• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II KAJIAN TEORI

5. Tingkat Kepuasan

Pada bagian sub bab tingkat kepuasan berisi tentang kajian dari beberapa

buku dan jurnal penelitian. Kajian tersebut berisi teori-teori yang mendukung

penelitian diantaranya mengenai pengertian tingkat kepuasan, faktor yang

mempengaruhi tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat

kepuasan, dan karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan.

a. Pengertian Tingkat Kepuasan

Terdapat beberapa pengertian kepuasan menurut para ahli. Tjiptono (2004:

147) berpendapat bahwa “kepuasan pelanggan adalah mencakup perbedaan antara

harapan dan kinerja atau hasil yang dirasakan”. Sunyoto (2012: 223) berpendapat bahwa “kepuasan pelanggan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingakan kinerja yang dirasakan dibandingkan dengan harapannya”. Kinerja yang dirasakan adalah perasaan pelanggan terhadap apa yang diterimanya

setelah menggunakan produk tertentu (Tjiptono, 2004: 147). Pelanggan adalah

seseorang yang menggunakan produk tertentu. Pelanggan dalam konteks

pendidikan. Kepuasan sangat tergantung pada mutu suatu produk (Supranto,

2006: 2).

Kotler (2013: 150) “satisfaction is a person’s feelings of pleasure or

disappointment that result from comparing a product’s perceived performance (or

outcome) to expectations”. Kepuasan dalam konteks penelitian ini adalah dalam bidang pendidikan. Kepuasan siswa merupakan sikap siswa yang memperlihatkan

rasa senang atas pelayanan proses belajar mengajar yang dilaksanakan oleh guru

karena adanya kesesuaian antara apa yang mereka harapkan dengan kenyataan

yang telah diterimanya dengan menggunakan indikator mutu pelayanan (Sopiatin

2010:33). Tingkat kepuasan dapat dialami oleh setiap orang. Seseorang yang

dapat mengalami tingkat kepuasan jika, a) kinerja di bawah harapan maka

seseorang akan merasa kecewa, b) kinerja dapat sesuai dengan harapan maka

seseorang akan merasakan adanya kepuasan, c) masalah bisa melebihi harapan

maka seseorang akan merasa sangat puas (Kotler dalam Sunyoto, 2012:223).

Pengaruh harapan terhadap kepuasan digambarkan dan dijelaskan oleh Midie

(dalam Sopiatin, 2010:36).

Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan

Minimal yang didapat Yang selayaknya

Ideal

Gambar 2.2 menunjukkan tentang pengaruh harapan terhadap kepuasan

yang ideal dengan yang ingin didapatkan (Mudie, Peter, dan Angela dalam

Tjiptono, 2004: 152). Harapan yang semakin dekat dengan kondisi ideal akan

memungkinkan semakin besar tercapainya kepuasan. Seseorang dapat ditentukan

berada pada tingkat kepuasan dengan melihat hasil- hasil yang diperoleh maupun

kinerja yang dilakukan. Penjelasan yang telah dikemukakan kemudian dapat

disimpulkan bahwa tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang yang

dipengaruhi oleh kesesuaian antara kinerja dan harapan yang diinginkan atau hasil

yang diterima terhadap suatu produk.

Konteks penelitian ini berarti bahwa siswa dan guru akan timbul perasaan

puas jika kinerja dari suatu produk sama atau sesuai dengan harapannya. Siswa

dan guru akan merasa sangat puas jika kinerja dari suatu produk dapat melebihi

harapannya. Sebaliknya, siswa dan guru akan merasa tidak puas jika kinerja dari

suatu produk lebih rendah daripada harapannya. Kesimpulan yang dapat diperoleh

bahwa tingkat kepuasan adalah perasaan seseorang terhadap kesesuaian antara

harapan dan kinerja yang diterima dari suatu produk.

b. Faktor Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Ratnasari dan Aksa (2011: 117-118) berpendapat bahwa faktor- faktor yang

mempengaruhi kepuasan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional,

harga, dan biaya. Pertama kualitas produk, pelanggan akan merasa puas jika

produk yang dihasilkan tersebut berkualitas. Jika diimplementasikan dalam dunia

pendidikan, maka guru dan siswa merasa puas jika alat peraga yang digunakan

harapan akan menimbulkan rasa puas pada pelanggan. Implementasi dalam dunia

pendidikan, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa merasa puas terhadap kualitas

pelayanan dari alat peraga yang dapat membuat siswa dan guru mengerti materi

matematika.

Faktor ketiga emosional, pelanggan akan merasa puas ketika memiliki rasa

percaya diri memakai produk. Implementasi dalam dunia pendidikan, dapat

dikatakan bahwa guru dan siswa merasa percaya diri ketika dapat mengerjakan

soal matematika dengan menggunakan alat peraga. Keempat harga, guru dan

siswa tertarik dengan melihat alat peraga yang memiliki kualitas yang sama

dengan alat peraga lain tetapi dengan harga yang lebih rendah. Implementasi

dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa guru dan siswa ingin memiliki

jika alat peraga yang digunakan memiliki harga yang rendah. Kelima biaya, guru

dan siswa tidak mengeluarkan biaya tambahan atau waktu untuk mendapatkan alat

peraga. Implementasi dalam dunia pendidikan, dapat dikatakan bahwa siswa dan

guru tidak perlu mengeluarkan biaya atau waktu untuk memiliki alat peraga serta

mudah diperbaiki.

Tjiptono (2008: 28) menjelaskan bahwa harapan pelanggan mempunyai

peranan yang sangat besar dalam menentukan kualitas produk dan kepuasan

pelanggan. Produk yang sesuai dengan harapan dapat dikatakan sebagai produk

yang berkualitas dan dapat menimbulkan kepuasan bagi pelanggannya.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi

kepuasan dapat dilihat dari sudut pandang kebutuhan pelanggan atau kebutuhan

Masing-masing sudut pandang memiliki argumen dan penjelasan logis sendiri-sendiri.

Kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, dan biaya juga dapat

mempengaruhi tingkat kepuasan.

c. Manfaat Tingkat Kepuasan

Lupiyoadi (2013: 229) mengemukakan bahwa manfaat tingkat kepuasan

adalah dapat meningkatkan perasaan puas pelanggan dan upaya mempertahankan

pelanggan hingga akhirnya akan menghasilkan profit yang lebih besar. Pendapat

lain dijelaskan oleh Adisaputro (2010:71) bahwa manfaat kepuasan adalah dapat

menarik, menjaga dan meningkatkan jumlah siswa dan guru dalam menggunakan

alat peraga. Ratnasari dan Aksa (2011:118) menambahkan manfaat kepuasan

yaitu supaya pelanggan dapat mempergunakan alat peraga kembali dan

menyarankan orang lain untuk menggunakan alat peraga. Manfaat kepuasan juga

menjaga dan menambah jumlah pengguna alat peraga dengan cara menyarankan

kepada orang lain.

Pada konteks pendidikan, puas atau tidaknya siswa dan guru sebagai

pengguna alat peraga akan berpengaruh kepada sekolah. S iswa dan guru akan

puas jika jasa yang diberikan sekolah memenuhi harapan yang mereka inginkan.

Sekolah membangun harapan tinggi kepada siswa dan guru serta memberikan

dorongan untuk mencapai harapan-harapan tersebut.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa tingkat kepuasan sangat

bermanfaat sebagai umpan balik terhadap pelayanan sekolah. Kepuasan siswa dan

guru sangat mempengaruhi keberlangsungan suatu sekolah, setiap siswa yang

guru yang merasa puas dengan senang hati akan mempromosikan kualitas

pelayanan yang telah diberikan oleh sekolah, sehingga masyarakat akan merasa

yakin terhadap suatu sekolah yang telah memiliki kualitas yang baik. Sebaliknya,

siswa dan guru yang tidak puas terhadap suatu produk akan mengembalikan

produk tersebut dan memberikan informasi negatif tentang produk tersebut pada

orang-orang disekitarnya. Siswa dan guru yang puas terhadap suatu produk juga

akan menggunakan kembali produk tersebut.

d. Pengukuran Tingkat Kepuasan

Pengukuran tingkat kepuasan penting untuk melihat sejauh mana

pelanggan sudah merasa puas akan alat peraga, sehingga dapat diusahakan

kepuasan yang lebih kepada para pelanggannya. Kotler (dalam Tjiptono

2004:148) mengemukakan empat cara untuk mengukur tingkat kepuasan yaitu

sebagai berikut: Pertama, sistem keluhan dan saran yaitu cara untuk mengetahui

gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan memberikan mereka

kesempatan menyampaikan pendapat, keluhan dan saran. Pendapat, keluhan dan

saran pengguna barang atau jasa dapat disampaikan melalui kotak saran maupun

kartu komentar. Kedua, survei kepuasan pelanggan cara untuk mengetahui

gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa yang paling umum digunakan

produsen. Survei dilakukan dengan menyebar koesioner maupun wawancara

langsung kepada pengguna barang atau jasa. Ketiga, gost Shopping yaitu cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan

meminta bantuan kepada beberapa orang (gost shopper) untuk berperan sebagai konsumen suatu produsen dan pesaingnya. Gost shopper akan mendapatkan

informasi mengenai kekuatan, kelemahan, dan cara-cara mengatasi keluhan

pengguna barang dan jasa suatu produsen dan pesaingnya berdasarkan

pengalamannya saat menggunakan barang dan jasa tersebut. Keempat, lost customer analisys yaitu cara untuk mengetahui gambaran kepuasan pengguna barang atau jasa dengan menghubungi para pengguna barang dan jasa yang telah

berhenti menjadi pelanggan. Tujuan produsen menghubungi para pengguna

barang dan jasa adalah untuk mengetahui asalan-alasan mengapa mereka berhenti

berlangganan yang nantinya akan dijadikan alat evaluasi bagi produsen.

Tjiptono (2011: 320) mengatakan bahwa pengukuran kepuasan dilakukan

dengan tujuan untuk mengidentifikasi keperluan siswa. Keperluan siswa tersebut

tentang aspek-aspek yang dinilai penting oleh siswa. Menentukan tingkat

kepuasan siswa terhadap kinerja sekolah dan membandingkan tingkat kepuasan

siswa terhadap metode pembelajaran dengan metode pembelajaran lain juga

penting dilakukan.

Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei

terhadap kepuasan pelanggan. Tjiptono (2004: 149) mengemukakan bahwa salah

satu teknik melakukan survei kepuasan pelanggan adalah dengan menggunakan

Importance Performance Analysis (IPA). IPA merupakan teknik yang meminta responden untuk meranking berbagai elemen dari penawaran berdasarkan derajat

pentingnya elemen tersebut. Responden juga diminta untuk meranking seberapa

baik kinerja perusahaan dalam masing- masing elemen tersebut. Metode yang

digunakan dalam penelitian ini adalah metode sensus. Sensus adalah survei yang

Alasan peneliti menggunakan metode sensus adalah karena penelitian ini

menggunakan seluruh populasi sebagai subjek penelitian, serta produk yang

digunakan masih terbatas. Produk dalam penelitian ini juga belum diproduksi

dalam jumlah yang banyak, sehingga belum bisa menggunakan metode

pengukuran tingkat kepuasan yang lain. Peneliti akan menggunakan pengukuran

kepuasan dengan cara menyebar kuesioner kepada para siswa dan guru sebagai

responden.

e. Importance Performance Analysis (IPA)

Chan (2005: 21) mengemukakan bahwa dokumen yang asli dalam literatur

IPA pertama kali diterapkan pada kepuasan pelanggan pada industri otomotif,

yaitu oleh Martilla dan James. IPA digunakan untuk mengevaluasi kelebihan dan

kekurangan suatu produk, jasa, dan bisnis dalam pengembangan strategi

pemasaran. IPA merupakan salah satu teknik yang digunakan untuk menganalisis

hubungan antara kinerja dan kepentingan yang diukur (Simpeh, 2013: 5). Analisis

kepuasan menggunakan IPA penting untuk membantu mengidentifikasi

atribut-atribut yang paling baik bagi pelanggan serta memiliki pengaruh paling tinggi

terhadap kepuasan dan perlu perbaikan bagi yang memiliki kinerja rendah

(Matzler dalam Simpeh, 2013: 5). IPA kemudian semakin berkembang, bahkan

telah digunakan dalam berbagai konsep dalam bidang-bidang, seperti pasar mobil,

layanan gigi, perawatan kesehatan, restoran, jasa perbankan, hotel, kebijakan

pariwisata, tujuan wisata, dan pendidikan termasuk evaluasi fakultas di perguruan

Chan (2005: 22-23) menjelaskan bahwa dalam IPA, metode evaluasi

biasanya dilakukan dalam empat tahap yaitu melakukan pengumpulan atribut,

melakukan pengembangan dan survei untuk mengukur atribut, perhitungan survei,

dan plotting hasil pada diagram kartesius. Plotting hasil pada diagram kartesius digunakan untuk membantu dalam mengambil keputusan. Instrumen yang

digunakan merupakan gabungan dari setiap item pada atribut dengan dua skala

likert yang berbeda. Skala likert yang pertama digunakan untuk memperoleh respon tentang pentingnya suatu produk, sedangkan skala likert yang kedua digunakan untuk memperoleh respon tentang kinerja suatu produk. Perolehan data

berupa nilai rata-rata yang dipasangkan pada setiap atribut, yang diukur pada

skala kinerja dan kepentingan.

f. Manfaat Pengukuran Tingkat Kepuasan

Kepuasan pelanggan mempunyai dampak positif bagi suatu perusahaan

yaitu sebagai umpan balik untuk mengetahui penyebab terjadinya ketidakpuasan

pelanggan. Ketidakpuasan pelanggan dapat memicu suatu perusahaan untuk

segera melakukan perbaikan (Tjiptono, 2008). Pelanggan yang merasa puas

terhadap pelayanan yang diterimanya akan kembali menggunakan produk

tersebut.

Pengukuran tingkat kepuasan siswa penting dilakukan di sekolah, karena

kepuasan siswa dapat memberikan gambaran mengenai kualitas pengajaran di

suatu sekolah (Sopiatin, 2010). Kualitas guru sangat mempengaruhi proses belajar

mengajar di sekolah, ketersediaan sarana dan prasarana sekolah, suasana belajar,

Ketersediaan sarana dan prasarana sekolah misalnya penggunaan alat peraga

dalam pembelajaran. Kepuasan siswa terhadap pembelajaran di sekolah

diharapkan dapat meningkatkan kualitas belajar siswa. Kepuasan siswa dapat

diketahui melalui suatu penilaian yang dapat dijadikan dasar bagi sekolah untuk

membentuk strategi dalam melakukan perbaikan kualitas pelayanan sekolah

(Sopiatin, 2010). Peneliti dalam peneltian ini ingin melihat tingkat kepuasan siswa

dan guru terhadap ketersediaan sarana dan prasarana di sekolah. Sarana dan

prasarana yang dimaksud berupa alat peraga yang digunakan dalam kegiatan

pembelajaran. Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa manfaat pengukuran

kepuasan adalah untuk mengetahui kinerja suatu produk sehingga dapat

melakukan perbaikan produk, serta dapat memastikan perubahan yang mengarah

pada perbaikan kinerja suatu produk.

g. Karakteristik Produk Yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Tjiptono (2008: 95) Produk merupakan pemahaman secara subyektif dari

produsen atas sesuatu yang bisa ditawarkan untuk mencapai tujuan organisasi

dengan pemenuhan kebutuhan konsumen. Pendapat Tjiptono hampir sama dengan

pendapat Laksana (2008: 67) yang menjelaskan bahwa “produk adalah segala sesuatu yang dapat ditawarkan kepada konsumen untuk memenuhi keinginan dan

kebutuhan yang bersifat fisik maupun nonfisik”. Produk dalam penelitian ini yaitu benda nyata yang bersifat fisik. Produk yang dimaksud dalam penelitian

berupa alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga dapat

menilai apakah alat peraga yang digunakan dapat memuaskan harapan dan

kebutuhannya.

Terdapat beberapa karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat

kepuasan yang dikemukakan para ahli. Garvin (dalam Laksana, 2008:89-90)

menjelaskan tentang karakteristik kualitas produk yang dapat memenuhi tingkat

kepuasan. Karakteristik-karakteristik kualitas produk yang dimaksud adalah

performansi, keistimewaan tambahan, kehandalan, konformansi, estetika,

kehandalan, dan daya tahan.

Pertama, performansi merupakan karakteristik pokok dari produk yang

digunakan siswa untuk membantu proses pemahaman materi pelajaran dan

memberikan kenyaman saat proses pembelajaran berlangsung. Kedua

keistimewaan tambahan yaitu karateristik pelengkap yang menambahkan fungsi

dasar berkaitan dengan pengembangan. Ketiga, kehandalan yaitu kemungkinan

kecil akan mengalami kerusakan atau gagal digunakan. Keempat, konformansi

berkaitan dengan sejauh mana karakteristik desain dan operasi memenuhi standar

yang telah ditetapkanaya tahan berkaitan dengan berapa lama produk tersebut

dapat terus digunakan. Kelima,estetika adalah daya tarik produk terhadap panca

indra, estetika berkaitan dengan perasaan pribadi seperti selera dan keelokan.

Keenam, kehandalan yaitu kualitas yang dirasakan bersifat subjektif yang

berkaitan reputasi seseorang yang menggunakan produk tersebut. Ketujuh, daya

tahan merupakan ukuran masa pakai suatu produk, karakteristik ini berkaitan

dengan daya tahan produk. Kedelapan, kualitas yang dirasakan berkaitan dengan

Sethi (2000: 2) mengemukakan bahwa karakteristik produk yang baru

memiliki karakteristik estetika, kinerja (performance), daya tahan & life, pengerjaan produk (workmanship), dan keamanan (safety). Pertama, aesthetict atau estetika yaitu suatu nilai keindahan yang dimiliki oleh suatu produk. Kedua,

performance yaitu seberapa baik suatu produk melakukan fungsinya. Ketiga, life yaitu seberapa lama suatu produk dapat digunakan sebelum mengalami kerusakan.

Keempat, workmanship yaitu seberapa baik kualitas hasil pembuatan suatu produk. Kelima, safety yaitu keamanan suatu produk ketika digunakan.

Kesimpulan yang dapat diperoleh bahwa karakteristik dari produk yang

mempengaruhi tingkat kepuasan yaitu dengan melihat beberapa dimensi kualitas

produk. Dimensi tersebut antara lain adalah tentang performansi dari produk,

keistimewaan produk, kehandalan produk, daya tahan pemakaian produk,

pelayanan terhadap penggunaan produk, kualitas yang dapat dirasakan pelanggan,

daya tarik terhadap produk, serta konfirmasi terhadap produk apakah dapat

memenuhi standar yang ditetapkan. Karakteristik yang terdapat pada produk

diharapkan dapat memenuhi keinginan pelanggan serta produk dapat berguna

untuk membantu siswa dalam menyelesaikan masalah belajarnya.

h. Indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika berbasis metode Montessori “Bola Penjumlahan”

Indikator tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis Montessori dijelaskan oleh para ahli sesuai dengan kajian

literatur. Indokator tersebut kemudian disusun oleh peneliti bersama kelompok

studi berdasarkan pendapat Garvin, Sethi dan karakteristik metode Montessori itu

menarik, bergradasi, dan auto correction (Montessori 2002: 19). Peneliti menambahkan kontekstual sebagai karakteristik alat peraga Montessori.

Indikator auto education pada alat peraga bola penjumlahan dapat melatih siswa untuk belajar mengembangkan diri secara mandiri serta mengurangi

bantuan dari guru atau orang yang lebih dewasa (Montessori, 2002: 18). Indikator

menarik menunjukkan bahwa alat peraga bola penjumlahan dibuat dengan bentuk,

ukuran, dan warna yang menarik. Indikator bergradasi menunjukkan bahwa alat

peraga bola penjumlahan memiliki gradasi untuk melatih siswa dalam

memberdakan bentuk, ukuran, dan warna. Indikator auto correction bahwa alat peraga bola penjumlahan mempunyai pengendali kesalahan serta mampu

menjawab dan menunjukkan letak kesalahan ketika digunakan tanpa ada koreksi

dari orang lain (Magini, 2013: 54). Indikator kontekstual alat peraga bola

penjumlahan dapat dilihat pada bahan pembuatnya. Alat peraga terbuat dari bahan

manik- manik dan kayu yang dapat ditemukan di lingkungan sekitar siswa dan

guru. Indikator tingkat kepuasan terhadap alat peraga matematika berbasis metode

Montessori dapat dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1

Indikator Kinerja dan Kepentingan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori

No Karakteristik Alat Peraga Montessori

Karakteristik Produk Lama Karakteristik Produk Baru 1 Auto education 1 Performansi (performance)1 Estetika (aesthetics)2

2 M enarik 2 Keistimewaan tambahan (feature) 3 Performansi (performance)1

3 Bergradasi 3 Kehandalan (realibility)6 Keawetan (life) 6

4 Auto correction 4 Daya tahan (durability)6 Kualitas pengerjaan (workmanship) 7 5 Kontekstual 5 Konformasi (conformance)* Keamanan (safety) 7

6 Estetika (aesthetics)2

7 Kemampuan pelayanan (service ability) 7

8 Kualitas yang dirasakan (perceiced quality)7

Tabel 2.1 menunjukan indikator kinerja dan kepentingan terhadap

penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Garvin (dalam

Laksana 2008) yang mengatakan bahwa terdapat delapan indikator kualitas

produk yaitu, Performansi (performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (realibility), daya tahan (durability), konformasi (conformance), estetika (aesthetics), kemampuan pelayanan (service ability), dan kualitas yang dirasakan (perceiced quality). Garvin Juran dan Gryna (dalam Sethi 2000) yang mengatakan bahwa terdapat 5 indikator kepuasan produk yaitu, estetika

(aesthetics), performansi (performance), keawaten (life), kualitas pengerjaan (Workmanship), keamanan (Safety). Montessori (2002: 172) yang mengatakan bahwa terdapat 5 indikator alat peraga Montessori yaitu, Auto education, menarik, bergradasi, auto correction, dan kontekstual.

Terdapat 5 karakteristik alat peraga dalam Montesoori, 8 karakteristik pada

produk lama, serta 5 karakteristik pada produk baru. Indikator konformasi

(conformance) yang diberi tanda * pada karakteristik produk lama tidak digunakan sebagai indikator tingkat kepuasan, karena tidak ada standar yang

ditetapkan dalam alat peraga. Karakteristik yang memiliki kesamaan arti akan

digabungkan, sedangkan karakteristik yang memiliki perbedaan arti akan menjadi

indikator baru. Peneliti telah memberikan kode berupa angka pada setiap

indikator, dan dari pengkodean tersebut dapat dilihat indikator- indikator yang

memiliki kesamaan dan perbedaan. Indikator yang memiliki kesamaan arti terlihat

maka peneliti bersama kelompok studi mendapatkan tujuh indikator tingkat

kepuasan siswa dan guru.

Indikator-indikator yang telah didapat yaitu auto education, menarik, bergradasi, auto correction, kontekstual, life, dan workmanship. Hasil pengkodean tersebut diantaranya indikator auto education dan performance, kode nomor 1 yang kemudian menjadi indikator auto education karena memiliki kesamaan arti yaitu membantu pemahaman siswa terhadap materi. Indikator me narik dan

estetika (aesthetics), kode nomor 2 yang kemudian menjadi indikator menarik karena memiliki kesamaan yaitu berkaitan dengan daya tarik alat peraga terhadap

panca indera. Indikator bergradasi dan keistimewaan tambahan, kode nomor 3

yang kemudian menjadi indikator bergradasi karena memiliki kesamaan arti yaitu

gradasi menjadi keistimewaan tambahan bagi alat peraga Montessori.

Indikator selanjutnya adalah auto correction yang berdiri sendiri dengan kode nomor 4 memiliki arti bahwa setiap alat peraga Montessori terdapat

pengendali kesalahan. Indikator kontekstual berdiri sendiri dengan kode nomor 5

yang memiliki arti bahwa alat peraga dibuat bahan yang ada di lingkungan sekitar.

Indikator kehandalan, daya tahan dan keawetan (life), kode nomor 6 yang kemudian menjadi indikator daya tahan (life) karena memiliki kesamaan yaitu seberapa lama alat peraga dapat digunakan. Indikator kemampuan pelayanan

(servis ability),kualitas yang dirasakan (perceiced quality), kualitas pengerjaan (workmanship), dan keamanan (workmanship) kode nomor 7 yang kemudian menjadi indikator workmanship karena memiliki kesamaan yaitu alat peraga dapat digunakan dengan aman dan mudah.

Tabel 2.2

Karakteristik Kualitas Produk, Indikator Kepuasan Produk, dan Karakteristik Montessori

No Kar akteristik Alat Per aga Montessori

1 Auto education 2 Menarik 3 Bergradasi 4 Auto correction 5 Kontekstual 6 Life 7 Workmanship

Tabel 2.2 merupakan tujuh indikator tingkat kepuasan guru dan siswa

terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Tujuh

indikator tersebut yaitu auto education, bergradasi, auto correction, kontekstual, daya tahan (life), menarik, dan kualitas pengerjaan (workman ship). Indikator-indikator tersebut yang digunakan dalam penelitian ini. Alat peraga dalam

penelitian ini dinamakan alat peraga bola penjumlahan. Alat peraga bola

penjumlahan juga mengandung karakteristik matematika berbas is metode

Montessori. Karakteristik-karakteristik yang terdapat pada alat peraga bola

penjumlahan adalah: auto education, menarik, bergradasi, auto correction, kontekstual, life, dan workmanship. Alat peraga bola penjumlahan juga mengandung ketujuh katakteristik terebut.

Dokumen terkait