• Tidak ada hasil yang ditemukan

II TINJAUAN PUSTAKA

2.2. Hasil Penelitian Sebelumnya

Salah satu upaya untuk meningkatkan populasi domba dan meningkatkan pendapatan petani adalah dengan melakukan perbaikan terhadap sistem pengembangan usaha domba itu sendiri. Sistem pengembangan usaha ternak domba dapat dilaksanakan dengan pola kemitraan yang melibatkan berbagai pihak (Eliser 2000). Model pengembangan terbaik adalah dengan pemberdayaan petani, pemerintah daerah, LSM dan investor. Model kemitraan di Sumatera Utara yang diteliti oleh Eliser (2000) menggambarkan dua kondisi wilayah yang berbeda. Daerah yang diteliti yaitu daerah Kabupaten Langkat dan daerah tempat transmigran. Pada daerah Langkat pola kemitraan memberikan pengaruh positif kepada masyarakat dan mengalami peningkatan populasi sebesar 46 persen dari populasi awal. Sedangkan untuk daerah tansmigran pola kemitraan mengalami kegagalan yang faktor utamanya disebabkan oleh kurangnya koordinasi antara lembaga terkait.

Pengembangan dalam skala wilayah dan pola ekstensifikasi wilayah juga dapat diterapkan untuk mengembangkan usaha dan peningkatan populasi domba dengan memperhatikan daya dukung wilayah dan prioritas pengembangan wilayah (Riwantoro 2005). Adanya otonomi daerah mendorong setiap daerah untuk memberdayakan segala potensi daerahnya dengan baik dalam rangka meningkatkan kesejahteraan ekonomi masyarakat.

Usaha ternak merupakan usaha yang memiliki potensi yang dapat dikembangkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi peternak. Kontribusi usaha ternak domba terhadap keluarga petani investasi yang dapat diuangkan oleh petani. Misalnya kontribusi ternak domba terhadap petani di Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut. Penelitian Rahmat (2008) di lokasi tersebut menunjukkan

bahwasanya kontribusi pendapatan masyarakat dari beternak domba yaitu Rp 3.155.469,00/tahun untuk 12 orang peternak skala I (dengan kepemilikan rata- rata ternak 9,04 Setara Domba Dewasa), Rp 3.618.378,00 per tahun untuk 22 orang peternak skala II (dengan kepemilikan rata-rata ternak 13,42 Setara Domba Dewasa) dan Rp 8.078.140,00 per tahun untuk lima orang peternak pada skala III (dengan kepemilikan rata-rata ternak 35,40 Setara Domba Dewasa). Kontribusi ini akan semakain meningkat apabila skala usaha peternak domba semakin besar. Hal ini dibuktikan dengan penghitungan kontribusi pendapatan keluarga peternak yaitu kontribusi sebesar 6,33 persen pada skala I, kontribusi sebesar 11,35 persen pada skala II dan 27,54 persen untuk skala ke III.

Daerah Bogor merupakan daerah yang sesuai untuk mengembangkan potensi sumberdaya perternakan karena selain memegang peranan penting dalam perekonomian pedesaan Bogor, ketersediaan sumberdaya ternak juga sangat mendukung dalam kegiatan produksi. Hal ini didukung oleh penelitian yang dilakukan Yulida pada 2008 yang meneliti tentang Potensi sumberdaya peternakan di Kecamatan Ciampea Kabupaten Bogor untuk pengembangan ternak domba. Peneliti menggambarkan bahwa sumberdaya yang tersedia masih mendukung dalam pembangunan ternak domba di Kecamatan Ciampea antara yang lain sumberdaya alam, manusia,modal dan kelembagaan peternakan. Jumlah ternak yang saat ini mencapai 422 ekor, dengan melihat jumlah sumberdaya pakan ternak yang masih surplus di Kecamatan Ciampea diperkirakan masih dapat dilakukan penambahan ternak hingga mencapai 102 ekor.

Oktavianty (2010) melakukan penelitian mengenai analisis kelayakan unit usaha pembibitan domba ekor tipis di Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Kabupaten Bogor. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa secara aspek finansial dan aspek non-finansial usaha yang dijalankan Peternakan Domba Tawakkal layak. Secara Finansial usaha pembibitan domba ekor tipis memenuhi kriteria kelayakan finansial yaitu dengan NPV sebesar Rp 222.367.054,39 ; Net B/C sebesar 1,71; IRR sebesar 19,31 dan

Payback Period sebesar 5,94 (5 tahun 11 bulan 9 hari). Untuk Break Even Point

jantan yaitu sebesar 1.003 ekor dan untuk betina sebesaar 523 ekor sedangkan penjualan aktual hingga saat ini sudah mencapai 1.718 ekor untuk domba jantan

dan 733 ekor untuk domba betina. Harga Pokok produksi yaitu sebesar Rp 508.703,14 untuk jantan muda dan dijual sebesar Rp 650.000 sehingga mendapatkan marjin sebesar Rp 141.296,86. Domba dara yang dihasilkan mempunyai harga pokok produksi sebesar Rp 447.731,28 dengan harga jual sebesar Rp 500.000,00 dan mendapatkan marjin sebesar Rp 52.268,72. Kondisi ini sangat dipengaruhi oleh setiap aspek finansial dan non-finansial yang mendukung kegiatan operasional.

Penelitian Fitriani (2010) tentang strategi bisnis pada peternakan domba Peternakan Domba Tawakkal Desa Cimande Hilir Kecamatan Caringin Bogor menyebutkan bahwa produk yang paling prospektif untuk dikembangkan yaitu domba ekor tipis (domba lokal) karena memiliki nilai ekonomis, peluang pasar, permintaan dan kuantitas produksi merupakan faktor-faktor yang mendukung kegiatan usaha. Pada penelitian juga disebutkan bahwa kualitas domba yang dihasilkan adalah kuatitas yang berperforma bagus dan berkualitas. Ini merupakan kekuatan utama dari Peternakan Domba Tawakkal dibandingkan dengan peternakan lain sehingga permintaan untuk domba terusa meningkat dan didukung oleh pertumbuhan penduduk yang menjadikannya sebagai peluang utama.

Kurangnya promosi produk membuat Peternakan Domba Tawakkal kurang dikenal di masyarakat dan menjadikannya sebagai kelemahan utama. Dengan pemanfaatan media sebagai tempat member dan mendapatkan informasi akan menjadikan Peternakan Domba Tawakkal semakin dikenal masyarakat seperti yang dilakukan oleh pesaing dari perusahaan sejenis yang dijadikan sebagai ancaman utama. Peneliti menggunakan analisis Qualitative Strategic Planning yang menyebutkan bahwa Membangun dan memperkuat jaringan usaha dengan lembaga kurban dan aqiqah merupakan prioritas utama karena nilai Total Attractiveness Score (TAS) merupakan nilai tertinggi yaitu 6,7736 dibandingkan dengan prioritas strategi lain. Berbagai alternativ strategi ditawarkan oleh peneliti kepada Peternakan Domba Tawakkal yang antara lain yaitu meningkatkan penjualan, memperbaiki perencanaan perusahaan, memanfaatkan teknologi informasi, membangun dan memperkuat jaringan usaha, meningkatkan citra produk dan promosi secara agresif dengan pemahaman positif tentang manfaat produk.

Andajani (2006) melakukan penelitian tentang hubungan karakteristik peternakan domba dengan tingkat partisipasinya dalam pengembangan agribisnis peternakan di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Dalam penelitian yang dilaksanakan, populasi yang diambil adalah peternak yang berada di empat daerah di sekitar Bogor yaitu : Kecamatan Cigudeg, Mega Mendung, Caringin dan Cairu. Seluruh peternakan yang dijadikan populasi merupakan peternak yang menerima Bantuan Pinjaman Langsung Masyarakat (BPLM) yang diberikan oleh pemerintah untuk menunjang program pengembangan agribisnis komoditi domba. Partisipasi peternak pada penelitian ini termasuk tinggi karena mencapai 32 persen. Partisipasi yang peternak berikan yaitu kontribusi pada tenaga kerja dan partisipasi lainnya yang bersifat fisik. Dalam kegiatan non-fisik seperti perencanaan usaha, pengawasan kegiatan dan pengawasan kegiatan pengembalian pinjaman partisispasi responden masih dikatakan rendah. Hal ini disebabkan karena para responden merasa tidak dilibatkan dalam kegiatan perencanaan dan penggunaan biaya belanja dari dana BPLM. Kemudahan akses terhadap modal juga akan meningkatkan partisipasi peternak dalam melaksanakan kegiatan. Dibuktikan dengan penghitungan koefisien regresi sebesar 0,75 persen untuk akses modal yang merupakan faktor yang berpengaruh nyata bagi partisipasi peternak.

Penelitian terdahulu yang dikaji memiliki manfaat yang dapat diambil antara lain adalah penggunaan metode, lokasi penelitian yang digunakan oleh peneliti sebelumnya. Adapun penelitian ini memiliki persamaan dan perbedaan dengan penelitian terdahulu. Persamaan penelitian ini dengan penelititan terdahulu adalah objek penelitian yang sama yaitu domba yang diteliti oleh Eliser (2000), Riwantoro (2005), Andajani (2006), Rahmat (2008), Yulida (2008), Fitriani (2010) dan Oktavianty (2010). Selain itu, persamaan lain dengan penelitian terdahulu adalah metode yang digunakan serta analisis kelayakan usaha yaitu NPV (Net Present Value), Net B-C Ratio, IRR ( Internal Rate of Return), Payback Period

Dokumen terkait