 184

Lampiran 7 Contoh Komentar Validitas Isi Instrumen Penelitian ... 196

Lampiran 8 Hasil Uji Validitas Muka Instrumen Penelitian ... 201

Lampiran 9 Instrumen Penelitian untuk Uji Validitas Konstruk ... 208

Lampiran 10 Contoh Pekerjaan Siswa Hasil Validitas Konstruk ... 219

Lampiran 11 Tabulasi Data Mentah Hasil Validitas Konstruk ... 230

Lampiran 12 Hasil Analisis Uji Instrumen Penelitian ... 233

Lampiran 13 Contoh Pekerjaan Pre-test dan Post-test ... 247

Lampiran 14 Tabulasi Data Mentah Skor Pre-test ... 288

Lampiran 15 Tabulasi Data Mentah Skor Post-test ... 293

Lampiran 16 Hasil Analisis Skor Pre-test (SPSS) ... 298

Lampiran 17 Hasil Analisi Skor Post-test (SPSS) ... 306

Lampiran 18 Hasil Deskripsi Data Penelitian (SPSS) ... 314

Lampiran 19 Hasil Uji Signifikansi (SPSS) ... 317

Lampiran 20 Hasil Observasi Pembelajaran ... 320

(18)

1

BAB I

PENDAHULUAN

Bab I memaparkan tentang latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan adalah sarana yang penting untuk meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) dalam menjamin kelangsungan suatu bangsa (Susanto, 2013: v). Pendidikan bisa didapatkan secara formal maupun non-formal. Pendidikan non-formal meliputi keluarga, dan masyarakat, sedangkan pendidikan formal didapat siswa melalui pembelajaran di sekolah. Pendidikan yang ada di sekolah mulai dari jenjang pendidikan dasar hingga jenjang pendidikan tinggi. Pendidikan dasar yang dimaksud adalah pendidikan Sekolah Dasar (SD) dan pendidikan Sekolah Menengah Pertama (SMP) (Usman, 2011: 143). Sekolah merupakan lembaga pendidikan yang paling berperan dalam pengembangan Sumber Daya Manusia (SDM). Sekolah diharapkan mampu membantu individu mengembangkan kemampuan intelektual dan keterampilan kerja, sehingga individu memiliki keahlian untuk bekerja dan ikut membangun bangsa (Hasbullah, 2006: 54-55).

(19)

pelajaran yang diajarkan adalah Matematika, Bahasa Indonesia, PKn, IPA, dan IPS (Kemendikbud, 2011: 13). Matematika merupakan ilmu penting daripada ilmu yang lain karena matematika merupakan dasar bagi ilmu-ilmu lainnya (Suherman, 2003: 25). Posisi matematika terhadap ilmu lain membuat prestasi siswa di bidang matematika dapat dijadikan tolok ukur kualitas pendidikan pada suatu negara.

Prestasi belajar siswa Indonesia di bidang matematika masih rendah, hal tersebut dapat dibuktikan pada hasil studi oleh TIMSS (Trends in International Mathematics and Science Study) dan PISA (Programme for International Student Assessment). TIMSS memiliki tujuan mengukur prestasi matematika dan sains negara peserta di seluruh dunia yang diselenggarakan setiap 4 tahun sekali (Kemendikbud, 2011). TIMSS merupakan studi internasional yang dikoordinasi oleh IEA (The International Association for the Evaluation of Educational Achievement) yang berpusat di Amsterdam Belanda. PISA adalah lembaga studi yang bertugas untuk literasi membaca matematika dan sains yang diselenggarakan setiap 3 tahun sekali (Kemendikbud, 2011). PISA adalah lembaga studi yang dikoordinasi oleh OECD (Organization for Economic Cooperation and Develompent) yang berpusat di Perancis.

(20)

31). Hasil studi PISA pada tahun 2000, 2003, dan 2006 secara berurutan Indonesia memperoleh peringkat 39 dari 41 negara dengan perolehan skor 367, peringkat 38 dari 40 negara dengan perolehan skor 360, dan peringkat 50 dari 57 negara dengan perolehan skor 391 (Kemendikbud, 2011). Hasil studi PISA yang terbaru pada tahun 2012 Indonesia memperoleh peringkat 64 dari 65 negara (NECS, 2012).

Prestasi matematika siswa Indonesia yang masih rendah menjadi tolak ukur kualitas pendidikan di Indonesia yang masih rendah. Rendahnya kualitas pendidikan di Indonesia diakibatkan oleh buruknya sistem pendidikan di Indonesia (Tjalla, 2010: 3). Perubahan kurikulum KTSP menjadi kurikulum 2013 adalah upaya sadar pemerintah Indonesia untuk memperbaiki sistem pendidikan. Kurikulum 2013 menuntut guru menjadi fasilitator dan bukan lagi menjadi satu-satunya sumber belajar (Napitupulu dalam Nuh, 2013: 209). Salah satu sumber belajar yang direncanakan dan diciptakan oleh guru sebagai penghubung pesan ajar disebut alat peraga atau media pembelajaran (Munadi, 2010: 5).

(21)

materi yang disampaikan guru, sehingga siswa lebih mudah memahami (Heruman, 2008: 1).

Alat peraga adalah benda konkret yang dapat membantu siswa dalam memahami materi matematika (Sitanggang, 2013: 3). Alat peraga dipandang dapat menjembatani pola pikir siswa dari hal yang abstrak ke konkret. Alat peraga memberikan kemudahan bagi siswa dalam memahami konsep yang abstrak, merangsang berpikir, memotivasi, aktif, dan merangsang untuk memecahkan masalahnya sendiri (Suherman, 2003: 243). Jerome Bruner menyatakan bahwa pengetahuan yang di peroleh siswa sendiri akan lebih bertahan lama dan pengetahuan yang diperoleh secara mandiri akan menghasilkan hasil yang paling baik (Dahar, 2012: 79).

Pembelajaran secara mandiri merupakan salah satu karakteristik dari metode yang dikembangkan oleh Montessori (Montessori, 2013: 192). Montessori menyampaikan bahwa pemberian lingkungan maupun materi yang tepat dapat memancing spontanitas siswa dalam belajar dan mengembangkan pengetahuan secara mandiri (Montessori, 2002: 7-8). Montessori memperkenalkan model pembelajaran yang melatih seluruh panca indera dan keterampilan siswa dengan menggunakan alat peraga.

Alat peraga Montessori adalah suatu material yang dapat digunakan oleh siswa dalam pembelajaran yang dirancang khusus agar menjadi alat peraga yang sederhana, menarik, memungkinkan siswa untuk bisa digunakan. Montessori math materials enable child to manipulate and repeat the use of materials until he can

(22)

peraga matematika Montessori memungkinkan siswa untuk memanipulasi dan mengulang terus menggunakan alat peraga tersebut sampai siswa dapat membuat abstraksinya sendiri dari pekerjaannya. Metode ini dapat memberi kesempatan siswa supaya dapat belajar secara mandiri, dan dapat memperbaiki kesalahan yang siswa lakukan sendiri (Lillard, 1997: 11). Alat peraga Montessori ini aman digunakan oleh siswa SD karena alat peraga Montessori ini menggunakan bahan yang aman untuk digunakan anak-anak, mempunyai warna yang menarik dan juga bentuk yang menarik. Hal ini dikarenakan alat peraga Montessori mempunyai ciri yaitu menarik, bergradasi, auto-correction dan auto-education (Montessori, 2002: 170-176).

Montessori (2013: 83-84) mengungkapkan bahwa alat peraga Montessori dirancang sesuai dengan perkembangan anak, baik dalam hal perkembangan psikologi maupun fisiknya. Alat peraga Montessori dalam perkembangan psikologi dapat membantu siswa memahami matematika dari hal yang abstrak ke konkret. Peneliti tertarik untuk melakukan penelitian yang berjudul “Perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori”.

B. Identifikasi Masalah

(23)

matematika dari hal yang abstrak ke konkret dan dapat meningkatkan prestasi matematika khususnya prestasi metematika Indonesia di dunia Internasional.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada perbedaan prestasi belajar siswa kelas III SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2013/ 2014 atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang digunakan berupa alat peraga Geometric Stick Box. Mata pelajaran yang diajarkan adalah mata pelajaran matematika kelas III dengan Standar Kompetensi (SK) 4. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana untuk Kompetensi Dasar (KD) 4.2 yaitu Mengidentikasi berbagai jenis dan besar sudut. Peneliti memilih materi tersebut karena karakteristik alat peraga

Geometric Stick Box sesuai dengan indikator-indikator yang akan dicapai.

D. Rumusan Masalah

Peneliti merumuskan masalah berdasarkan latar belakang penelitian ini yaitu

“apakah ada perbedaan prestasi belajar siswa atas penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori?”.

E. Tujuan Penelitian

(24)

F. Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah dan tujuan penelitian maka manfaat penelitian ini adalah:

1. Bagi siswa

Manfaat penelitian bagi siswa adalah siswa lebih tertarik mempelajari matematika dengan cara yang baru dan menggunakan alat peraga. Alat peraga yang digunakan membuat siswa menjadi lebih aktif dalam pembelajaran.

2. Bagi guru

Manfaat penelitian bagi guru adalah guru menjadi terpacu untuk melakukan pembelajaran yang lebih inovatif dengan menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran. Guru dapat meningkatkan kualitas dalam pembelajaran yang digunakan sehingga meningkatkan prestasi belajar siswa di bidang matematika. 3. Bagi sekolah

Manfaat penelitian bagi sekolah adalah sekolah memperoleh masukan dan sumbangan positif bagi kemajuan kualitas sekolah.

4. Bagi peneliti

Manfaat penelitian bagi peneliti adalah peneliti mendapat pengalaman, pengetahuan dan mengasah kemampuan dalam membuat perangkat pembelajaran menggunakan alat peraga berbasis Montessori.

G. Definisi Operasional

(25)

1. Matematika adalah salah satu mata pelajaran inti di sekolah dasar yang berisi rumus dan simbol-simbol.

2. Alat peraga adalah alat yang digunakan dalam pembelajaran yang dapat mempermudah siswa dalam memahami pelajaran.

3. Alat peraga matematika adalah alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran matematika pada materi tertentu untuk mempermu dan siswa memahami materi.

4. Metode Montessori adalah metode yang dikembangkan oleh Maria Montessori dengan cara yang mengoptimalkan kemampuan panca indera dan memberikan kebebasan kepada siswa untuk melakukan dan menemukan pengetahuannya sendiri.

5. Alat peraga Montessori adalah alat peraga pembelajaran yang mempunyai spesifikasi: menarik, bergradasi, auto-corection, auto-education, dan kontektual.

6. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat peraga berbasis Montessori yang digunakan dalam pembelajaran matematika. 7. Prestasi belajar adalah kemampuan siswa dalam menyelesaikan berbagai

variasi soal mengenai penjumlahan dan pengurangan bilangan dua angka. 8. Siswa sekolah dasar adalah siswa yang berada pada jenjang sekolah dasar. 9. Pre-test adalah kegiatan yang dilakukan pada awal pembelajaran untuk

(26)
(27)

10

BAB II

LANDASAN TEORI

Bab II memaparkan empat bagian yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis. Kajian pustaka menguraikan tentang beberapa topik bahasan yang berkaitan dengan judul penelitian. Penelitian yang relevan berisi penelitian-penelitian yang berkaitan dengan variabel penelitian yang akan peneliti lakukan. Kerangka berpikir merupakan rumusan konsep yang diperoleh dari berbagai tinjauan teori. Hipotesis penelitian memaparkan dugaan sementara yang akan terjadi pada penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka ini berisi tentang beberapa teori yang berkaitan dengan judul penelitian. Teori yang dibahas adalah tahap perkembangan anak sekolah dasar, alat peraga matematika Montessori, metode Montessori, pembelajaran matematika, materi sudut dan prestasi belajar.

1. Tahap Perkembangan Anak Sekolah Dasar

(28)

a. Tahap Perkembangan Anak

Piaget mengemukakan bahwa perkembangan merupakan suatu proses spontan dengan cakupan luas yang berakibat pada gejala pertambahan secara terus menerus, modifikasi, dan penyusunan ulang struktur psikologis (Salkind, 2009: 311). Piaget mengemukakan bahwa perkembangan merupakan proses berkelanjutan yang ditandai dengan berbagai perubahan dari tahapan satu ke tahapan selanjutnya. Setiap tahap tidak bisa dilompati karena urutan perkembangan sudah pasti dan saling mempengaruhi antara tahap satu dengan tahap selanjutnya (Salkind, 2009: 325). Tahap perkembangan kognitif oleh Piaget dibagi menjadi 4, yaitu: tahap sensori-motorik (usia 0-2 tahun), tahap pra-operasional (usia 2-7 tahun), tahap konkret operasional (usia 7-11 tahun), dan tahap operasional formal (usia 11 tahun ke atas) (Desmita, 2009: 101). Tabel 2.1 menjelaskan tentang tahap perkembangan kognitif menurut Piaget beserta deskripsi perkembangan yang terjadi dalam setiap tahap.

Tabel 2.1

Tahap Perkembangan Menurut Piaget (Desmita, 2009: 101)

Tahap Usia Deskripsi Perkembangan

1. Sensori Motor 0 – 2 tahun Bayi bergerak dari tindakkan reflek instinktif saat lahir sampai permulaan pemikiran simbolis. Pembangunan pemahaman didasarkan pada pengalaman-pengalaman sensor dan tindakkan fisik.

2. Pra-operasional 2 – 7 tahun Anak mulai menggambarkan dunia dengan kata-kata dan gambar-gambar yang dibuat. 3. Operasional

Konkret

(29)

Tabel 2.1 menjelaskan tahap perkembangan kognitif menurut Piaget. Tahap pertama adalah sensori motorik. Tahap sensori motorik ini terjadi ketika bayi berusia 0-2 tahun. Tahap ini bayi membentuk pemahaman yang dilandaskan pada pengalaman sensorik yang didapatkannya. Pengalaman sensorik didapatkan dari pengoptimalan panca indera untuk melakukan gerakan dan interaksi dengan orang atau benda di sekitar.

Tahap perkembangan kognitif yang kedua adalah operasional. Tahap pra-operasional terjadi pada usia 2-7 tahun. Tahap ini anak mulai merepresentasikan kata-kata dan gambar-gambar. Kata atau gambar yang dilihat anak akan dijadikan media untuk mendapatkan pengalaman dan berkomunikasi dengan lingkungan sekitarnya. Perkembangan tersebut menunjukkan peningkatan simbolis yang melampaui hubungan informasi sensor dan tindakan fisik pada diri anak.

(30)

Tahapan yang terakhir adalah tahap operasional formal . Tahapan ini terjadi pada usia 11 tahun hingga dewasa. Pada tahap ini remaja mulai mampu memecahkan masalah dan analisis sistematis. Kebanyakan dari anak-anak dalam tahap ini dapat menangani berbagai persoalan abstrak mengenai situasi-situasi yang berlawanan dengan fakta. Pemikiran remaja ditandai dengan kepekaan terhadap orang lain, kemampuan menghadapi pertentangan, dan kemampuan untuk menangani logika tingkat tinggi (Salkind, 2009: 350).

Tokoh kedua adalah Maria Montessori yang menjelaskan tentang tahapan perkembangan anak. Maria Motessori membagi tahap perkembangan anak menjadi tiga tahapan, yaitu umur 0-6 tahun, 6-12 tahun, dan 12-18 tahun (Montessori, 2008: xii). Montessori menamai tahap pertama dengan sensorials explorers, tahap kedua

reason explorers, dan tahap ketiga dinamakan humanistic explorers.

“In the first plane of information, children are “senorials explorer”; in the

second, they are “reason explorers”. Now, in the third plane, they became “humanistic explorers”, interested in the quality of society for themselves and

for others peoples of the world” (Lillard, 1997: 154).

(31)

peka terhadap hal yang bersifat logika dan pembenaran. “Younger children ask

“why” but they are in effect asking “what”, “what is that”, “what is it called”. In the

words, they are searching for fact rasther than the reasons behind those facts

(Lillard, 1997: 47). Anak mulai bereksplorasi tentang pengetahuan melalui hal-hal konkret yang ditemui. Tahap ketiga ialah 12-18 tahun. Tahap ini disebut humanistic explorers. Tahapan ini, anak akan mengalami kematangan fisik dan mulai mencari model ideal yang akan menjadi idolanya dan menjadikannya acuan untuk diikuti. b. Tahap Perkembangan Siswa Sekolah Dasar

(32)

2. Metode Montessori

Pada sub bab metode Montessori ini berisi tentang teori mengenai sejarah metode Montessori, dan metode Montessori. Sejarah metode Montessori menjabarkan asal terciptanya metode Montessori. Metode Montessori membahas berbagai aspek yang berkaitan dengan metode Montessori.

a. Sejarah Metode Montessori

Maria Montessori adalah seorang yang menciptakan metode ini. Montessori mengungkapkan dalam bukunya bahwa metode Montessori merupakan salah satu metode yang dalam pembelajaran dapat mengembangkan kebebasan berkarakter anak dengan cara yang mengagumkan dan luar biasa (Montessori, 2002: 33). Metode Montessori ini dapat digunakan dari mulai pra sekolah, paud, sekolah dasar, sampai sekolah menengah atas.

(33)

ditulis Itard, Seguin, dan Froebel untuk menemukan metode yang tepat. Seguin menekankan kecenderungan alamiah dan ketertarikan spontan anak-anak (Crain, 2007: 97-98)

Pada tahun 1907 Montessori mendirikan sebuah sekolah di perumahan kumuh San Lorenzo yang diberi nama Casa dei Bambini, yang berarti rumah bagi anak-anak. Anak-anak yang bersekolah di sana adalah anak-anak pinggiran dengan kondisi kumuh. Montessori terus mengembangkan ide-idenya dan membawa alat-alat peraga didaktis bagi anak-anak di Casa dei Bambini (Crain, 2007: 99).

b. Metode Montessori

Metode Montessori menekankan konsep belajar sambil bermain pada anak (Holt, 2008: xi). Melalui kegiatan ini, anak merasa senang dan tanpa disadari telah mempelajari sesuatu yang baru melalui kegiatan bermain tersebut. Dalam kelas Montessori, anak-anak dapat memilih bekerja sendiri maupun dalam kelompok. Suasana kelas Montessori sangat tenang, sehingga memunculkan konsentrasi belajar yang penuh bagi anak. Montessori percaya bahwa konsentrasi yang penuh dapat membantu anak-anak mengembangkan kemampuan dirinya (Lillard, 2005: 20-21).

Tujuan utama dari metode Montessori adalah membuat anak-anak mandiri dalam melakukan segala sesuatunya. Hal ini sesuai dengan motto terkenal Montessori

yang menjadi filosofi dalam metode pendekatannya, yaitu “Tak ada orang bebas, kecuali dia MANDIRI” (Magini, 2013: 54). Atas dasar filosofi yang digunakannya,

(34)

mengesankan, dimana anak usia empat hingga lima tahun telah dapat membaca dan menulis dengan lancar. Montessori banyak menemukan metode pendekatan berdasarkan beberapa penelitian eksperimen yang dilakukan di Casa dei Bambini.

Metode inilah yang saat ini lebih dikenal dengan nama metode Montessori.

(35)

belajar. Keadaan kelas Montessori memiliki siswa dengan umur bervariasi sehingga dapat terjadi pembelajaran secara tentor sebaya. Prinsip keenam adalah belajar dengan hal konkret akan lebih bermakna bagi siswa daripada belajar dengan konsep abstrak. Hal konkret akan membantu siswa, khususnya pada tahap usia anak-anak untuk memahami pengetahuan dan informasi baru yang siswa dapatkan dari lingkungan sekitar. Interaksi anak dengan orang dewasa menjadi prinsip ketujuh pembelajaran Montessori. Bentuk-bentuk interaksi khusus orang dewasa akan terasosiasi oleh anak dan dapat dilihat pada output anak. Contoh interaksi anak dengan orang dewasa adalah interaksi siswa bersama guru. Interaksi yang terjalin tersebut dapat membentuk output siswa, maka interaksi harus dijalin dengan sebaik mungkin. Prinsip pembelajaran Montessori yang kedelapan adalah lingkungan. Lingkungan di sekitar siswa sangat bermanfaat. Lingkungan yang telah dikondisikan sesuai dengan kebutuhan siswa akan mendorong siswa untuk belajar dengan mandiri.

Metode Montessori sangat erat hubungannya dengan adanya alat peraga. Melalui alat peraga, panca indera anak diasah. Alat peraga tersebut diproduksi oleh Montessori sendiri dengan mendasarkan pada pemikiran Jean Itard dan Edouard Seguin (Hainstock, 1997: 13). Montessori menciptakan alat peraga sesuai dengan keterampilan yang ada dalam tahap perkembangan anak, yaitu keterampilan hidup sehari-hari, bahasa, matematika, geografi, kesenian, pengetahuan alam, dan budaya.

(36)

metode pembelajaran Montessori adalah memegang 8 prinsip yaitu mengutamakan gerak, mengeksplor panca indera, belajar sesuai ketertarikan siswa, tidak ada pemberian penghargaan, pengacakan kolaboratif, belajar dengan hal konkret, interaksi dengan orang dewasa, dan lingkungan sekitar yang mendukung. Prinsip-prinsip tersebut dijalankan untuk membatu siswa dalam menyerap pengetahuan dan pembelajaran baru yang diterima.

3. Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori

Pada bagian ini akan membahas tentang pengertian alat peraga, alat peraga matematika berbasis metode Montessori, karakteristik alat peraga matematika berbasis metode Montessori, dan alat peraga Geometric Stick Box.

a. Pengertian Alat Peraga

Mempermudah dan membuat siswa mengerti materi pelajaran merupakan tugas guru. Salah satu cara yang dipakai oleh guru untuk membuat siswa menjadi mudah dalam memahami pembelajaran adalah dengan menggunakan alat peraga dalam pengajaran. Alat peraga adalah alat-alat yang dugunakan oleh guru ketika mengajar yang bertujuan untuk membatu guru dalam memperjelas materi pelajaran yang disampaikan kepada siswa dan mencegah terjadinya verbalisme pada diri siswa (Usman, 2011).

(37)

Alat peraga yang dibuat sendiri justru akan lebih pas dan sesuai dengan apa yang diinginkan.

Ada banyak keuntungan jika dalam pembelajaran matematika menggunakan alat peraga (Suherman, 2003: 243). Keuntungan pertama yang didapat dalam penggunaan alat peraga matematika ialah kegiatan belajar mengajar lebih termotivasi. Siswa yang mempunyai motivasi belajar akan cenderung senang untuk belajar. Keuntungan kedua adalah konsep abstrak matematika tersaji dalam bentuk konkret. Bentuk konkret yang ditemui siswa membantu siswa untuk memahami materi baru yang diterima. Keuntungan lainnya adalah merangsang siswa untuk berpikir, merangsang siswa menjadi aktif, merangsang siswa untuk memecahkan masalahnya sendiri. Rangsangan yang ditimbulkan alat peraga tersebut dapat membuat siswa lebih mendalami materi yang dipelajari.

b. Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori

Alat peraga Montessori merupakan salah satu alat peraga yang dapat digunakan oleh guru dalam membantu proses belajar siswa agar dapat lebih mudah dimengerti siswa. Alat peraga Montessori ini dikenal sebagai alat peraga yang menarik dan mempunyai warna yang menarik. Sifat menarik dari alat peraga Montessori inilah yang membuat alat peraga ini dipandang menjadi alat peraga yang tepat digunakan untuk membantu anak dalam belajar.

(38)

digunakan, memberi kesempatan siswa supaya dapat belajar secara mandiri, dan juga agar siswa dapat memperbaiki kesalahan yang siswa lakukan sendiri (Lillard, 1997: 11).

Alat peraga matematika berbasis metode Montessori tidak didesain untuk mengajar matematika namun ditujukan untuk dapat membantu siswa dalam mengembangkan kemampuan matematikanya (Lillard, 1997: 137). Kemampuan siswa yang dikembangkan seperti memahami perintah, memahami urutan, mengenal hal yang abstrak dan memiliki kemampuan untuk menyatukan semuanya itu menjadi sebuah temuan yang baru. Alat peraga matematika Montessori memang didesain dengan sederhana dan menarik sesuai dengan konsep pemikiran Montessori sendiri (Montessori, 2002: 169-175). Siswa diberi kesempatan secara utuh dan mandiri mengeksplorasi alat peraga tersebut dan melakukan perbaikan pada kesalahannnya sendiri tanpa harus dikoreksi orang lain. Berdasar pada teori-teori yang telah terpapar dapat disimpulkan bahwa alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat yang dirancang sendiri oleh Montessori guna menyampaikan pembelajaran matematika kepada siswa dengan memperhatikan ketertarikan siswa dan sederhana sehingga siswa berminat mengeksplorasi diri secara utuh dan mandiri.

c. Karakteristik Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori

(39)

Indonesia. Karakteristik-karakteristik tersebut yang membedakan dengan alat peraga lain.

Karakteristik yang pertama adalah menarik yaitu menarik bagi siswa untuk menggunakan alat peraga ketika alat peraga yang dibuat mampu membangkitkan motivasi siswa dalam menggunakannya. Siswa akan belajar menggunakan dengan menyentuh, meraba, memegang, dan merasakan suatu benda nyata. Alat peraga yang dibuat lembut dan warna yang ditampilkan cerah (Montessori, 2002: 175).

Karakteristik yang kedua adalah memiliki gradasi atau bergradasi. Alat peraga Montessori memiliki rangsangan dengan gradasi yang rasional (Montessori, 2002: 175). Contohnya seperti yang dikatakan oleh Magini (2013: 49) dimana ada seorang gadis kecil yang berusia tiga tahun mengambil balok silinder dan mencoba memasangkannya secara bergradasi dan membongkar pasangan balok silinder sebanyak empat puluh dua kali. Alat peraga balok silinder merupakan salah satu alat peraga yang diciptakan oleh Montessori, balok silnder memiliki ukuran-ukuran yang berbeda-beda. Berbagai ukuran silinder dimasukkan kedalam lubang-lubang kayu sampai memperoleh bentuk yang pas. Gradasi alat peraga dapat berupa gradasi warna, bentuk, ukuran, dan gradasi umur. Gradasi umur artinya alat peraga tersebut dapat digunakan oleh semua orang.

(40)

kesiapan siswa dengan memperkirakan kebutuhan khusus yang dimilikinya (Crain, 2007: 100).

Karakteristik yang keempat adalah auto-correction dimana alat peraga mempunyai pengendali jika terdapat kesalahan. Pengendali kesalahan alat peraga dapat berupa kunci jawaban atau ketika menggunakan alat peraga dan terjadi kesalahan, anak dapat mengetahuinya. Anak mampu mengetahui kesalahannya sendiri tanpa diberitahukan orang lain. Contohnya pada alat peraga balok silinder tadi, siswa akan menggunakan alat tersebut sampai memperoleh bentuk dan ukuran yang pas dengan cara melakukannya secara berulang-ulang hingga ia berhasil menemukan pembenaran (Montessori, 2002: 175).

(41)

d. Alat Peraga Geometric Stick Box

Alat peraga Geometric Stick Box adalah alat peraga Montessori yang direplikasi dan dimodifikasi. Alat tersebut pengembangan dari alat peraga geometri stick material Montessori.

Gambar 2.1 Geometric Stick Material Montessori

Geometri stick material digunakan pada kelas dasar untuk mempelajari garis, sudut, bangun dan analisis bentuk (Nienhius, 2013). Pengembangan yang dilakukan adalah bahan yang digunakan kayu yang berasal dari Indonesia, penutup box

digunakan sebagai papan kerja yang disertai spon, tambahan laci untuk menyimpan kartu soal dan jarum pentul.

(42)

Gambar 2.2 Geometric Stick Box

Gambar 2.2 menunjukkan gambar alat peraga Geometric Stick Box. Alat peraga tersebut terdiri dari papan kerja, stick, segitiga siku-siku, jarum pentul, kartu huruf, kartu angka, kartu nama sudut, kartu jenis sudut, kartu soal berserta kunci jawaban. Geometri stick box berbentuk balok memiliki penutup yang berfungsi sebagai papan kerja. Alat tersebut memiliki laci untuk menyimpan jarum pentul, kartu soal dan kartu jenis sudut.

Stick digunakan untuk membentuk kaki sudut dan sebagai jarum yang dibentuk pada suatu jam. Kartu huruf digunakan untuk memberi nama pada sudut yang dibentuk. Kartu angka digunakan untuk mengurutkan sudut yang dibentuk dari terkecil atau terbesar. Kartu jenis sudut digunakan untuk memberi nama jenis sudut. Jarum pentul digunakan untuk menahan stick agat tidak bergeser. Papan kerja memiliki dua sisi berfungsi untuk membuat sudut dan menghitung besar sudut yang dibentuk oleh jam.

(43)

Gambar 2.3 Penggunaan Geometric Stick Box dalam Mengajarkan Materi Mengidentifikasi Jenis Sudut

Gambar 2.3 menunjukkan penggunaan alat peraga untuk mengajarkan materi mengidentifikasi sudut. Siswa diminta membuat sudut yang ingin mereka buat dengan stick, jarum pentul, kartu huruf dan segitiga siku-siku. Siswa mengambil segitiga siku-siku untuk mengidentifikasi jenis sudut yang dibentuk. Sudut lancip jika besar sudut yang dibentuk lebih kecil dari segitiga siku-siku, tumpul jika besar sudut yang dibentuk lebih dari segitiga siku-siku dan siku-siku jika besar sudut yang dibentuk sama besar dengan segitiga siku-siku.

Gambar 2.4 Penggunaan Geometric Stick Box dalam Mengajarkan Materi Mengidentifikasi Jenis Sudut dengan Kartu Soal

(44)

untuk mengidentifkasi jenis sudut yang dibentuk. Sudut lancip jika besar sudut yang dibentuk lebih kecil dari segitiga siku-siku, tumpul jika besar sudut yang dibentuk lebih dari segitiga siku-siku dan siku-siku jika besar sudut yang dibentuk sama besar dengan segitiga siku-siku.

Gambar 2.5 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Besar Sudut dengan Kartu Soal

Gambar 2.5 menunjukkan cara penggunaan alat peraga dalam mengajarkan materi besar sudut dengan kartu soal. Siswa mengambil papan kerja dengan sisi jam, dua

(45)

sudut yang dibentuk. Siswa mencocokan dengan kunci jawaban yang berada di balik kartu soal.

4. Pembelajaran Matematika

Pembelajaran dalam dunia pendidikan merupakan sebuah interaksi yang terjalin antara pendidik dan peserta didik. Suatu kegiatan dimana ada seorang guru atau pendidik dan juga siswa atau peserta didik yang melakukan interaksi antar keduanya dapat dikatakan merupakan sebuah pembelajaran. Susanto (2013: 34) juga berpendapat dalam bukunya bahwa pembelajaran merupakan komunikasi dua arah yang dilakukan oleh pihak guru sebagai pendidik sedangkan belajar dilakukan oleh siswa sebagai peserta didik. Salah satu pelajaran yang diajarkan oleh seorang guru pada peserta didiknya adalah mata pelajaran matematika.

(46)

a. Pengertian Matematika

Soedjadi (2000: 11) memberikan pendapat bahwa matematika merupakan suatu ilmu yang memiliki objek abstrak, bertumpu pada kesepakatan dan berpola pikir deduktif. Beliau juga menyampaikan bahwa matematika adalah cabang ilmu eksak dan teroganisir secara sistematik yang mencakup tentang bilangan dan kalkulasi, penalaran logis, tentang fakta kuantitatif, masalah tentang ruang, bentuk, mengenai struktur yang logis serta memiliki aturan yang ketat (Soedjadi, 2000: 24). Pakar lain yang menyampaikan pendapatnya mengenai matematika yaitu Susanto. Beliau memaparkan bahwa matematika merupakan kumpulan ide abstrak yang isinya simbol-simbol. Simbol-simbol tersebut dapat dipahami hanya jika sudah memahami konsep pokoknya (Susanto, 2013: 183).

Penjelasan-penjelasan dari para ahli dapat dapat dijadikan landasan untuk menyimpulkan bahwa pembelajaran matematika adalah suatu proses kegiatan belajar dan mengajar yang dilakukan seseorang untuk memperoleh perubahan perilaku yang mencakup tentang bilangan, kalkulasi, penalaran logis, fakta kuantitatif, keruangan, bentuk, struktur logis, dan pemahaman atas simbol-simbol yang digunakan.

b. Tujuan Pembelajaran Matematika

(47)

2003: 58). Penalaran dan sikap menjadi fokus karena kedua aspek tersebut karena dengan penalaran dan sikap yang benar akan membatu siswa dalam memahami konsep matematika sehingga mampu mengerjakan semua jenis soal matematika.

Tujuan matematika pada pendidikan sekolah dasar adalah mengupayakan siswa agar dapat menggunakan matematika pada kehidupannya (Susanto, 2013: 189). Standar isi kurikulum KTSP menuangkan tujuan pembelajaran matematika ialah mengupayakan siswa dapat memahami konsep matematika (BSNP, 2006: 417). Tujuan matematika yang lain adalah mengasah kemampuan siswa untuk memecahkan masalah. Kemampuan pemecahan masalah dinilai penting karena pada umumnya hal-hal yang menuntut untuk diselesaikan siswa adalah sebuah permasalahan yang harus dipecahkan. Membuat siswa mampu menerapkan pengetahuan matematikanya dalam kehidupan sehari-hari juga merupakan tujuan matematika. Permasalahan matematika akan banyak muncul dikehidupan sehari-hari, misalnya jual beli dan pengukuran terhadap suatu benda. Mengacu pada teori mengenai tujuan matematika yang telah terpapar dapat dikatakan bahwa inti dari tujuan pembelajaran matematika adalah penguasaan konsep metematika dengan menggunakan penalaran dan penanaman sikap untuk diterapkan dalam kehidupan sehari-hari dari seorang siswa.

c. Materi Sudut

(48)

membentuk sebuah sudut, atau dapat juga diartikan sebagai daerah yang dibatasi oleh dua sinar atau garis (Sulardi, 2006). Materi sudut di kelas III ini anak akan belajar apa itu sudut dan berbagai macam jenis sudut.

5. Prestasi Belajar

Pada sub bab ini diuraikan mengenai teori belajar, pengertian belajar, pengertian prestasi belajar, dan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

a. Teori Belajar

Terdapat beberapa teori belajar yang dikemukakan oleh para ahli. Teori-teori tersebut mengalami perkembangan seiring perkembangan zamandi dunia. Teori yang dibahas dalam penelitian ini ada dua yaitu teori kognitivisme dan teori konstruktivisme.Kedua teori tersebut dibahas karena dianggap sejalan dengan penelitian ini.

1) Teori Kognitivisme

Teori kognitivisme adalah teori yang menjelaskan hal-hal yang bekaitan dengan kemampuan manusia dalam memahami pengalaman-pengalamannya sehingga menjadi bermakna bagi manusia. “K ognitivisme meyakini bahwa belajar adalah hasil dari usaha individu dalam memaknai pengalaman-pengalamannya yang berkaitan

dengan dunia disekitarnya” (Jamaris, 2013: 125). Belajar pengetahuan terdiri dari tiga

(49)

menggunakan konsep yang disimpulkan untuk meneliti gejala lain. Ahli yang menganut teori kognitivisme ialah Jean Piaget, Jerome Brunner, Kurt Lewin, Robert M. Gagne, dan David P. Ausubel. Gagne berpendapat bahwa belajar merupakan seperangkat proses kognitif yang mengubah sifat stimulan dari lingkungan, melewati pengolahan informasi, menjadi kapabilitas baru yang berupa keterampilan, pengetahuan, sikap dan nilai (Dimyati & Mudjiono, 2006: 10).

2) Teori Konstruktivisme

(50)

tindakan guna pemecahan masalah sehingga siswa aktif membangun pengetahuannya sendiri (Jamaris, 2013: 151).

Kedua teori beranggapan bahwa siswa memiliki kemampuan kognitif untuk memahami ataupun mengerti hal-hal disekitarnya secara mandiri. Teori kognitivisme berpandangan bahwa setiap siswa memiliki kemampuan berpikir untuk memaknai pengalaman-pengalaman yang ditemui sehingga dapat menjadikannya keterampilan dan pengetahuan baru. Sejalan dengan teori kognitif, teori kontruktivisme memandang bahwa siswa dengan bekal kognitif yang dimilikinya mampu membangun pemahaman dan pengetahuan dengan membelajarkan dirinya sendiri secara mandiri. Kedua teori ini dijadikan landasan dalam penelitian ini dalam memaknai proses belajar.

b. Pengertian Belajar

(51)

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalaman individu itu dalam interaksi dengan lingkungannya.Belajar adalah aktifitas sadar dan pengalaman yang dilakukan seseorang untuk memperoleh konsep dan pengetahuan baru sehingga dapat mengubah tingkah laku diri yang relatif tetap.Pengetahuan tersebut dapat menjadikan seseorang memperoleh pengalaman baru.

c. Pengertian Prestasi Belajar

Widiyoko (2009: 25) merumuskan bahwa hasil belajar merupakan perubahan yang terjadi pada diri siswa sebagai akibat kegiatan pembelajaran.Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui proses pembelajaran (Susanto, 2013: 5). Hasil belajar yang didapatkan siswa berupa pemahaman konsep, keterampilan proses, dan sikap siswa. Dipertegas oleh Sudjana (2005: 3) yang mengatakan bahwa prestasi belajar ialah hasil belajar yang dicapai oleh siswa dengan kriteria tertentu sehingga untuk mengetahui tingkat prestasi belajar maka perlu dilakukan evaluasi belajar. Prestasi belajar sesungguhnya adalah hasil belajar, namun pada umumnya hanya mengarah pada aspek kognitif saja. Winkel (2007: 162)

mengatakan bahwa “prestasi belajar adalah suatu bukti keberhasilan belajar atau

(52)

d. Faktor yang Mempengaruhi Prestasi Belajar

Prestasi belajar dipengaruhi oleh banyak faktor. Secara umum faktor-faktor tersebut dikelompokkan menjadi dua kelompok besar yaitu faktor eksternal dan faktor internal (Slameto, 2002: 60). Faktor eksternal adalah segala faktor yang ada di luar diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa. Faktor ekstern yang berpengaruh terhadap belajar dapatlah dikelompokkan menjadi 3 faktor, yaitu faktor keluarga, faktor sekolah dan faktor masyarakat. Faktor internal adalah faktor yang ada di dalam diri siswa yang memberikan pengaruh terhadap aktivitas dan hasil belajar yang dicapai siswa.

Teori Gestalt (dalam Susanto, 2013:12) menyatakan bahwa belajar merupakan suatu proses perkembangan yang bisa dipengaruhi oleh faktor diri siswa sendiri dan faktor lingkungan. Pendapat tersebut dapat menjadi dasar bahwa hasil belajar juga dipengaruhi oleh dua hal yakni siswa sendiri dan lingkungannya. Prestasi belajar merupakan hasil belajar yang mengarah pada aspek kognitif saja sehingga dapat dikatakan faktor yang yang mempengaruhi hasil belajar sama dengan faktor yang mempengaruhi prestasi belajar.

B. Penelitian yang Relevan

(53)

tersebut adalah penelitian milik Koh & Frick (2010), Lestari (2013), Lopata (2005), dan Riyanto (2010).

Koh & Frick (2010) melakukan penelitian tentang penerapan dukungan untuk kebebasan individu (autonomy support) pada sekolah Montessori di Indiana, USA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui karakteristik guru yang mempunya kebebasan individu di dalam kelas Montessori. Penelitian ini juga bertujuan untuk mengetahui pengaruh kebebasan individu terhadap motivasi instrinsik siswa dalam bekerja. Subjek penelitian ini adalah guru, asisten, dan 28 siswa. Hasil penelitian menunjukkan bahwa guru dan asisten memiliki strategi yang mendukung kemandirian siswa dan sesuai dengan metode Montessori. Siswa di sekolah Montessori memiliki motivasi intrinsik yang tinggi dalam mengerjakan tugasnya.

(54)

Lopata (2005) dalam artikel penelitiannya yang berjudul “Comparison of

Academic Achievement Beetween Montessori and Traditional Education Programs

menyatakan bahwa metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa yang sebagian besar merupakan siswa minoritas dan berasal dari keluarga yang

pendapatannya rendah. Lopata mengatakan,”Result of the study succes to support the

hypothesis”, penelitian ini telah berhasil mendukung hipotesis. Hipotesis penelitian ini adalah metode Montessori dapat meningkatkan hasil belajar siswa. Penelitian ini relevan dengan penelitian yang akan dilaksanakn oleh peneliti karena dalam penelitian ini juga mengukur tentang prestasi belajar siswa. Penjabaran hasil penelitian di atas dapat merujuk pada kesimpulkan bahwa metode montessori dan alat peraga montessori dapat berpengaruh dan meningkatkan prestasi belajar siswa dan alat peraga dapat meningkatkan minat belajar matematika siswa.

(55)

mengidentifikasi jenis dan besar sudut dengan metode STAD pada siklus II menunjukkan bahwa 78,9% siswa berada di atas KKM.

Gambar 2.6 Literature map penelitian yang relevan

Gambar 2.6 menunjukkan literature map penelitian yang relevan dengan penelitian ini. Penelitian relevan yang digunakan antara lain adalah penerapan kemandirian individu dan pengaruhnya terhadap motivasi intrinsik siswa Montessori (Koh & Frick, 2010), efektivitas alat peraga matematika kertas persegi satuan (Lestari, 2013), prestasi belajar siswa dengan metode Montessori (Lopata, 2005), dan keaktifan dan kemampuan mengidentifikasi jenis dan besar sudut-metode Student

Koh & Frick (2010)

(56)

Teams Achievement Division (STAD) (Riyanto, 2010). Penelitian tersebut relevan dengan penelitian ini pada bagian tujuan ataupun hipotesis penelitiannya. Perbedaan penelitian ini dengan penelitian relevan adalah pengambilan variabel penelitian dan subjek penelitian. Belum ada penelitian relevan yang menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dan belum ada yang memiliki subjek penelitian siswa kelas III.

C. Kerangka Berpikir

Matematika merupakan salah satu bidang ilmu yang dipelajari pada berbagai tingkat pendidikan. Ilmu matematika mengandung konsep-konsep yang wajib dimiliki seorang individu untuk mendukung memecahkan masalah dalam kehidupan sehari-hari. Konsep yang terkandung dalam materi matematika adalah konsep abstrak yang sulit dipahami oleh anak. Pembelajaran matematika harus dibantu menggunakan sebuah alat peraga konkret agar siswa mudah memahami materi matematika yang bersifat abstrak.

(57)

untuk bekerja mandiri, sehingga alat peraga berbasis Montessori dipandang efektif untuk mengatasi permasalahan prestasi belajar siswa.

Alat peraga akan meningkatkan minat siswa dalam pembelajaran. Tingginya minat siswa dapat membuat siswa jauh lebih fokus belajar. Siswa juga akan lebih senang dalam belajar, karena penggunaan alat peraga memungkinkan anak untuk belajar sambil bermain. Apabila kondisi pembelajaran berjalan sebagaimana mestinya, maka alat peraga berbasis Montessori akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa.

D. Hipotesis Penelitian

(58)

41

BAB III

METODE PENELITIAN

Bab III ini berisi tentang penjelasan jenis penelitian, desain penelitian, waktu dan tempat penelitian, variabel dan data penelitian, populasi dan sampel penelitian, teknik pengumpulan data, instrumen pengumpulan data, teknik pengujian instrumen, prosedur analisis data, dan jadwal penelitian.

A. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif menggunakan jenis Quasi Experimental. Penelitian kuantitatif merupakan metode yang digunakan untuk menguji teori tertentu dengan meneliti hubungan antar variabel. Variabel ini biasanya diukur menggunakan instrumen penelitian, sehingga data yang diperoleh terdiri dari angka yang dapat dianalisis berdasarkan prosedur statistik (Creswell, 2012: 5). Penelitian Quasi Experimental mempunyai dua kelompok yang sudah terbentuk secara alami. Dua kelompok ini adalah kelompok eksperimen dan kelompok kelompok kontrol. Kelompok kontrol tidak sepenuhnya dapat berfungsi sepenuhnya untuk mengontrol variabel-variabel luar yang dapat mempengaruhi pelaksanaan eksperimen (Sugiyono, 2010: 114).

B. Desain Penelitian

(59)

kelompok eksperimen saja yang mendapatkan perlakuan (Creswell, 2012: 242). Desain ini membandingkan 2 kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen dijadikan kelas yang dalam pembelajarannya menggunakan alat peraga Geometric Stick Box. Kelompok kontrol dijadikan kelas yang tidak diberi perlakukan atau dalam pembelajarannya tidak menggunakan alat peraga seperti kelompok eksperimen. Tindakan yang dilakukan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dalam penelitian ini dapat digambarkan pada gambar 3.1.

Gambar 3.1 Desain Penelitian (Creswell, 2012: 242) Keterangan :

O1 = Hasil pre-test kelompok eksperimen

O2 = Hasil post-test kelompok eksperimen

O3 = Hasil pre-test kelompok kontrol

O4 = Hasil post-test kelompok kontrol

x = Perlakuan

Penelitian ini menggunakan pre-test untuk menguji pengetahuan siswa sebelum siswa mempelajari materi. Pre-test ini diberikan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Soal yang diberikan sama dari mulai jenis soal dan jumlah soalnya. Soal yang sama ini juga digunakan oleh peneliti di akhir penelitian sebagai post-test. Post-test ini merupakan tes yang diberikan pada siswa untuk mengetahui pemahaman siswa mengenai materi yang telah dipelajari.

O1 x O2

(60)

C. Waktu dan Tempat Penelitian

Bagian ini menjelaskan waktu dan tempat penelitian. Waktu penelitian berisi tentang tanggal dan kegiatan yang dilakukan. Tempat berisi tentang lokasi tempat penelitian. Berikut adalah penjelasan lebih lanjut dari waktu dan tempat penelitian.

1. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada minggu pertama dan kedua bulan Februari 2014 (lampiran 1). Jadwal penelitian diputuskan bersama dengan guru kelas agar sesuai dengan jadwal guru mengajarkan materi sudut. Guru yang mengajar pada kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah guru yang sama. Jadwal melakukan penelitian di kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dilakukan secara beriringan untuk mengurangi terjadinya bias. Jadwal penelitian dapat dilihat lebih jelas pada tabel 3.1.

Tabel 3.1

Jadwal Penelitian

Kelompok Hari, tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi

Waktu kaki sudut, menentukan titik sudut

5 Februari 2014 I Pre-test

(61)

Kelompok Hari, tanggal Pertemuan Kegiatan Alokasi kaki sudut, menentukan titik sudut

Tabel 3.1 menunjukkan waktu pengambilan data pada penelitian ini. Pertemuan yang dilaksanakan pada kelompok eksperimen dan kelompok kontrol adalah masing-masing sebanyak 5 pertemuan. Pada pertemuan pertama digunakan untuk melakukan pre-test sedangkan pertemuan terakhir untuk melakukan post-test pada setiap kelas. Jadwal penelitian menyesuaikan jadwal pembelajaran yang ada di sekolah. Kelas III menggunakan pendekatan tematik maka penentuan materi pelajaran dapat didiskusikan dengan guru kelas.

2. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di SD Kanisius Sengkan yang beralamat di Jalan Kaliurang Km 7 RT 002/10, Condongcatur, Depok, Sleman, kode pos 55283. SD Kanisius Sengkan berada didekat pasar Colombo, letaknya di pinggiran kota tetapi masuk ke dalam kawasan penduduk. SD Kanisius Sengkan ini memiliki 2 kelas paralel dengan jumlah kelas keseluruhan 13 kelas.

D. Variabel dan Data Penelitian

(62)

ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan diambil kesimpulannya (Sugiyono, 2011: 64). Ada 4 variabel dalam penelitian ini, yaitu variabel bebas (independent), variabel terikat (dependent), variabel kontrol, dan variabel moderator.

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori (Geometric Stick Box). Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi atau menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel terikat (Sugiyono, 2011: 64). Penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori pada penelitian ini menjadi variabel bebas karena penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori diperkirakan dapat mempengaruhi prestasi belajar siswa.

Variabel terikat dalam penelitian ini adalah prestasi belajar siswa. Variabel terikat atau dapat disebut juga sebagai variabel dependent adalah variabel yang dipengaruhi variabel bebas (Sugiyono, 2011: 64). Prestasi belajar siswa pada penelitian ini yang akan dipengaruhi oleh variabel bebas yaitu penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori Geometric Stick Box.

(63)

kontrol dan kelompok eksperimen juga sama yaitu materi sudut. Perbedaan antara kelompok kontrol dan kelompok eksperimen adalah kelompok kontrol tidak mendapatkan perlakuan (menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori Geometric Stick Box) sedangkan kelompok eksperimen mendapat perlakuan.

Variabel moderator dalam penelitian ini adalah rerata skor pre-test

(Bogardus, 2007: 12). Variabel moderator adalah variabel yang dapat memperkuat atau memperlemah hubungan variabel bebas dan variabel terikat (Sugiyono, 2011: 64). Variabel moderator ini terletak di antara variabel bebas dan variabel terikat yang dapat memperkuat atau memperlemah. Variabel moderator dapat disebut juga sebagai variabel independen ke dua (Sugiyono, 2011: 65).

E. Populasi dan Sampel Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III SD Kanisius Sengkan. Siswa kelas III SD Kanisius Sengkan berjumlah 83 siswa. Populasi merupakan seluruh obyek/ subyek dalam kondisi tertentu yang dikondisikan oleh peneliti untuk diamati dan dipelajari guna untuk mendapatkan kesimpulan (Sugiyono,2006: 80).

(64)

dalam penelitian ini adalah convenience random sampling. Teknik pengambilan sampel dengan cara convenience random sampling yaitu berdasarkan kemudahan (Babbie dalam Creswell, 2012: 220). Kemudahan yang dimaksud karena SD yang digunakan untuk penelitian sama dengan SD yang digunakan untuk PPL (Program Pengalaman Lapangan). Unsur random pada penelitian ini terlihat pada saat pengambilan sampel kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Pengambilan sampel ini dilakukan dengan cara mengundi kedua kelas sehingga mendapatkan hasil kelas yang digunakan sebagai kelompok kontrol dan kelompok eksperimen. Cara pengundian ini dilakukan karena kedua kelas mendapatkan kesempatan yang sama (Sugiyono, 2010: 120).

F. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan dua cara pengumpulan data yaitu dokumentasi dan observasi. 1. Dokumentasi

Dokumentasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah hasil pre-test dan

(65)

sudah dipelajari siswa. Hasil pre-test dan post-test dari kedua kelas yang berupa skor inilah yang menjadi data utama peneliti.

2. Observasi

Observasi yang digunakan dalam penelitian ini berupa pengamatan proses kegiatan belajar mengajar guru di dalam kelas. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dibantu rekan sejawat. Observasi ini digunakan untuk mengamati dan mengetahui perubahan yang terjadi di dalam kelompok kontrol dan kelompok eksperimen sebelum dan sesudah mempelajari materi sudut. Observasi merupakan kegiatan pengamatan yang dilakukan untuk melihat seberapa jauh efek dari tindakan yang telah mencapai sasaran (Kunandar, 2008: 143). Penelitian ini menggunakan jenis observasi terstruktur. Observasi terstruktur adalah observasi yang terencana secara sistematis tentang apa yang diamati, dan memiliki gambaran yang jelas mengenai waktu dan tempat observasi tersebut dilakukan (Sugiono, 2011: 196).

G. Instrumen Pengumpulan Data

Penelitian ini menggunakan 2 jenis instrumen pengumpulan data. Instrumen pengumpulan yang digunakan dalam penelitian ini adalah tes dan non tes.

1. Tes

(66)

dan di akhir penelitian (post-test). Tes ini diberikan pada kelompok eksperimen dan juga kelompok kontrol. Jenis tes yang digunakan adalah tes tertulis yang berupa soal pilihan ganda yang berjumlah 20 soal. Bentuk soal dan jumlah soal ditentukan bersama-sama dengan guru. Tabel 3.2 memuat kisi-kisi soal pre-test

dan post-test yang dibuat oleh peneliti.

Tabel 3.2

Kisi-kisi Soal Pre-test dan Post-test

Standar Kompetensi:

4. Memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana. Kompetensi Dasar:

4.2 yaitu Mengidentikasi berbagai jenis dan besar sudut.

No. Indikator Nomor 6 Mengidentifikasi jenis sudut pada bangun datar 1, 4 2 7 Mengidentifikasi besar sudut 6, 33, 34 3

8 Menentukan besar sudut 16 1

9 Mengurutkan besar sudut 11, 22 2

Total 20

(67)

indikator pada materi sudut. Soal pilihan ganda bila jawaban benar maka diberi skor 1 dan bila jawaban salah atau tidak dijawab diberi skor 0.

2. Non Tes

Instrumen non tes yang digunakan dalam penelitian ini adalah perangkat pembelajaran dan lembar observasi. Perangkat pembelajaran yang dimaksud adalah silabus dan RPP (lampiran 4). Instrumen perangkat pembelajaran ini berisi kegiatan pada kelompok kontrol maupun kelompok eksperimen. Kegiatan pembelajaran pada kelompok kontrol berbeda dengan pembelajaran pada kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen menggunakan alat peraga berbasis metode Montessori sedangkan pada kelompok kontrol tidak. Lembar observasi yang digunakan dalam penelitian ini dapat dilihat pada tabel 3.3 (Sumber: Panduan PPL 2013).

Tabel 3.3

Lembar Observasi

No Aspek yang diamati Deskripsi Hasil Pengamatan 1 Membuka pelajaran

2 Penyajian materi 3 Metode Pembelajaran

4 Penggunaan bahasa dan waktu 5 Aktivitas belajar siswa

6 Pengelolaan Kelas 7 Penggunaan Media 8 Cara menutup pelajaran 9 Evaluasi

(68)

H. Teknik Pengujian Instrumen

Bagian ini membahas teknik pengujian instrumen dan instrumen pembelajaran yang meliputi uji validitas, uji reliabilitas, dan Indeks Kesukaran (IK). Uji validitas digunakan untuk menguji instrumen pembelajaran dan instrumen yang menerangkan mengenai jenis validasi apa saja yang digunakan dalam penelitian ini. Uji reliabilitas menerangkan tentang keajegan aitem yang dinyatakan valid. Indeks kesukaran untuk mengetahui taraf kesukaran yang dimiliki setiap aitem.

1. Validitas

(69)

a. Validitas Isi

Validitas isi menunjukkan seberapa jauh aitem mencakup kawasan isi yang dibahas (Azwar, 2012: 175). Validitas isi dalam penelitian ini berupa instrumen silabus, instrumen RPP, dan instrumen soal evaluasi. Peneliti mengajukan expert judgement pada 3 ahli yaitu 2 guru kelas III SD dan 1 dosen. Ahli pertama merupakan dosen matematika dengan pertimbangan mengerti metode Montessori. Ahli kedua dan ketiga merupakan guru kelas III sekolah dasar. Ahli yang memberikan expert judgement melakukan validasi dengan memberikan skor pada lembar penilaian instrumen dengan rentang 1 sampai 4 serta memberikan komentar pada kolom yang sudah disediakan. Ahli dapat memberikan penilaian

“baik sekali” dengan bobot 4, “baik” dengan bobot 3, “kurang” dengan bobot 2, “kurang sekali” dengan bobot 1. Rata-rata yang diperoleh peneliti dari hasil expert

judgement ketiga ahli digunakan peneliti sebagai dasar untuk melakukan revisi. Kriteria untuk menentukan adanya revisi atau tidaknya pada instrumen yang sudah di expert judgement dapat dilihat pada tabel 3.4.

Tabel 3.4

Kriteria Hasil Validasi

Rata-rata

Kuantitatif Komentar Keterangan

≥ 3 Positif Tidak revisi

≥ 3 Negatif Revisi

< 3 Positif Revisi

< 3 Negatif Revisi

Gambar

Tabel 2.1
Gambar 2.1 Geometric Stick Material Montessori
Gambar 2.2 Geometric Stick Box
Gambar 2.3 Penggunaan Geometric Stick Box dalam Mengajarkan Materi
+7

Referensi

Dokumen terkait

• Mencari informasi melalui studi pustaka untuk menemukan teori tentang hubungan antara besar gaya listrik, besar muatan listrik, dan jarak antara benda bermuatan listrik..

Keterkaitan ergonomi organisasi dengan motivasi kerja yaitu organisasi sebagai wadah bagi para pegawai melakukan aktivitas pekerjaan dapat menjadi pendorong atau penarik bagi

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

Konsep yang digunakan pada perancangan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing di Kabupaten Bandung Barat ini dengan menerapkan Arsitektur Tropis, yang bertujuan untuk

Jadi dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu

2.2 Bayaran melalui bank hendaklah dilakukan sebelum datang ke POLISAS dan bawa semua salinan slip Wang Tunai Masuk semasa hari pendaftaran sebagai bukti

Inilah yang terutama yang mendorong kita buat menasehatkan pada Serikat supaya tentaranya yang mendarat jangan ada Belandanya, karena akan bisa mengusutkan suasana umum, tidak

Gambar 10 (a) Iref dan Iaktual beban; (b) Arus referensi kompensasi harmonisa Dengan pengaturan sedemikian rupa pada gelombang referensi sinusoidal dengan arus aktual