• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Formulasi Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang

4.5.1 Hasil Pengolahan Data dengan AHP secara Horizontal

Pengolahan horizontal dengan menggunakan metode AHP dimaksudkan untuk menyusun prioritas elemen keputusan setiap tingkat hirarki keputusan. Pengolahan horizontal dibagi atas tiga bagian, yaitu pengolahan horizontal tingkat tiga mengenai aktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis, pengolahan horizontal tingkat empat mengenai tujuan yang ingin dicapai, dan pengolahan horizontal tingkat lima mengenai alternatif strategi pengembangan yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Banjarnegara.

a. Hasil Pengolahan pada Level Aktor

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode AHP diketahui bahwa pemerintah pusat dan daerah dengan bobot 0,415 merupakan aktor yang paling berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Pemerintah pusat dan daerah berperan dalam melakukan sosialisasi, koordinasi, pengawasan berbagai kebijakan pemerintah yang dilaksanakan sebagai upaya untuk mencapai pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Selanjutnya aktor kedua yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah adalah lembaga penelitian dengan bobot sebesar 0,245. Peran lembaga penelitian dalam mendukung pelaksanaan kebijakan pemerintah dalam hal penelitian dan pengembangan produk agribisnis yang memiliki keunggulan bersaing bagi

produk-produk agribisnis dalam memasuki era pasar bebas. Petani dengan bobot 0,125 adalah aktor ketiga yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Kebijakan pemerintah yang diharapkan petani sebagai pelaku utama dalam usahatani merupakan kebijakan yang mendukung dalam meningkatkan kesejahteraan petani. Lembaga keuangan dengan bobot 0,115 dan pengusaha dengan bobot sebesar 0,098, masing-masing adalah aktor keempat dan kelima yang berpengaruh terhadap kebijakan pemerintah. Lembaga keuangan memiliki peran yang sangat penting dalam hal permodalan usahatani, sedangkan pengusaha berperan memasarkan produk hasil pertanian. Pada Tabel 17 dapat dilihat secara lengkap bobot setiap aktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Tabel 17 Bobot Elemen Aktor yang Berpengaruh dalam Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang Melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara

Elemen Faktor Elemen Aktor Pemerintah Pusat dan Daerah Lembaga Penelitian

Petani Pengusaha Lembaga Keuangan Kebijakan Pemerintah 0,415 0,245 0,125 0,098 0,115 Pendidikan dan Pengetahuan Petani 0,424 0,247 0,099 0,098 0,132 Potensi Lahan 0,383 0,182 0,133 0,157 0,145 Pelatihan dan Penyuluhan 0,392 0,201 0,145 0,121 0,142 Informasi Hasil Litbang Mutakhir 0,267 0,466 0,092 0,094 0,081 Pengaturan Waktu Tanam/Panen 0,224 0,140 0,411 0,125 0,101 Sarana Produksi Pertanian 0,459 0,080 0,113 0,191 0,158 Pengaturan Penggunaan Sarana Produksi 0,484 0,133 0,208 0,097 0,078 Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah 0,538 0,229 0,083 0,070 0,080 Produktivitas 0,141 0,360 0,286 0,096 0,117

Pada faktor pendidikan dan pengetahuan petani, pemerintah pusat dan daerah menjadi aktor yang paling berpengaruh dengan bobot 0,424. Pemerintah pusat dan daerah berperan memberikan penyuluhan dan bimbingan dalam upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap pendidikan dan pengetahuan petani adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,247. Lembaga penelitian berperan dalam mensosialisasikan dan memberikan pendampingan terhadap hasil penelitiannya. Kemudian aktor ketiga yang berpengaruh adalah lembaga keuangan dengan bobot sebesar 0,132. Lembaga keuangan berperan membuka akses seluas-luasnya bagi petani kecil dan menengah yang umumnya berpendidikan rendah sehingga tidak memiliki aset yang cukup untuk diagunkan guna memperoleh permodalan usahatani. Aktor lainnya yang memiliki pengaruh keempat terhadap pendidikan dan pengetahuan petani adalah petani dengan bobot 0,099. Pendidikan dan pengetahuan yang dimiliki petani akan menentukan keberhasilan usahatani. Pengusaha sebagai aktor kelima dengan bobot sebesar 0,098 peranannya belum terlihat secara nyata dalam meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani.

Pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang sangat berpengaruh terhadap potensi lahan dengan bobot sebesar 0,383. Pemerintah pusat dan daerah memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga potensi lahan. Pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang berkepentingan memberikan penyuluhan kepada petani mengenai budidaya dengan memperhatikan konservasi lahan. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap potensi lahan yaitu lembaga penelitian dengan bobot 0,182. Lembaga penelitian berperan dalam menghasilkan penemuan-penemuan mutakhir dalam budidaya kentang yang dapat meningkatkan potensi lahan. Selanjutnya pengusaha sebagai aktor ketiga dan lembaga keuangan sebagai aktor keempat dengan bobot masing-masing 0,157 dan 0,145 peranannya belum optimal terhadap faktor potensi lahan. Petani merupakan aktor kelima memiliki peranan yang sangat penting dalam menjaga potensi lahan dalam hal teknik budidaya dengan bobot sebesar 0,133.

Pelatihan dan penyuluhan merupakan salah satu faktor yang penting dalam menentukan strategi pengembangan agribisnis kentang. Pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang paling berpengaruh terhadap pelatihan dan

penyuluhan dengan bobot sebesar 0,392. Pelatihan dan penyuluhan mengenai budidaya ramah lingkungan sangat diperlukan untuk menjaga kesuburan lahan. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap pelatihan dan penyuluhan adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,201. Peran pendampingan dari lembaga penelitian sangat penting dalam pengenalan inovasi teknologi maupun praktek pertanian terpadu. Kemudian aktor ketiga dengan bobot sebesar 0,145 adalah petani sebagai pelaku utama dalam usahatani yang berpengaruh terhadap pelatihan dan penyuluhan. Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan diharapkan pengetahuan petani semakin meningkat. Aktor keempat dan kelima yang berpengaruh terhadap pelatihan dan penyuluhan yaitu lembaga keuangan dan pengusaha dengan bobot masing-masing 0,142 dan 0,121.

Informasi hasil litbang mutakhir merupakan tanggung jawab utama dari lembaga penelitian sebagai lembaga yang menghasilkan inovasi-inovasi teknologi baru dengan bobot sebesar 0,466. Pemerintah pusat dan daerah sebagai aktor kedua dengan bobot 0,267 juga berperan dalam penyebarluasan informasi mengenai hasil-hasil penelitian lembaga riset. Aktor ketiga yang berpengaruh terhadap informasi hasil litbang mutakhir adalah pengusaha dengan bobot sebesar 0,094. Selanjutnya aktor keempat yang berpengaruh terhadap informasi hasil litbang mutakhir adalah petani dengan bobot 0,092 dan aktor kelima yang berpengaruh terhadap informasi hasil litbang mutakhir yaitu lembaga keuangan dengan bobot 0,081. Baik pengusaha, petani maupun lembaga keuangan peranannya terhadap informasi hasil litbang mutakhir belum optimal, diantaranya disebabkan keterbatasan kemampuan dan pendidikan yang dimiliki petani untuk mengakses berbagai informasi hasil litbang.

Petani sebagai pelaku utama dalam usahatani memegang peranan penting dalam pengaturan waktu tanam/panen dengan bobot sebesar 0,411. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap pengaturan waktu tanam/panen adalah pemerintah pusat dan daerah dengan bobot 0,224. Pemerintah pusat dan daerah berperan dalam hal penyampaian informasi mengenai permintaan dan harga dari komoditas yang ditanam. Kemudian lembaga penelitian merupakan aktor ketiga yang berpengaruh terhadap pengaturan waktu tanam/panen dengan bobot 0,140. Lembaga penelitian berkaitan dengan penyediaan informasi mengenai waktu

pelaksanaan yang tepat dari hasil penelitiannya sehingga dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Aktor keempat yang berpengaruh terhadap pengaturan waktu tanam/panen yaitu pengusaha dengan bobot 0,125 dan aktor kelima adalah lembaga keuangan dengan bobot 0,101.

Pemerintah pusat dan daerah dengan bobot sebesar 0,459 dan pengusaha dengan bobot 0,191 merupakan aktor yang sangat berpengaruh dalam hal ketersediaan sarana produksi pertanian. Pemerintah pusat dan daerah serta pengusaha berperan menyediakan terpenuhinya kebutuhan petani akan sarana produksi pertanian yang bermutu dengan harga yang terjangkau. Aktor ketiga yang berpangaruh terhadap sarana produksi pertanian adalah lembaga keuangan dengan bobot 0,158. Kemudahan petani dalam mendapatkan modal usaha tani dari lembaga keuangan dapat membantu petani untuk membeli kebutuhan sarana produksi pertanian. Petani dengan bobot sebesar 0,113 merupakan aktor keempat yang berpengaruh terhadap sarana produksi pertanian. Petani dalam melakukan usahataninya membutuhkan sarana produksi pertanian. Aktor kelima yang berpengaruh terhadap sarana produksi pertanian adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,080. Lembaga penelitian melakukan inovasi teknologi sarana produksi dengan tujuan untuk meningkatkan produktivitas.

Dalam hal pengaturan penggunaan sarana produksi, aktor yang paling berpengaruh adalah pemerintah pusat dan daerah dengan bobot 0,484. Pemerintah pusat dan daerah berperan melakukan penyuluhan dan pelatihan kepada petani mengenai pengaturan penggunaan sarana produksi yang tepat. Peran petani dengan bobot 0,208 yang merupakan aktor kedua yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian. Petani sangat berperan penting dalam pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian dalam upaya menjaga kelestarian SDA. Aktor ketiga yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian adalah lembaga penelitian dengan bobot 0,133. Pengusaha merupakan aktor keempat dengan bobot sebesar 0,097 yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian. Aktor kelima adalah lembaga keuangan yang berpengaruh terhadap pengaturan penggunaan sarana produksi pertanian dengan bobot 0,078.

Aktor yang paling berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah adalah kebijakan pemerintah dengan bobot sebesar 0,538. Pelaksanaan berbagai program pemerintah memerlukan keterlibatan dan dukungan dari pemerintah pusat dan daerah sehingga program yang telah direncanakan dapat terlaksana dengan baik. Kemudian aktor kedua yang berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah yaitu lembaga penelitian dengan bobot 0,229. Lembaga penelitian sebagai lembaga yang berperan dalam penelitian dan pengembangan memerlukan dukungan keterlibatan pemerintah pusat dan daerah untuk mendorong terciptanya penelitian-penelitian baru. Aktor ketiga yang berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah adalah petani dengan bobot sebesar 0,083. Petani memerlukan peran pendamping dari pemerintah pusat dan daerah dalam mengembangkan usahataninya melalui penyuluhan maupun pendampingan terhadap program-program pemerintah. Lembaga keuangan dengan bobot 0,080 dan pengusaha dengan bobot 0,070 merupakan aktor keempat dan kelima yang berpengaruh terhadap keterlibatan pemerintah pusat dan daerah. Lembaga keuangan dan pengusaha bekerjasama dengan pemerintah pusat dan daerah dalam upaya pengembangan agribinis kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Pada faktor produktivitas, lembaga penelitian menjadi aktor yang paling berpengaruh dengan bobot 0,360. Lembaga penelitian berperan penting dalam meningkatkan produktivitas kentang dengan membuat atau menciptakan benih kentang yang bermutu maupun inovasi-inovasi teknologi baru. Aktor kedua yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah petani dengan bobot 0,286. Pemerintah pusat dan daerah dengan bobot sebesar 0,141 merupakan aktor ketiga yang berpengaruh terhadap produktivitas. Petani serta pemerintah pusat dan daerah mempunyai peran penting untuk meningkatkan produktivitas dalam upaya meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan petani. Aktor keempat yang berpengaruh terhadap produktivitas adalah lembaga keuangan dengan bobot 0,117. Peran lembaga keuangan sebagai lembaga pembiayaan usahatani membantu petani dalam pemenuhan kebutuhan sarana produksi pertanian yang bermutu yang berdampak pada peningkatan produktivitas. Aktor kelima yang berpengaruh terhadap produktivitas yaitu pengusaha dengan bobot 0,096.

b. Hasil Pengolahan pada Level Tujuan

Berdasarkan hasil pengolahan data dengan menggunakan metode AHP, diperoleh hasil prioritas tujuan yang ingin dicapai masing-masing aktor. Hasil pengolahan level tujuan disajikan pada Tabel 18.

Tabel 18 Bobot Elemen Tujuan yang Ingin Dicapai dalam Penyusunan Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang Melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara

Elemen Aktor Elemen Tujuan Membuka Lapangan Usaha Meningkatkan Pendapatan Petani Meningkatkan Produktivitas Peningkatan Nilai Tambah Pemerintah Pusat dan Daerah 0,134 0,341 0,214 0,310 Lembaga Penelitian 0,080 0,250 0,335 0,334 Petani 0,064 0,463 0,200 0,273 Pengusaha 0,129 0,410 0,213 0,248 Lembaga Keuangan 0,236 0,349 0,176 0,239

Meningkatkan pendapatan petani merupakan tujuan utama yang ingin dicapai oleh aktor pemerintah pusat dan daerah dengan bobot sebesar 0,341. Pemerintah pusat dan daerah berharap dengan pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara dapat meningkatkan pendapatan petani yang berdampak pada meningkatnya kesejahteraan. Untuk meningkatkan pendapatan petani dilakukan pula dengan meningkatkan nilai tambah dengan bobot 0,310. Dengan meningkatnya nilai tambah komoditas kentang, maka harga jual komoditas semakin tinggi. Sehingga meningkatkan nilai tambah menjadi tujuan kedua yang ingin dicapai oleh pemerintah pusat dan daerah. Meningkatkan produktivitas dengan bobot 0,214 merupakan tujuan ketiga yang ingin dicapai oleh pemerintah pusat dan daerah. Produktivitas yang tinggi menunjukkan keberhasilan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Dengan peningkatan produktivitas, maka agribisnis kentang semakin meningkat sehingga dapat membuka lapangan usaha baru yang merupakan tujuan keempat yang ingin dicapai dengan bobot 0,134.

Aktor lembaga penelitian melalui hasil penelitiannya merupakan aktor yang secara langsung berhubungan dengan produktivitas. Sehingga tujuan utama yang paling ingin dicapai oleh lembaga penelitian adalah meningkatkan produktivitas dengan bobot 0,335. Dengan inovasi teknologi yang dihasilkan oleh lembaga penelitian diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah dari komoditas kentang yang merupakan tujuan kedua yang ingin dicapai dengan bobot 0,334, sehingga dapat mewujudnya tujuan ketiga yaitu meningkatkan pendapatan petani dengan bobot 0,250. Sedangkan tujuan keempat yang ingin dicapai oleh lembaga penelitian adalah membuka lapangan usaha dengan bobot 0,080.

Tujuan utama petani dalam agribisnis kentang adalah meningkatkan pendapatan petani dengan bobot 0,463. Agribisnis komoditas kentang memiliki potensi dan propek yang baik, terlebih kentang diharapkan menjadi pangan alternatif pengganti karbohidrat. Selain itu, petani juga berfokus pada tujuan kedua untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas kentang dengan bobot sebesar 0,273. Tujuan ketiga yang ingin dicapai petani yaitu meningkatkan produktivitas dengan bobot 0,200. Produktivitas menentukan keberhasilan dari agribisnis kentang yang dijalankan. Selain dapat meningkatkan pendapatan petani, produktivitas yang semakin meningkat juga dapat membuka lapangan usaha baru bagi masyarakat setempat yang merupakan tujuan keempat dari petani dengan bobot 0,064.

Pengusaha memerlukan peran petani dalam menjalankan usahanya, demikian juga sebaliknya. Pengusaha membeli kentang dari petani untuk usahanya, demikian pula petani memasarkan kentang melalui pengusaha. Dengan saling terkaitnya hubungan antara pengusaha dan petani, maka pengusaha sebagai pemilik modal berusaha untuk meningkatkan pendapatan petani dengan bobot 0,410. Pengusaha harus melakukan strategi peningkatan nilai tambah dari komoditas yang diolah agar memperoleh keuntungan, sehingga meningkatkan nilai tambah merupakan tujuan kedua yang ingin dicapai oleh pengusaha dengan bobot 0,248. Oleh karena itu, bagi pengusaha tujuan ketiga dan keempat yang ingin dicapai adalah meningkatkan produktivitas dan membuka lapangan usaha dengan bobot masing-masing sebesar 0,213 dan 0,129.

Tujuan utama lembaga keuangan adalah meningkatkan pendapatan petani dengan bobot 0,349. Dengan meningkatnya pendapatan petani, maka pengembalian pinjaman modal oleh petani berjalan lancar. Tujuan kedua yang ingin dicapai oleh lembaga keuangan adalah meningkatkan nilai tambah dengan bobot 0,239. Lembaga keuangan membantu petani mempromosikan produk olahan kentang melalui pameran-pameran. Hal ini akan memacu petani untuk meningkatkan nilai tambah dari komoditas kentang dengan menciptakan produk hasil olahan kentang yang lebih kreatif dan inovatif. Tujuan ketiga yang ingin dicapai yaitu membuka lapangan usaha dengan bobot sebesar 0,236. Sedangkan tujuan keempat adalah meningkatkan produktivitas dengan bobot 0,176.

c. Hasil Pengolahan pada Level Alternatif

Pada Tabel 19 diperoleh hasil prioritas alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Banjarnegara untuk mencapai tujuan-tujuan dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis yang telah ditetapkan.

Tabel 19 Bobot Elemen Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis komoditas Kentang Melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara

Elemen Tujuan

Elemen Alternatif Strategi Meningkatkan Teknik Budidaya Meningkatkan Penelitian dan Pengembangan Pemberdayaan Petani/ Kelompok Tani Mengembangan Jaringan Informasi dan Kemitraan Meningkatkan Dukungan Sarana dan Prasarana Membuka Lapangan Usaha 0,200 0,083 0,319 0,217 0,181 Meningkatkan Pendapatan Petani 0,206 0,088 0,282 0,172 0,252 Meningkatkan Produktivitas 0,308 0,252 0,178 0,097 0,165 Meningkatkan Nilai Tambah 0,167 0,227 0,119 0,266 0,220

Berdasarkan hasil pengolahan data dalam Tabel 18 dapat dilihat bahwa dalam tujuan membuka lapangan usaha, prioritas strategi utama yang harus dilakukan adalah pemberdayaan petani/kelompok tani dengan bobot sebesar 0,319. Alternatif strategi ini dapat dilakukan melalui pelatihan dan penyuluhan dalam upaya meningkatkan pengetahuan petani/kelompok tani. Hal ini dapat memotivasi petani untuk membuka lapangan kerja baru selain agribisnis kentang. Alternatif strategi pertama tersebut dapat dikolaborasikan dengan melakukan

alternatif strategi kedua yaitu meningkatkan jaringan informasi dan kemitraan dengan bobot sebesar 0,217. Alternatif strategi ketiga dan keempat adalah meningkatkan teknik budidaya dan meningkatkan dukungan sarana dan prasarana dengan bobot masing-masing 0,200 dan 0,181. Kegiatan tersebut juga secara langsung dapat membuka lapangan usaha melalui penerapan teknik budidaya yang baik dan dukungan ketersediaan sarana produksi maupun prasarana penunjang. Alternatif kelima adalah meningkatkan penelitian dan pengembangan dengan bobot 0,083. Penelitian dan pengembangan inovasi teknologi yang semakin berkembang dengan tetap memperhatikan potensi daerah setempat dapat membuka lapangan usaha baru bagi masyarakat selain dari agribisnis kentang yang merupakan mata pencaharian sebagian besar petani di Kabupaten Banjarnegara.

Kemudian, alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan pendapatan petani adalah pemberdayaan petani/kelompok tani dengan bobot sebesar 0,282 dan meningkatkan dukungan sarana dan prasarana dengan bobot 0,252. Pemberdayaan petani/kelompok tani memegang peranan penting dalam meningkatkan pendapatan petani. Dengan semakin meningkatnya keterampilan dan pengetahuan petani, maka wawasan petani semakin berkembang dalam menjalankan usahataninya. Selain itu, dukungan sarana dan prasarana yang baik dapat meningkatkan produksi sehingga pendapatan petani mengalami peningkatan. Meningkatkan teknik budidaya merupakan alternatif ketiga dengan bobot sebesar 0,206. Dengan menerapkan budidaya sesuai dengan GAP/SOP, maka produktivitas akan meningkat sehingga berdampak pada peningkatan pendapatan petani. Alternatif strategi yang keempat dan kelima adalah meningkatkan jaringan informasi dan kemitraan serta meningkatkan penelitian dan pengembangan dengan bobot masing-masing sebesar 0,172 dan 0,088.

Dalam tujuan meningkatkan produktivitas, prioritas utama alternatif strategi yang dapat dilakukan oleh Kabupaten Banjarnegara adalah meningkatkan teknik budidaya dengan bobot 0,308 dan prioritas kedua yaitu mengembangkan penelitian dan pengembangan dengan bobot sebesar 0,252. Dua alternatif tersebut sangat berpengaruh dengan produktivitas. Teknik budidaya ramah lingkungan seperti penggunaan benih bermutu dan bersertifikat, penggunaan pupuk

berimbang sesuai kebutuhan hara tanah merupakan kegiatan budidaya dengan pendekatan konservasi dan pelestarian SDA dengan tujuan untuk meningkatkan produksi, produktivitas, efisiensi, dan mutu. Oleh karena itu, penelitian dan pengembangan terus dilakukan dalam upaya penerapan budidaya ramah lingkungan. Kegiatan-kegiatan tersebut memerlukan peran serta petani, dimana petani diberikan penyuluhan dan pelatihan tentang aplikasi budidaya ramah lingkungan. Hal ini berhubungan dengan alternatif strategi ketiga dengan bobot 0,178 yaitu pemberdayaan petani/kelompok tani. Selanjutnya alternatif strategi yang dapat dilakukan untuk meningkatkan produktivitas adalah meningkatkan dukungan sarana dan prasarana dengan bobot 0,165 dan yang terakhir adalah alternatif strategi meningkatkan jaringan informasi dan kemitraan dengan bobot 0,097. Semua alternatif strategi tersebut akan meningkatkan produktivitas kentang dan menjadikan komoditas kentang sebagai komoditas unggulan di Kabupaten Banjarnegara.

Tujuan yang terakhir adalah meningkatkan nilai tambah dengan alternatif strategi yang paling berpengaruh adalah meningkatkan jaringan informasi dan kemitraan dengan bobot 0,266. Peningkatan nilai tambah diperlukan dalam upaya pengembangan usaha, dimana petani bukan hanya memasarkan produk mentah akan tetapi dalam bentuk olahan. Penyebarluasan mengenai informasi pasar, permintaan pasar, keinginan konsumen, kemitraan dengan pihak swasta merupakan upaya-upaya dalam meningkatkan nilai tambah. Selain itu, penerapan teknologi panen dan pasca panen serta penyebarluasan teknologi pengolahan hasil merupakan alternatif strategi kedua yaitu meningkatkan penelitian dan pengembangan dengan bobot 0,227 yang perlu dilakukan dalam meningkatkan nilai tambah. Aternatif strategi ketiga adalah meningkatkan dukungan sarana dan prasarana dengan bobot 0,220. Selanjutnya meningkatkan teknik budidaya dan pemberdayaan petani/kelompok tani merupakan alternatif strategi keempat dan kelima yang dapat dilakukan untuk meningkatkan nilai tambah dengan bobot masing-masing sebesar 0,167 dan 0,119. Pengembangan sarana dan prasarana, peningkatan teknik budidaya, dan pemberdayaan petani/kelompok tani merupakan alternatif strategi guna mendukung upaya peningkatan nilai tambah.