• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Penelitian Tiap Subyek

Dalam dokumen KONSEP DIRI ANAK LAKI-LAKI PERTAMA JAWA (Halaman 66-165)

BAB IV. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

C. Hasil Penelitian

2. Hasil Penelitian Tiap Subyek

- Dimensi Internal

Dalam wawancara, subyek memberikan penggambaran yang positif mengenai dirinya. Ia menggambarkan dirinya sebagai seorang yang mempunyai keahlian yang bisa dikembangkan, tidak suka jika mengalami situasi terkekang, dan ia juga memiliki banyak keinginan.

Aku itu cenderung lebih seneng sendiri, banyak berkhayal. Aku itu tidak suka terkekang, bebas, banyak keinginan yang macam-macam. Aku juga seneng ngutak-atik mesin, mekanik, aku bisa. (w1.di.37)

Selain penggambaran diri, subyek juga memiliki penilaian yang baik mengenai keahliannya, terutama keahlian dalam bidang mekanika

Ya kendaraanlah, seneng aja, nggak tahu. Memperbaiki kendaraan yang sudah jelek, terus dirakit jadi bagus, bisa dijual.

(w1.dpn.80)

Standar diri subyek juga baik mengenai lingkungan tempat hidupnya. Ia akan memilih lingkungan mana yang baik ia masuki atau sebaiknya ia hindari, akan tetapi ia akan tetap menjalin hubungan dengan lingkungan yang kurang sesuai dengannnya.

Misalnya, kita mau masuk suatu lingkungan, kita belajar akrab, tapi kita lihat sisi negatifnya, sisi positifnya juga. Kalau lebih banyak negatifnya ya nggak ikut, tapi tetep menjalin hubunganlah. (w1.dpn.41)

Subyek berperilaku tidak macam-macam di lingkungan tempat ia tinggal, agar ia terhindar dari masalah. Karena dengan adanya masalah ia akan merasa terkekang, yang bertentangan dengan kepribadiannya.

Ya ngapik-apikilah, kita sendiri tinggal di kampung itu kan pendatang, jadi jangan macam-macamlah. Kita di situ hidup numpang, cuma ngekos, jadi nggak buat yang neko-neko di situ. (w1.dpl.54)

Perilaku tidak neko-neko yang dimaksud subyek ialah ia berperilaku sesuai dengan kewajaran yang ada di masyarakat.

Ya lingkungan, selumrahnya saja. Aku pengen dipandang baik di masyarakat. Kalau untuk perilaku dengan orang yang lebih tua ya menghormati, kalau sama sesama umur ya apa adanya. (w1.dpl.74)

Subdimensi diri identitas subyek bernilai positif dimana ia dapat menggambarkan diri dengan baik. Kebanggaan subyek terhadap dirinya rendah, akan tetapi ia menilai baik keahlian dan standar dirinya, hal ini menandakan bahwa subdimensi diri penilaian sebagian besar cenderung positif. Subdimesi diri pelaku juga positif yang ditandai adanya kesesuaian perilaku dengan kepribadian subyek, dan perilaku tersebut dinilai baik.

- Dimensi Eksternal

Dari hasil wawancara, subyek mengungkapkan bahwa ia memiliki kesehatan tubuh yang baik, menerima keadaan fisiknya, dan menganggap bahwa ia berpenampilan secara wajar di depan umum.

Ya aku kurus, tapi diterimalah, yang penting sehat. Aku berpenampilan, pake baju ya sewajarnya aja lah. (w1.df.85)

Subyek tidak merasa memiliki gangguan motorik, yang berarti motoriknya dapat bergerak normal tanpa adanya hambatan.

Kalau motorik nggak ada masalah. (w1.df.88)

Perilaku subyek disesuaikan dengan nilai etika di masyarakat. Hal ini ia wujudkan dengan berbincang-bincang dengan tetangga sekitar, atau hanya dengan sekedar menyapa.

Tetangga sih ya tetep ajalah, nyapa, sama orang-orang kampung ngobrol. Kalau aktif sih nggak, tapi tetep njaga hubungan baik, ya dengan nyapa itu paling gampang. (w1.de.51)

Ketika subyek berbincang atau menyapa tetangga sekitar, ia menjaga kesopanan tutur kata dan tingkah lakunya sebagai wujud dari penghayatan nilai etika dan moral.

Ya cuma ngobrol-ngobrol biasa aja. Ya aku menjaga bahasa, menghormatilah. Ya kalau bisa pakai bahasa krama, tapi kalau nggak tahu ya yang penting sopan. (w1.de.71)

Mengenai perbedaan diri subyek dari orang lain, ia tidak mempermasalahkan hal tersebut.

Ya tiap orang beda-beda, ya yang terbaik buat mereka, ya terserah. Mungkin kalau ada yang nggak mandiri ya diajak mencoba saja. (w1.dps.93)

Sebagai seorang pribadi yang adekuat, subyek telah memiliki kesesuaian kepribadian dengan yang dicita-citakan, yaitu menjadi pribadi yang tidak menyusahkan orang lain.

Aku itu beda karena aku berpegang pada bagaimana caranya kita nggak membawa susah. Jadi aku orang mandiri, dan juga bebas. (w1.dps.90)

Persepsi yang dimiliki subyek baik mengenai keluarganya. Ia menganggap keluarga yang dimilikinya adalah keluarga yang harmonis dan memiliki hubungan yang dekat (akrab).

Keluargaku bisa dibilang harmonis, tapi tetep aja kadang ya namanya keluarga ada masalah. Ibuku sering cerita, saling ngertilah kelemahanne. (w1.dk.8)

Di dalam keluarga, subyek menjadi orang yang dianut dan ia mempunyai andil penting dalam memberi masukan serta keputusan.

Kalau adik-adikku ya tak bilangi, tak omong-omongi, tapi tetep kemauan mereka apa, jadinya aku memberi masukan. (w1.dk.26)

Adikku kudu manut, nek ora manut, aku nesu-nesu. Adik-adikku biasane nompo, kalau Adik-adikku yang cewek sih masih bisa imbanglah. Maksudnya ya manut, pelan-pelan mau mencoba. Misal, masalah sekolah, dia mau tak arahke. Jadi yang dipertimbangkan keputusanku sama keputusan orangtua juga. (w1.dk.32)

Mengenai teman-temannya, subyek mengungkapkan bahwa ia mampu menerima keadaan teman, dan ia juga diterima dengan baik oleh teman-temannya yang lain. Selain itu, mereka juga saling memberi bantuan.

Baik, ya menerima apa adanya. Mereka menerima keadaanku, nggak pernah ada masalah yang menghambat pertemanan. Sama temen saling mendukung, misal temen-temenku yang di seminari tetep kontak, terus saling membantu cari pekerjaan. (w1.dk.46)

Di masyarakat, subyek menyesuaikan dengan keadaan lingkungan hal ini ia lakukan sebagai upaya untuk memberikan & menjaga citra baiknya.

Ya aku menyesuaikan, bagaimana caranya biar aku bisa punya hubungan baik dengan lingkungan (w1.ds.40)

Nggak enak ajalah, kan nggak diajak, nggak diundang, sungkan. Ya bukan anggota, terus visi-misi beda dengan mereka. Takutnya nanti kalau kita masuk malah kacau, beda kemauan. Maksud mereka begini, maksud anak-anak beda sama mereka, jadi bentrok. (w1.ds.61)

Isin aku jarang nang kos, kok ujug-ujug melu, njuk ngatur-ngatur. Pemuda-pemuda di sana tu jarang-jarang, jadi kebanyakan yang tua-tua. Kumpulan-kumpulannya itu untuk seusia anak kos itu jaranglah, kebanyakan sudah berkeluarga. (w1.ds.67)

Subyek menilai baik mengenai ketrampilannya yaitu ia merasa bahwa dirinya memiliki ketrampilan yang beragam.

Aku sih hobi ngutak-atik kendaraan, olah raga juga bisa. Olah raganya renang, mancing, kalau mancing kan nyari ketenangan.” (w1.da.77)

Dari ketrampilan yang ia miliki, subyek mendapat manfaat yaitu ia dapat menambah ilmu.

Ya ikut magang di bengkel tujuannya nambah ilmu, bukan uang. (w1.da.81)

Prestasi akedemis subyek baik yang ditandai dengan tidak banyak mengulangi mata kuliah.

Akademis lumayan, ya cukuplah, nggak banyak ngulang kalau kuliah (w1.da.83)

Subyek memiliki subdimensi diri fisik yang positif dimana ia merasa tubuhnya sehat, berpenampilan baik, dan gerakan motoriknya normal. Subdimensi diri etik-moral yang positif ditandai oleh adanya penyesuaian perilaku, penghayatan nilai etika dan moral masyarakat. Perbedaannya dengan orang lain

tidak menjadi masalah dan ia merasa memiliki pribadi adekuat yang menunjukkan subdimensi diri personal positif. Subdimensi diri keluarga juga bernilai positif hal ini tampak dari persepsi subyek yang baik, ia nyaman, dan menjadi bagian penting dari keluarga serta teman-temannya. Walaupun subyek kurang merasa menjadi bagian masyarakat, tetapi ia mampu menyesuaikan diri dengan keadaan lingkungan dan menjaga citra baiknya sebagai wujud dari subdimensi diri sosial yang positif. Diri akademi / kerja memiliki nilai positif dimana subyek menilai baik, dan mendapat manfaat dari ketrampilan, serta memiliki prestasi akedemis yang baik walaupun kemampuannya kurang menonjol.

Pada dimensi internal, subdimensi diri identitas dan diri pelaku seluruhnya bernilai positif. Subdimensi diri penilaian juga bernilai positif, meskipun terdapat kebanggaan terhadap diri yang bernilai negatif. Dimensi eksternal subyek seluruhnya bernilai positif pada subdimensi diri fisik, etik-moral, diri personal, dan diri keluarga. Perasaan subyek menjadi bagian masyarakat bernilai negatif pada subdimensi diri sosial, dan subdimensi diri akademi / kerja bernilai negatif pula pada bagian kemampuan akademik.

b. Subyek 2

- Dimensi Internal

Dari proses wawancara didapat label / simbol yang digunakan subyek untuk menggambarkan dirinya sebagai orang yang senang bergaul, humoris dan baik hati.

Aku aku ki yo orange baik hati, sombong ora, mung sok sithik takabur hahaha. Senang bergaul, tidak pernah membatasi pergaulan meskipun itu preman, wong mlarat, wong sugih, kabeh nek iso dirangkul. (w2.di.36)

Selain itu, subyek juga memiliki keahlian yang bisa dikembangkan, yang tampak dari ungkapannya mengenai usahanya untuk mengembangkan ketrampilan.

Mbuh ki, maksimal po durung yo ketrampilanku belum sepenuhnya muncul. Belum maksimal ketoke. Yo masih kurang, masih perlu diasah. Tapi sejauh ini, ya ini yang bisa ku usahakan. (w2.di.167)

Kebanggan subyek terhadap dirinya muncul karena ia merasa berbeda dari orang lain dimana orang lain tidak memiliki kemampuan yang menyamai dirinya. Di samping itu, subyek juga memiliki potensi yang paling baik dalam bidang seni musik.

Misalnya, kemampuan ndhemung, main gamelan kan nggak semua orang iso. Sik iso madani aku yo ora ono. Whe, tenan lho kui. Ada suatu kemampuan sik aku iso, orang lain nggak iso, gitu lo terus e sebagai, kata teman-teman sih saya bisa dijadikan ice breaker. Sebagai pemecah suasana misale kalau ada acara ada makrab yang ngisi nyanyi-nyanyi, walaupun fals, ya seperti itu buat humor-humor, dengan perilaku-perilaku tertentu, supaya bisa membuat mereka tertawa. (w2.dpn.75)

Penekanan kebanggaannya terhadap kemampuan yang dimiliki tampak dari kalimat yang dilontarkan.

Ya punya, ya kemampuanku ada juga yang punya, tapi ya gimana ya ya mereka punya, tapi yang lebih sering itu aku (w2.dpn.82)

Standar yang baik bagi diri subyek terdapat dalam penampilannya sehari-hari yang selalu rapih.

Rapi ki yo, kalau disawang tu ada estetika keindahannya. Ya enak dilihat, cocok, sopan. (w2.dpn.126)

Hal ini menandakan bahwa subyek berperilaku sesuai prinsip hidupnya yaitu ia tidak ikut arus.

Aku ki rapi, we mesti rapi, klimis, rambut rapi. Bisa dibilang aku tu nggak pernah ngikuti mode. Nek cah-cah do nganggo katok mepet-mepet, aku pake celananya celana kain, terus pake sepatu kulit, terus pake baju yang bukan kaya yang dipake anak-anak muda sekarang itu. (w2.dpl.118)

Selain sesuai dengan prinsip hidup, perilaku subyek juga sesuai dengan kewajaran yang ada di masyarakat.

Iyo, tindakan ngono kui ki wajar, nek ketemu aruh-aruh jenenge wong yo kudu ngono. (w2.dpl.59)

Label / symbol penggambaran diri yang digunakan subyek seluruhnya baik, hal ini menandakan subdimensi diri identitas yang positif. Subyek mampu mengetahui potensi terbaik, dan memiliki standar diri yang baik, hal ini mengindikasikan subdimensi diri penilaian positif. Perasaan bangga subyek yang berlebih terhadap kemampuannya semakin menegaskan bahwa ia memiliki penilaian positif terhadap dirinya. Perilaku subyek sesuai dengan prinsip hidupnya dan memiliki nilai positif, dimana hal ini menandakan positifnya subdimensi diri pelaku.

- Dimensi Eksternal

Mengenai keadaan fisiknya, subyek merasa bahwa cacat yang dimilikinya tidak menjadi beban karena ada dukungan dari lingkungan sekitarnya.

Rasane pie yo? e itu seperti nggak pernah merasa abot beban karena itu ada dorongan dari keluarga, ya nggak mempermasalahkan hal itu. Terus ketika aku sekolah, ketika aku kuliah sampai sekarang tidak ada yang pernah mempermasalahkan hal itu, jadi bukan suatu beban nggo aku. (w2.df.96)

Kesehatan subyek baik dan ia memiliki gerakan motorik yang baik pula.

Fisik sehat, jarang sakit, nek sakit paling mung masuk angin. Arang loro, nek sampai masuk Rumah Sakit itu belum pernah. (w2.df.114)

Ya gerak lincah, nggak ada yang ya biasa, normal . (w2.df.128)

Subyek juga berpenampilan sesuai dengan kepribadiannya yang tidak mengikuti arus, hal ini tampak dari rasa nyaman subyek ketika mengenakan pakaiannya.

Karena nyaman aja, dan ya nyaman wae dengan pakaian seperti itu, mesti rapi, nggak harus baju berkerah, tapi ora sik suwek-suwek. (w2.df.123)

Perilaku wajar subyek diwujudkan dengan menghayati nilai etika dan moral yaitu subyek menjaga kesopanan tutur kata dan tingkah lakunya dengan kesadaran pribadi.

Kalau dengan tetangga ya nek ketemu biasa, ngobrol, cuma saya harus menjaga ucapan, menjaga perasaane de e. Mungkin nek boso jowo yo kromo, penak dirasake. Kalau sama orang lain ya nggak serius-serius banget, ada bercanda-bercandanya juga ada, tapi kan harus ingat perasaan orang jangan nglantur nek karo wong tuwo, nanti kan malah sakit hati.” (w2.de.146)

Umur, jabatan, jabatan itu juga pengaruh kalau mungkin dia sebagai ketua RT, lain ngomong sama hansip. Cara ngomong dan bersikap itu lain. Terus, kalau status ekonomi nggak, walaupun entah kaya atau miskin kalau umurnya tua harus ada tata krama. (w2.de.154)

Perilaku yang sesuai dengan nilai etika di masyarakat tersebut tampak mendapat penegasan dari subyek.

Kenapa yo? Mungkin dari pengaruh-pengaruh keluarga mungkin ya. Nek ketemu wong kon nyapa. Sok-sok ketemu, kenal, meneng wae, dikiro ora sopan. Ya keluarga, mungkin juga budaya, budaya Jawa dan orang-orang lain juga melakukan hal yang seperti itu juga. (w2.de.61)

Perbedaan dirinya dengan orang lain tidak menjadi suatu masalah karena subyek menghargai hal tersebut.

Ya, biasa wae, perbedaan itu ya, dengan perbedaan kan saling melengkapi. Aku seneng dengan keunikanku itu, bersyukur. (w2.dps.132)

Keluarga subyek harmonis dan akrab dimana tampak ada kedekatan dan keterbukaan di antara anggota keluarganya.

Keluargaku keluarga yang bahagia, harmonis, walaupun kadang kala namanya keluarga pasti ada permasalahan. Tapi bagaimana permasalahan itu kita bisa mengatasinya, jangan sampai keluarga itu sampai terpecah. Biasanya kalau ada masalah keluarga kami itu kumpul, ngomong apa yang jadi masalah diomongkan. (w2.dk.27)

Dalam mengambil keputusan di keluarga, subyek menggantikan fungsi orangtua yang tidak ada dimana ia yang paling berperan dalam membuat keputusan dan ia menjadi panutan anggota keluarga yang lain.

Yang ngambil keputusan dulu sering bapak, tapi karena bapak sudah nggak ada, ya saya sebagai pengganti kepala keluarga. Biasanya mereka juga setuju sama pendapatku. (w2.dk.32)

Hubungan subyek dengan teman terjalin baik yang ditandai dengan saling memberi bantuan dan ia mampu diterima dan menerima keadaan temannya.

Sahabat ada, kalau sama sahabat itu seneng dibagi, ketika sedih juga ngomong. Misale aku ada sedikit rejeki, terus yo maem-maem. Ketika sedih misal temenku baru dapet bencana, kaya kemarin ibunya sahabat saya itu meninggal. Saya sebagai sahabat memberi penghiburan sama dia, ben de e ora sedih, ngajak cerita, ya biasa aja. (w2.dk.138)

Apa ya? Mungkin e sikapku yang e humoris. Yang pertama mereka bisa nerima aku, aku juga iso nerima mereka. (w2.dk.143)

Di lingkungan msayarakat, subyek dihormati karena keahliannya dan karena ia mau berbaur. Hal ini mengindikasikan bahwa ia mampu masuk, berperan dan diterima oleh masyarakat. Selain itu, karena kemampuannya ia menjadi disukai oleh masyarakat.

Nggak pernah bermasalah sampai selama ini, mereka bersikap baik sama saya. Kalau pemuda-pemudi ya bisa gabung, jadi pengurus kumpulan, ikut jadi panitia acara kampung. Mereka tu seneng kalau saya datang, soalnya suasana jadi gayeng, rame. (w2.ds.160)

Selain itu, subyek juga tampak mendapat penilaian yang baik dari orang lain.

Yo kapan to aku sombong to? Mung sok takabur, hehe tidak sombong itu juga kan yang menilai teman-teman saya. Misal ketika mereka di sana bercerita, aku ki gelem aruh-aruh. (w2.ds.54)

Itu yang menilai kan bukan saya, tapi orang lain menilai saya yo seneng nulungi kancane. (w2.ds.46)

Dari ungakapan subyek, tampak ia menilai bahwa dirinya memiliki beragam ketrampilan.

Weh, kemampuanku banyak dong aku kan trampil main gamelan, macem-macem. (w2.da.71)

Subyek menganggap bahwa IP yang dimilikinya sudah sesuai untuk dirinya dimana hal ini menandakan bahwa prestasi akademiknya baik. Selain itu, ia juga banyak membantu kegiatan di fakultasnya.

Pas-pasanlah IP 3,0 ki lhak yo pas-pasan. Elek yo ora, apik yo ora, yo pas lah nggo aku. Kalau di kampus ya paling aku ikut bantu-bantu di fakultas, kaya kemarin ada akreditasi, atau asisten dosen. (w2.da.164)

Subdimensi diri fisik subyek bernilai positif ditandai dengan kesehatan yang baik, dan tidak ada hambatan dalam gerakan tubuhnya. Subyek juga berpenampilan sesuai kepribadian dan cacat fisik yang dimiliki tidak menjadi hambatan. Ia mampu menghayati serta berperilaku sesuai nilai etika moral masyarakat yang menunjukkan subdimensi diri etik-moral bernilai positif. Subdimensi diri personal positif ditunjukkan oleh rasa tidak terganggu terhadap perbedaan diri dengan orang lain karena ia menghargai hal tersebut. Di tengah keluarga, subyek nyaman dan menjadi bagian terpenting, serta ia menjalin hubungan baik dan dekat dengan teman-teman yang menandakan positifnya subdimensi diri keluarga. Subdimensi diri sosial termasuk positif dapat dilihat dari kemampuannya untuk menjadi bagian dan mendapat citra baik dari masyarakat. Subyek menilai ia memiliki beragam ketrampilan dan prestasi akademik yang baik, hal ini menunjukkan positifnya subdimensi diri akademi / kerja meskipun terdapat kelemahan kemampuan akademik.

Dimensi internal subyek memiliki subdimensi diri identitas, diri penilaian, dan diri pelaku yang seluruhnya positif. Ditemukan indikasi yang bernilai terlalu positif dalam subdimensi diri penilaian pada bagian kebanggaan terhadap diri. Sedangkan hasil interpretasi pada dimensi eksternal seluruhnya juga bernilai positif pada subdimensi diri fisik, diri etik-moral, diri keluarga, dan diri sosial. Subdimensi diri personal bernilai

negatif pada bagian kesesuaian pribadi dengan yang dicita-citakan, serta subdimensi diri akademik / kerja juga negatif pada kemampuan bidang akademik.

c. Subyek 3

- Dimensi Internal

Dari wawancara didapatkan bahwa subyek memberikan gambaran dirinya sebagai orang yang pintar, mau belajar, tertantang untuk tahu dan penolong.

Nek aku mungkin pintar, ha ! Maksude aku sebenarnya mau belajar dan merasa tertantang untuk belajar, jadinya iki nek misale ono sesuatu aku mau belajar dan tertantang untuk tahu. Yang kedua, aku kadang nggak tega ketika melihat orang lain lebih menderita, makane aku kalau bisa membantu, aku pasti membantu. (w3.di.130)

Subyek memiliki prinsip hidup yang kuat dan hal inilah yang membuatnya berbeda dengan orang lain, sehingga menimbulkan kebanggan bagi dirinya.

Ya gini, mungkin aku dengan prinsipku itu, aku jadi berbeda dengan orang lain. Nggak ikut jadi ngawur. (w3.dpn.127)

Sesuai dengan prisnsip hidupnya, subyek mempunyai standar tersendiri dalam memegang nilai moral

Standarku jelas mementingkan kebenaran. Kedua, berpihak pada yang lebih lemah. (w3.dpn.108)

Subyek juga memiliki keunggulan dalam kemampuan dalam memahami sesuatu, dimana hal ini menunjukkan kemampuannya membandingkan potensi dalam diri dan juga menunjukkan kemampuannya dalam bidang akademik.

Yo gara-gara seneng, pengen tahu dan tertantang untuk tahu itu, jadinya buku le menurutku menarik yo kui tak baca, aku jadi banyak ilmu. Terus aku tidak merasa kesulitan mengikuti suatu ilmu. (w3.dpn.145)

Perilaku subyek ia nilai secara pribadi telah sesuai prinsip hidup dan sesuai dengan kewajaran di masyarakat

Nilai-nilai akeh, tapi ketika aku menerapkan prinsipku, aku dewe lebih baik mempunyai suatu patokan tertentu yang buat aku sendiri bisa melakukan. Ya aku melakukan yang wajar-wajar saja di masyarakat, patute pie (w3.dpl.104)

Gambaran diri subyek seluruhnya positif yang mengindikasikan positifnya subdimensi diri identitas. subdimensi diri penilaian positif tampak dari kebanggaan subyek terhadap diri, ia mempunyai standar moral yang baik, dan mampu mengetahui keunggulan dirinya. Perilaku subyek yang sesuai prinsip hidup dan kewajaran di masyarakat menunjukkan subdimensi diri pelaku yang juga bernilai positif.

- Dimensi Eksternal

Subyek menerima keadaan fisiknya dan ia tidak mempermasalahkan penampilannya yang menandakan bahwa ia telah berpenampilan sesuai dengan kepribadiannya.

Yo aku menerima keadaan fisikku kaya ngene, terus ya tidak berniat untuk merubah dengan operasi plastik dan macam-macam, haha soale aku ngerasa ngene, bule-bule pun pengen kulite kaya aku. Nek seumpama aku nang Amerika kan kaya seko Amerika Latin, haha... tidak terlalu mempermasalahkan penampilanku. (w3.df.163)

Keadaan fisik subyek sehat dan ia juga tidak memiliki masalah motorik.

Sehat, mung rada pegel, tapi bisa dibilang nggak ada masalah. (w3.df.168)

Motorik sehat, paling ora yo normal. Ora ono masalah. (w3.df.173)

Perilaku subyek sesuai dengan nilai etika di masyarakat dan penghayatannya terhadap nilai etika dan moral diwujudkan dengan menjaga kesopanan tutur kata dan tingkah laku.

Pertamane yo njogo omongan nek karo sing luwih tuwo, tapi yo setelah akrab jadi iso cedak. Nek dulu yo mungkin rikuh gara-gara yo dulu aku takutnya usia itu, tapi setelah aku metu yo mereka menganggap aku wis ora anak-anak meneh, wis dewasa untuk berperan di masyarakat. (w3.de.95)

Dari hasil wawancara, tampak bahwa pribadi subyek sudah sesuai dengan prinsip hidup, yang menunjukkan bahwa pribadi subyek sesuai dengan pribadi yang dicita-citakan.

Nah, di situ itu permenungan aku selama sampai sekarang aku cuma merenungkan sebenere apa yang mau tak cari, anane

Dalam dokumen KONSEP DIRI ANAK LAKI-LAKI PERTAMA JAWA (Halaman 66-165)

Dokumen terkait