• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori - USD Repository

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "Tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori - USD Repository"

Copied!
300
0
0

Teks penuh

(1)

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

disusun oleh:

Yosevin Melisa Dambariana 101134048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(2)

i

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

disusun oleh:

Yosevin Melisa Dambariana 101134048

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA

(3)
(4)
(5)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan segala berkat dan pertolongan selama proses penyusunan skripsi

2. Ayahku Adam Yohanes Seilatu dan Ibuku Stevani Ambarwati tercinta yang selalu mendukung

3. Adikku tercinta Andreas Bee Gees Alviano yang menjadi teman terbaik dalam hidupku

4. Ibu Catur Rismiati dan Ibu Andri Anugrahana yang menjadi penyemangat dalam penyelesaian skripsi ini

5. Sahabatku Fransiska Adhita Kimaningrum, Ratna Mutia Noviani, Lorensia Elita, Kristina Susanti, Fransiska Dhean Meilani dan Deliana Ciciliawati yang selalu ada dalam suka dan duka

6. Anggraeni Yokta Anafi, Bayu Yudianta, Tarsisius Ferry Koko, Kristina Setya Hastuti, Darti Oktaviani, Maya Safitri, dan Sri Winarsih yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini

7. Teman-teman kelompok studi skripsi yang mewarnai canda tawa dalam proses penyelesaian skripsi ini

8. Galih Hema, Meta Kusumawati, Gendis Ayuningtyas, Adam Stiantoro, Novean Rahardjo dan Paskasius yang memberika kecerian ditengah proses penyelesaian skripsi ini

9. Teman-teman kelas A yang menjadi sahabat memberi dukungan selama 8 semester belajar bersama

(6)

v

MOTTO

"The good you do today may be forgotten tomorrow. Do good anyway." _Mother Theresa_

“Everyone can rise above their circumstances and achieve success if they are dedicated to and passionate about what they do.”

_Nelson Mandela_

“Tuhan menaruhmu ditempat sekarang bukan karena kebetulan, orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan.

Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata”

_Dahlan Iskan_

“Hidup adalah film terbaik sepanjang masa karena semua terekam tak

pernah mati”

_R.R dan The Upstair_

“Don’t say no if you never try”

(7)
(8)
(9)

viii ABSTRAK

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

Oleh:

Yosevin Melisa Dambariana

101134048

Latar belakang masalah ini adalah kemampuan matematika siswa Indonesia yang rendah karena manajemen pengelolaan pendidikan. Salah satu bentuk manajemen pendidikan adalah sarana dan prasarana yang berupa alat peraga. Alat peraga Montessori yang memiliki kualitas dapat menimbulkan sikap positif yaitu kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori khususnya alat peraga “geometri stick box”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu kuesioner kinerja dan kepentingan. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Siswa berjumlah 80 orang dan guru berjumlah 2 orang.

Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe II dan Importance Performance Analysis (IPA). Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori cukup (rata-rata skor total = 124,175). Atribut yang menunjukkan kepuasan siswa adalah mudah mengerti matematika, membantu mengerjakan soal ,mudah mengerjakan, memperbaiki kesalahan. menemukan jawaban benar, bahan yang kuat dan digunakan berulang kali. Tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori cukup (rata-rata total = 147, 5). Atribut yang menunjukkan kepuasan guru adalah mudah memahami konsep matematika, bentuk yang menarik, warna yang menarik, bermacam warna, ukuran dari pendek ke panjang, kunci jawaban, bahan dapat ditemukan dilingkungan, bahan yang sering dilihat, bahan yang kuat dan, digunakan berulang kali, ukuran dari kecil ke besar, permukaan dari halus ke kasar, tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan.

(10)

ix ABSTRACT

THE LEVEL STUDENTS’ AND TEACHERS’S SATISFACTION TOWARD THE USE OF MATHEMATIC TEACHING AID BASED ON

MONTESSORI METHOD

By:

Yosevin Melisa Dambariana Students’ Number: 101134048

The background of this is the low level of mathematic skill’s Indonesia students because of education managements. One of education managements is infrastructure management as the teaching aid. The teaching aid of Montessori that has good quality to create a positive attitude is satisfaction. This research aims to determine the level students and teachers’ satisfaction toward the use of Montessori based teaching aid. This research is quantitative descriptive with census method especially teaching aid “geometri stick box”. Data collection technique that is used by the researcher is performance questionnaire and importance. The subjects of this research are students and teachers in third grade of Kanisius Sengkan Elementary School in Yogyakarta in the year 2013/2014. The numbers of students are 80 people and the teachers are 2 people.

Data analysis technique that is used is PAN type II and Importance Performance Analysis (IPA). The analysis result that uses PAN type II showing the level students’ satisfaction toward the use of mathematics prop based on Montessori is fair (total score =124,175). The attributes that show students’ satisfaction are easy to understand math, help to work on the assignments, easy to work on the assignments, revise the mistake, find out the correct answer, and have strong material that is used repeatedly. The level of students’ satisfaction towards the use of mathematics prop based on Montessori is fair (total score = 147, 5). The

attributes that show teachers’ satisfaction are easy to understand math concept, having interesting shape and color, colorful, having size starts from short to long, key answer, materials can be found around the environment, materials are visible frequently, having strong materials, used repeatedly, size from small to large, from subtle to rough surface, not easily broken and easy to clean.

Keywords: level of satisfaction, teaching aid, Montessori Method, PAN type II,

(11)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan berkat dan rahmatnya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:

“TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN

ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI” ini

dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.

Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma

2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.

3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku dosen pembimbing I, yang memberikan arahan, dukungan, semangat, serta sumbangan pemikiran dalam penyelesaian skripsi ini

4. Andri Anugrahana, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan saran, masukan, ide dan kritik serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.

5. Guru kelas III SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2013/2014 yang telah memberikan waktu dan bantuan

6. Pihak SD Bopkri Demanggan III yang senang hati memberikan kesempatan untuk bekerja sama

7. Ayah, Ibu dan Adik yang memberikan dukungan, semangat dan doa yang selalu menyertai

(12)
(13)

xii

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii

HALAMAN PENGESAHAN ... iii

HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv

MOTTO ... v

PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

4. Alat peraga Geometri Stick Box Montessori ... 19

(14)

xiii

H.Prosedur Analisis Data ... 93

I. Teknik Analisis Data ... 94

J. Jadwal Penelitian ... 100

BAB IV DESKRIPSI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 102

B.Hasil Penelitian ... 103

C.Pembahasan ... 179

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 192

B.Keterbatasan Penelitian ... 194

C.Saran ... 195

(15)

xiv

DAFTAR TABEL

Tabel 1.1 Hasil Penilaian PISA Tahun 2012 ... 3 Tabel 2.1 Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan ... 33 Tabel 2.2 Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 34 Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk Siswa 48 Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk

Siswa ... 49 Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk Guru .. 49 Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk

Guru ... 50 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru untuk

expert judgement ... 51 Tabel 3.6 Penjabaran Indikator Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan

Guru untuk Expert Judgement ... 51 Tabel 3.7 Rangkuman Skor Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 54 Tabel 3.8 Rangkuman Komentar Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 56 Tabel 3.9 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan

Guru Sebelum dan Sesudah Expert Judgement ... 58 Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Siswa ... 61 Tabel 3.11 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa

Sebelum dan Sesudah Face Validity Siswa ... 63 Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan

Kepentingan untuk Guru ... 66 Tabel 3.13 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru

Sebelum dan Sesudah Face Validity Guru ... 68 Tabel 3.14 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Guru ... 70 Tabel 3.15 Perbandingan Validitas Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk

Siswa ... 82 Tabel 3.16 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 85 Tabel 3.17 Perbandingan Reliabilitas Total Kuesioner Kinerja dan Kepentingan

untuk Siswa ... 89 Tabel 3.18 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Siswa ... 90 Tabel 3.19 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Siswa ... 92 Tabel 3.20 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru berdasarkan PAN

(16)

xv

Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat

Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 106

Tabel 4.3 Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 107

Tabel 4.4 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto-education ... 110

Tabel 4.5 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto-education ... 111

Tabel 4.6 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 111

Tabel 4.7 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 112

Tabel 4.8 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 113

Tabel 4.9 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 114

Tabel 4.10 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto-correction ... 114

Tabel 4.11 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto-correction ... 115

Tabel 4.12 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 116

Tabel 4.13 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 117

Tabel 4.14 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Life... 118

Tabel 4.15 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Life ... 118

Tabel 4.16 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Workmanship... 119

Tabel 4.17 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 120

Tabel 4.18 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Siswa ... 121

Tabel 4.19 Persebaran Pernyataan Kuesioner Siswa pada Diagram Kartesius untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 131

Tabel 4.20 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa pada Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan ... 135

Tabel 4.21 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa ... 139

Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru berdasarkan PAN Tipe II... 143

Tabel 4.23 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 145

Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 145

Tabel 4.25 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto-education ... 146

Tabel 4.26 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto-education ... 147

Tabel 4.27 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 148

Tabel 4.28 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 149

Tabel 4.29 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 149

Tabel 4.30 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 150

Tabel 4.31 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto-correction ... 151

Tabel 4.32 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto-correction ... 152

Tabel 4.33 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 153

Tabel 4.34 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 153

Tabel 4.35 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Life ... 154

(17)

xvi

Tabel 4.37 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Workmanship ... 156 Tabel 4.38 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 156 Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan

Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Guru ... 157 Tabel 4.40 Persebaran Pernyataan Kuesioner Guru pada Diagram Kartesius

untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 168 Tabel 4.41 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Guru pada

Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan ... 172 Tabel 4.42 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner

(18)

xvii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Geometri Stick Material Montessori ... 19

Gambar 2.2 Geometri Stick Box ... 20

Gambar 2.3 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Jenis Sudut .... 21

Gambar 2.4 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Jenis Sudut dengan Kartu Soal ... 22

Gambar 2.5 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Besar Sudut dengan Kartu Soal ... 22

Gambar 2.6 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan ... 24

Gambar 2.7 Diagram Kartesius ... 29

Gambar 2.8 Literature Map ... 40

Gambar 3.1 Diagram Kartesius ... 99

Gambar 4.1 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 124

Gambar 4.2 Diagram Penggunaan Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 125

Gambar 4.3 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 126

Gambar 4.4 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 127

Gambar 4.5 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 128

Gambar 4.6 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 129

Gambar 4.7 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 130

Gambar 4.8 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 134

Gambar 4.9 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 161

(19)

xviii

Gambar 4.11 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode

Montessori ... 163 Gambar 4.12 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Guru

terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode

Montessori ... 164 Gambar 4.13 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Guru

terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode

Montessori ... 165 Gambar 4.14 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Guru terhadap

Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 166 Gambar 4.15 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Guru

terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode

Montessori ... 167 Gambar 4.16 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Guru

terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode

(20)

xix

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 200

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 201

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 202

Lampiran 4 Hasil Expert Judgement ... 203

Lampiran 5 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Siswa ... 209

Lampiran 6 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Guru ... 213

Lampiran 7 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 217

Lampiran 8 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 222

Lampiran 9 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 227

Lampiran 10 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kepentingan... 230

Lampiran 11 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 232

Lampiran 12 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 237

Lampiran 13 Output Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 242

Lampiran 14 Output Reliabilitas Total Kuesioner Kepentingan... 246

Lampiran 15 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kinerja ... 250

Lampiran 16 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kepentingan ... 255

Lampiran 17 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kinerja ... 260

Lampiran 18 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kepentingan ... 263

Lampiran 19 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Siswa ... 266

Lampiran 20 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Siswa ... 271

Lampiran 21 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 276

Lampiran 22 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Guru ... 277

(21)

1

BAB I PENDAHULUAN

Pada bab I ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.

Peneliti juga menjelaskan tentang definisi operasional untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian yang dilakukan.

A. Latar Belakang Masalah

Pendidikan memiliki peran pada setiap orang untuk membuka wawasan tentang berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan ide dasar dan inspirasi yang

lengkap tentang ilmu pengetahuan (Tantang, 2012: 55). Ilmu pengetahuan yang dipelajari dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan yaitu sekolah. Pendidikan Indonesia mengatur sistem pendidikan nasional termasuk lembaga pendidikan.

Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa

Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.

Pengembangan potensi siswa dapat diberikan melalui pemberian mata

pelajaran di sekolah. Mata pelajaran di sekolah dasar meliputi bahasa Indonesia, pendidikan kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam,

(22)

mengungkapkan pendapat, menyelesaikan masalah dan mendukung perkembangan teknologi . Matematika memiliki manfaat yang penting maka perlu

diberikan sejak sekolah dasar (Susanto, 2013 : 184-185).

Matematika di sekolah dasar melatih kemampuan siswa untuk berpikir

logis, analitis, sistematis, kritis dan bekerja sama (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2006: 134). Kemampuan matematika siswa Indonesia pada realitanya belum memenuhi standar yang diharapkan. PISA (Programme for International

Student Assement) memamparkan bahwa kemampuan matematika siswa

Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan skor 375 dapat dilihat

pada tabel 1.1. PISA berada dibawah Organization Education Corporation Development (OECD,2012). PISA adalah lembaga yang melakukan penilaian dengan survei sejak tahun 2000 hingga penilaian terakhir dilakukan tahun 2012.

PISA melakukan penilaian setiap tiga tahun sekali. PISA melakukan survei terhadap kemampuan membaca, matematika, dan sains terhadap 65 negara

(23)

Tabel 1.1

Hasil Penilaian PISA Tahun 2012

Sumber: www.oecd.org

Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia

berada pada peringkat rendah. Skor yang diperoleh Indonesia adalah 375 sedangkan rata-rata skor adalah 494. Skor yang diperoleh Indonesia berada dibawah rata-rata, Indonesia tertinggal 119 dari skor rata-rata.

Mulyasa (2007: 39-52) mengatakan komponen dalam manajemen pendidikan yaitu kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana

dan prasarana, hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan khusus. Firman Syah (Kompas. 8 Januari 2013) selaku presiden asosiasi guru matematika di Indonesisa mengemukakan “Guru besar Universitas Hongkong mengatakan

Indonesia berada pada peringkat yang rendah karena kurikulum yang masih lemah, keterampilan guru-guru yang masih rendah, dan lingkungan sekolah yang

(24)

Indonesia mengenai manajemen pendidikan. Salah satu permasalahan manajemen pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana. Keberhasilan dan kegagalan

belajar siswa terhadap kontribusi manajemen pendidikan adalah 32% (Rohiat, 2008: 15).

Penyebab manajemen pendidikan yang masih rendah adalah penggunaan sarana dan fasilitas belajar yang masih kurang (Sukmadinta, 2010: 203). Hal itu didukung dengan penggunaan satu buku teks pelajaran yang dijadikan bahan

utama pembelajaran (Hayat dan Yusuf, 2010: 304). Indonesia perlu meningkatkan kualitas dalam manajemen pendidikan khusunya dalam manjemen sarana dan

prasarana. Daryanto (2013: 143) menjelaskan bahwa salah satu aspek manajemen sarana dan prasarana adalah barang berfungsi langsung seperti media pembelajaran.

Media pendidikan atau pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:892) adalah adalah “alat yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran”. Alat peraga adalah “alat bantu dalam pengajaran

untuk memperagakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik” (KBBI, 2008:37). Pengertian media pendidikan dengan alat peraga dapat

dijelaskan bahwa alat peraga merupakan bagian dari media pendidikan.

Alat peraga memiliki manfaat untuk pemahaman konsep anak didik.

(KBBI, 2008:37). Heruman (2008: 1) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika yang memiliki konsep abstrak diperlukan alat bantu yang berupa alat peraga. Suharjana (2009: 3) mendukung bahwa penggunaan alat

(25)

peraga matematika dapat membantu pemahaman konsep yang abstrak dalam pembelajaran.

Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat ditemukan dalam metode Montessori. Alat peraga Montessori memiliki

karakteristik yaitu auto-education, menarik, bergradasi, dan auto-correction (Montessori, 2002: 170-176). Alat peraga Montessori yang diciptakan oleh tokoh pendidikan Maria Montessori. Alat peraga Montessori sudah dipergunakan pada

beberapa sekolah di Indonesia. Alat peraga tersebut memiliki kualitas dan karakteristik yang baik. Anak yang menggunakan alat peraga Montessori dapat

menunjukkan perasaan gembira. Yamin menjelasakan (2009: 180-181) bahwa penggunaan alat peraga memiliki manfaat meningkatkan sikap positif siswa. Sikap positif terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang diterima sesuai

dengan harapan atau kebutuhan disebut kepuasan (Sopiatin, 2010: 33)

Adisaputro (2010: 67) berpendapat bahwa kepuasan adalah “perasaan

senang atau kecewa dari hasil membandingkan antara kinerja atau produk yang dipersepsikan dengan harapannya”. Kepuasan dalam konteks pendidikan adalah perasaan positif yang timbul setelah mendapat pelayanan pendidikan. Kepuasan

jika diartikan dalam konteks penelitian ini adalah penilaian guru dan siswa terhadap kinerja alat peraga yang digunakan dengan harapan mereka. Kepuasan

guru dan siswa terhadap alat peraga yang digunakan bermanfaat karena mereka dapat menggunakan alat peraga tersebut dan menyarankan kepada orang lain. Hasil pengukuran tingkat kepuasan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk

(26)

mengukur tingkat kepuasan guru dan siswa pada alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Peneliti mengambil judul penelitian “Tingkat Kepuasan

Siswa dan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika berbasis Metode Montessori”.

B. Identifikasi Masalah

Berdasarkan latar belakang masalah peneliti mengidentifikasi bahwa kemampuan matematika rendah karena manajemen pendidikan. Salah satu

komponen manajemen pendidikan adalah sarana dan prasarana yang dapat berupa alat peraga. Alat peraga Montessori memiliki kualitas dan karakteristik yang baik.

Penggunaan alat peraga Montessori dapat menunjukkan bahwa siswa merasa gembira. Penggunaan alat peraga dapat menimbulkan sikap positif. Sikap positif terhadap kinerja alat peraga yang diterima dengan harapan atau kebutuhan

menimbulkan kepuasan siswa dan guru.

C. Batasan Masalah

Penelitian ini dibatasi pada tingkat kepuasan siswa dan guru kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga yang digunakan

dalam penelitian ini adalah alat peraga geometri stick box. Geometri stick box digunakan pada mata pelajaran matematika dengan standar kompetensi

memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana. Kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut. Penelitian ini menggunakan dua kuesioner yaitu kuesioner kinerja dan kepentingan. Pengukuran tingkat kepuasan

(27)

Montessori dengan 7 indikator yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual, life dan workmanship.

D. Rumusan Masalah

Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi atas penggunaan alat peraga

dan dengan adanya alat peraga matematika berbasis metode Montessori, maka peneliti bermaksud mengukur kepuasan dengan merumuskan masalah menjadi: 1. Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori?

2. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian kuantitatif deskriptif yang dilakukan oleh

peneliti meliputi:

1. Mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga

matematika berbasis metode Montessori

2. Mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori

F. Manfaat Penelitian

Peneliti melihat kembali perumusan masalah dan tujuan penelitian ini.

(28)

1. Bagi siswa

Siswa dalam penelitian ini dapat mengemukakan pendapat atau

memberikan penilaian mengenai kepuasan penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

2. Bagi guru

Guru dalam penelitian ini mendapat wawasan baru untuk menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dalam pembelajaran.

Guru juga dapat mengemukakan pendapat atau memberikan penilaian mengenai kepuasan atas penggunaan alat peraga matematika berbasis

metode Montessori. 3. Bagi sekolah

Sekolah dalam penelitian ini dapat mempertimbangkan penggunaan alat

peraga yang digunakan dalam pembelajaran. Sekolah juga dapat menambah koleksi alat peraga matematika.

4. Bagi peneliti

Peneliti mendapat pengalaman baru tentang mengukur tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap alat peraga matematika berbasis metode

Montessori.

G. Definisi Operasional

Sebagai upaya menghindari kesalahan penafsiran pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga belas batasan pengertian sebagai berikut:

1. Tingkat kepuasan adalah tingkatan perasaan dengan membandingkan hasil

(29)

2. Kepentingan adalah harapan siswa dan guru terhadap alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

3. Kinerja adalah perasaan siswa dan guru terhadap hasil atau cara kerja alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

4. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan guru dan siswa secara umum berdasarkan rata-rata dan simpangan baku.

5. Importance and Performance Analysis (IPA) adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pernyataan yang dianggap siswa dan guru

puas atau tidak puas.

6. Alat peraga adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu yang mengandung ciri-ciri dari konsep yang dipelajari

7. Matematika adalah ilmu yang bertujuan meningkatkan daya pikir, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan

kontribusi kemajuan teknologi

8. Pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang bertujuan memahami konsep

matematika dan mengaplikasi dalam kehidupan nyata.

9. Alat peraga matematika adalah alat bantu yang memiliki ciri konsep

dengan membantu pemahaman konsep abstrak menjadi konkret..

10. Metode Montessori adalah metode pembelajaran Maria Montessori dengan pembelajaran menggunakan alat peraga yang melatih sistem otot, sistem

(30)

11. Alat peraga geometri stick box adalah alat peraga yang digunakan untuk memahami konsep jenis sudut dan besaran sudut.

12. Siswa adalah anak kelas III SD Kanisus Sengkan Yogyakarta yang menggunakan alat peraga geometri stick box untuk memahami materi

sudut pada mata pelajaran matematika.

13. Guru adalah pengajar kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang menggunakan alat peraga geometri stick box untuk memahami materi

(31)

11

BAB II KAJIAN TEORI

Kajian teori membahas kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis yang mendasari pelaksanaan penelitian. Berikut ini

penjelasan tiap sub bab.

A. Kajian Pustaka

Kajian pustaka pada skripsi ini berisi penjelasan Montessori, matematika,

alat peraga, alat peraga geometri stick box, dan tingkat kepuasan. Peneliti juga memberikan penjelasan indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika

berbasis metode Montessori untuk mengukur kepuasan siswa dan guru pada sub bab tingkat kepuasan.

1. Montessori

Peneliti menjelaskan riwayat Montessori, metode Montessori dan karakteristik Montessori. Peneliti menjelaskan pula alat peraga Montessori

berbasis metode Montessori untuk menjelaskan alat peraga matematika berbasis metode Montesori yang dimaksud peneliti:

a. Riwayat Montessori

Maria Montessori lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia Utara (Magini, 2013: 7). Montessori tertarik terhadap

dunia pendidikan ketika menjadi asisten dokter di salah satu klinik psikiatri. Sekolah pertama yang didirikan oleh Montessori adalah Casa dei Bambini yang dibuka pada tahun 1907. Casa dei Bambini menggunakan metode khusus yang

(32)

terinspirasi dari penemuan Edward Séguin (1812-1881) dan Jean Marc Gaspard Itard (1775-1838) tentang keberhasilannya membimbing anak-anak berkebutuhan

khusus secara mental maupun fisik. Montessori melakukan penelitian selama 2 tahun di Casa dei Bambini pada anak usia 3-6 tahun yang hidup di lingkungan

kumuh.

Di Casa dei Bambini Montessori memulai eksperimen selama dua tahun untuk mengasuh anak-anak yang orang tuanya tidak dapat mengasuh karena

bekerja (Magini, 2013:22). Hasil eksperimen yang dilakukan Montessori di luar dugaan, berhasil. Montessori mengembangkan metode mengajar aktivitas,

sensorial, membaca, menulis dan matematika pada anak keterbelakangan mental yang disamakan dengan anak normal. Montessori (2002: 41) menjelaskan bahwa metode ekperimennya dapat mengoptimalkan sistem otot, sistem syaraf dan

panca indera pada anak level vegetative ke level intelektual. Ide-ide Montessori berkembang dan menjadi daya tarik para pendidik, psikolog dan masyarakat

umum (Lillard dalam Crain, 2007: 99).

b. Metode Montessori

Metode pembelajaran Montessori menggunakan sistem otot, sistem syaraf

dan panca indera (Montessori, 2002: 41). Crain (2007:99) menjelaskan bahwa metode Montessori adalah belajar membimbing anak mandiri berdasarkan

kedewasaan masing-masing. Montessori mengajarkan konsep dasar dari bahasa, matematika dan biologi terhadap anak.

Guru dalam pembelajaran metode Montessori disebut dengan directris.

(33)

(nomenklatur). Cara kerja terstruktur yang dapat diilustrasikan dengan mengenalkan bilangan angka dengan manik-manik. Directris menunjukkan manik

satu dengan kartu angka satu, manik dua dengan kartu angka dua sampai manik lima. Directris menanyakan mana manik satu dan meminta anak untuk

menunjukkan dilakukan secara berulang. Directris menunjukkan manik dan meminta anak untuk menyebutkan. Directris melakukan secara berulang-ulang hingga anak dapat menyebutkan dan melakukan dengan benar.

Anak dalam pembelajaran dapat menyebutkan dan melakukan dengan baik akan bermakna bagi siswa (Lillard dalam Crain, 2005). Pembelajaran akan

bermakna jika sesuai dengan konteks anak. Anak diberi kebebasan bertangung jawab seperti memilih alat peraga dan belajar bersama dengan anak berbeda kelas. Anak akan menggali kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan alat peraga.

c. Karakteristik Alat Peraga Metode Montessori

Montessori (Montessori, 2002: 170-176) menjelaskan alat peraga memiliki

karakteristik yaitu menarik, memiliki gradasi rangsangan yang rasional, memiliki pengendalian kesalahan (auto-correction) sehingga siswa mengetahui bila membuat kesalahan, siswa dimungkinkan melakukan pendidikan diri

(auto-education) sehingga anak belajar dengan mandiri dan atau dengan sedikit campur

tangan guru.. Alat peraga Montessori dapat menarik perhatian siswa dari bentuk,

warna, ukuran yang dimiliki alat peraga tersebut. Bentuk alat peraga yang belum pernah siswa lihat menjadi ketertarikan siswa menggunakan alat peraga tersebut.

Karakteristik alat peraga Montessori memiliki gradasi rangsangan yang

(34)

gradasi umur. Gradasi umur artinya alat peraga tersebut dapat digunakan oleh tingkatan umur berbeda. Karakteristik alat peraga Montessori memiliki

pengendali kesalahan (auto-correction). Pengendali kesalahan alat peraga dapat berupa kunci jawaban atau ketika mempergunakan alat peraga terjadi kesalahan

kemudian anak dapat mengetahui dan memperbaiki.

Alat peraga Montessori memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. Alat peraga tersebut perlu disesuaikan dengan pembelajaran dan materi yang

diberikan. Alat peraga Montessori dapat dikembangkan/dibuat dengan mereplikasi dengan bahan-bahan pembuat alat peraga yang dapat ditemukan di

lingkungan. Hal ini yang dilakukan Montessori yang mempergunakan bahan-bahan sederhana yang ada dilingkungan anak. Konteks lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar sebagai alat bantu pembelajaran.

d. Alat Peraga Matematika berbasis Metode Montessori

Alat peraga Montessori melatih kepekaan indera dan ketrampilan fisik

siswa (Montessori:2013). Karakteristik yang dimiliki alat peraga Montessori menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education (Montessori, 2002:174-176). Peneliti menambahkan karakteristik kontekstual perlu penyesuaian dalam

memberikan materi pembelajaran dan terinspirasi hal yang telah dilakukan Montessori.

Alat peraga matematik berbasis metode Montessori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat peraga geometri stick box. Karakteristik alat peraga matematika berbasis metode Montessori dalam penelitian ini adalah

(35)

menyimpulkan bahwa alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang digunakan dalam kegiatan belajar matematika yang memiliki

karakteristik alat peraga Montessori yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual.

2. Matematika

Subbab matematika menjelaskan mengenai pengertian matematika dan pembelajaran matematika di sekolah dasar serta manfaat alat peraga matematika.

Peneliti juga menjelaskan pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi tujuan, ruang lingkup dan pentingnya pembelajaran matematika di sekolah dasar.

a. Matematika

Susanto (2010:185) berpendapat bahwa matematika adalah “salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,

memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan

teknologi”. Matematika (BSNP, 2006) adalah ilmu yang secara menyeluruh mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peran penting dalam memajukan daya pikir manusia.

Hudojo (2001:45) menyatakan bahwa matematika adalah sebuah ilmu yang memerlukan cara bernalar secara deduktif, formal dan abstrak. Pendapat Hudojo

dan BSNP terangkum dalam pendapat Susanto. Peneliti meyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang bertujuan meningkatkan daya pikir, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kontribusi kemajuan

(36)

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Matematika memiliki peranan penting bagi setiap orang dalam kehidupan.

Susanto (2013) menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan ilmu dasar yang sebaiknya dimiliki. Pendapat Susanto didukung Peraturan Menteri

Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa matematika membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis dan analitis. Penguasaan matematika menjadi hal penting dalam kehidupan yang semakin bersaing.

Pembelajaran matematika penting diberikan sejak usia dini, maka pembelajaran matematika di sekolah dasar menjadi hal penting.

Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (Susanto, 2013:189) menyatakan bahwa ada lima tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Tujuan pertama yaitu pemahaman konsep matematika, keterkaitan antarkonsep,

dan penerapan konsep matematika. Tujuan kedua yaitu melatih nalar, manipulasi matematika dalam generalisasi, pembuktian, atau menjelaskan gagasan dan

pernyataan matematika. Tujuan ketiga, pemecahan masalah yang meliputi pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Tujuan keempat dari pembelajaran

matematika agar siswa mampu mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. Tujuan kelima

(37)

c. Manfaat Alat Peraga Matematika

Suharjana (2009: 4) menyatakan bahwa ada tujuh manfaat alat peraga

matematika yaitu (a) memudahkan siswa dalam pemahaman konsep matematika, (b) memberikan pengalaman baru bagi siswa, (c) memotivasi siswa untuk

mempelajari matematika, (d) membantu siswa yang berpikir lambat untuk menyelesaikan tugas, (e) memperkaya program pembelajaran bagi siswa yang lebih pandai, (f) memudahkan pemahaman konsep yang abstrak, (g)

mempermudah menyelesaikan soal, dan (h) dapat digunakan di mana pun.

Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 37) menjelaskan bahwa “alat bantu

dalam pengajaran untuk memperagakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik”. Penjelasan KBBI terangkum dalam pendapat Suharjana,

peneliti menyimpulkan bahwa manfaat alat peraga matematika memudahkan

siswa, memberi pengalaman, memotivasi, membantu pemahaman konsep, memperbanyak program belajar, pemahaman konsep abstrak, mempermudah

menyelesaikan soal dan dapat digunakan dimanapun.

3. Alat Peraga

Peneliti memaparkan pengertian dan manfaat alat peraga. Berikut penjelasan

untuk setiap sub bab.

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga (KBBI, 2008: 37) adalah “alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu supaya apa yang telah diajarkan mudah dimengerti anak didik”. Estiningsih dalam Suharjana (2009: 3) menambahkan pengertian alat

(38)

dipelajari. KBBI (2008:892) menjelaskan bahwa media pendidikan/pembelajaran adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau

pembelajaran. Perbedaan pendapat Estiningsih menjelaskan bahwa alat peraga adalah media pembelajaran sedangkan dalam KBBI menjelaskan bahwa alat

peraga adalah bagian dari media pembelajaran berbeda. Peneliti merangkum dari pendapat KBBI dan Estiningsih bahwa alat peraga adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu yang mengandung ciri-ciri dari konsep

yang dipelajari. Kesimpulan peneliti didukung oleh Arsyad (dalam Widiyatmoko, 2012: 53) bahwa alat peraga dalam pembelajaran menjadi sarana komunikasi dan

interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.

b. Manfaat Alat Peraga

Pengertian alat peraga (KBBI, 2008: 37) adalah “alat bantu dalam pengajaran

untuk memeragakan sesuatu supaya apa yang telah diajarkan mudah dimengerti anak didik”. Alat peraga memiliki manfaat untuk membantu siswa mengerti

materi. Suharjana (2009: 4) menjelaskan ada 8 manfaat penggunaan alat peraga yaitu (1) pemahaman konsep, (2) memberikan pengalaman, (3) memotivasi siswa, (4) membantu siswa yang lamban, (5) mempermudah abstraksi, (6) menghemat

waktu, (7) menunjang kegiatan di luar kelas dan (8) menambah program belajar siswa pandai. Manfaat alat menurut KBBI sudah terangkum oleh pendapat

Suharjana. Pemahaman konsep dengan mempermudah abstraksi memiliki kesamaan untuk memahami konsep.

Sudjana (2002) menjelaskan bahwa alat peraga dalam kegiatan belajar

(39)

mengefektifkan kegiatan belajar mengajar. Kedua, alat peraga merupakan bagian dari seluruh proses belajar mengajar. Ketiga, alat peraga memudahkan mencapai

tujuan dan isi pelajaran. Keempat, alat peraga mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang

diberikan guru. Kelima, alat peraga diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.

Peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan KBBI, Suharjana dan Sudjana

bahwa manfaat alat peraga adalah memahami konsep, memberi pengalaman, memotivasi, membantu siswa lamban, menghemat waktu, memudahkan

pencapaian tujuan pelajaran, menunjang kegiatan diluar kelas dan menambah program belajar siswa pandai.

4. Alat Peraga Geometri Stick box

Alat peraga geometri stick box adalah alat peraga Montessori yang direplikasi dan dimodifikasi. Alat tersebut pengembangan dari alat peraga geometri stick

material Montessori.

Gambar 2.1 Geometri Stick Material Montessori

Geometri stick material digunakan untuk kelas dasar untuk pembelajaran

(40)

Pengembangan yang dilakukan adalah bahan yang digunakan kayu yang berasal dari Indonesia, penutup box digunakan sebagai papan kerja, tambahan laci untuk

menyimpan kartu soal dan jarum pentul.

Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini dinamakan geometri stick

box. Alat peraga tersebut digunakan pada standar kompetensi memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana. Kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut. Materi mengidentifikasi jenis sudut dan besar

sudut pada kelas III semester 2.

Gambar 2.2 Geometri Stick Box

Gambar 2.2 menunjukkan gambar alat peraga geometri stick box. Alat peraga tersebut terdiri dari papan kerja, stick, segitiga siku-siku, jarum pentul, kartu

huruf, kartu angka, kartu nama sudut, kartu jenis sudut, kartu soal berserta kunci jawaban. Geometri stick box berbentuk balok memiliki penutup yang berfungsi

sebagai papan kerja. Alat tersebut memiliki laci untuk menyimpan jarum pentul, kartu soal dan kartu jenis sudut.

Stick digunakan untuk membentuk kaki sudut dan sebagai jarum yang

(41)

yang dibentuk. Kartu angka digunakan untuk mengurutkan sudut yang dibentuk dari terkecil atau terbesar. Kartu jenis sudut digunakan untuk memberi nama jenis

sudut. Jarum pentul digunakan untuk menahan stick agat tidak bergeser. Papan kerja memiliki dua sisi berfungsi untuk membuat sudut dan menghitung besar

sudut yang dibentuk oleh jam.

Penggunaan geometri stick box untuk mengajarkan materi mengidentifikasi jenis sudut dengan papan kerja, dua stick berbeda warna, jarum pentul, dan kartu

huruf.

Gambar 2.3 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi

Mengidentifikasi Jenis Sudut

Gambar 2.3 menunjukkan penggunan alat peraga untuk mengajarkan materi

mengidentifikasi sudut. Siswa diminta membuat sudut yang ingin mereka buat dengan stick, jarum pentul, kartu huruf dan segitiga siku-siku. Siswa mengambil segitiga siku-sku untuk mengidentifikasi jenis sudut yang dibentuk. Sudut lancip

jika besar sudut yang dibentuk lebih kecil dari segitiga siku-siku, tumpul jika besar sudut yang dibentuk lebih dari segitiga siku-siku dan siku-siku jika besar

(42)

Gambar 2.4 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Mengidentifikasi Jenis Sudut dengan Kartu Soal

Gambar 2.4 menunjukkan cara penggunaan alat peraga dalam mengajarkan materi mengidentifikasi jenis sudut dengan kartu soal. Siswa mengambil salah satu soal dari paket soal 3 dan segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku diletakkan diatas soal untuk

mengidentifkasi jenis sudut yang dibentuk. Sudut lancip jika besar sudut yang dibentuk lebih kecil dari segitiga siku-siku, tumpul jika besar sudut yang dibentuk

lebih dari segitiga siku-siku dan siku-siku jika besar sudut yang dibentuk sama besar dengan segitiga siku-siku.

Gambar 2.5 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Besar Sudut

(43)

Gambar 2.5 menunjukkan cara penggunaan alat peraga dalam mengajarkan materi besar sudut dengan kartu soal. Siswa mengambil papan kerja dengan sisi jam, dua

stick dengan warna yang berbeda, jarum pentul dan kartu soal. Siswa membentuk jam sesuai dengan kartu soal. Siswa menghitung besar sudut yang dibentuk dengan menghitung setiap kali berpindah membentuk sudut 300. Siswa menghitung besar

sudut yang dibentuk. Siswa mencocokan dengan kunci jawaban yang berada di balik kartu soal.

5. Tingkat Kepuasan

Kajian pustaka tingkat kepuasan menjelaskan pengertian tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat kepuasan, manfaat pengukuran

tingkat kepuasan, karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan. Peneliti juga menjelaskan indikator tingkat kepuasan yang akan dilakukan.

a. Pengertian Tingkat Kepuasan

Supranto (2006:2) menyatakan bahwa tingkat kepuasan pelanggan tergantung terhadap mutu produk. Adisaputro (2010: 67) berpendapat bahwa kepuasan

adalah “perasaan senang atau kecewa dari hasil membandingkan antara kinerja atau produk yang dipersepsikan dengan harapannya”. Kotler dan Keller (2009:

(44)

setelah membandingkan kinerja produk dengan ekspektasi mereka”. Pendapat Supranto, Adisaputro, Kotller dan Keller memiliki kesamaan yakni kepuasan

adalah perasaan setelah membandingkan mutu produk dan sesuai dengan harapan atau ekspektasi. Mutu produk dalam penelitian ini adalah hasil kerja (kinerja) dari

alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Harapan atau ekspektasi dalam penelitian ini adalah kepentingan dari alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Midie (dalam Sopiatin, 2010: 36) menggambarkan pengaruh

harapan terhadap kepuasan.

Gambar 2.6 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan

Gambar 2.6 menunjukkan bahwa semakin dekat harapan dengan ideal

maka semakin besar terjadi kepuasan dan semakin dekat selayaknya dengan ideal maka semakin besar terjadinya kepuasan. Harapan siswa dan guru

semakin dekat dengan ideal maka semakin besar terjadinya kepuasan.

Kotler (2009: 14) menambahkan bahwa seseorang mengalami tingkat kepuasan, a) jika kinerja di bawah harapan maka seseorang akan merasa

kecewa, tetapi b) jika kinerja sesuai dengan harapan maka seseorang akan Minimal

yang didapat Yang selayaknya

Ideal

(45)

merasa puas dan c) bila kinerja bisa melebihi harapan maka seseorang akan merasakan sangat puas atau gembira (dalam Sunyoto, 2012: 223). Peneliti

merangkum pendapat Supranto, Adisaputro, Kotler dan Keller dengan gambar 2.6 yaitu tingkat kepuasan adalah tingkatan perasaan (kecewa, puas,

dan sangat puas) dengan setelah membandingkan hasil kerja alat peraga sesuai dengan harapan siswa dan guru.

b. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Ratnasari dan Aksa (2011:117-118) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan,

emosional, harga dan biaya. Pelanggan dalam konteks penelitian ini adalah siswa dan guru. Pertama, pelanggan akan merasa puas jika dari hasil evaluasi yang dilakukan produk tersebut berkualitas. Alat peraga dapat dikatakan puas

jika sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Kedua, kualitas pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan maka pelanggan akan merasa puas. Kualitas

pelayanan alat peraga dapat dikatakan puas jika sesuai dengan harapan siswa dan guru. Ketiga, pelanggan akan merasa puas ketika memiliki rasa percaya diri ketika memakai produk karena nilai sosial dari produk. Siswa dan guru

puas jika percaya diri dalam mengerjakan soal matematika dengan menggunakan alat peraga. Guru dan siswa akan mempergunakan alat peraga

tersebut kembali. Keempat, guru dan siswa tertarik dengan melihat alat peraga yang memiliki kualitas yang sama dengan alat peraga lain tetapi dengan harga yang lebih rendah. Siswa dan guru dikatakan puas jika memiliki

(46)

sama dengan alat peraga lain. Kelima, guru dan siswa dikatakan puas jika tidak mengeluarkan biaya tambahan atau waktu untuk mendapatkan alat

peraga.

Irawan (2004) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi

kepuasan, yaitu kualitas produk, harga, service quality, emotional factor, biaya dan kemudahan. Faktor yang dikemukakan Ratnasari dan Aksa memilki kesamaan dengan pendapat yang dikemukaan Irawan, perbedaanya Irawan

menambahkan kemudahan. Kemudahaan siswa dan guru untuk menemukan alat peraga tanpa sulit untuk membeli atau memesan . Peneliti meyimpulkan

berdarsarkan pendapat Ratnasari dan Aksa sert Irawan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan siswa dan guru adalah kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, biaya dan kemudahan.

c. Manfaat Tingkat Kepuasan

Ratnasari dan Aksa (2011: 118) mengungkapkan bahwa manfaat

kepuasan yaitu pelanggan akan menggunakan produk dan akan menyarankan kepada orang lain. Pelanggan dalam konteks penelitian ini, siswa dan guru akan mempergunakan alat peraga kembali dan menyarankan kepada orang

lain untuk mempergunakan alat peraga. Adisaputro (2010: 71) menjelaskan hal yang sama yang diungkapkan Ratnasari dan Aksa bahwa manfaat

kepuasan adalah dapat menarik, menjaga dan meningkatkan jumlah pelanggan dalam menggunakan produk.

Ratnasari dan Aksa mengungkapkan bahwa manfaat kepuasaan

(47)

menambahkan menarik pengguna alat peraga. Pendapat Adisaputro sudah merangkum pendapat Ratnasari dan Aksa. Peneliti menyimpulkan bahwa

manfaat kepuasan adalah menarik, mempergunakan dan menambah jumlah pelanggan dengan cara menyarankan kepada orang lain.

d. Pengukuran Tingkat Kepuasan

Kotler (dalam Tjiptono & Diana, 2003) menjelaskan empat metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna barang & jasa

yaitu, sistem keluhan dan saran, pembelanja misterius, analisis kehilangan pelanggan dan survei kepuasan pelanggan. Pengukuran tingkat kepuasan

dengan sistem keluhan dan saran dilakukan jika produk atau jasa beredar dalam jangka waktu yang cukup lama. Sistem keluhan dan saran adalah cara yang dilakukan dengan memberikan saran dan keluhan. Pembelanja misterius

adalah sesorang yang bertugas untuk mencari kekuatan dan kelemahan produk atau jasa dan membeli produk atau jasa lain untuk mencari kekuatan

dan kelemahan produk atau jasa lain. Analisis kehilangan pelanggan dengan cara menghubungi dan mencari tahu alasan tidak menggunakan produk atau jasa kembali. Survei kepuasan pelanggan dengan melakukan survei kepada

pelanggan untuk menilai produk atau jasa tertentu menggunakan kuesioner atau wawancara.

Penelitian ini menggunakan pengukuran kepuasan dengan survei kepada pelanggan. Tjiptono (2004: 148-150) pengukuran menggunakan metode survei dapat dilakukan dengan cara directly reported satisfaction,

(48)

analysis. Pertama, directly reported satisfaction yaitu pengukuran yang

dilakukan dengan menanyakan menggunakan pertanyaan yang spesifik

mengenai tingkat kepuasan. Kedua, derived dissatisfaction yaitu pengukuran yang dilakukan berkaitan dengan seberapa besar harapan pengguna terhadap

atribut dan kinerja yang dirasakan. Ketiga, problem analysis yaitu pengukuran yang dilakukan dengan meminta pelanggan untuk menuliskan masalah yang berkaitan dengan produk yang diterima. Keempat,

importance-performance analysis yaitu pengukuran dengan membuat urutan (ranking)

berbagai atribut berdasarkan derajat pentingnya setiap atribut tersebut dan

seberapa baik kinerja produk. Peneliti mengukur kepuasan pelanggan dengan survei yang menggunakan metode importance-performance analysis.

e. Importance Performance Analysis

Importance Performance Analysis diperkenalkan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 yang mengukur kepuasan pelanggan pada industri

otomotif (Chan, 2005). Analisis tersebut berkembang tidak hanya pada industri otomotif, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawes &Prough (1998), Dolinsky & Cuputo (1990) pada bidang kesehatan,

pada bidang pariwisata oleh Bush & Ortinau (1986), Duke & Persia (1996) dan Uysal, Howard & Jamrozy (1991). Tahun 1998 berkembang pada bidang

pendidikan dengan peneltian yang dilakukan Alberty & Mihalik (1989) mengenai adult evaluation dan Ross (1998) mengenai evaluasi pada fakultas. IPA untuk mengukur kepuasan pelanggan difokuskan pada

(49)

satisfaction is a function of both expectations related to certain important

atribut and judgments of attribute performance” yang artinya bahwa

kepuasan pelanggan adalah memiliki fungsi yang berkaitan dengan atribut kepentingan dan atribut kinerja. Feng dan Jeng (2005) menambahkan

kepentingan adalah gambaran tingkatan kepedulian pelanggan terhadap produk atau jasa dan kinerja adalah menggambarkan spesifikasi tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa.

Chan (2005: 24) menyatakan bahwa IPA adalah cara untuk mengevaluasi dengan menggunakan empat tahap yaitu (a) menentukan

kisi-kisi atribut yang akan dievaluasi, (b) mengembangkan atribut dan melakukan survei, (c) mengolah data dan (d) mengelompokkan hasil dalam kisi-kisi untuk membantu menyimpulkan. Kisi-kisi atribut untuk kepentingan terwakili

garis ( ) dan kinerja terwakili garis ( ) yang digambarkan pada kuadran.

Gambar kuadran dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini. Gambar 2.7 Diagram Kartesius Kepentingan

III

I II

IV Prioritas Utama Pertahankan Prestasi

Prioritas Rendah Berlebihan

(50)

Gambar 2.7 menjelaskan bahwa diagram kartesisus yang terbagi oleh empat kuadran. Kuadran I menunjukkan bahwa tingkat kepentingan tinggi dan tingkat

kinerja yang rendah, yang artinya memiliki prioritas utama. Atribut yang berada di kuadran I perlu meningkatkan kinerja. Kuadran II menunjukkan bahwa tingkat

kepentingan dan kinerja tinggi, yang artinya perlu mempertahankan prestasi. Atribut yang berada di kaudran II perlu mempertahakan usaha saat ini dan kinerja. Kuadran III menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dan kinerja rendah, yang

artinya memiliki prioritas rendah. Atribut yang berada di kuadran III penyedia layanan membutuhkan sedikit perhatian pada atribut tersebut. Kuadran IV

menunjukkan kepentingan rendah dan kinerja yang tinggi yang artinya berlebihan. Atribut pada kuadran IV, penyedia layanan dapat mengalokasi usaha pada kuadran lain.

f. Manfaat Pengukuran Tingkat Kepuasan

Tjiptono (2008) berpendapat bahwa manfaat sebagai umpan balik dan

masukan untuk mengetahui hal-hal yang membuat pelanggan merasa tidak puas, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Supranto (2006) menyatakan bahwa ada 3 manfaat pengukuran kepuasan. Pertama adalah untuk mengetahui cara kerja

dari suatu produk yang akan memberi informasi terhadap kinerja produk tersebut. Tujuan untuk mengetahui cara kerja suatu produk dapat berguna untuk

menentukan perubahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cara kerja produk tersebut. Kedua adalah untuk mengetahui bagian yang perlu dilakukan perubahan agar dapat memperbaiki kekurangan. Perubahan yang dilakukan pada

(51)

melakukan perbaikan agar dapat memuaskan pelanggan atau pengguna produk. Ketiga untuk perubahan yang dilakukan dipastikan mengarah pada perbaikan.

Cara ini agar tidak terjadi penurunan kualitas produk.

Sopiatin (2010:5) menjelaskan pengukuran tingkat kepuasan di bidang

pendidikan bahwa tujuan pengukuran tingkat kepuasan siswa untuk memberikan gambaran kualitas proses mengajar di sekolah. Kualitas tersebut meliputi kualitas guru, ketersedian sarana dan prasarana sekolah, suasana belajar, kurikulum, yang

dikelola oleh sekolah. Pendapat Tjiptono sudah terangkum dalam pendapat Supranto, peneliti menyimpulkan berdasarkan Supranto dan Sopianti bahwa

manfaat melakukan pengukuran kepuasan untuk mengetahui cara kerja, melakukan perbaikan, perubahan ke arah yang lebih baik pada kualitas proses mengajar di sekolah.

g. Karakteristik Produk yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Karakteristik produk baru yang mempengaruhi tingkat kepuasan. Garvin

Juran dan Gryna (Sethi, 2000) memaparkan bahwa aspek dari kualitas produk baru yaitu estetika (aesthetics), performansi (performance), keawetan (life), kualitas pengerjaan (workmanship) dan keamanan (safety). Estetika (aesthetics)

berkaitan dengan pertimbangan pilihan secara individu. Performansi (performance) berkaitan dengan kemudahan seseorang dalam memperoleh barang

tanpa mengeluarkan biaya untuk memperoleh barang tersebut. Keawetan (life) berkaitan dengan waktu pemakaian atau daya tahan produk tersebut. Kualitas pengerjaan (workmanship) berkaitan dengan hasil pembuatan suatu produk.

(52)

Garvin (dalam Laksana 2008, 89-90) menjelaskan bahwa produk dikatakan berkualitas apabila memenuhi delapan dimensi kualitas produk, yaitu performansi

(performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (reliability), daya

tahan (durability), konformansi (conformance), kemampuan pelayanan (service

ability), kualitas yang dirasakan (perceived quality) dan estetika (aesthetics).

Pendapat Sethi sama dengan pendapat Garvin mengenai produk yang mempengaruhi kepuasan tetapi Garvin menambahkan keistimewaan tambahan

(feature), kehandalan (reliability), daya tahan (durability), konformansi

(conformance), kemampuan pelayanan (service ability), kualitas yang dirasakan

(perceived quality).

Keistimewaan tambahan (feature) berkaitan dengan pilihan-pilihan pengembangannya. Kehandalan (reliability) berkaitan dengan kemungkinan suatu

produk berhasil dalam melaksanakan fungsinya. Konfirmasi (conformance) berkaitan dengan kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan

berdasarkan keinginan pengguna produk. Daya tahan (durability) berkaitan dengan masa pakai suatu produk atau daya tahan produk. Kemampuan pelayanan (service ability) berkaitan dengan kecepatan atau kesopanan, kompetensi,

kemudahan dan akurasi dalam perbaikan. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam menggunakan produk dan

bersifat subjektif. Persepsi pelanggan terhadap produk semakin baik, maka semakin berkualitas produk tersebut menurut pelanggan tersebut. Peneliti menyimpulkan dari pendapat Garvin dan Sethi bahwa karakteristik produk yang

(53)

tambahan (feature), kehandalan (reliability), daya tahan (durability), konformansi (conformance), kemampuan pelayanan (service ability), kualitas yang dirasakan

(perceived quality), estetika (estetict), keawetan (life), kualitas pengerjaan (workmanship) dan keamanan (safety).

h. Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori “Alat Peraga Geometri Stick Box

Peneliti bersama kelompok studi menyusun indikator tingkat kepuasan terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

Indikator yang disusun berdasarkan penggabungan karakteristik produk baru (Sethi, 2000), karakteristik kepuasan pengguna produk (Garvin, 2000) dan karakteristik alat peraga Montessori (Montessori, 2002)

Tabel 2.1

Auto education1 Performansi (performance) 1 Estetika (aesthetics)2 Menarik2 Keistimewaan tambahan(feature)3 Performansi (performance) 1 Bergradasi3 Kehandalan (realibility)1 Keawetan (life)6

Auto corretion4 Daya tahan (durability)6 Kualitas pengerjaan (workmanship)7 Kontekstual5 Konformasi (conformance)* Keamanan (safety)7

Estetika (aesthetics)2

Kemampuan pelayanan (service ability)7

Kualitas yang dirasakan (perceiced quality)7

Tabel 2.1 menunjukkan penggabungan indikator tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

(54)

dengan auto-education. Feature digabung menjadi satu dengan gradasi. Durability digabung menjadi satu dengan life. Service ability, perceived quality

dan safety digabung menjadi satu dengan workmanship. Auto-correction dan kontesktual tetap berdiri sendiri karena tidak memiliki kesamaan arti dengan

karakteristik yang lain. Tidak menggunakan karakteristik conformance karena karakteristik tersebut digunakan untuk produk yang memiliki standar atau patokan.

Tabel 2.2

Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori

No Indikator Tingkat KepuasanAlat Peraga Montessori 1 Auto education

2 Menarik 3 Bergradasi 4 Auto corretion 5 Kontekstual 6 Life

7 Workmanship

Tabel 2.2 menunjukkan bahwa tujuh indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika berbasis metode Montessori, yaitu auto-education, menarik,

bergradasi, auto-correction, kontekstual, life, dan workmanship

B. Penelitian yang relevan

Peneliti memaparkan penelitian yang relevan mengenai penggunaan alat peraga matematika, penggunaan media, Montessori, dan pengukuran kepuasan.

(55)

Penelitian yang dilakukan Rathunde dan Csikszentmihalyi (2005) mengenai perbandingan motivasi dan kualitas dari pengalaman di sekolah

Montessori dan sekolah biasa. Teknik analisis data menggunakan analisis multivariate. Teknik tersebut mengukur perbedaan beberapa variabel dan faktor

dalam waktu yang bersamaan. Hasil penelitian adalah sekolah Montessori menunjukkan motivasi dari dalam lebih tinggi, berpotensi, energik, berpengalaman dalam aktivitas akademik di sekolah. Siswa sekolah Montessori

sebanyak 40% melakukan kegiatan yang didasari minat dan motivasi dan siswa sekolah tradisonal sebanyak 24%. Sekolah biasa menunjukkan berpengalaman

tetapi disertai dengan motivasi yang rendah. Siswa sekolah Montessori dan sekolah biasa memiliki pengalaman yang sama dalam bidang non-akademik.

Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2013) mengenai pengembangan alat

peraga Montessori. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Tujuan penelitian Wijayanti untuk mengembangkan alat

peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan untuk siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta. Metode R&D dalam penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu, (1) kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) analisis kebutuhan dan

pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan, dan (4) validasi dan revisi produk, sehingga

dihasilkan produk alat peraga Montessori yang bersifat prototipe. Hasil penelitian adalah alat peraga Montessori dapat digunakan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I yang memiliki lima

Gambar

Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan
Gambar 4.11 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Guru
Gambar 2.3 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi
Gambar 2.6 menunjukkan bahwa semakin dekat harapan dengan ideal
+7

Referensi

Dokumen terkait

Kajian pustaka membahas beberapa topik yang berkaitan dengan penelitian yang akan dipakai, yaitu tahap perkembangan anak sekolah dasar, alat peraga matematika

berkatnya peneliti dapat menyelesaikan penelitian dengan judul “ PERBEDAAN PRESTASI BELAJAR SISWA ATAS PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI ”..

1.6.7 Papan bilangan bulat adalah seperangkat alat peraga yang dirancang sebagai pengembangan alat peraga Matematika berbasis metode Montessori untuk materi operasi

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: adanya pengaruh yang positif dan signifikan atas penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori terhadap

Arryawan (2011) menyebutkan beberapa cara untuk membangun rasa senang siswa dalam mempelajari matematika yaitu, melalui visualisasi dan peragaan, eksplorasi atau

Siswa mampu memahami konsep pengurangan pecahan yang berbeda penyebutnya menggunakan alat peraga dengan benar setelah mengikuti proses pembelajaran. Siswa mampu

Pengembangan Alat Peraga Matematika untuk Penjumlahan dan Pengurangan Pecahan Berbasis Metode Montessori.. beserta perangkat yang

Penelitian ini memberikan pemikiran baru bagi mahasiswa bahwa alat peraga pembelajaran matematika untuk siswa sekolah dasar berbasis metode Montessori dapat dibuat dan dikembangkan