• Tidak ada hasil yang ditemukan

TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI"

Copied!
315
0
0

Teks penuh

(1)

i

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA

BERBASIS METODE MONTESSORI

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar

Disusun oleh:

Kristina Setya Hastuti

101134229

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

JURUSAN ILMU PENDIDIKAN

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS SANATA DHARMA

YOGYAKARTA

(2)
(3)
(4)

iv

HALAMAN PERSEMBAHAN

Skripsi ini Peneliti persembahkan kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus yang setia menemani dan memberkatiku. Terima kasih Tuhan, Engkau ada untuk menenangkanku dan memenangkan segala perkara yang baik bagiku.

2. Kedua orang tuaku, Bapak Sunarjo dan Ibu Suparti yang selalu memotivasi dan mendoakan yang terbaik untukku. Terima kasih untuk canda tawa dan kehangatan di dalam keluarga yang selalu kurindukan.

3. Simbah Sumarti, Supardi dan Alm. Simbah Buyut yang setia mendukung dan mendoakan Peneliti.

4. Seluruh guru dan dosen yang telah mendidik Peneliti.

5. Ibu Catur Rismiati yang memberi arahan, motivasi dan pelajaran hidup yang berharga bagi Peneliti. Terima kasih untuk kasih dan komitmen yang luar biasa.

6. Ibu Andri Anugrahana yang menjadi pembimbing II sekaligus motivator dalam menyelesaikan skripsi ini. Terima kasih untuk senyum dan semangat Ibu.

(5)

v MOTTO

-Striving for Excellent-

“Segala perkara dapat kutanggung di dalam dia

yang memberi kekuatan kepadaku”

Filipi 4:13

“Selalu ada jalan keluar dari Setiap tantangan,

aku optimis bisa

sebab tangan tuhan yang pegang, Aku percaya masa depanku sungguh ada

dan harapanku tidak hilang “

(6)
(7)
(8)

viii rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia. Faktor penyebab rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia berkaitan dengan pengelolaan pendidikan yaitu minimnya penggunaan alat peraga pembelajaran. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori memiliki lima karakteristik yaitu auto-education, menarik, bergradasi, auto-correction, life, kontekstual, dan

workmanship. Alat peraga yang berkualitas menciptakan kepuasan pengguna. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Jenis penelitian ini adalah penelitian deskriptif kuantitatif dengan metode sensus. Subyek penelitian terdiri dari 36 siswa dan 1 guru kelas IV SD Karitas Yogyakarta. Teknik pengumpulan data menggunakan kuesioner yang menilai kinerja dan kepentingan alat peraga. Data dianalisis dengan teknik analisis data PAP tipe I, dan Importance and Performance Analysis (IPA).

Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan siswa terhadap alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah cukup. Hasil penelitian menunjukkan tingkat kepuasan guru terhadap alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah cukup. Aspek alat peraga yang perlu dipertahankan prestasinya menurut siswa yaitu alat peraga mudah digunakan, memudahkan mengerjakan soal, bisa digunakan siswa kelas 1 sampai kelas 6, membantu memperbaiki kesalahan, menemukan kesalahan yang dibuat siswa, sesuai dengan materi pelajaran, terbuat dari bahan yang kuat, dapat dipakai berkali-kali, tetap kuat walau jarang digunakan, dan dicat rapi. Aspek alat peraga yang perlu dipertahankan prestasinya menurut guru yaitu alat peraga membantu siswa mengerjakan soal tanpa bantuan orang lain, memahami konsep matematika kelas 1 sampai kelas 6, memperbaiki kesalahan, pernah dilihat, terbuat dari bahan yang kuat, tidak mudah rusak, dan mudah diperbaiki.

(9)

ix ABSTRACT

THE LEVEL OF STUDENT AND TEACHER’S SATISFACTION TOWARD THE USE OF MONTESSORI BASED MATHEMATIC TEACHING AID

By :

Kristina Setya Hastuti 101134229

This study conducted by PISA indicated that Indonesia students mathematic competence was low. One of the reasons was related to educational management which is lacking of teaching aids in class. Mathematics teaching aid based on Montessori was a developed teaching aid which having five unique characteristics namely auto-education, interesting, grading, auto-correction, life, contextual and workmanship. The quality of teaching aid affected students and teacher’s satisfaction as users. This study was intended to find out students and teacher satisfaction toward the use of mathematics teaching aid based on Montessori method. The used teaching aid is an integers board namely “Papan Dakon Bilangan Bulat”. This study was a descriptive and quantitative research using census method. The subjects of this study are 36 students and 1 teacher in grade 4 of “Karitas” Elementary School in Yogyakarta. Data collection mechanism is using questionnaires which was used to assess the work and the importance of the teaching aid. Data were analized using criterion reference “Penilaian Acuan Patokan (PAP) I” and Importance and Performance Analysis (IPA).

The result of this study showed that students and teacher toward the use of mathematics teaching aid based on Montessori method were fairly satisfy. According to the students, some aspec of teaching aid needed to be maintained were easy to used, easy to answer the questions, easy to use by students of grade 1 to 6, assist to correct mistakes, find mistakes made by students, appropriate to the objectives of studies, made of solid substances, able to used repeatedly, stable even scarcely used, and neatly painted. According tho the teacher, some aspec of teaching aid to be maintained were the ability of teaching aid to answer questions individually, understand the concept of mathematics from grade 1 to 6, correct mistakes, seen previously, made of solid substances, not easy being damaged, and easy to be repaired.

(10)

x

KATA PENGANTAR

Puji syukur Peneliti panjatkan kepada Tuhan Yesus Kristus yang telah memberikan kasih dan muzizat-Nya, sehingga Peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “TINGKAT KEPUASAN SISWA DAN GURU

TERHADAP PENGGUNAAN ALAT PERAGA MATEMATIKA BERBASIS METODE MONTESSORI”. Penelitian ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana pada Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) di Universitas Sanata Dharma.

Peneliti menyadari bahwa penelitian skripsi ini tidak akan terwujud tanpa bantuan dari berbagai pihak. Oleh karena itu, Peneliti mengucapkan terima kasih kepada:

1. Tuhan Yesus Kristus

2. Bapak Sunarjo dan Ibu Suparti yang telah memberikan dukungan dalam segala hal kepada peneliti.

3. Romo G. Ari Nugrahanta S.J, S.S, B.ST, M.A selaku Ketua Program Studi Pendidikan Guru Sekolah Dasar (PGSD) Universitas Sanata Dharma.

(11)

xi

5. Ibu Andri Anugrahana, S.Pd., M.Pd selaku dosen pembimbing II, yang telah memberikan bimbingan dan motivasi kepada saya selama penelitian ini.

6. Bapak Agustinus Walidi, S.Pd selaku kepala SD Karitas Yogyakarta yang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di SD tersebut.

7. Ibu Dian Kartika Sabatini, S.Pd, guru kelas IV SD Karitas Yogyakartayang telah memberikan kesempatan kepada saya untuk melakukan penelitian di kelas IV.

8. Teman-teman tim payung Afi, Meli, Okta, Koko, Maya, Bayu, dan Mbak Wina yang telah menjadi teman sekaligus saudara dalam perjuangan menyusun skripsi ini. Teman-teman kelompok studiku yang luar biasa nyedulur Okta, Meli, Koko, Bayu, Maya, Afi, dan Mbak Wina. Entah bagaimana aku menggambarkan kebahagiaanku bersama kalian dalam suka dan duka. Aku sungguh bersyukur atas keberadaan kalian.

9. Armawan dan Maria Kartika, teman curhat kala di kos studio. Terima kasih bantuannya.

10.Teman-teman seangkatan (kelas B) yang selalu memberikan dukungan selama belajar bersama. Terima kasih kalian membuatku semakin dewasa dalam menjalani kehidupan ini.

(12)

xii

Nurul. Doa dalam botol yang kita tulis dan kita larung ke laut itu kini terwujud satu per satu. Terima kasih telah menemani dan mengajarkan arti solidaritas dan kasih. Semoga di setiap waktuku aku boleh dipertemukan dengan kalian lagi dan orang-orang sebaik kalian.

(13)

xiii

LEMBAR PERNYATAAN PERSETUJUAN PUBLIKASI ... vii

ABSTRAK ... viii

4. Alat peraga Papan Dakon Bilangan Bulat Montessori ... 27

(14)

xiv

H.Prosedur Analisis Data ... 101

I. Teknik Analisis Data ... 104

J. Jadwal Penelitian ... 108

BAB IV DESKRIPSI, HASIL PENELITIAN, DAN PEMBAHASAN A. Deskripsi Penelitian ... 110

B. Hasil Penelitian ... 111

C. Pembahasan ... 197

BAB V KESIMPULAN, KETERBATASAN PENELITIAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 216

B. Keterbatasan Penelitian ... 218

C. Saran ... 219

(15)

xv

DAFTAR TABEL

Tabel 2.1 Penggabungan Indikator Tingkat Kepuasan ... 40

Tabel 2.2 Indikator Tingkat Kepuasan Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 42

Tabel 3.1 Alternatif Jawaban Skala Likert Pada Kuesioner Kinerja untuk Siswa ... 56

Tabel 3.2 Alternatif Jawaban Skala Likert Pada Kuesioner Kepentingan untuk Siswa ... 56

Tabel 3.3 Alternatif Jawaban Skala Likert Pada Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 57

Tabel 3.4 Alternatif Jawaban Skala Likert Pada Kuesioner Kepentingan untuk Guru ... 58

Tabel 3.5 Kisi-kisi Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru untuk Expert Judgement ... 60

Tabel 3.6 Penjabaran Indikator Kuesioner Kinerja dan Kepentingan Siswa dan Guru untuk Expert Judgement ... 61

Tabel 3.7 Skor Expert Judgment Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 64

Tabel 3.8 Rangkuman Komentar Expert Judgement Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan Guru ... 65

Tabel 3.9 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa dan Guru Sebelum dan Sesudah Expert Judgement ... 68

Tabel 3.10 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa ... 71

Tabel 3.11 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa Sebelum dan Sesudah Face Validity Siswa ... 73

Tabel 3.12 Rangkuman Hasil Face Validity Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru ... 75

Tabel 3.13 Perbandingan Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Guru Sebelum dan Sesudah Face Validity Guru ... 77

Tabel 3.14 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Guru ... 79

Tabel 3.15 Perbandingan Validitas Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa ... 90

Tabel 3.16 Klasifikasi Tingkat Reliabilitas Instrumen ... 93

Tabel 3.17 Perbandingan Reliabilitas Total Kuesioner Kinerja dan Kepentingan untuk Siswa ... 97

Tabel 3.18 Rangkuman Hasil Validitas dan Reliabilitas Kuesioner Siswa ... 98

Tabel 3.19 Kuesioner Penelitian Kinerja dan Kepentingan Siswa ... 100

Tabel 3.20 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa Berdasarkan PAP Tipe I... 106

Tabel 3.21 Jadwal Penelitian... 109

(16)

xvi

Tabel 4.2 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat

Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 113

Tabel 4.3 Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 114

Tabel 4.4 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Auto-Education ... 119

Tabel 4.5 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Auto-Education . 120 Tabel 4.6 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 121

Tabel 4.7 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 121

Tabel 4.8 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 122

Tabel 4.9 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 123

Tabel 4.10 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Auto-Correction ... 124

Tabel 4.11 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Auto-Correction 125

Tabel 4.12 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 125

Tabel 4.13 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 126

Tabel 4.14 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Life ... 127

Tabel 4.15 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Life ... 128

Tabel 4.16 Penilaian Siswa Terhadap Kinerja Indikator Workmanship ... 129

Tabel 4.17 Penilaian Siswa Terhadap Kepentingan Indikator Workmanship .... 130

Tabel 4.18 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan Kepentingan Pada Indikator Tingkat Kepuasan Siswa ... 131

Tabel 4.19 Persebaran Pernyataan Kuesioner Siswa Pada Diagram Kartesius untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 143

Tabel 4.20 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa Pada Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan ... 147

Tabel 4.21 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran Pada Kuesioner Tingkat Kepuasan Siswa ... 151

Tabel 4.22 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru Berdasarkan PAP Tipe I ... 157

Tabel 4.23 Klasifikasi Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 158

Tabel 4.24 Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 159

Tabel 4.25 Penilaian Guru Terhadap Kinerja Indikator Auto-Education ... 161

Tabel 4.26 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Auto-Education .. 162

Tabel 4.27 Penilaian Guru Terhadap Kinerja Indikator Menarik ... 163

Tabel 4.28 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Menarik ... 164

Tabel 4.29 Penilaian Guru Terhadap Kinerja Indikator Bergradasi ... 164

Tabel 4.30 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Bergradasi ... 165

Tabel 4.31 Penilaian Guru Terhadap Kinerja Indikator Auto-Correction ... 166

Tabel 4.32 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Auto-Correction . 167 Tabel 4.33 Penilaian Guru Terhadap Kinerja Indikator Kontekstual ... 168

Tabel 4.34 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Kontekstual ... 168

(17)

xvii

Tabel 4.36 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Life ... 170 Tabel 4.37 Penilaian Guru Terhadap Kinerja Indikator Workmanship... 171 Tabel 4.38 Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Workmanship ... 171 Tabel 4.39 Perhitungan Rata-rata Penilaian Pelaksanaan Kinerja dan

Kepentingan Pada Indikator Tingkat Kepuasan Guru ... 172 Tabel 4.40 Persebaran Pernyataan Kuesioner Guru Pada Diagram Kartesius

untuk Setiap Indikator Tingkat Kepuasan ... 183 Tabel 4.41 Persebaran Pernyataan Kuesioner Tingkat Kepuasan Guru Pada

Diagram Kartesius untuk Keseluruhan Indikator Tingkat

Kepuasan ... 187 Tabel 4.42 Konsistensi Persebaran Pernyataan dalam Kuadran Pada

(18)

xviii

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Alat Peraga Papan Dakon Bilangan Bulat Montessori... 27

Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan ... 29

Gambar 2.3 Literature Map Penelitian yang Relevan ... 47

Gambar 3.1 Diagram Kartesius ... 104

Gambar 4.1 Diagram Kartesius IndikatorAuto-education Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 136

Gambar 4.2 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 137

Gambar 4.3 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 138

Gambar 4.4 Diagram Kartesius Indikator Auto-correction Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 139

Gambar 4.5 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 140

Gambar 4.6 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 141

Gambar 4.7 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 142

Gambar 4.8 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan Siswa Terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 146

Gambar 4.9 Diagram Kartesius Indikator Auto-education Tingkat Kepuasan Guru Terhadap PenggunaanAlat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 176

Gambar 4.10 Diagram Kartesius Indikator Menarik Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 177

Gambar 4.11 Diagram Kartesius Indikator Bergradasi Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 178

(19)

xix

Gambar 4.13 Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis

Metode Montessori ... 180 Gambar 4.14 Diagram Kartesius Indikator Life Tingkat Kepuasan Guru

Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori ... 181 Gambar 4.15 Diagram Kartesius Indikator Workmanship Tingkat Kepuasan

Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis

Metode Montessori ... 182 Gambar 4.16 Diagram Kartesius Keseluruhan Indikator Tingkat Kepuasan

Guru Terhadap Penggunaan Alat Peraga Matematika Berbasis

(20)

xx

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Surat Keterangan Melakukan Uji Validitas dan Reliabilitas ... 226

Lampiran 2 Surat Ijin Penelitian ... 227

Lampiran 3 Surat Keterangan Selesai Melakukan Penelitian ... 228

Lampiran 4 Hasil Expert Judgement ... 229

Lampiran 5 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Siswa ... 235

Lampiran 6 Hasil Face Validity Kuesioner untuk Guru ... 239

Lampiran 7 Contoh Jawaban Responden (Siswa) Pada Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 243

Lampiran 8 Contoh Jawaban Responden (Siswa) PadaUji Coba Kuesioner Kepentingan ... 247

Lampiran 9 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 251

Lampiran 10 Data Mentah Hasil Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 253

Lampiran 11 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 255

Lampiran 12 Output Validitas Uji Coba Kuesioner Kepentingan ... 262

Lampiran 13 Output Reliabilitas Uji Coba Kuesioner Kinerja ... 268

Lampiran 14 Output Reliabilitas Total Kuesioner Kepentingan... 272

Lampiran 15 Contoh Jawaban Responden (Siswa) Pada Kuesioner Kinerja ... 276

Lampiran 16 Contoh Jawaban Responden (Siswa) Pada Kuesioner Kepentingan ... 280

Lampiran 17 Contoh Jawaban Responden (Guru) Pada Kuesioner Kinerja ... 284

Lampiran 18 Contoh Jawaban Responden (Guru) Pada Kuesioner Kepentingan 287 Lampiran 19 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Siswa ... 290

Lampiran 20 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Siswa ... 292

Lampiran 21 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kinerja untuk Guru ... 294

Lampiran 22 Data Mentah Hasil Penelitian Kuesioner Kepentingan untuk Guru ... 294

(21)

1 BAB I PENDAHULUAN

Bab I pada skripsi ini merupakan bab pendahuluan. Bab pendahuluan akan menjelaskan tujuh sub bab yaitu latar belakang masalah, identifikasi masalah, batasan masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan definisi operasional.

A. Latar Belakang Masalah

Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (Permendiknas) Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa matematika merupakan ilmu universal yang berperan penting dalam perkembangan teknologi modern dan memajukan daya pikir manusia. Matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 : 416).

(22)

Matematika membekali peserta didik dengan kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis, kreatif serta kemampuan bekerjasama (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006:416). Martono (2003:9) menyebutkan ada tiga kemampuan matematika yang diharapkan setelah mempelajari matematika yaitu: (a) kemampuan memecahkan masalah, (b) kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, dan (c) kemampuan bernalar dan berpikir logis, kritis, sistematis, obyektif, jujur dan disiplin dalam menyelesaikan masalah. Matematika membekali peserta didik berbagai kemampuan yang berguna dalam pemecahan masalah, maka penguasaan kemampuan matematika menjadi hal penting.

Penguasaan kemampuan matematika menjadi bekal untuk mengelola informasi secara efektif. Hasil penelitian yang ada menunjukkan bahwa kemampuan matematika siswa Indonesia memprihatinkan. Penelitian yang dilakukan oleh PISA (Programme for International Student Assessment)

menunjukkan bahwa siswa Indonesia menduduki peringkat 57 dari 65 negara dalam hal kemampuan matematika (Organisation for Economic Cooperation and Development (OECD), 2009). Indonesia memiliki skor 371, nilai ini tentu terpaut

(23)

sangat rendah padahal matematika memegang peranan penting di setiap jenjang pendidikan dan kehidupan.

Rendahnya kemampuan matematika dapat disebabkan oleh berbagai hal yang berkaitan dalam proses pendidikan di Indonesia (Susanto, 2013: 191). Salah satu faktor yang mempengaruhi kualitas proses pendidikan di Indonesia adalah kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang tersedia (Sukmadinata, 2010: 203). Sarana dan fasilitas belajar dapat berwujud gedung, ruang kelas, media dan alat peraga dalam pembelajaran.

Dibutuhkan terobosan dalam pembelajaran matematika untuk mengatasi permasalahan rendahnya kemampuan matematika siswa Indonesia. Terobosan dapat berupa pembenahan pola pembelajaran yang mampu mencapai tujuan pembelajaran matematika di jenjang SD. Azis Wahab (dalam Solihatin, 2005) menyatakan pengkondisian iklim belajar merupakan aspek penting bagi tercapainya tujuan pendidikan. Lebih lanjut, iklim belajar dapat dikondisikan melalui pengolahan proses belajar mengajar matematika di kelas sehingga mudah dicerna siswa SD, bermanfaat, relevan dan mengembangkan keterampilan berpikir dan bernalar logis.

(24)

atau yang disebut alat peraga menjadi solusi yang membantu menanamkan konsep matematika yang bersifat abstrak. Montessori meyakini ketika anak berinteraksi dengan alat peraga maka ia berkenalan dengan angka dan kata serta membangun pondasi konkret untuk pengetahuan abstrak (Patmonodewo, 2003).

Montessori menjelaskan bahwa konsep-konsep awal dikenalkan melalui pengalaman belajar yang bersifat konkret untuk membantu anak memahami konsep dasar yang selanjutnya akan berguna untuk memahami konsep–konsep dengan level yang lebih tinggi (Lillard, 1997: 96). Montessori yakin bahwa alat peraga yang nyata dengan simbol-simbol visual akan membantu anak berimajinasi (Lillard, 1997:80). Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran dapat membantu siswa memahami materi, membangkitkan motivasi, minat dan rangsangan untuk belajar yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa. Siswa dapat menyelesaikan masalah dengan bantuan alat peraga yang konkret (Hergenhahn, 2009:318).

(25)

terutama siswa usia sekolah dasar yang masih tergolong dalam tahap berpikir operasional konkret.

Montessori mengembangkan alat peraga pembelajaran dengan beberapa kriteria sebagai karakteristik yang membedakannya dengan alat peraga lain yaitu memiliki pengendali kesalahan (auto-correction), menarik, memiliki gradasi rangsangan, dan memberi kesempatan pada siswa untuk belajar mandiri tanpa banyak mendapat intervensi dari orang dewasa (auto-education) (Montessori, 2002:170). Peneliti menambahkan satu karakteristik tambahan yaitu kontekstual. Hal ini terinspirasi dari apa yang dilakukan oleh Montessori ketika mengawali pelayanan pendidikan. Montessori menggunakan alat seadanya yang disesuaikan dengan kesulitan belajar dan kebutuhan siswa. Bahan alat peraga dalam penelitian ini adalah kayu dan kertas. Senada dengan Montessori, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Alat peraga sebagai alat bantu dalam proses belajar sangat dibutuhkan siswa SD (Munadi, 2010:193). Kualitas alat peraga penting untuk diperhatikan guna mendukung hakekat alat peraga sebagai alat bantu penyampaian pesan. Suatu alat peraga dapat dikatakan berkualitas jika bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan penggunanya sehingga pengguna merasa harapannya terpenuhi.

(26)

kepuasan pengguna produk (Supranto, 2006 : 2). Produk dalam penelitian ini adalah alat peraga Matematika berbasis metode Montessori.

Kualitas produk mempengaruhi kepuasan pengguna. Kualitas suatu produk mencerminkan dimensi–dimensi produk yang dapat memberikan manfaat bagi penggunanya. Garvin (dalam Laksana, 2008:89) menyebutkan ada delapan dimensi kualitas produk yaitu performansi (performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (realibility), daya tahan (durability), konfirmasi

(conformance), estetika (aesthetics), kemampuan pelayanan (servis ability) dan kualitas yang dirasakan (perceived quality).

Beberapa manfaat pengukuran tingkat kepuasan menurut Supranto (2006) sebagai berikut: (1) mengetahui apakah proses pengembangan produk tersebut berjalan baik, (2) mengetahui waktu yang tepat untuk mengadakan perbaikan secara terus menerus, serta bagian mana yang harus diperbaiki untuk memuaskan pemakai produk terkait, dan (3) menentukan apakah perubahan yang diadakan mengarah pada perbaikan mutu. Pengukuran tingkat kepuasan bermanfaat bagi pengembangan suatu produk. Dalam penelitian ini pengukuran tingkat kepuasan siswa dan guru sebagai pengguna alat peraga bermanfaat bagi pengembangan alat peraga matematika berbasis metode Montessori yaitu papan bilangan bulat.

(27)

mempengaruhi keefektifan alat peraga matematika berbasis metode Montessori itu sendiri serta mempengaruhi pola perilaku selanjutnya dari penggunanya. Kotler (dalam Tjiptono, 2004: 147) menegaskan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan di-bandingkan dengan harapannya. Dalam penelitian ini kepuasan merupakan respon positif siswa dan guru setelah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Selain siswa, respon guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori juga mempengaruhi keefektifan alat peraga ini. Kepuasan terjadi ketika kenyataan yang terjadi sesuai dengan apa yang diharapkan. Unsur kepuasan bersifat subyektif sehingga kepuasan antar orang berbeda-beda. Unsur kepuasan bersifat dinamis karena mengandung harapan akan suatu produk. Pengukuran tingkat kepuasan pengguna akan suatu produk menjadi penting untuk diperhatikan.

(28)

B. Identifikasi Masalah

Inti kajian dalam penelitian ini adalah tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rendahnya kemampuan matematika dapat disebabkan oleh kurangnya sarana dan fasilitas belajar yang tersedia. Sarana dan fasilitas belajar dapat berwujud gedung, ruang kelas, media dan alat peraga dalam pembelajaran. Penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori dalam pembelajaran menjadi solusi untuk membantu menanamkan konsep matematika yang bersifat abstrak. Hakekat alat peraga adalah sarana atau alat yang digunakan untuk mempermudah menyampaikan pesan. Maka, kualitas alat peraga matematika berbasis metode Montessori penting diperhatikan guna mendukung hakekat alat peraga. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori.dapat dikatakan berkualitas jika bermanfaat dan dapat memenuhi harapan siswa dan guru. Ketika harapan siswa dan guru terpenuhi maka terciptalah kepuasan.

C. Batasan Masalah

(29)

mengurangkan bilangan bulat, Kompetensi Dasar (KD) 5.3 Melakukan operasi hitung campuran. Tingkat kepuasan siswa dan guru diukur dengan menggunakan dua bagian kuesioner yaitu kuesioner kepentingan dan kuesioner kinerja yang mencakup tujuh indikator yaitu menarik, auto-education, auto-correction, bergradasi, kontekstual, daya tahan (durability), dan kualitas pengerjaan (workmanship).

D. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang di atas, adapun permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:

1) bagaimana tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori ?

2) bagaimana tingkat kepuasan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori ?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan dari penelitian sebagai berikut :

1) mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori,

(30)

F. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi: 1. Siswa

Siswa mendapatkan pengalaman baru dalam menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

2. Guru

Guru dapat menggunakan hasil penelitian ini sebagai bahan evaluasi untuk meninjau kebijakan guru dalam penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Lebih lanjut guru dapat mengetahui tingkat kepuasan siswa terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori yang akan berguna untuk proses perbaikan pembelajaran selanjutnya.

3. Sekolah

Sekolah mendapatkan wawasan dan pengalaman baru tentang alat peraga matematika berbasis metode Montessori, dan hasil penelitian yang diperoleh nantinya dapat digunakan sebagai bahan perbaikan pada proses pembelajaran selanjutnya.

4. Peneliti

(31)

G. Definisi Operasional

Agar tidak menimbulkan kebingungan dan tidak menimbulkan multitafsir tentang suatu istilah yang dipakai, maka dalam penelitian ini diberikan definisi operasional beberapa istilah sebagai berikut :

1. Tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan siswa dan guru setelah menggunakan suatu produk kemudian membandingkan kinerja produk dengan harapannya.

2. Kepentingan adalah harapan siswa dan guru terhadap kemampuan alat peraga matematika berbasis metode Montessori papan bilangan bulat

3. Kinerja adalah kenyataan mengenai hasil kerja yang telah dilakukan oleh alat peraga matematika berbasis metode Montessori papan bilangan bulat yang dirasakan siswa dan guru sebagai pengguna.

4. Penilaian Acuan Patokan (PAP) tipe I adalah teknik analisis data yang digunakan untuk menilai tingkat kepuasan guru dengan membandingkan skor penilaian guru pada kuesioner kinerja dengan patokan yang telah ditetapkan terlebih dahulu.

5. Importance and Performance Analysis (IPA) adalah teknik analisis data yang digunakan untuk mengetahui aspek alat peraga yang memuaskan dan yang tidak memuaskan serta mengetahui aspek alat peraga yang perlu diperbaiki, dipertahankan prestasinya, dihapus dan yang bersifat berlebihan.

(32)

7. Matematika adalah ilmu abstrak yang berhubungan dengan bilangan yang didapat dari proses berpikir dan bernalar logis sistematis untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan itu sendiri.

8. Pembelajaran matematika di sekolah dasar adalah pembelajaran di sekolah dasar untuk membekali siswa kemampuan matematika.

9. Alat peraga matematika adalah alat bantu yang digunakan dalam pembelajaran dan mengandung konsep–konsep matematika.

10. Metode Montessori adalah metode pembelajaran yang dikembangkan oleh Maria Montessori yang menggutamakan penggunaan alat peraga yang memiliki karakteristik auto-education, menarik, bergradasi, dan auto-correction.

11. Alat peraga papan bilangan bulat adalah alat peraga matematika yang dikembangkan dengan basis metode Montessori untuk memahami materi operasi bilangan bulat.

12. Siswa adalah anak yang belajar di kelas IV SD Karitas Yogyakarta yang telah menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori.

(33)

13 BAB II KAJIAN TEORI

Bab II merupakan kajian teori yang digunakan dalam penelitian ini. Bab II membahas tiga sub bab yaitu kajian pustaka, penelitian yang relevan, kerangka berpikir, dan hipotesis penelitian.

A. Kajian Pustaka

Kajian teori membahas teori-teori yang mendukung penelitian ini. Kajian teori dalam penelitian ini membahas enam teori yaitu metode Montessori, matematika, alat peraga, alat peraga papan dakon bilangan bulat, tingkat kepuasan, dan indikator tingkat kepuasan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. 1. Montessori

Pembahasan mengenai teori Montessori akan dijabarkan ke dalam empat bagian mengenai : (a) riwayat Maria Montessori, (b) metode Montessori, dan (c) karakteristik alat peraga Montessori.

a. Riwayat Maria Montessori

(34)

1907 Montessori mendirikan sekolah pertamanya yang bernama Casa dei Bambini atau Rumah Anak-anak di San Lorenzo (Montessori, 2002:30).

Awal ketertarikannya pada dunia pendidikan anak–anak ketika ia mendapat tugas bekerja di klinik psikiatri Universitas Roma. Tugas Montessori untuk melayani anak–anak yang mengalami keterbelakangan fisik dan mental. Montessori mendapat inspirasi mengenai metode pendidikan temuan Edward Séguin (1812-1881) dan Jean Marc Gaspard Itard (1775-1838) yang telah berhasil mendidik anak–anak yang terbelakang mental dan cacat indera semi permanen misalnya tuli, lumpuh, dan idiot. Montessori kemudian mengembangkan metode temuan Itard dan Seguin untuk mengajar membaca dan menulis anak–anak di distrik kumuh Roma yang mengalami keterbelakangan mental dan fisik. Montessori meringkas seluruh metode Seguin sebagai metode yang menggunakan sistem otot, sistem syaraf, dan panca indera (Montessori, 2002:28-42).

b. Metode Montessori

(35)

Filosofi Metode Montessori terhadap anak yaitu “teach me to do it myself”.

Montessori percaya bahwa seorang anak mampu untuk bekerja dan menemukan cara belajarnya sendiri (Seldin, 2006:12). Proses belajar akan menjadi efektif jika individu pembelajar telah siap dan mau. Hal inilah yang Montessori yakini bahwa anak akan belajar dengan sendirinya ketika anak tersebut sudah memiliki kesiapan dan kemauan untuk belajar. Maka sebab itulah Montessori menghormati kebebasan dan kemerdekaan anak. Anak perlu diberi ruang dan kesempatan untuk berekspresi semerdeka dan sealamiah mungkin. Montessori meyakini reformasi dunia pendidikan harusnya memerdekakan manusia dan membebaskannya menjadi manusia yang merdeka yang bisa berpikir dan bertindak sesuai martabatnya sebagai manusia. Montessori menegaskan bahwa kemandirian adalah syarat utama untuk menjadi pribadi yang merdeka (Montessori, 2002).

Kemerdekaan dalam pendidikan bukan berarti kebebasan tanpa batas. Batas kebebasan anak-anak adalah kepentingan bersama. Pendidik perlu melihat apakah anak melakukan tindakan kasar terhadap yang lain atau mengganggu yang lain bahkan mencegah tindakan yang sangat berbahaya (Montessori, 2002). Pendidik perlu meneliti gejala–gejala alamiah dalam diri anak dan menghargainya. Sehingga peran pendidik menjadi lebih pasif. Tugas pendidik adalah membantu anak semakin mandiri dalam melakukan segala sesuatu dengan mengembangkan seluruh kemampuan anak secara maksimal (Montessori, 2002).

(36)

menjelaskan bahwa disiplin aktif berbeda dengan konsep disiplin tradisional yang merupakan disiplin pasif yang menekankan bahwa diam itu baik, membisu, tidak berbicara, dan lumpuh seakan anak dipaksa utnuk tidak bergerak (Montessori, 2002). Disiplin aktif menurut Montessori merupakan sikap disiplin kalau seseorang menjadi tuan atas dirinya sendiri, mampu mengatur dan mengarahkan tindakannya ketika harus menghadapi suatu komitmen yang harus diikuti. Singkat kata disiplin aktif terjadi kalau seseorang mampu menguasai dirinya tanpa paksaan dan ancaman.

(37)

Selain kemerdekaan dalam pendidikan, pendidikan penginderaan merupakan ciri khas metode Montessori. Montessori menekankan perlunya pendidikan penginderaan (Montessori, 2002:167). Pendidikan pengideraan adalah pendidikan yang melatih indera anak dengan alat peraga khusus. Tujuan dari pendidikan penginderaan sendiri untuk memperpeka indera anak dan memperpeka kemampuannya menangkap berbagai rangsangan yang diterimanya. Pendidikan Montessori merupakan pendidikan sistematis yang melibatkan sensorial yang dihubungkan dengan pengorganisasian saraf dan lingkungan anak (Lillard, 2005:324).

Penggunaan panca indera secara maksimal sambil bermain dalam pembelajaran menciptakan kesenangan pada anak ketika belajar (Montessori, 2003:33). Pendidikan penginderaan dapat diterapkan melalui penggunaan alat peraga. Pendidikan pengideraan adalah pendidikan yang melatih dan memperpeka indera anak dengan alat peraga khusus. Penggunaan alat peraga membantu siswa memahami materi pelajaran, membangkitkan motivasi dan minat belajar siswa yang pada akhirnya meningkatkan hasil belajar siswa.

c. Karakteristik Alat Peraga Montessori

(38)

Montessori mengembangkan alat peraga berdasarkan metode eksperimental. Montessori menyimpulkan bahwa anak lebih menyukai obyek nyata daripada mainan dari pengamatannya selama bertahun-tahun. Karakteristik alat peraga Montessori yang membedakannya dengan alat peraga lain (Montessori, 2002:170-176) yaitu : (a) menarik, (b) bergradasi, (c) auto-correction, dan (d) auto-education. Alat peraga Montessori dirancang secara mendetail sampai yang terkecil sehingga anak dapat menggunakannya sendiri (Lillard, 1997:11).

Masing–masing dari karakteristik alat peraga Montessori memiliki tujuan (Montessori, 2002:170). Karakteristik auto-education berarti alat peraga yang digunakan didesain untuk mendidik anak secara mandiri dalam belajar tanpa banyak tergantung pada intervensi orang dewasa atau guru. Karakteristik menarik memiliki tujuan supaya siswa mau menyentuh alat peraga dan menggunakannya untuk belajar. Maka dari itu, alat peraga hendaknya berwarna cerah dan lembut. Karakteristik bergradasi maksudnya alat peraga memiliki gradasi rangsangan yang masuk akal (rasional), wajar dalam hal warna, bentuk dan usia anak. Karakteristik auto-correction berkaitan dengan kemampuan alat peraga menunjukkan kesalahan sehingga anak dapat mengetahui sendiri apakah aktivitas dan jawabannya benar atau salah tanpa intervensi guru. Karakteristik a uto-correction mendukung individu untuk mendapat pengalaman membangun pengetahuannya sendiri.

(39)

peraga menggunakan bahan–bahan yang mudah digunakan dan sesuai dengan kekhasan yang dimiliki suatu daerah atau lingkungan hidup anak. Penambahan karakteristik kontekstual terinspirasi dari apa yang dilakukan oleh Montessori ketika mengawali pelayanan pendidikan. Montessori menggunakan alat seadanya yang disesuaikan dengan kesulitan belajar dan kebutuhan siswa. Bahan alat peraga dalam penelitian ini adalah kayu dan kertas yang sering dijumpai siswa di lingkungan sehari-hari. Senada dengan Montessori, Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 menyatakan bahwa dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematika hendaknya dimulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi (contextual problem).

Alat peraga matematika berbasis metode Montessori merupakan alat peraga pembelajaran matematika yang dikembangkan berdasarkan prinsip–prinsip utama dalam metode Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori dirancang dengan mengutamakan prinsip pengembangan alat peraga metode Montessori yaitu menarik, bergradasi, memiliki pengendali kesalahan, dan memberi kesempatan siswa belajar mandiri tanpa intervensi yang berlebihan dari guru (Lilliard, 1997:11).

(40)

bahwa alat peraga matematika berbasis metode Montessori adalah alat yang dirancang sesuai prinsip dan karakteristik alat peraga metode Montessori untuk mengembangkan pikiran matematika.

2. Matematika

Penjelasan mengenai teori matematika dibagi menjadi tiga topik yaitu pengertian matematika, pembelajaran matematika di Sekolah Dasar (SD), dan manfaat alat peraga matematika. Berikut penjabaran dari masing-masing topik :

a. Pengertian Matematika

Istilah matematika (Bahasa Indonesia), mathematic (Jerman), matematico

(Itali), matematiceski (Rusia), mathematique (Prancis), matematick atau wiskunde

(Belanda) sendiri berasal dari Bahasa Yunani mathematike yang berarti “relating to learning”. Kata mathematike berkaitan erat dengan kata lain yang memiliki

makna serupa yaitu mathenein yang artinya belajar atau berpikir (Suherman dkk, 2001: 17). Hudojo (2001: 45) menjelaskan bahwa matematika merupakan alat untuk mengembangkan cara berpikir sehingga matematika itu sangat penting untuk memecahkan masalah kehidupan sehari-hari terlebih di zaman kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi. Berdasarkan penjelasan di atas dapat dikatakan bahwa matematika berkaitan erat dengan belajar, berpikir dan bernalar.

Kata matematika berasal dari kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu. Kata mathematike berkaitan dengan kata serupa yaitu mathein atau

(41)

dan prosedur operasional yang digunakan dalam penyelesaian masalah mengenai bilangan (KBBI, 2008: 754).

Obyek penelaahan matematika sendiri bersifat abstrak, bukan konkret. Hal ini didukung pernyataan Hudojo (2001: 45) yang menyatakan bahwa matematika pada dasarnya merupakan suatu ilmu abstrak yang memerlukan cara berpikir deduktif dan formal. Hudojo menambahkan matematika berkaitan dengan ide-ide, struktur-struktur dan hubungan-hubungan yang diatur menurut urutan yang logis dan berkenaan dengan konsep-konsep abstrak. Senada dengan Hudojo, Susanto (2013: 183) menjelaskan matematika merupakan ide-ide abstrak yang berisi simbol–simbol untuk mengkomunikasikan ide-ide. Sebelum memanipulasi simbol–simbol konsep matematika harus dipahami terlebih dahulu agar proses penyampaian ide-ide dapat terkomunikasikan secara efektif dan efisien.

Tiga kata kunci pokok untuk menyimpulkan pengertian matematika yaitu berpikir, bilangan dan abstrak. Sesuai yang tertera dalam Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) matematika SD–MI (2006) yang menyatakan bahwa matematika merupakan disiplin ilmu yang pola berpikirnya kritis, konsisten, analitis, logis, kreatif dan sistematis. Dari beberapa pendapat para ahli di atas dapat disimpulkan bahwa matematika adalah ilmu abstrak yang berhubungan dengan bilangan yang didapat dari proses berpikir dan bernalar logis sistematis untuk menyelesaikan masalah mengenai bilangan itu sendiri.

b. Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(42)

dijabarkan lagi ke dalam sub bab pembahasan yang meliputi : (1) pentingnya pembelajaran matematika di sekolah dasar, (2) tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar, dan (3) ruang lingkup pembelajaran matematika di sekolah dasar. (1) Pentingnya Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi dan kemajuan zaman yang modern sehingga matematika mempunyai peran penting dalam berbagai disiplin ilmu (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006:416). Matematika terus berkembang untuk memajukan daya pikir manusia. Dewasa ini perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi berkembang pesat dilandasi oleh perkembangan matematika di bidang teori bilangan, aljabar, analisis, teori peluang dan matematika diskrit (Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 : 416).

(43)

(Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 : 416). Dapat disimpulkan bahwa pembelajaran matematika penting diberikan sejak dari sekolah dasar.

(2) Tujuan Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

Pembelajaran matematika berkaitan dengan beberapa prinsip keterampilan yang saling berkaitan. Maka dari itu NTCM ( National Council of Teachers of Mathematics) (Suherman, 2003:11) merekomendasikan empat prinsip keterampilan matematika, yaitu (a) matematika sebagai pemecahan masalah, (b) matematika sebagai penalaran, (c) matematika sebagai komu-nikasi, dan (d) matematika sebagai hubungan. Pembelajaran matematika bertujuan supaya prinsip keterampilan matematika dapat dikuasai siswa.

Tujuan dari pembelajaran matematika di sekolah dasar yaitu supaya siswa mendapatkan kemampuan dasar matematika yang berguna dalam kehidupannya untuk memecahkan masalah-masalah sehari-hari. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi (SK) dan Kompetensi Dasar (KD) Matematika SD-MI memaparkan lima tujuan pembelajaran matematika yang berkaitan dengan pemahaman konsep matematika, penggunaan penalaran, pemecahan masalah, pengkomunikasian gagasan, dan sikap terhadap matematika.

(44)

matematika atau menjelaskan gagasan matematika. Tujuan ketiga membekali siswa matematika supaya siswa memiliki kemampuan meme-cahkan masalah yang meliputi kemampuan memahami masalah mulai dari perancangan model matematika sampai menafsirkan solusi masalah. Tujuan keempat membekali siswa dengan kemampuan untuk mengomunikasikan gagasan dengan simbol, tabel, diagram, atau media lain untuk memperjelas keadaan atau masalah. Tujuan kelima supaya siswa dapat menyikapi kegunaan matematika, yaitu menerapkan sikap menghargai, rasa ingin tahu, sikap perhatian, dan minat untuk mempelajari matematika, serta sikap gigih dan percaya diri dalam memecahkan masalah.

Tujuan pembelajaran matematika di sekolah dasar diharapkan dapat membekali siswa beberapa kemampuan matematika. Martono (2003:9) menyebutkan tiga kemampuan yang diharapkan yaitu: (a) kemampuan memecahkan masalah, kemampuan ini dapat digunakan untuk menyelesaikan soal atau masalah matematika, soal dalam pelajaran lain dan masalah dalam kehidupan nyata, (b) kemampuan menggunakan matematika sebagai alat komunikasi, dan (c) kemampuan bernalar dan berpikir logis, kritis, sistematis, obyektif, jujur dan disiplin dalam menyelesaikan masalah.

(3) Ruang Lingkup Pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar

(45)

Nomor 22 Tahun 2006 (2006:418) yang menyebutkan bahwa mata pelajaran Matematika pada satuan pendidikan SD/MI meliputi tiga aspek. Tiga aspek tersebut adalah: (1) bilangan, (2) geometri dan pengukuran, dan (3) pengolahan data.

3. Alat Peraga

Pembahasan mengenai alat peraga dibagi menjadi dua topik yang terdiri dari pengertian alat peraga dan manfaat alat peraga. Berikut penjelasan dari topik tersebut:

a. Pengertian Alat Peraga

Alat peraga terdiri dari dua kata yaitu alat dan peraga. Di dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia pengertian alat adalah barang yang digunakan untuk mengerjakan sesuatu untuk mencapai maksud tertentu (KBBI, 2008:24). Sedangkan peraga merupakan alat media pengajaran untuk meragakan sajian pelajaran (KBBI, 2008:24). Estiningsih (dalam Suharjana, 2009: 3) menjelaskan bahwa alat peraga adalah media pembelajaran yang mengandung atau membawakan ciri-ciri dari konsep yang dipelajari. Sudjana (2000:10) menjelaskan alat peraga adalah alat bantu yang digunakan guru dalam kegiatan proses belajar mengajar supaya proses belajar lebih efektif.

(46)

menyampaikan materi pembelajaran. Penggunaan alat peraga dalam pembelajaran membantu siswa untuk memahami pesan dan materi yang disampaikan guru. b. Manfaat Alat Peraga

Alat peraga dalam pembelajaran menjadi sarana komunikasi dan interaksi antara guru dengan siswa dalam proses pembelajaran (Arsyad, 2005). Alat peraga memiliki manfaat tersendiri sebagai alat bantu untuk mewujudkan situasi belajar mengajar yang efektif dan merupakan bagian integral dari keseluruhan situasi mengajar, tujuan dan isi pelajaran, untuk membantu peserta didik memahami materi yang diberikan guru serta mempertinggi mutu belajar mengajar, mempercepat proses belajar mengajar dan membantu peserta didik dalam menangkap pengertian yang diberikan guru (Sudjana dalam Hartati, 2010:130). Senada dengan apa yang diungkapkan oleh Suharjana (2009:3) alat peraga yang digunakan dapat membantu dan mengembangkan penanaman konsep yang abstrak menjadi konkret.

(47)

4. Alat Peraga Matematika Berbasis Metode Montessori Papan Dakon Bilangan Bulat

Penelitian ini mengkaji tentang tingkat kepuasan siswa dan guru terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Alat peraga matematika berbasis metode Montessori dalam penelitian ini bernama papan dakon bilangan bulat. Papan dakon bilangan bulat merupakan replikasi dan modifikasi dari alat peraga Snake Game Montessori (Nienhuis, 2012). Papan dakon bilangan bulat terbuat dari bahan dasar kayu Mahoni yang dibentuk sedemikian rupa yang dilengkapi dengan manik–manik kayu berwarna merah dan biru, serta kartu soal. Manik kayu merah dan biru serta kartu soal disimpan di wadah kotak berwarna merah marun yang terbuat dari kertas karton tebal. Ukuran papan 50cm x 10cm x 5cm dengan berat ± 10 Kg. Kartu soal dilengkapi dengan kunci jawaban pada bagian belakang kartu.

Alat peraga papan bilangan bulat ini digunakan guru dan siswa untuk memahami materi operasi bilangan bulat di kelas IV. Gambar papan dakon bilangan bulat akan disajikan dalam gambar 2.1.

Gambar 2.1 Papan Dakon Bilangan Bulat

(48)

5. Tingkat Kepuasan

Pembahasan mengenai teori tingkat kepuasan dijabarkan ke dalam enam bagian. Bagian yang akan dibahas yaitu pengertian tingkat kepuasan, faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan, manfaat tingkat kepuasan, pengukuran tingkat kepuasan, manfaat pengukuran tingkat kepuasan, dan karakteristik produk yang mempengaruhi tingkat kepuasan.

a. Pengertian Tingkat Kepuasan

Tingkat kepuasan berasal dari dua kata utama yaitu tingkat dan kepuasan. Kata tingkat memiliki arti tinggi rendahnya martabat, kedudukan, pangkat, derajat, taraf atau kelas, sedangkan kepuasan adalah perihal yang bersifat puas, kesenangan, atau kelegaan (Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), 2008:914). Tjiptono (2011:292) menjelaskan bahwa „kepuasan atau satisfacion” berasal dari

Bahasa Latin “satis” yang artinya cukup atau memadai dan “facio” atau “facere”

yang berarti to do berarti melakukan atau membuat. Secara sederhana Tjiptono menambahkan bahwa kepuasan dapat diartikan sebagai upaya pemenuhan sesuatu atau membuat sesuatu memadai.

Kotler (2013: 150) “satisfaction is a person's feelings of pleasure or

disappointment that result from comparing a product's perceived performance (or

outcome) to expectations”. Kotler menjelaskan bahwa kepuasan adalah perasaan

(49)

membandingkan kinerja atau hasil yang ia rasakan dibandingkan dengan harapannya.

Kotler (dalam Sunyoto, 2012: 223) menambahkan terdapat tiga tingkatan kepuasan yaitu kecewa, puas, dan sangat puas. Jika kinerja produk di bawah harapan pengguna, maka pengguna merasa kecewa. Pengguna akan merasa puas jika kinerja produk sesuai harapan dan merasa sangat puas jika kinerja produk melebihi harapan mereka.

Kepuasan didapat setelah seseorang menggunakan suatu produk kemudian membandingkan antara harapan dengan kenyataan yang diterimanya. Umar (2005:65) menjelaskan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan antara apa yang diterima dengan apa yang diharapkan. Pengaruh harapan terhadap kepuasan dapat dilihat pada gambar 2.2.

Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan

Gambar 2.1 menggambarkan pengaruh harapan terhadap kepuasan. Semakin dekat harapan dengan kondisi ideal maka semakin besar kemungkinan tercapainya kepuasan. Yamit (2002:78) menjelaskan bahwa kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja (hasil) yang dirasakan dibandingkan

Minimal yang di dapat Yang selayaknya

Ideal

(50)

dengan harapannya. Yamit juga menegaskan bahwa kepuasan pelanggan adalah hasil yang dirasakan atas penggunaan produk dan jasa, apakah sama atau melebihi harapan yang diinginkan. Hal yang seirama diungkapkan oleh Oliver (dalam Supranto, 1997) bahwa tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah membandingkan kinerja atau hasil atau performa produk yang dirasakan dengan harapannya.

Kepuasan bersifat subyektif karena berkaitan dengan perasaan pengguna setelah membandingkan apa yang diterima dengan apa yang diharapkan. Tingkat kepuasan satu orang bisa berbeda dengan orang lainnya. Lebih lanjut kepuasan didapat setelah memakai produk tertentu, membandingkannya lalu memutuskan apakah performa atau kinerja produk yang digunakan sama bahkan melebihi harapan yang diinginkan. Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa tingkat kepuasan adalah tingkat perasaan seseorang setelah menggunakan suatu produk kemudian membandingkan kinerja produk dengan harapannya.

(51)

pemakai. Pelayanan dalam proses belajar mengajar dapat dilihat dari beberapa faktor seperti metode mengajar dan alat peraga yang digunakan. Misalnya saja jika alat peraga yang digunakan dalam pembelajaran sesuai dengan harapan siswa dan membantu siswa maka siswa tersebut merasa puas.

b. Faktorfaktor yang Mempengaruhi Tingkat Kepuasan

Kepuasan pengguna produk terjadi ketika kenyataan yang terjadi sesuai atau bahkan melebihi harapan. Kotler (dalam Sunyoto, 2012:223) menjelaskan bahwa pengguna akan merasa tidak puas jika kinerja produk di bawah harapan mereka dan merasa sangat puas jika kinerja produk melebihi harapan mereka. Ketidakpuasan pengguna produk terjadi ketika kenyataan tidak sesuai dengan apa yang diharapkan.

Kotler (2012) menegaskan bahwa kepuasan berkaitan erat dengan kualitas produk atau jasa yang ditawarkan. Kualitas bisa saja diukur dari manfaat produk atau jasa yang digunakan. Suprananto (2006:2) menjelaskan bahwa tingkat kepuasan pelanggan sangat bergantung pada mutu suatu produk, dimana suatu produk bisa berupa barang atau jasa. Montgomery (dalam Supranto, 2006:2) menyatakan “quality is the extent to which products meet the requirements of people who use them”. Secara sederhana dapat dikatakan bahwa suatu produk bisa dikatakan bermutu jika produk tersebut dapat memenuhi kebutuhan pemakainya.

(52)

berkaitan dengan apakah produk tersebut benar-benar cocok atau sesuai dengan maksud desain. Mutu suatu produk mempengaruhi kepuasan pengguna produk. Mutu atau kualitas suatu produk menjadi hal yang penting dalam rangka menciptakan kepuasan pengguna produk.

Kualitas produk merupakan faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan pengguna produk. Ratnasari dan Aksa (2011:117) menyebutkan bahwa pelanggan akan merasa puas bila hasil evaluasi mereka menunjukkan bahwa produk yang digunakan berkualitas. Kualitas suatu produk bisa dievaluasi setelah seseorang menggunakan produk tertentu.

Berdasarkan beberapa pendapat mengenai faktor yang mempengaruhi tingkat kepuasan maka dapat disimpulkan bahwa kualitas produk menjadi faktor penting yang mempengaruhi kepuasan pengguna. Suatu produk dapat dikatakan berkualitas jika bermanfaat dan dapat memenuhi kebutuhan pengguna sehingga pengguna merasa harapannya terpenuhi. Ketika harapannya terpenuhi maka ia merasa puas.

c. Manfaat Tingkat Kepuasan

(53)

memberi respon negatif. Respon negatif dapat berupa mengembalikan produk, menghentikan pemakaian produk dan memberikan informasi negatif kepada orang lain terkait produk yang digunakannya.

Tjiptono (dalam Sunyoto, 2012: 224-225) menyebutkan tiga manfaat adanya kepuasan pengguna dan pelanggan. Manfaat pertama yaitu menciptakan hubungan yang harmonis antara perusahaan dengan pelanggan produk. Manfaat kedua yaitu mendorong terciptanya loyalitas pelanggan dan memberikan dasar yang baik bagi penggunaan ulang atau pembelian ulang. Manfaat ketiga yaitu membentuk rangkaian rekomendasi dari mulut ke mulut mengenai informasi positif produk sehingga menguntungkan perusahaan.

Penjelasan dari Ratnasari dan Aksa (2011) serta Tjiptono (2012) dapat diadopsi untuk konteks pendidikan. Kepuasan siswa dan guru sebagai pengguna alat peraga matematika berbasis metode Montessori akan berpengaruh pada pola perilaku selanjutnya. Siswa dan guru yang puas akan menggunakan alat peraga matematika berbasis metode Montessori kembali dan memberika informasi positif tentang alat peraga matematika berbasis metode Montessori kepada orang lain.

d. Pengukuran Tingkat Kepuasan

(54)

mengukur tingkat kepuasan pelanggan, yaitu: (1) sistem keluhan dan saran, (2)

ghost shopping (mystery shopping), (3) lost costumer analysis, dan (4) survei kepuasan pelaanggan.

Kotler (dalam Tjiptono, 2004: 148) menjelaskan bahwa sistem keluhan dan

saran merupakan metode yang memberikan kesempatan bagi pelanggan atau pemakai untuk memberikan keluhan, kritik dan saran. Beberapa hal yang dapat dilakukan misalnya menyediakan kotak saran, kartu komentar dan saran, menyediakan staf customer service, dan menyediakan nomor telepon (customer hot lines) yang bisa dihubungi. Dari komentar, keluhan dan kritik para pengguna bisa didapatkan ide–ide untuk meningkatkan kualitas dan pelayanan sehingga pengguna puas. Semua hal itu akan berdampak positif bagi keberlangsungan produsen atau penyedia layanan produk dan jasa. Contoh dari penerapan metode ini yaitu disediakannya kotak kritik dan saran di sekolah.

Kotler (dalam Tjiptono 2004: 148) menjelaskan bahwa ghost shopping ( mystery shopping) merupakan metode yang digunakan produsen untuk mengetahui kepuasan pengguna dengan berpura-pura menjadi konsumen. Bisa dilakukan dengan mempekerjakan beberapa orang (ghost shopper) untuk menjadi pengguna produk produsen dan produk pesaing. Mereka bertugas mengamati dan menilai temuannya mengenai kekuatan dan kelemahan produk perusahaannya sendiri dengan produk pesaing. Ada baiknya pihak–pihak tertentu seperti karyawan tidak mengetahui adanya agen ghost shopper ini untuk menghindari

(55)

Kotler (dalam Tjiptono 2004: 149) menjelaskan bahwa lost customer analysis

adalah metode ini dilakukan dengan cara menghubungi pelanggannya yang

“hilang”. Produsen berusaha mengetahui alasan mereka berhenti memakai dan

beralih produk. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan kepuasan pelanggan serta mengambil kebijakan selanjutnya. Contoh penerapan dari metode ini di bidang pendidikan yaitu penyedia layanan jasa pendidikan menghubungi pelanggannya yang berhenti memakai produk ataupun menggunakan jasa yang ditawarkan.

Survei kepuasan pelanggan merupakan metode yang sangat umum dipakai. Metode ini berawal dari adanya anggapan bahwa sistem keluhan dan saran tidak sepenuhnya bisa menggambarkan secara lengkap kepuasan dan kekecewaan pelanggan. Pelanggan merasa keluhan mereka tidak berarti, tidak akan mendapat respon atau bahkan mendapat penyelesaian. Kebanyakan pelanggan akan beralih ke produk lain daripada memberi saran atau mengajukan keluhan.

Kotler dan Susanto (2000:54) menjelaskan bahwa perusahaan yang responsif akan mengadakan survei berkala untuk mengukur kepuasan pelanggan. Survei dikemas dalam daftar pertanyaan yang bisa dikirimkan lewat pos, menanyakan secara langsung atau menelepon pelanggan. Hal ini dilakukan untuk mengetahui perasaan pelanggan terhadap kinerja perusahaan atau produsen.

Tjiptono (2004: 149) menjelaskan bahwa metode survei sebagai metode yang banyak digunakan untuk mengukur kepuasan pelanggan dapat dilakukan dengan empat cara sebagai berikut : (1) directly reported satisfaction, (2) derives dissatisfaction, (3) problem analysis, dan (4) importance performance ratings.

(56)

konsumen secara langsung melalui pertanyaan yang mengungkap seberapa puas terhadap pelayanan yang diterimanya. Jawaban dalam skala sangat tidak puas, tidak puas, netral, puas, sangat puas. Derives dissatisfaction dilakukan dengan memberi pertanyaan kepada responden sebagai pengguna mengenai seberapa besar harapannya dan seberapa besar kenyataan yang dialaminya terhadap suatu atribut tertentu. Problem analysis dilakukan dengan meminta responden meminta menuliskan masalah- masalah yang dihadapinya terkait atribut tertentu dan memberikan saran perbaikan. Importance performance ratings atau yang lebih dikenal sebagai Importance Performance Analysis (IPA) atau analisis tingkat kepentingan dan kinerja. IPA dikenalkan pertama kali oleh Martilla dan James pada tahun 1977 (Wardhani, 2006).

Importance Performance Analysis (IPA) merupakan teknik pengukuran yang meminta ressponden untuk merangking berbagai elemen (atribut) dari penawaran berdasarkan derajat pentingnya setiap elemen dan seberapa baik kinerja produsen atau penyedia layanan dalam masing-masing elemen itu (Tjiptono, 2004: 149). Wardhani (2006:45-48) menjelaskan bahwa dalam teknik IPA responden diminta untuk menilai tingkat kepentingan dan kinerja produk pada masing-masing atribut atau aspek produk. Metode IPA merupakan suatu kerangka yang digunakan untuk mengetahui kepuasan pengguna sebagai fungsi hubungan antara penilaian kepentingan produk (importance) dengan penilaian kinerja produk (performance).

(57)

peraga matematika berbasis metode Montessori belum banyak diproduksi sehingga jumlah pengguna produk masih terbatasn sehingga menggunakan seluruh populasi yang ada sebagai subjek penelitian.

e. Manfaat Pengukuran Tingkat Kepuasan

Beberapa manfaat pengukuran tingkat kepuasan menurut Supranto (2006:8) sebagai berikut: (1) mengetahui apakah proses pengembangan produk tersebut berjalan baik, (2) mengetahui waktu yang tepat untuk mengadakan perbaikan secara terus menerus, serta bagian mana yang harus diperbaiki untuk memuaskan pemakai produk terkait, dan (3) menentukan apakah perubahan yang diadakan mengarah pada perbaikan mutu. Mutu suatu produk dan jasa berkaitan erat dengan kepuasan pengguna produk tersebut. Maka dari itu pengukuran tingkat kepuasan bermanfaat bagi pengembangan suatu produk.

(58)

f. Karakteristik Produk yang Mempengaruhi Kepuasan

Kualitas produk merupakan keistimewaan produk yang dapat memenuhi keinginan pengguna sehingga dapat memberikan kepuasan. Kualitas suatu produk mencerminkan dimensi–dimensi produk yang dapat memberikan manfaat bagi penggunanya. Berikut akan dijelaskan dimensi kualitas produk menurut pendapat beberapa ahli yaitu dari Garvin, Juran dan Gryna.

Garvin (dalam Laksana, 2008: 89) menyebutkan ada delapan dimensi kualitas produk yaitu performansi (performance), keistimewaan tambahan (feature), kehandalan (realibility), daya tahan (durability), konfirmasi (conformance), estetika (aesthetics), kemampuan pelayanan (servis ability) dan kualitas yang dirasakan (perceived quality). Dimensi pertama adalah performansi (performance)

(59)

barang atau berapa lama produk tersebut dapat digunakan. Dimensi keenam serviceability, yaitu aspek yang berkaitan dengan kecepatan, kompetensi, kemudahan, mudah diperbaiki atau direparasi, penanganan keluhan yang memuaskan serta akurasi dalam memberikan pelayanan perbaikan barang. Dimensi ketujuh aesthetic, yaitu aspek yang berkaitan dengan karakteristik yang bersifat subyektif mengenai nilai-nilai estetika yang berhubungan dengan pertimbangan dan refleksi individual. Estetika merupakan daya tarik produk terhadap panca indera. Dimensi kedelapan aspek kualitas yang dirasakan (perceived quality) yaitu aspek yang bersifat subyektif dan berkaitan dengan perasaan pelanggan mengenai keberadaan suatu produk sebagai produk yang berkualitas.

Dimensi kualitas produk menurut Garvin dan Juran & Gryna (dalam Sethi, 2000:2) adalah estetika (aesthetic), performansi (performance), keawetan (life),

(60)

Tabel 2.1

Penggabungan Karakteristik Produk Lama-Baru dan Karakteristik Alat Peraga Montessori Auto-education1 Performansi (performance) 1 Estetika (aesthetics)2 Menarik2 Keistimewaan

tambahan(feature)3

Performansi (performance) 1

Bergradasi3 Kehandalan (realibility)6 Keawetan (life)6 Auto-corretion4 Daya tahan (durability)6 Kualitas pengerjaan

(workmanship)7 Kontekstual5 Konformasi (conformance)* Keamanan (safety)7

Estetika (aesthetics)2

Kemampuan pelayanan (servis ability)7

Kualitas yang dirasakan (perceived quality)7

Tabel 2.1 menunjukkan indikator tingkat kepuasan (kinerja dan kepentingan) terhadap penggunaan alat peraga matematika berbasis metode Montessori. Indikator tingkat kepuasan siswa dan guru berdasarkan penggabungan karakteristik alat peraga Montessori, karakteristik produk lama, dan karakteristik produk baru. Beberapa karakteristik memiliki kesamaan sehingga digabung. Penggabungan indikator dapat dilihat dari kode angka-angka yang sama pada setiap kolom. Kode 1 yaitu indikator performansi (performance) pada karakteristik produk menurut Garvin digabung dengan indikator performansi

(performance) menurut Sethi, serta auto-education. Performansi berkaitan dengan seberapa baik produk melakukan fungsinya. Auto-education adalah karakteristik alat peraga Montessori yaitu alat peraga dapat digunakan siswa untuk belajar tanpa banyak campur tangan orang lain (Montessori, 2002: 19). Auto-education

Gambar

Tabel 4.36    Penilaian Guru Terhadap Kepentingan Indikator Life ....................
Gambar 4.13    Diagram Kartesius Indikator Kontekstual Tingkat Kepuasan
Gambar 2.1 Papan Dakon Bilangan Bulat
Gambar 2.2 Pengaruh Harapan Terhadap Kepuasan
+7

Referensi

Dokumen terkait

(1) Untuk melakukan pemungutan retribusi pelayanan parkir di tepi jalan umum dengan mempergunakan metode pra bayar, Dinas dapat menggunakan jasa juru parkir

Keterkaitan ergonomi organisasi dengan motivasi kerja yaitu organisasi sebagai wadah bagi para pegawai melakukan aktivitas pekerjaan dapat menjadi pendorong atau penarik bagi

Sedangkan CAR di BPR BKK Ungaran awal merger minus 2,03 persen hal tersebut terjadi karena modal habis untuk menutup kerugian karena kredit macet dan kekurangan PPAP, tetapi

Simulasi sistem antar modem konfigurasi yang ditunjukkan pada jika dikondisikan pada kondisi ad hoc , jika node 1 akan menghubungi node 3 yang tidak dalam

Seperti telah diuraikan di atas, untuk membuat resistor dalam sistem elektronika- mikro, pada prakteknya kita dapat membuat “jendela” pada lapisan silikon dioksida yang

Konsep yang digunakan pada perancangan bangunan Sekolah Tinggi Bahasa Asing di Kabupaten Bandung Barat ini dengan menerapkan Arsitektur Tropis, yang bertujuan untuk

Hasil yang diperoleh dari faktor Risk Profile dari penilaian risiko kredit dengan menggunakan rasio NPL pada tahun 2011 Bank Mandiri berada pada kategori baik

Jadi dapat dikatakan bahwa pelanggan adalah seseorang yang secara kontinu dan berulang kali datang ke suatu tempat yang sama untuk memuaskan keinginannya dengan memiliki suatu