BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
disusun oleh:
Yosevin Melisa Dambariana 101134048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
i
TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar
disusun oleh:
Yosevin Melisa Dambariana 101134048
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR JURUSAN ILMU PENDIDIKAN
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SANATA DHARMA
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN
Skripsi ini peneliti persembahkan kepada:
1. Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan segala berkat dan pertolongan selama proses penyusunan skripsi
2. Ayahku Adam Yohanes Seilatu dan Ibuku Stevani Ambarwati tercinta yang selalu mendukung
3. Adikku tercinta Andreas Bee Gees Alviano yang menjadi teman terbaik dalam hidupku
4. Ibu Catur Rismiati dan Ibu Andri Anugrahana yang menjadi penyemangat dalam penyelesaian skripsi ini
5. Sahabatku Fransiska Adhita Kimaningrum, Ratna Mutia Noviani, Lorensia Elita, Kristina Susanti, Fransiska Dhean Meilani dan Deliana Ciciliawati yang selalu ada dalam suka dan duka
6. Anggraeni Yokta Anafi, Bayu Yudianta, Tarsisius Ferry Koko, Kristina Setya Hastuti, Darti Oktaviani, Maya Safitri, dan Sri Winarsih yang membantu dalam penyelesaian skripsi ini
7. Teman-teman kelompok studi skripsi yang mewarnai canda tawa dalam proses penyelesaian skripsi ini
8. Galih Hema, Meta Kusumawati, Gendis Ayuningtyas, Adam Stiantoro, Novean Rahardjo dan Paskasius yang memberika kecerian ditengah proses penyelesaian skripsi ini
9. Teman-teman kelas A yang menjadi sahabat memberi dukungan selama 8 semester belajar bersama
v
MOTTO
"The good you do today may be forgotten tomorrow. Do good anyway." _Mother Theresa_
“Everyone can rise above their circumstances and achieve success if they are dedicated to and passionate about what they do.”
_Nelson Mandela_
“Tuhan menaruhmu ditempat sekarang bukan karena kebetulan, orang hebat tidak dihasilkan melalui kemudahan, kesenangan dan kenyamanan.
Mereka dibentuk melalui kesukaran, tantangan dan air mata”
_Dahlan Iskan_
“Hidup adalah film terbaik sepanjang masa karena semua terekam tak
pernah mati”
_R.R dan The Upstair_
“Don’t say no if you never try”
viii ABSTRAK
TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU
TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI
Oleh:
Yosevin Melisa Dambariana
101134048
Latar belakang masalah ini adalah kemampuan matematika siswa Indonesia yang rendah karena manajemen pengelolaan pendidikan. Salah satu bentuk manajemen pendidikan adalah sarana dan prasarana yang berupa alat peraga. Alat peraga Montessori yang memiliki kualitas dapat menimbulkan sikap positif yaitu kepuasan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori khususnya alat peraga “geometri stick box”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif deskriptif dengan metode sensus. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yaitu kuesioner kinerja dan kepentingan. Subjek penelitian ini adalah siswa dan guru kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014. Siswa berjumlah 80 orang dan guru berjumlah 2 orang.
Teknik analisis data yang digunakan adalah Penilaian Acuan Norma (PAN) tipe II dan Importance Performance Analysis (IPA). Hasil analisis menunjukkan bahwa tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori cukup (rata-rata skor total = 124,175). Atribut yang menunjukkan kepuasan siswa adalah mudah mengerti matematika, membantu mengerjakan soal ,mudah mengerjakan, memperbaiki kesalahan. menemukan jawaban benar, bahan yang kuat dan digunakan berulang kali. Tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori cukup (rata-rata total = 147, 5). Atribut yang menunjukkan kepuasan guru adalah mudah memahami konsep matematika, bentuk yang menarik, warna yang menarik, bermacam warna, ukuran dari pendek ke panjang, kunci jawaban, bahan dapat ditemukan dilingkungan, bahan yang sering dilihat, bahan yang kuat dan, digunakan berulang kali, ukuran dari kecil ke besar, permukaan dari halus ke kasar, tidak mudah rusak dan mudah dibersihkan.
ix ABSTRACT
THE LEVEL STUDENTS’ AND TEACHERS’S SATISFACTION TOWARD THE USE OF MATHEMATIC TEACHING AID BASED ON
MONTESSORI METHOD
By:
Yosevin Melisa Dambariana Students’ Number: 101134048
The background of this is the low level of mathematic skill’s Indonesia students because of education managements. One of education managements is infrastructure management as the teaching aid. The teaching aid of Montessori that has good quality to create a positive attitude is satisfaction. This research aims to determine the level students and teachers’ satisfaction toward the use of Montessori based teaching aid. This research is quantitative descriptive with census method especially teaching aid “geometri stick box”. Data collection technique that is used by the researcher is performance questionnaire and importance. The subjects of this research are students and teachers in third grade of Kanisius Sengkan Elementary School in Yogyakarta in the year 2013/2014. The numbers of students are 80 people and the teachers are 2 people.
Data analysis technique that is used is PAN type II and Importance Performance Analysis (IPA). The analysis result that uses PAN type II showing the level students’ satisfaction toward the use of mathematics prop based on Montessori is fair (total score =124,175). The attributes that show students’ satisfaction are easy to understand math, help to work on the assignments, easy to work on the assignments, revise the mistake, find out the correct answer, and have strong material that is used repeatedly. The level of students’ satisfaction towards the use of mathematics prop based on Montessori is fair (total score = 147, 5). The
attributes that show teachers’ satisfaction are easy to understand math concept, having interesting shape and color, colorful, having size starts from short to long, key answer, materials can be found around the environment, materials are visible frequently, having strong materials, used repeatedly, size from small to large, from subtle to rough surface, not easily broken and easy to clean.
Keywords: level of satisfaction, teaching aid, Montessori Method, PAN type II,
x
KATA PENGANTAR
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa yang memberikan berkat dan rahmatnya kepada peneliti sehingga dapat menyelesaikan skripsi dengan judul:
“TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN
ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI” ini
dengan baik. Penulisan skripsi ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sanata Dharma Yogyakarta.
Peneliti menyadari bahwa penulisan skripsi tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu peneliti mengucapkan terima kasih kepada:
1. Rohandi, Ph.D. selaku dekan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sanata Dharma
2. Gregorius Ari Nugrahanta, SJ., SS., BST., MA., selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar Universitas Sanata Dharma.
3. Catur Rismiati, S.Pd., M.A., Ed.D selaku dosen pembimbing I, yang memberikan arahan, dukungan, semangat, serta sumbangan pemikiran dalam penyelesaian skripsi ini
4. Andri Anugrahana, S.Pd, M.Pd. selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan saran, masukan, ide dan kritik serta bimbingan dalam penyelesaian skripsi ini.
5. Guru kelas III SD Kanisius Sengkan tahun pelajaran 2013/2014 yang telah memberikan waktu dan bantuan
6. Pihak SD Bopkri Demanggan III yang senang hati memberikan kesempatan untuk bekerja sama
7. Ayah, Ibu dan Adik yang memberikan dukungan, semangat dan doa yang selalu menyertai
xii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ... i
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ii
HALAMAN PENGESAHAN ... iii
HALAMAN PERSEMBAHAN ... iv
MOTTO ... v
PERNYATAAN KEASLIAN KARYA ... vi
LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii
ABSTRAK ... viii
4. Alat peraga Geometri Stick Box Montessori ... 19
xiii
H.Prosedur Analisis Data ... 93
I. Teknik Analisis Data ... 94
J. Jadwal Penelitian ... 100
BAB IV DESKRIPSI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A.Deskripsi Penelitian ... 102
B.Hasil Penelitian ... 103
C.Pembahasan ... 179
BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A.Kesimpulan ... 192
B.Keterbatasan Penelitian ... 194
C.Saran ... 195
xiv
DAFTAR TABEL
Tabel 1.1 Hasil Penilaian PISA Tahun 2012 ... 3 Tabel 2.1 Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan ... 33 Tabel 2.2 Indikator Tingkat Kepuasan terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 34 Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk Siswa 48 Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk
Siswa ... 49 Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kinerja untuk Guru .. 49 Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Skala Likert pada Kuesioner Kepentingan untuk
Guru ... 50 Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru untuk
expert judgement ... 51 Tabel 3.6 Penjabaran Indikator Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan
Guru untuk Expert Judgement ... 51 Tabel 3.7 Rangkuman Skor Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 54 Tabel 3.8 Rangkuman Komentar Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 56 Tabel 3.9 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan
Guru Sebelum dan Sesudah Expert Judgement ... 58 Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Siswa ... 61 Tabel 3.11 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa
Sebelum dan Sesudah Face Validity Siswa ... 63 Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan
Kepentingan untuk Guru ... 66 Tabel 3.13 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru
Sebelum dan Sesudah Face Validity Guru ... 68 Tabel 3.14 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Guru ... 70 Tabel 3.15 Perbandingan Validitas Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk
Siswa ... 82 Tabel 3.16 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 85 Tabel 3.17 Perbandingan Reliabilitas Total Kuesioner Kinerja dan Kepentingan
untuk Siswa ... 89 Tabel 3.18 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Siswa ... 90 Tabel 3.19 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Siswa ... 92 Tabel 3.20 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa dan Guru berdasarkan PAN
xv
Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat
Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 106
Tabel 4.3 Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 107
Tabel 4.4 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto-education ... 110
Tabel 4.5 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto-education ... 111
Tabel 4.6 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 111
Tabel 4.7 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 112
Tabel 4.8 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 113
Tabel 4.9 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 114
Tabel 4.10 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Auto-correction ... 114
Tabel 4.11 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Auto-correction ... 115
Tabel 4.12 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 116
Tabel 4.13 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 117
Tabel 4.14 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Life... 118
Tabel 4.15 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Life ... 118
Tabel 4.16 Penilaian Siswa terhadap Kinerja Indikator Workmanship... 119
Tabel 4.17 Penilaian Siswa terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 120
Tabel 4.18 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Siswa ... 121
Tabel 4.19 Persebaran Pernyataan Kuesioner Siswa pada Diagram Kartesius untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 131
Tabel 4.20 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa pada Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan ... 135
Tabel 4.21 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa ... 139
Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru berdasarkan PAN Tipe II... 143
Tabel 4.23 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 145
Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 145
Tabel 4.25 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto-education ... 146
Tabel 4.26 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto-education ... 147
Tabel 4.27 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 148
Tabel 4.28 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 149
Tabel 4.29 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 149
Tabel 4.30 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 150
Tabel 4.31 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Auto-correction ... 151
Tabel 4.32 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Auto-correction ... 152
Tabel 4.33 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 153
Tabel 4.34 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 153
Tabel 4.35 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Life ... 154
xvi
Tabel 4.37 Penilaian Guru terhadap Kinerja Indikator Workmanship ... 156 Tabel 4.38 Penilaian Guru terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 156 Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan
Kepentingan pada Indikator Tingkat Kepuasan Guru ... 157 Tabel 4.40 Persebaran Pernyataan Kuesioner Guru pada Diagram Kartesius
untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 168 Tabel 4.41 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Guru pada
Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan ... 172 Tabel 4.42 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran pada Kuesioner
xvii
DAFTAR GAMBAR
Gambar 2.1 Geometri Stick Material Montessori ... 19
Gambar 2.2 Geometri Stick Box ... 20
Gambar 2.3 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Jenis Sudut .... 21
Gambar 2.4 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Jenis Sudut dengan Kartu Soal ... 22
Gambar 2.5 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Besar Sudut dengan Kartu Soal ... 22
Gambar 2.6 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan ... 24
Gambar 2.7 Diagram Kartesius ... 29
Gambar 2.8 Literature Map ... 40
Gambar 3.1 Diagram Kartesius ... 99
Gambar 4.1 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 124
Gambar 4.2 Diagram Penggunaan Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 125
Gambar 4.3 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 126
Gambar 4.4 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 127
Gambar 4.5 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 128
Gambar 4.6 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 129
Gambar 4.7 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 130
Gambar 4.8 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Siswa terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 134
Gambar 4.9 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 161
xviii
Gambar 4.11 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
Montessori ... 163 Gambar 4.12 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Guru
terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
Montessori ... 164 Gambar 4.13 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Guru
terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
Montessori ... 165 Gambar 4.14 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Guru terhadap
Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 166 Gambar 4.15 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Guru
terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
Montessori ... 167 Gambar 4.16 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan Guru
terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode
xix
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1 Surat Keterangan Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 200
Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 201
Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Penelitian ... 202
Lampiran 4 Hasil Expert Judgement ... 203
Lampiran 5 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Siswa ... 209
Lampiran 6 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Guru ... 213
Lampiran 7 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 217
Lampiran 8 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 222
Lampiran 9 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 227
Lampiran 10 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kepentingan... 230
Lampiran 11 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 232
Lampiran 12 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 237
Lampiran 13 Output Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 242
Lampiran 14 Output Reliabilitas Total Kuesioner Kepentingan... 246
Lampiran 15 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kinerja ... 250
Lampiran 16 Contoh Jawaban Responden (Siswa) pada Kuesioner Kepentingan ... 255
Lampiran 17 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kinerja ... 260
Lampiran 18 Contoh Jawaban Responden (Guru) pada Kuesioner Kepentingan ... 263
Lampiran 19 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Siswa ... 266
Lampiran 20 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Siswa ... 271
Lampiran 21 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 276
Lampiran 22 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Guru ... 277
1
BAB I PENDAHULUAN
Pada bab I ini dijelaskan latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian dan manfaat penelitian.
Peneliti juga menjelaskan tentang definisi operasional untuk menghindari kesalahan penafsiran dalam penelitian yang dilakukan.
A. Latar Belakang Masalah
Pendidikan memiliki peran pada setiap orang untuk membuka wawasan tentang berbagai ilmu pengetahuan dan memberikan ide dasar dan inspirasi yang
lengkap tentang ilmu pengetahuan (Tantang, 2012: 55). Ilmu pengetahuan yang dipelajari dapat diperoleh melalui lembaga pendidikan yaitu sekolah. Pendidikan Indonesia mengatur sistem pendidikan nasional termasuk lembaga pendidikan.
Undang-undang Nomor 20 Tahun 2003 pasal 1 ayat 1 mengenai sistem pendidikan nasional menyatakan bahwa
“Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara”.
Pengembangan potensi siswa dapat diberikan melalui pemberian mata
pelajaran di sekolah. Mata pelajaran di sekolah dasar meliputi bahasa Indonesia, pendidikan kewarganegaraan, ilmu pengetahuan sosial, ilmu pengetahuan alam,
mengungkapkan pendapat, menyelesaikan masalah dan mendukung perkembangan teknologi . Matematika memiliki manfaat yang penting maka perlu
diberikan sejak sekolah dasar (Susanto, 2013 : 184-185).
Matematika di sekolah dasar melatih kemampuan siswa untuk berpikir
logis, analitis, sistematis, kritis dan bekerja sama (Peraturan Menteri Pendidikan Nasional, 2006: 134). Kemampuan matematika siswa Indonesia pada realitanya belum memenuhi standar yang diharapkan. PISA (Programme for International
Student Assement) memamparkan bahwa kemampuan matematika siswa
Indonesia berada pada peringkat 64 dari 65 negara dengan skor 375 dapat dilihat
pada tabel 1.1. PISA berada dibawah Organization Education Corporation Development (OECD,2012). PISA adalah lembaga yang melakukan penilaian dengan survei sejak tahun 2000 hingga penilaian terakhir dilakukan tahun 2012.
PISA melakukan penilaian setiap tiga tahun sekali. PISA melakukan survei terhadap kemampuan membaca, matematika, dan sains terhadap 65 negara
Tabel 1.1
Hasil Penilaian PISA Tahun 2012
Sumber: www.oecd.org
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia
berada pada peringkat rendah. Skor yang diperoleh Indonesia adalah 375 sedangkan rata-rata skor adalah 494. Skor yang diperoleh Indonesia berada dibawah rata-rata, Indonesia tertinggal 119 dari skor rata-rata.
Mulyasa (2007: 39-52) mengatakan komponen dalam manajemen pendidikan yaitu kurikulum, tenaga kependidikan, kesiswaan, keuangan, sarana
dan prasarana, hubungan sekolah dengan masyarakat dan layanan khusus. Firman Syah (Kompas. 8 Januari 2013) selaku presiden asosiasi guru matematika di Indonesisa mengemukakan “Guru besar Universitas Hongkong mengatakan
Indonesia berada pada peringkat yang rendah karena kurikulum yang masih lemah, keterampilan guru-guru yang masih rendah, dan lingkungan sekolah yang
Indonesia mengenai manajemen pendidikan. Salah satu permasalahan manajemen pendidikan adalah mengenai sarana dan prasarana. Keberhasilan dan kegagalan
belajar siswa terhadap kontribusi manajemen pendidikan adalah 32% (Rohiat, 2008: 15).
Penyebab manajemen pendidikan yang masih rendah adalah penggunaan sarana dan fasilitas belajar yang masih kurang (Sukmadinta, 2010: 203). Hal itu didukung dengan penggunaan satu buku teks pelajaran yang dijadikan bahan
utama pembelajaran (Hayat dan Yusuf, 2010: 304). Indonesia perlu meningkatkan kualitas dalam manajemen pendidikan khusunya dalam manjemen sarana dan
prasarana. Daryanto (2013: 143) menjelaskan bahwa salah satu aspek manajemen sarana dan prasarana adalah barang berfungsi langsung seperti media pembelajaran.
Media pendidikan atau pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI, 2008:892) adalah adalah “alat yang digunakan dalam proses pengajaran atau pembelajaran”. Alat peraga adalah “alat bantu dalam pengajaran
untuk memperagakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik” (KBBI, 2008:37). Pengertian media pendidikan dengan alat peraga dapat
dijelaskan bahwa alat peraga merupakan bagian dari media pendidikan.
Alat peraga memiliki manfaat untuk pemahaman konsep anak didik.
(KBBI, 2008:37). Heruman (2008: 1) menyatakan bahwa dalam proses pembelajaran matematika yang memiliki konsep abstrak diperlukan alat bantu yang berupa alat peraga. Suharjana (2009: 3) mendukung bahwa penggunaan alat
peraga matematika dapat membantu pemahaman konsep yang abstrak dalam pembelajaran.
Pembelajaran matematika dengan menggunakan alat peraga dapat ditemukan dalam metode Montessori. Alat peraga Montessori memiliki
karakteristik yaitu auto-education, menarik, bergradasi, dan auto-correction (Montessori, 2002: 170-176). Alat peraga Montessori yang diciptakan oleh tokoh pendidikan Maria Montessori. Alat peraga Montessori sudah dipergunakan pada
beberapa sekolah di Indonesia. Alat peraga tersebut memiliki kualitas dan karakteristik yang baik. Anak yang menggunakan alat peraga Montessori dapat
menunjukkan perasaan gembira. Yamin menjelasakan (2009: 180-181) bahwa penggunaan alat peraga memiliki manfaat meningkatkan sikap positif siswa. Sikap positif terhadap pelayanan proses belajar mengajar yang diterima sesuai
dengan harapan atau kebutuhan disebut kepuasan (Sopiatin, 2010: 33)
Adisaputro (2010: 67) berpendapat bahwa kepuasan adalah “perasaan
senang atau kecewa dari hasil membandingkan antara kinerja atau produk yang dipersepsikan dengan harapannya”. Kepuasan dalam konteks pendidikan adalah perasaan positif yang timbul setelah mendapat pelayanan pendidikan. Kepuasan
jika diartikan dalam konteks penelitian ini adalah penilaian guru dan siswa terhadap kinerja alat peraga yang digunakan dengan harapan mereka. Kepuasan
guru dan siswa terhadap alat peraga yang digunakan bermanfaat karena mereka dapat menggunakan alat peraga tersebut dan menyarankan kepada orang lain. Hasil pengukuran tingkat kepuasan dapat dijadikan sebagai bahan evaluasi untuk
mengukur tingkat kepuasan guru dan siswa pada alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Peneliti mengambil judul penelitian “Tingkat Kepuasan
Siswa dan Guru terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika berbasis Metode Montessori”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah peneliti mengidentifikasi bahwa kemampuan matematika rendah karena manajemen pendidikan. Salah satu
komponen manajemen pendidikan adalah sarana dan prasarana yang dapat berupa alat peraga. Alat peraga Montessori memiliki kualitas dan karakteristik yang baik.
Penggunaan alat peraga Montessori dapat menunjukkan bahwa siswa merasa gembira. Penggunaan alat peraga dapat menimbulkan sikap positif. Sikap positif terhadap kinerja alat peraga yang diterima dengan harapan atau kebutuhan
menimbulkan kepuasan siswa dan guru.
C. Batasan Masalah
Penelitian ini dibatasi pada tingkat kepuasan siswa dan guru kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta tahun ajaran 2013/2014 terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga yang digunakan
dalam penelitian ini adalah alat peraga geometri stick box. Geometri stick box digunakan pada mata pelajaran matematika dengan standar kompetensi
memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana. Kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut. Penelitian ini menggunakan dua kuesioner yaitu kuesioner kinerja dan kepentingan. Pengukuran tingkat kepuasan
Montessori dengan 7 indikator yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual, life dan workmanship.
D. Rumusan Masalah
Berkaitan dengan permasalahan yang terjadi atas penggunaan alat peraga
dan dengan adanya alat peraga matematika berbasis metode Montessori, maka peneliti bermaksud mengukur kepuasan dengan merumuskan masalah menjadi: 1. Bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori?
2. Bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori?
E. Tujuan Penelitian
Adapun tujuan penelitian kuantitatif deskriptif yang dilakukan oleh
peneliti meliputi:
1. Mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga
matematika berbasis metode Montessori
2. Mengetahui tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori
F. Manfaat Penelitian
Peneliti melihat kembali perumusan masalah dan tujuan penelitian ini.
1. Bagi siswa
Siswa dalam penelitian ini dapat mengemukakan pendapat atau
memberikan penilaian mengenai kepuasan penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
2. Bagi guru
Guru dalam penelitian ini mendapat wawasan baru untuk menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dalam pembelajaran.
Guru juga dapat mengemukakan pendapat atau memberikan penilaian mengenai kepuasan atas penggunaan alat peraga matematika berbasis
metode Montessori. 3. Bagi sekolah
Sekolah dalam penelitian ini dapat mempertimbangkan penggunaan alat
peraga yang digunakan dalam pembelajaran. Sekolah juga dapat menambah koleksi alat peraga matematika.
4. Bagi peneliti
Peneliti mendapat pengalaman baru tentang mengukur tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap alat peraga matematika berbasis metode
Montessori.
G. Definisi Operasional
Sebagai upaya menghindari kesalahan penafsiran pada penelitian ini, peneliti menggunakan tiga belas batasan pengertian sebagai berikut:
1. Tingkat kepuasan adalah tingkatan perasaan dengan membandingkan hasil
2. Kepentingan adalah harapan siswa dan guru terhadap alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
3. Kinerja adalah perasaan siswa dan guru terhadap hasil atau cara kerja alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
4. Penilaian Acuan Norma (PAN) adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengukur tingkat kepuasan guru dan siswa secara umum berdasarkan rata-rata dan simpangan baku.
5. Importance and Performance Analysis (IPA) adalah teknik analisis yang digunakan untuk mengetahui pernyataan yang dianggap siswa dan guru
puas atau tidak puas.
6. Alat peraga adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu yang mengandung ciri-ciri dari konsep yang dipelajari
7. Matematika adalah ilmu yang bertujuan meningkatkan daya pikir, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan
kontribusi kemajuan teknologi
8. Pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah kegiatan pembelajaran matematika di sekolah dasar yang bertujuan memahami konsep
matematika dan mengaplikasi dalam kehidupan nyata.
9. Alat peraga matematika adalah alat bantu yang memiliki ciri konsep
dengan membantu pemahaman konsep abstrak menjadi konkret..
10. Metode Montessori adalah metode pembelajaran Maria Montessori dengan pembelajaran menggunakan alat peraga yang melatih sistem otot, sistem
11. Alat peraga geometri stick box adalah alat peraga yang digunakan untuk memahami konsep jenis sudut dan besaran sudut.
12. Siswa adalah anak kelas III SD Kanisus Sengkan Yogyakarta yang menggunakan alat peraga geometri stick box untuk memahami materi
sudut pada mata pelajaran matematika.
13. Guru adalah pengajar kelas III SD Kanisius Sengkan Yogyakarta yang menggunakan alat peraga geometri stick box untuk memahami materi
11
BAB II KAJIAN TEORI
Kajian teori membahas kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir dan hipotesis yang mendasari pelaksanaan penelitian. Berikut ini
penjelasan tiap sub bab.
A. Kajian Pustaka
Kajian pustaka pada skripsi ini berisi penjelasan Montessori, matematika,
alat peraga, alat peraga geometri stick box, dan tingkat kepuasan. Peneliti juga memberikan penjelasan indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika
berbasis metode Montessori untuk mengukur kepuasan siswa dan guru pada sub bab tingkat kepuasan.
1. Montessori
Peneliti menjelaskan riwayat Montessori, metode Montessori dan karakteristik Montessori. Peneliti menjelaskan pula alat peraga Montessori
berbasis metode Montessori untuk menjelaskan alat peraga matematika berbasis metode Montesori yang dimaksud peneliti:
a. Riwayat Montessori
Maria Montessori lahir pada tanggal 31 Agustus 1870 di kota Chiaravalle, provinsi Ancona, Italia Utara (Magini, 2013: 7). Montessori tertarik terhadap
dunia pendidikan ketika menjadi asisten dokter di salah satu klinik psikiatri. Sekolah pertama yang didirikan oleh Montessori adalah Casa dei Bambini yang dibuka pada tahun 1907. Casa dei Bambini menggunakan metode khusus yang
terinspirasi dari penemuan Edward Séguin (1812-1881) dan Jean Marc Gaspard Itard (1775-1838) tentang keberhasilannya membimbing anak-anak berkebutuhan
khusus secara mental maupun fisik. Montessori melakukan penelitian selama 2 tahun di Casa dei Bambini pada anak usia 3-6 tahun yang hidup di lingkungan
kumuh.
Di Casa dei Bambini Montessori memulai eksperimen selama dua tahun untuk mengasuh anak-anak yang orang tuanya tidak dapat mengasuh karena
bekerja (Magini, 2013:22). Hasil eksperimen yang dilakukan Montessori di luar dugaan, berhasil. Montessori mengembangkan metode mengajar aktivitas,
sensorial, membaca, menulis dan matematika pada anak keterbelakangan mental yang disamakan dengan anak normal. Montessori (2002: 41) menjelaskan bahwa metode ekperimennya dapat mengoptimalkan sistem otot, sistem syaraf dan
panca indera pada anak level vegetative ke level intelektual. Ide-ide Montessori berkembang dan menjadi daya tarik para pendidik, psikolog dan masyarakat
umum (Lillard dalam Crain, 2007: 99).
b. Metode Montessori
Metode pembelajaran Montessori menggunakan sistem otot, sistem syaraf
dan panca indera (Montessori, 2002: 41). Crain (2007:99) menjelaskan bahwa metode Montessori adalah belajar membimbing anak mandiri berdasarkan
kedewasaan masing-masing. Montessori mengajarkan konsep dasar dari bahasa, matematika dan biologi terhadap anak.
Guru dalam pembelajaran metode Montessori disebut dengan directris.
(nomenklatur). Cara kerja terstruktur yang dapat diilustrasikan dengan mengenalkan bilangan angka dengan manik-manik. Directris menunjukkan manik
satu dengan kartu angka satu, manik dua dengan kartu angka dua sampai manik lima. Directris menanyakan mana manik satu dan meminta anak untuk
menunjukkan dilakukan secara berulang. Directris menunjukkan manik dan meminta anak untuk menyebutkan. Directris melakukan secara berulang-ulang hingga anak dapat menyebutkan dan melakukan dengan benar.
Anak dalam pembelajaran dapat menyebutkan dan melakukan dengan baik akan bermakna bagi siswa (Lillard dalam Crain, 2005). Pembelajaran akan
bermakna jika sesuai dengan konteks anak. Anak diberi kebebasan bertangung jawab seperti memilih alat peraga dan belajar bersama dengan anak berbeda kelas. Anak akan menggali kemampuan yang dimiliki dengan menggunakan alat peraga.
c. Karakteristik Alat Peraga Metode Montessori
Montessori (Montessori, 2002: 170-176) menjelaskan alat peraga memiliki
karakteristik yaitu menarik, memiliki gradasi rangsangan yang rasional, memiliki pengendalian kesalahan (auto-correction) sehingga siswa mengetahui bila membuat kesalahan, siswa dimungkinkan melakukan pendidikan diri
(auto-education) sehingga anak belajar dengan mandiri dan atau dengan sedikit campur
tangan guru.. Alat peraga Montessori dapat menarik perhatian siswa dari bentuk,
warna, ukuran yang dimiliki alat peraga tersebut. Bentuk alat peraga yang belum pernah siswa lihat menjadi ketertarikan siswa menggunakan alat peraga tersebut.
Karakteristik alat peraga Montessori memiliki gradasi rangsangan yang
gradasi umur. Gradasi umur artinya alat peraga tersebut dapat digunakan oleh tingkatan umur berbeda. Karakteristik alat peraga Montessori memiliki
pengendali kesalahan (auto-correction). Pengendali kesalahan alat peraga dapat berupa kunci jawaban atau ketika mempergunakan alat peraga terjadi kesalahan
kemudian anak dapat mengetahui dan memperbaiki.
Alat peraga Montessori memiliki budaya yang berbeda dengan Indonesia. Alat peraga tersebut perlu disesuaikan dengan pembelajaran dan materi yang
diberikan. Alat peraga Montessori dapat dikembangkan/dibuat dengan mereplikasi dengan bahan-bahan pembuat alat peraga yang dapat ditemukan di
lingkungan. Hal ini yang dilakukan Montessori yang mempergunakan bahan-bahan sederhana yang ada dilingkungan anak. Konteks lingkungan dapat digunakan sebagai sumber belajar sebagai alat bantu pembelajaran.
d. Alat Peraga Matematika berbasis Metode Montessori
Alat peraga Montessori melatih kepekaan indera dan ketrampilan fisik
siswa (Montessori:2013). Karakteristik yang dimiliki alat peraga Montessori menarik, bergradasi, auto-correction, dan auto-education (Montessori, 2002:174-176). Peneliti menambahkan karakteristik kontekstual perlu penyesuaian dalam
memberikan materi pembelajaran dan terinspirasi hal yang telah dilakukan Montessori.
Alat peraga matematik berbasis metode Montessori yang digunakan dalam penelitian ini yaitu alat peraga geometri stick box. Karakteristik alat peraga matematika berbasis metode Montessori dalam penelitian ini adalah
menyimpulkan bahwa alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat peraga yang digunakan dalam kegiatan belajar matematika yang memiliki
karakteristik alat peraga Montessori yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, kontekstual.
2. Matematika
Subbab matematika menjelaskan mengenai pengertian matematika dan pembelajaran matematika di sekolah dasar serta manfaat alat peraga matematika.
Peneliti juga menjelaskan pembelajaran matematika di sekolah dasar meliputi tujuan, ruang lingkup dan pentingnya pembelajaran matematika di sekolah dasar.
a. Matematika
Susanto (2010:185) berpendapat bahwa matematika adalah “salah satu disiplin ilmu yang dapat meningkatkan kemampuan berpikir dan berargumentasi,
memberikan kontribusi dalam penyelesaian masalah sehari-hari dan dalam dunia kerja, serta memberikan dukungan dalam pengembangan ilmu pengetahuan dan
teknologi”. Matematika (BSNP, 2006) adalah ilmu yang secara menyeluruh mendasari perkembangan teknologi modern dan memiliki peran penting dalam memajukan daya pikir manusia.
Hudojo (2001:45) menyatakan bahwa matematika adalah sebuah ilmu yang memerlukan cara bernalar secara deduktif, formal dan abstrak. Pendapat Hudojo
dan BSNP terangkum dalam pendapat Susanto. Peneliti meyimpulkan bahwa matematika adalah ilmu yang bertujuan meningkatkan daya pikir, pemecahan masalah dalam kehidupan sehari-hari dan memberikan kontribusi kemajuan
b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar
Matematika memiliki peranan penting bagi setiap orang dalam kehidupan.
Susanto (2013) menjelaskan bahwa mata pelajaran matematika merupakan ilmu dasar yang sebaiknya dimiliki. Pendapat Susanto didukung Peraturan Menteri
Pendidikan Nomor 22 Tahun 2006 menjelaskan bahwa matematika membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis dan analitis. Penguasaan matematika menjadi hal penting dalam kehidupan yang semakin bersaing.
Pembelajaran matematika penting diberikan sejak usia dini, maka pembelajaran matematika di sekolah dasar menjadi hal penting.
Departemen Pendidikan Nasional (Depdiknas) (Susanto, 2013:189) menyatakan bahwa ada lima tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar. Tujuan pertama yaitu pemahaman konsep matematika, keterkaitan antarkonsep,
dan penerapan konsep matematika. Tujuan kedua yaitu melatih nalar, manipulasi matematika dalam generalisasi, pembuktian, atau menjelaskan gagasan dan
pernyataan matematika. Tujuan ketiga, pemecahan masalah yang meliputi pemahaman masalah, merancang model matematika, menyelesaikan model, dan menafsirkan solusi yang diperoleh. Tujuan keempat dari pembelajaran
matematika agar siswa mampu mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk menjelaskan keadaan atau masalah. Tujuan kelima
c. Manfaat Alat Peraga Matematika
Suharjana (2009: 4) menyatakan bahwa ada tujuh manfaat alat peraga
matematika yaitu (a) memudahkan siswa dalam pemahaman konsep matematika, (b) memberikan pengalaman baru bagi siswa, (c) memotivasi siswa untuk
mempelajari matematika, (d) membantu siswa yang berpikir lambat untuk menyelesaikan tugas, (e) memperkaya program pembelajaran bagi siswa yang lebih pandai, (f) memudahkan pemahaman konsep yang abstrak, (g)
mempermudah menyelesaikan soal, dan (h) dapat digunakan di mana pun.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 37) menjelaskan bahwa “alat bantu
dalam pengajaran untuk memperagakan sesuatu supaya apa yang diajarkan mudah dimengerti anak didik”. Penjelasan KBBI terangkum dalam pendapat Suharjana,
peneliti menyimpulkan bahwa manfaat alat peraga matematika memudahkan
siswa, memberi pengalaman, memotivasi, membantu pemahaman konsep, memperbanyak program belajar, pemahaman konsep abstrak, mempermudah
menyelesaikan soal dan dapat digunakan dimanapun.
3. Alat Peraga
Peneliti memaparkan pengertian dan manfaat alat peraga. Berikut penjelasan
untuk setiap sub bab.
a. Pengertian Alat Peraga
Alat peraga (KBBI, 2008: 37) adalah “alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu supaya apa yang telah diajarkan mudah dimengerti anak didik”. Estiningsih dalam Suharjana (2009: 3) menambahkan pengertian alat
dipelajari. KBBI (2008:892) menjelaskan bahwa media pendidikan/pembelajaran adalah alat dan bahan yang digunakan dalam proses pengajaran atau
pembelajaran. Perbedaan pendapat Estiningsih menjelaskan bahwa alat peraga adalah media pembelajaran sedangkan dalam KBBI menjelaskan bahwa alat
peraga adalah bagian dari media pembelajaran berbeda. Peneliti merangkum dari pendapat KBBI dan Estiningsih bahwa alat peraga adalah alat bantu dalam pengajaran untuk memeragakan sesuatu yang mengandung ciri-ciri dari konsep
yang dipelajari. Kesimpulan peneliti didukung oleh Arsyad (dalam Widiyatmoko, 2012: 53) bahwa alat peraga dalam pembelajaran menjadi sarana komunikasi dan
interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran.
b. Manfaat Alat Peraga
Pengertian alat peraga (KBBI, 2008: 37) adalah “alat bantu dalam pengajaran
untuk memeragakan sesuatu supaya apa yang telah diajarkan mudah dimengerti anak didik”. Alat peraga memiliki manfaat untuk membantu siswa mengerti
materi. Suharjana (2009: 4) menjelaskan ada 8 manfaat penggunaan alat peraga yaitu (1) pemahaman konsep, (2) memberikan pengalaman, (3) memotivasi siswa, (4) membantu siswa yang lamban, (5) mempermudah abstraksi, (6) menghemat
waktu, (7) menunjang kegiatan di luar kelas dan (8) menambah program belajar siswa pandai. Manfaat alat menurut KBBI sudah terangkum oleh pendapat
Suharjana. Pemahaman konsep dengan mempermudah abstraksi memiliki kesamaan untuk memahami konsep.
Sudjana (2002) menjelaskan bahwa alat peraga dalam kegiatan belajar
mengefektifkan kegiatan belajar mengajar. Kedua, alat peraga merupakan bagian dari seluruh proses belajar mengajar. Ketiga, alat peraga memudahkan mencapai
tujuan dan isi pelajaran. Keempat, alat peraga mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang
diberikan guru. Kelima, alat peraga diutamakan untuk mempertinggi mutu belajar mengajar.
Peneliti dapat menyimpulkan berdasarkan KBBI, Suharjana dan Sudjana
bahwa manfaat alat peraga adalah memahami konsep, memberi pengalaman, memotivasi, membantu siswa lamban, menghemat waktu, memudahkan
pencapaian tujuan pelajaran, menunjang kegiatan diluar kelas dan menambah program belajar siswa pandai.
4. Alat Peraga Geometri Stick box
Alat peraga geometri stick box adalah alat peraga Montessori yang direplikasi dan dimodifikasi. Alat tersebut pengembangan dari alat peraga geometri stick
material Montessori.
Gambar 2.1 Geometri Stick Material Montessori
Geometri stick material digunakan untuk kelas dasar untuk pembelajaran
Pengembangan yang dilakukan adalah bahan yang digunakan kayu yang berasal dari Indonesia, penutup box digunakan sebagai papan kerja, tambahan laci untuk
menyimpan kartu soal dan jarum pentul.
Alat peraga yang digunakan dalam penelitian ini dinamakan geometri stick
box. Alat peraga tersebut digunakan pada standar kompetensi memahami unsur dan sifat-sifat bangun datar sederhana. Kompetensi dasar mengidentifikasi berbagai jenis dan besar sudut. Materi mengidentifikasi jenis sudut dan besar
sudut pada kelas III semester 2.
Gambar 2.2 Geometri Stick Box
Gambar 2.2 menunjukkan gambar alat peraga geometri stick box. Alat peraga tersebut terdiri dari papan kerja, stick, segitiga siku-siku, jarum pentul, kartu
huruf, kartu angka, kartu nama sudut, kartu jenis sudut, kartu soal berserta kunci jawaban. Geometri stick box berbentuk balok memiliki penutup yang berfungsi
sebagai papan kerja. Alat tersebut memiliki laci untuk menyimpan jarum pentul, kartu soal dan kartu jenis sudut.
Stick digunakan untuk membentuk kaki sudut dan sebagai jarum yang
yang dibentuk. Kartu angka digunakan untuk mengurutkan sudut yang dibentuk dari terkecil atau terbesar. Kartu jenis sudut digunakan untuk memberi nama jenis
sudut. Jarum pentul digunakan untuk menahan stick agat tidak bergeser. Papan kerja memiliki dua sisi berfungsi untuk membuat sudut dan menghitung besar
sudut yang dibentuk oleh jam.
Penggunaan geometri stick box untuk mengajarkan materi mengidentifikasi jenis sudut dengan papan kerja, dua stick berbeda warna, jarum pentul, dan kartu
huruf.
Gambar 2.3 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi
Mengidentifikasi Jenis Sudut
Gambar 2.3 menunjukkan penggunan alat peraga untuk mengajarkan materi
mengidentifikasi sudut. Siswa diminta membuat sudut yang ingin mereka buat dengan stick, jarum pentul, kartu huruf dan segitiga siku-siku. Siswa mengambil segitiga siku-sku untuk mengidentifikasi jenis sudut yang dibentuk. Sudut lancip
jika besar sudut yang dibentuk lebih kecil dari segitiga siku-siku, tumpul jika besar sudut yang dibentuk lebih dari segitiga siku-siku dan siku-siku jika besar
Gambar 2.4 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Mengidentifikasi Jenis Sudut dengan Kartu Soal
Gambar 2.4 menunjukkan cara penggunaan alat peraga dalam mengajarkan materi mengidentifikasi jenis sudut dengan kartu soal. Siswa mengambil salah satu soal dari paket soal 3 dan segitiga siku-siku. Segitiga siku-siku diletakkan diatas soal untuk
mengidentifkasi jenis sudut yang dibentuk. Sudut lancip jika besar sudut yang dibentuk lebih kecil dari segitiga siku-siku, tumpul jika besar sudut yang dibentuk
lebih dari segitiga siku-siku dan siku-siku jika besar sudut yang dibentuk sama besar dengan segitiga siku-siku.
Gambar 2.5 Penggunaan Geometri Stick Box dalam Mengajarkan Materi Besar Sudut
Gambar 2.5 menunjukkan cara penggunaan alat peraga dalam mengajarkan materi besar sudut dengan kartu soal. Siswa mengambil papan kerja dengan sisi jam, dua
stick dengan warna yang berbeda, jarum pentul dan kartu soal. Siswa membentuk jam sesuai dengan kartu soal. Siswa menghitung besar sudut yang dibentuk dengan menghitung setiap kali berpindah membentuk sudut 300. Siswa menghitung besar
sudut yang dibentuk. Siswa mencocokan dengan kunci jawaban yang berada di balik kartu soal.
5. Tingkat Kepuasan
Kajian pustaka tingkat kepuasan menjelaskan pengertian tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat kepuasan, manfaat pengukuran
tingkat kepuasan, karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan. Peneliti juga menjelaskan indikator tingkat kepuasan yang akan dilakukan.
a. Pengertian Tingkat Kepuasan
Supranto (2006:2) menyatakan bahwa tingkat kepuasan pelanggan tergantung terhadap mutu produk. Adisaputro (2010: 67) berpendapat bahwa kepuasan
adalah “perasaan senang atau kecewa dari hasil membandingkan antara kinerja atau produk yang dipersepsikan dengan harapannya”. Kotler dan Keller (2009:
setelah membandingkan kinerja produk dengan ekspektasi mereka”. Pendapat Supranto, Adisaputro, Kotller dan Keller memiliki kesamaan yakni kepuasan
adalah perasaan setelah membandingkan mutu produk dan sesuai dengan harapan atau ekspektasi. Mutu produk dalam penelitian ini adalah hasil kerja (kinerja) dari
alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Harapan atau ekspektasi dalam penelitian ini adalah kepentingan dari alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Midie (dalam Sopiatin, 2010: 36) menggambarkan pengaruh
harapan terhadap kepuasan.
Gambar 2.6 Pengaruh Harapan terhadap Kepuasan
Gambar 2.6 menunjukkan bahwa semakin dekat harapan dengan ideal
maka semakin besar terjadi kepuasan dan semakin dekat selayaknya dengan ideal maka semakin besar terjadinya kepuasan. Harapan siswa dan guru
semakin dekat dengan ideal maka semakin besar terjadinya kepuasan.
Kotler (2009: 14) menambahkan bahwa seseorang mengalami tingkat kepuasan, a) jika kinerja di bawah harapan maka seseorang akan merasa
kecewa, tetapi b) jika kinerja sesuai dengan harapan maka seseorang akan Minimal
yang didapat Yang selayaknya
Ideal
merasa puas dan c) bila kinerja bisa melebihi harapan maka seseorang akan merasakan sangat puas atau gembira (dalam Sunyoto, 2012: 223). Peneliti
merangkum pendapat Supranto, Adisaputro, Kotler dan Keller dengan gambar 2.6 yaitu tingkat kepuasan adalah tingkatan perasaan (kecewa, puas,
dan sangat puas) dengan setelah membandingkan hasil kerja alat peraga sesuai dengan harapan siswa dan guru.
b. Faktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Ratnasari dan Aksa (2011:117-118) menjelaskan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi kepuasan adalah kualitas produk, kualitas pelayanan,
emosional, harga dan biaya. Pelanggan dalam konteks penelitian ini adalah siswa dan guru. Pertama, pelanggan akan merasa puas jika dari hasil evaluasi yang dilakukan produk tersebut berkualitas. Alat peraga dapat dikatakan puas
jika sesuai dengan kebutuhan siswa dan guru. Kedua, kualitas pelayanan yang sesuai dengan harapan pelanggan maka pelanggan akan merasa puas. Kualitas
pelayanan alat peraga dapat dikatakan puas jika sesuai dengan harapan siswa dan guru. Ketiga, pelanggan akan merasa puas ketika memiliki rasa percaya diri ketika memakai produk karena nilai sosial dari produk. Siswa dan guru
puas jika percaya diri dalam mengerjakan soal matematika dengan menggunakan alat peraga. Guru dan siswa akan mempergunakan alat peraga
tersebut kembali. Keempat, guru dan siswa tertarik dengan melihat alat peraga yang memiliki kualitas yang sama dengan alat peraga lain tetapi dengan harga yang lebih rendah. Siswa dan guru dikatakan puas jika memiliki
sama dengan alat peraga lain. Kelima, guru dan siswa dikatakan puas jika tidak mengeluarkan biaya tambahan atau waktu untuk mendapatkan alat
peraga.
Irawan (2004) menyebutkan lima faktor yang mempengaruhi
kepuasan, yaitu kualitas produk, harga, service quality, emotional factor, biaya dan kemudahan. Faktor yang dikemukakan Ratnasari dan Aksa memilki kesamaan dengan pendapat yang dikemukaan Irawan, perbedaanya Irawan
menambahkan kemudahan. Kemudahaan siswa dan guru untuk menemukan alat peraga tanpa sulit untuk membeli atau memesan . Peneliti meyimpulkan
berdarsarkan pendapat Ratnasari dan Aksa sert Irawan bahwa faktor yang mempengaruhi kepuasan siswa dan guru adalah kualitas produk, kualitas pelayanan, emosional, harga, biaya dan kemudahan.
c. Manfaat Tingkat Kepuasan
Ratnasari dan Aksa (2011: 118) mengungkapkan bahwa manfaat
kepuasan yaitu pelanggan akan menggunakan produk dan akan menyarankan kepada orang lain. Pelanggan dalam konteks penelitian ini, siswa dan guru akan mempergunakan alat peraga kembali dan menyarankan kepada orang
lain untuk mempergunakan alat peraga. Adisaputro (2010: 71) menjelaskan hal yang sama yang diungkapkan Ratnasari dan Aksa bahwa manfaat
kepuasan adalah dapat menarik, menjaga dan meningkatkan jumlah pelanggan dalam menggunakan produk.
Ratnasari dan Aksa mengungkapkan bahwa manfaat kepuasaan
menambahkan menarik pengguna alat peraga. Pendapat Adisaputro sudah merangkum pendapat Ratnasari dan Aksa. Peneliti menyimpulkan bahwa
manfaat kepuasan adalah menarik, mempergunakan dan menambah jumlah pelanggan dengan cara menyarankan kepada orang lain.
d. Pengukuran Tingkat Kepuasan
Kotler (dalam Tjiptono & Diana, 2003) menjelaskan empat metode yang dapat digunakan untuk mengukur kepuasan pengguna barang & jasa
yaitu, sistem keluhan dan saran, pembelanja misterius, analisis kehilangan pelanggan dan survei kepuasan pelanggan. Pengukuran tingkat kepuasan
dengan sistem keluhan dan saran dilakukan jika produk atau jasa beredar dalam jangka waktu yang cukup lama. Sistem keluhan dan saran adalah cara yang dilakukan dengan memberikan saran dan keluhan. Pembelanja misterius
adalah sesorang yang bertugas untuk mencari kekuatan dan kelemahan produk atau jasa dan membeli produk atau jasa lain untuk mencari kekuatan
dan kelemahan produk atau jasa lain. Analisis kehilangan pelanggan dengan cara menghubungi dan mencari tahu alasan tidak menggunakan produk atau jasa kembali. Survei kepuasan pelanggan dengan melakukan survei kepada
pelanggan untuk menilai produk atau jasa tertentu menggunakan kuesioner atau wawancara.
Penelitian ini menggunakan pengukuran kepuasan dengan survei kepada pelanggan. Tjiptono (2004: 148-150) pengukuran menggunakan metode survei dapat dilakukan dengan cara directly reported satisfaction,
analysis. Pertama, directly reported satisfaction yaitu pengukuran yang
dilakukan dengan menanyakan menggunakan pertanyaan yang spesifik
mengenai tingkat kepuasan. Kedua, derived dissatisfaction yaitu pengukuran yang dilakukan berkaitan dengan seberapa besar harapan pengguna terhadap
atribut dan kinerja yang dirasakan. Ketiga, problem analysis yaitu pengukuran yang dilakukan dengan meminta pelanggan untuk menuliskan masalah yang berkaitan dengan produk yang diterima. Keempat,
importance-performance analysis yaitu pengukuran dengan membuat urutan (ranking)
berbagai atribut berdasarkan derajat pentingnya setiap atribut tersebut dan
seberapa baik kinerja produk. Peneliti mengukur kepuasan pelanggan dengan survei yang menggunakan metode importance-performance analysis.
e. Importance Performance Analysis
Importance Performance Analysis diperkenalkan oleh Martilla dan James pada tahun 1977 yang mengukur kepuasan pelanggan pada industri
otomotif (Chan, 2005). Analisis tersebut berkembang tidak hanya pada industri otomotif, hal ini dibuktikan dengan penelitian yang dilakukan oleh Hawes &Prough (1998), Dolinsky & Cuputo (1990) pada bidang kesehatan,
pada bidang pariwisata oleh Bush & Ortinau (1986), Duke & Persia (1996) dan Uysal, Howard & Jamrozy (1991). Tahun 1998 berkembang pada bidang
pendidikan dengan peneltian yang dilakukan Alberty & Mihalik (1989) mengenai adult evaluation dan Ross (1998) mengenai evaluasi pada fakultas. IPA untuk mengukur kepuasan pelanggan difokuskan pada
satisfaction is a function of both expectations related to certain important
atribut and judgments of attribute performance” yang artinya bahwa
kepuasan pelanggan adalah memiliki fungsi yang berkaitan dengan atribut kepentingan dan atribut kinerja. Feng dan Jeng (2005) menambahkan
kepentingan adalah gambaran tingkatan kepedulian pelanggan terhadap produk atau jasa dan kinerja adalah menggambarkan spesifikasi tingkat kepuasan pelanggan terhadap produk atau jasa.
Chan (2005: 24) menyatakan bahwa IPA adalah cara untuk mengevaluasi dengan menggunakan empat tahap yaitu (a) menentukan
kisi-kisi atribut yang akan dievaluasi, (b) mengembangkan atribut dan melakukan survei, (c) mengolah data dan (d) mengelompokkan hasil dalam kisi-kisi untuk membantu menyimpulkan. Kisi-kisi atribut untuk kepentingan terwakili
garis ( ) dan kinerja terwakili garis ( ) yang digambarkan pada kuadran.
Gambar kuadran dapat dilihat pada gambar 2.7 berikut ini. Gambar 2.7 Diagram Kartesius Kepentingan
III
I II
IV Prioritas Utama Pertahankan Prestasi
Prioritas Rendah Berlebihan
Gambar 2.7 menjelaskan bahwa diagram kartesisus yang terbagi oleh empat kuadran. Kuadran I menunjukkan bahwa tingkat kepentingan tinggi dan tingkat
kinerja yang rendah, yang artinya memiliki prioritas utama. Atribut yang berada di kuadran I perlu meningkatkan kinerja. Kuadran II menunjukkan bahwa tingkat
kepentingan dan kinerja tinggi, yang artinya perlu mempertahankan prestasi. Atribut yang berada di kaudran II perlu mempertahakan usaha saat ini dan kinerja. Kuadran III menunjukkan bahwa tingkat kepentingan dan kinerja rendah, yang
artinya memiliki prioritas rendah. Atribut yang berada di kuadran III penyedia layanan membutuhkan sedikit perhatian pada atribut tersebut. Kuadran IV
menunjukkan kepentingan rendah dan kinerja yang tinggi yang artinya berlebihan. Atribut pada kuadran IV, penyedia layanan dapat mengalokasi usaha pada kuadran lain.
f. Manfaat Pengukuran Tingkat Kepuasan
Tjiptono (2008) berpendapat bahwa manfaat sebagai umpan balik dan
masukan untuk mengetahui hal-hal yang membuat pelanggan merasa tidak puas, sehingga dapat segera dilakukan perbaikan. Supranto (2006) menyatakan bahwa ada 3 manfaat pengukuran kepuasan. Pertama adalah untuk mengetahui cara kerja
dari suatu produk yang akan memberi informasi terhadap kinerja produk tersebut. Tujuan untuk mengetahui cara kerja suatu produk dapat berguna untuk
menentukan perubahan yang dapat dilakukan untuk meningkatkan cara kerja produk tersebut. Kedua adalah untuk mengetahui bagian yang perlu dilakukan perubahan agar dapat memperbaiki kekurangan. Perubahan yang dilakukan pada
melakukan perbaikan agar dapat memuaskan pelanggan atau pengguna produk. Ketiga untuk perubahan yang dilakukan dipastikan mengarah pada perbaikan.
Cara ini agar tidak terjadi penurunan kualitas produk.
Sopiatin (2010:5) menjelaskan pengukuran tingkat kepuasan di bidang
pendidikan bahwa tujuan pengukuran tingkat kepuasan siswa untuk memberikan gambaran kualitas proses mengajar di sekolah. Kualitas tersebut meliputi kualitas guru, ketersedian sarana dan prasarana sekolah, suasana belajar, kurikulum, yang
dikelola oleh sekolah. Pendapat Tjiptono sudah terangkum dalam pendapat Supranto, peneliti menyimpulkan berdasarkan Supranto dan Sopianti bahwa
manfaat melakukan pengukuran kepuasan untuk mengetahui cara kerja, melakukan perbaikan, perubahan ke arah yang lebih baik pada kualitas proses mengajar di sekolah.
g. Karakteristik Produk yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan
Karakteristik produk baru yang mempengaruhi tingkat kepuasan. Garvin
Juran dan Gryna (Sethi, 2000) memaparkan bahwa aspek dari kualitas produk baru yaitu estetika (aesthetics), performansi (performance), keawetan (life), kualitas pengerjaan (workmanship) dan keamanan (safety). Estetika (aesthetics)
berkaitan dengan pertimbangan pilihan secara individu. Performansi (performance) berkaitan dengan kemudahan seseorang dalam memperoleh barang
tanpa mengeluarkan biaya untuk memperoleh barang tersebut. Keawetan (life) berkaitan dengan waktu pemakaian atau daya tahan produk tersebut. Kualitas pengerjaan (workmanship) berkaitan dengan hasil pembuatan suatu produk.
Garvin (dalam Laksana 2008, 89-90) menjelaskan bahwa produk dikatakan berkualitas apabila memenuhi delapan dimensi kualitas produk, yaitu performansi
(performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (reliability), daya
tahan (durability), konformansi (conformance), kemampuan pelayanan (service
ability), kualitas yang dirasakan (perceived quality) dan estetika (aesthetics).
Pendapat Sethi sama dengan pendapat Garvin mengenai produk yang mempengaruhi kepuasan tetapi Garvin menambahkan keistimewaan tambahan
(feature), kehandalan (reliability), daya tahan (durability), konformansi
(conformance), kemampuan pelayanan (service ability), kualitas yang dirasakan
(perceived quality).
Keistimewaan tambahan (feature) berkaitan dengan pilihan-pilihan pengembangannya. Kehandalan (reliability) berkaitan dengan kemungkinan suatu
produk berhasil dalam melaksanakan fungsinya. Konfirmasi (conformance) berkaitan dengan kesesuaian produk terhadap spesifikasi yang telah ditetapkan
berdasarkan keinginan pengguna produk. Daya tahan (durability) berkaitan dengan masa pakai suatu produk atau daya tahan produk. Kemampuan pelayanan (service ability) berkaitan dengan kecepatan atau kesopanan, kompetensi,
kemudahan dan akurasi dalam perbaikan. Kualitas yang dirasakan (perceived quality) berkaitan dengan perasaan pelanggan dalam menggunakan produk dan
bersifat subjektif. Persepsi pelanggan terhadap produk semakin baik, maka semakin berkualitas produk tersebut menurut pelanggan tersebut. Peneliti menyimpulkan dari pendapat Garvin dan Sethi bahwa karakteristik produk yang
tambahan (feature), kehandalan (reliability), daya tahan (durability), konformansi (conformance), kemampuan pelayanan (service ability), kualitas yang dirasakan
(perceived quality), estetika (estetict), keawetan (life), kualitas pengerjaan (workmanship) dan keamanan (safety).
h. Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori “Alat Peraga Geometri Stick Box”
Peneliti bersama kelompok studi menyusun indikator tingkat kepuasan terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
Indikator yang disusun berdasarkan penggabungan karakteristik produk baru (Sethi, 2000), karakteristik kepuasan pengguna produk (Garvin, 2000) dan karakteristik alat peraga Montessori (Montessori, 2002)
Tabel 2.1
Auto education1 Performansi (performance) 1 Estetika (aesthetics)2 Menarik2 Keistimewaan tambahan(feature)3 Performansi (performance) 1 Bergradasi3 Kehandalan (realibility)1 Keawetan (life)6
Auto corretion4 Daya tahan (durability)6 Kualitas pengerjaan (workmanship)7 Kontekstual5 Konformasi (conformance)* Keamanan (safety)7
Estetika (aesthetics)2
Kemampuan pelayanan (service ability)7
Kualitas yang dirasakan (perceiced quality)7
Tabel 2.1 menunjukkan penggabungan indikator tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.
dengan auto-education. Feature digabung menjadi satu dengan gradasi. Durability digabung menjadi satu dengan life. Service ability, perceived quality
dan safety digabung menjadi satu dengan workmanship. Auto-correction dan kontesktual tetap berdiri sendiri karena tidak memiliki kesamaan arti dengan
karakteristik yang lain. Tidak menggunakan karakteristik conformance karena karakteristik tersebut digunakan untuk produk yang memiliki standar atau patokan.
Tabel 2.2
Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori
No Indikator Tingkat KepuasanAlat Peraga Montessori 1 Auto education
2 Menarik 3 Bergradasi 4 Auto corretion 5 Kontekstual 6 Life
7 Workmanship
Tabel 2.2 menunjukkan bahwa tujuh indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika berbasis metode Montessori, yaitu auto-education, menarik,
bergradasi, auto-correction, kontekstual, life, dan workmanship
B. Penelitian yang relevan
Peneliti memaparkan penelitian yang relevan mengenai penggunaan alat peraga matematika, penggunaan media, Montessori, dan pengukuran kepuasan.
Penelitian yang dilakukan Rathunde dan Csikszentmihalyi (2005) mengenai perbandingan motivasi dan kualitas dari pengalaman di sekolah
Montessori dan sekolah biasa. Teknik analisis data menggunakan analisis multivariate. Teknik tersebut mengukur perbedaan beberapa variabel dan faktor
dalam waktu yang bersamaan. Hasil penelitian adalah sekolah Montessori menunjukkan motivasi dari dalam lebih tinggi, berpotensi, energik, berpengalaman dalam aktivitas akademik di sekolah. Siswa sekolah Montessori
sebanyak 40% melakukan kegiatan yang didasari minat dan motivasi dan siswa sekolah tradisonal sebanyak 24%. Sekolah biasa menunjukkan berpengalaman
tetapi disertai dengan motivasi yang rendah. Siswa sekolah Montessori dan sekolah biasa memiliki pengalaman yang sama dalam bidang non-akademik.
Penelitian yang dilakukan Wijayanti (2013) mengenai pengembangan alat
peraga Montessori. Metode penelitian yang digunakan adalah Research and Development (R&D). Tujuan penelitian Wijayanti untuk mengembangkan alat
peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan untuk siswa kelas I SD Krekah Yogyakarta. Metode R&D dalam penelitian ini terdiri atas 4 tahap yaitu, (1) kajian standar kompetensi dan kompetensi dasar, (2) analisis kebutuhan dan
pengembangan perangkat pembelajaran, (3) produksi alat peraga Montessori untuk penjumlahan dan pengurangan, dan (4) validasi dan revisi produk, sehingga
dihasilkan produk alat peraga Montessori yang bersifat prototipe. Hasil penelitian adalah alat peraga Montessori dapat digunakan untuk melatih kemampuan penjumlahan dan pengurangan pada siswa kelas I yang memiliki lima