• Tidak ada hasil yang ditemukan

4.4 Formulasi Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang

4.5.2 Hasil Pengolahan Data dengan AHP secara Vertikal

Pengolahan vertikal dengan menggunakan metode AHP digunakan untuk menyusun prioritas setiap elemen dalam hirarki terhadap sasaran utama. Berikut adalah hasil pengolahan data secara vertikal dengan menggunakan metode AHP. a. Analisis Hasil Pengolahan pada Level Faktor

Berdasarkan pengolahan data pada tingkat kedua dengan menggunakan metode AHP, maka diperoleh hasil bahwa faktor yang berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah produktivitas dengan bobot sebesar 0,144. Pada Tabel 20 dapat dilihat secara lengkap bobot setiap faktor yang berpengaruh terhadap strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Tabel 20 Bobot dan Prioritas Faktor-Faktor dalam Strategi Pengembangan

Agribisnis Komoditas Kentang

Faktor Bobot Prioritas

Produktivitas 0,144 1

Kebijakan Pemerintah 0,135 2

Pengaturan Waktu Tanam/Panen 0,132 3

Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah 0,128 4 Pengaturan Penggunaan Sarana Produksi Pertanian 0,095 5

Pelatihan dan Penyuluhan 0,084 6

Sarana Produksi Pertanian 0,083 7

Pendidikan dan Pengetahuan Petani 0,078 8

Potensi Lahan 0,073 9

Informasi Hasil Litbang Mutakhir 0,047 10

Produktivitas dengan bobot 0,144 menjadi faktor yang paling berpengaruh dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Bajarnegara. Peningkatan produktivitas akan mendorong pengembangan agribisnis kentang melalui adaptasi teknologi pengelolaan tanaman terpadu dengan menerapkan budidaya ramah lingkungan berbasis GAP/SOP serta mengembangkan praktek usahatani setempat dalam upaya peningkatan produksi, produktivitas, mutu dan daya saing produk pertanian secara optimal, sehingga dapat meningkatkan pendapatan petani di Kabupaten Banjarnegara.

Faktor kedua yang harus menjadi pertimbangan terhadap strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara adalah

kebijakan pemerintah dengan bobot sebesar 0,135. Kebijakan pemerintah menjadi faktor terpenting kedua setelah produktivitas. Kebijakan-kebijakan maupun program-program yang telah dilaksanakan instansi pemerintah belum dapat dirasakan hasilnya secara optimal oleh petani. Hal ini disebabkan antara lain kebijakan maupun program dari masing-masing instansi pemerintah bersifat parsial dan tidak terintegrasi antar sektor, dimana program masing-masing intansi terkait berbeda, contohnya Perhutani memiliki program tanaman keras sedangkan Dinas Pertanian memiliki program budidaya kentang. Peraturan/kebijakan pemerintah yang akomodatif dan positif sangat penting untuk pengembangan agribisnis komoditas kentang dalam upaya meningkatkan kesejahteraan petani.

Pengaturan waktu tanam/panen merupakan faktor ketiga dengan bobot sebesar 0,132. Pengaturan tanaman hortikultura yang berumur pendek memegang peranan penting sehubungan dengan fluktuasi harga dan permintaan dalam setahun. Pengaturan waktu tanam mulai dari pembukaan lahan, pembibitan, penanaman, pemeliharaan (pemupukan, penyiangan, pemberantasan hama dan penyakit, dan lain-lain), dan masa panen. Masa panen hendaknya disesuaikan dengan waktu dimana kecenderungan permintaan dan harga komoditas tersebut tinggi.

Keterlibatan pemerintah pusat dan daerah menjadi faktor keempat yang perlu dipertimbangkan dalam strategi pengembangan agribisnis kentang dengan bobot sebesar 0,128. Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis yang tangguh. Keterlibatan pemerintah dalam bentuk penyuluhan dan peran pendampingan program/kegiatan pemerintah sangat penting sehingga program-program dapat terlaksana dengan baik. Di samping itu, pemerintah merupakan penanggungjawab dalam melaksanakan tugas pembangunan, dimana program pembangunan dilaksanakan secara terpadu dengan tugas dan fungsi masing-masing instansi/lembaga pemerintah dalam rangka pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Faktor kelima yang menjadi bahan pertimbangan terhadap strategi pengembangan agribisnis kentang adalah pengaturan penggunaan sarana produksi dengan bobot sebesar 0,095. Selama ini, petani menggunakan sarana produksi dengan tidak bijaksana karena ingin mendapatkan keuntungan dengan cepat.

Penggunaan sarana produksi yang berlebihan pada tanah akan berakibat buruk pada kelestarian unsur-unsur kesuburan dan kelestarian tanah. Pengaturan penggunaan pupuk misalnya, berapa dosis yang digunakan, kapan diberikan dan berapa kali pemberian akan berpengaruh pada jumlah produk yang dihasilkan. Dengan demikian, rekomendasi pemupukan pasti lengkap meliputi dosis, cara pemberian, saat pemberian, dan frekuensi pemberian dengan harapan apabila tepat dapat diperoleh manfaat yang maksimal. Penggunaan sarana produksi yang berkualitas serta pengalokasian sumber daya yang efisien oleh petani kentang diharapkan dapat meningkatkan jumlah produksi. Produksi kentang yang tinggi dan berkualitas baik dapat menjadi peluang bagi para petani untuk menembus pasar ekspor.

Faktor keenam adalah pelatihan dan penyuluhan dengan bobot sebesar 0,084. Pelatihan dan penyuluhan kepada petani diperlukan dalam pengenalan praktek pertanian ramah lingkungan dan adopsi teknologi. Selain itu, menambah tenaga penyuluh pertanian yang berkompeten untuk mendiseminasikan inovasi teknologi. Kegiatan pelatihan dan penyuluhan dengan melibatkan lembaga tani, lembaga litbang, dan instansi pemerintah terkait. Dengan adanya pelatihan dan penyuluhan diharapkan keterampilan dan pengetahuan petani semakin meningkat. Pelatihan dan penyuluhan budidaya ramah lingkungan merupakan upaya menjaga kelestarian SDA dalam mendukung pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Sarana produksi pertanian adalah faktor ketujuh dengan bobot sebesar 0,083. Ketersediaan sarana produksi pertanian yang berkualitas dan kemudahan memperolehnya sangat penting bagi petani. Dengan sarana produksi yang bermutu dapat meningkatkan produktivitas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Sarana produksi pertanian semakin tercukupi dengan adanya kerjasama antara kelembagaan tani, koperasi, dan asosiasi. Saat ini ketersediaan sarana produksi pertanian masih terbatas dan harganya relatif mahal. Kebutuhan akan benih bermutu dan pupuk siap pakai tidak dapat terpenuhi oleh ketersediaan di tingkat petani dan peternak. Walaupun pemerintah telah berupaya untuk mengatasi keterbatasan benih bersertifikat dengan menyekolahkan petani ke balai benih kentang, petani tetap menggunakan benih dari hasil perbanyakan sendiri atau

benih yang berasal dari sisa kentang konsumsi. Pengembangan sarana produksi pertanian diarahkan untuk menjamin aksesbilitas guna mendukung keberhasilan upaya peningkatan produktivitas.

Pendidikan dan pengetahuan petani dengan bobot sebesar 0,078 merupakan faktor kedelapan yang menjadi pertimbangan terhadap strategi pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Pendidikan dan pengetahuan petani berpengaruh terhadap pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. Hal ini disebabkan dengan semakin tingginya tingkat pendidikan dan pengetahuan petani tentang budidaya kentang, penanganan panen, dan pasca panen maka dapat meningkatkan produksi dan kualitas kentang. Berbagai pelatihan, penyuluhan, dan sosialisasi dilakukan dalam upaya meningkatkan pendidikan dan pengetahuan petani. Pemberian pelatihan keterampilan kepada masyarakat terutama pada usia produktif, diharapkan dapat mengembangkan peluang usaha lainnya diluar dari kegiatan pertanian tanaman kentang.

Faktor kesembilan adalah potensi lahan dengan bobot sebesar 0,073. Kepedulian petani terhadap kesadaran dalam pengelolaan lahan di kawasan Dieng masih rendah. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya petani yang melakukan kegiatan pertanian yang tidak ramah lingkungan. Sebagai contoh penggunaan pupuk kimia dan pestisida dengan intensitas cukup tinggi, sehingga merusak lingkungan. Pemilihan lokasi penanaman pun menjadi salah satu faktor dalam mendukung potensi lahan. Oleh karena itu, kepedulian petani terhadap potensi lahan di kawasan Dieng perlu ditingkatkan, hal ini sangat penting untuk keberlanjutan potensi lahan. Potensi lahan merupakan faktor yang memegang peranan penting dalam pemanfaatan sumber daya untuk budidaya komoditas kentang. Petani harus dapat menjaga kelestarian SDA dan memahami pentingnya budidaya dengan pendekatan konservasi lahan.

Faktor kesepuluh adalah informasi hasil litbang mutakhir merupakan faktor terakhir yang menjadi bahan pertimbangan terhadap strategi pengembangan agribisnis kentang dengan bobot sebesar 0,047. Informasi merupakan bagian yang sangat penting dalam pengembangan agribisnis, khususnya informasi teknologi mutakhir. Informasi hasil litbang mutakhir semakin meningkat sebagai dampak kemajuan teknologi informasi yang dengan mudah dapat diakses oleh

petani. Namun, baru sebagian kecil petani yang dapat memanfaatkan media informasi dengan baik karena adanya keterbatasan kemampuan dan pengetahuan. Petani menerapkan hasil-hasil penelitian setelah mengamati dan mengikuti demontrasi plot (demplot) serta upaya-upaya sosialisasi yang dilakukan pemerintah. Petani harus mampu mengakses informasi-informasi hasil litbang dan menerapkannya. Dengan adanya informasi hasil litbang tersebut, sangat bermanfaat dalam pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara. b. Analisis Hasil Pengolahan pada Level Aktor

Hasil pengolahan pada level aktor yang berperan dalam penyusunan strategi pengembangan agribisnis kentang di Kabupaten Banjarnegara dapat dilihat pada Tabel 21. Berdasarkan hasil pengolahan data diketahui bahwa pemerintah pusat dan daerah merupakan aktor yang memiliki peranan paling penting terhadap strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang dengan bobot 0,365. Hal ini sejalan dengan upaya pemerintah yang terus menggalakkan pengembangan komoditas kentang sebagai komoditas unggulan pangan lokal di daerah sentra pengembangannya. Dukungan pemerintah pusat dan daerah mempunyai posisi strategis dalam peningkatan kesejehteraan petani. Pemerintah memegang peranan yang sangat penting dalam menciptakan lingkungan usaha agribisnis yang kondusif dan mampu mendukung pengembangan agribisnis yang tangguh. Lembaga pemerintah, mulai dari tingkat pusat sampai daerah memiliki wewenang regulasi dalam menciptakan lingkungan agribisnis yang kompetitif dan adil. Tabel 21 Bobot dan Prioritas Aktor yang Berperan dalam Strategi Pengembangan

Agribisnis Komoditas Kentang

Aktor Bobot Prioritas

Pemerintah Pusat dan Daerah 0,365 1

Lembaga Penelitian 0,223 2

Petani 0,177 3

Lembaga Keuangan 0,113 4

Pengusaha 0,111 5

Lembaga penelitian merupakan aktor dengan prioritas kedua dengan bobot 0,223. Lembaga penelitian yang terkait dengan pengembangan agribisnis harus menjadi ujung tombak bagi keberhasilan agribisnis. Lembaga penelitian berkaitan dengan penyediaan informasi dan inovasi dalam bentuk teknologi budidaya yang baik dan benar sesuai GAP (Good Agriculture Practise). Lembaga penelitian juga

dapat berperan sebagai penyuluh, pembina, dan pembimbing petani untuk meningkatkan pengetahuannya. Pemberdayaan lembaga penelitian dalam pengembangan agribisnis perlu ditingkatkan dalam upaya meraih keunggulan bersaing bagi produk-produk agribisnis memasuki pasar luar negeri.

Pada prioritas ketiga adalah petani dengan bobot 0,177. Petani adalah setiap orang yang melakukan usaha untuk memenuhi sebagian atau seluruh kebutuhan hidupnya di bidang pertanian. Petani berperan sebagai tenaga kerja dalam usahataninya harus dapat mengatur, melaksanakan, dan mengawasi kegiatan usahataninya, baik secara teknis maupun ekonomis. Petani memiliki peran yang besar dalam pengembangan agribisnis kentang. Hal ini disebabkan karena petani merupakan pelaku utama dalam pengembangan komoditas kentang dalam kepemilikan lahan, pelaku budidaya, dan pengolahan hasil. Peran petani dapat lebih ditingkatkan jika didukung dengan peningkatan kesadaran dan kemampuan petani dalam hal pendidikan, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki.

Prioritas keempat adalah lembaga keuangan dengan bobot sebesar 0,113 dan yang terakhir yaitu pengusaha dengan bobot sebesar 0,111. Lembaga keuangan memegang peranan yang sangat penting dalam mengembangkan usaha agribisnis terutama dalam penyediaan modal investasi dan modal kerja. Masalah yang sering dihadapi petani dalam agribisnis kentang adalah permodalan. Persyaratan yang harus dipenuhi petani untuk mendapatkan bantuan modal dari lembaga keuangan masih dirasakan memberatkan petani. Hal ini dapat menghambat pengembangan usaha agribisnis. Lembaga keuangan diharapkan dapat memberikan respon dan akses yang lebih mudah terhadap berbagai kebijakan untuk pinjaman bagi petani. Pertumbuhan lembaga keuangan dan sumber-sumber permodalan di tingkat masyarakat juga perlu ditingkatkan melalui sumber daya dan potensi yang dimiliki sehingga dapat memperkaya sumber-sumber permodalan yang dapat diakses oleh petani.

Pengusaha sebagai aktor yang berperan dalam pengembangan agribisnis komoditas kentang sejalan dengan adanya upaya peningkatan peran dan fungsi swasta. Upaya ini dilakukan karena pengusaha memiliki kemampuan dalam hal pendanaan, manajemen usahatani serta penanganan dan pengolahan pemasarannya. Hal ini terbukti apabila pengusaha telah menjalin kemitraan yang

baik dan sinergis dengan petani akan mendatangkan keuntungan untuk kedua belah pihak. Dampak lain yang diharapkan dengan terjalinnya kemitraan yang baik itu antara lain membuka lapangan kerja dan penyerapan tenaga kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan kesejahteraan di tingkat petani. Pengusaha juga berperan sebagai fasilitator yang menghubungkan antara produsen dengan konsumen. Peranan ini diharapkan mampu untuk meningkatkan pendapatan petani selaku produsen diantaranya dengan lebih memberikan harga yang wajar untuk produk yang dihasilkan melalui upaya pembagian keuntungan yang lebih adil dari semua nilai tambah yang tercipta, memberikan informasi pasar dan promosi produk.

c. Analisis Hasil Pengolahan pada Level Tujuan

Pengolahan pada level ini menghasilkan bobot dan prioritas tiap tujuan. Tabel 22 menunjukkan bahwa meningkatkan pendapatan petani dengan bobot sebesar 0,347 menjadi tujuan utama dalam strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang, diikuti dengan tujuan meningkatkan nilai tambah dengan bobot 0,290, meningkatkan produktivitas dengan bobot sebesar 0,229 dan

membuka lapangan usaha dengan bobot 0,119. Tabel 22 Bobot dan Prioritas Tujuan yang ingin Dicapai dalam Strategi

Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang

Tujuan Bobot Prioritas

Meningkatkan Pendapatan Petani 0,347 1

Peningkatan Nilai Tambah 0,290 2

Meningkatkan Produktivitas 0,229 3

Membuka Lapangan Usaha 0,119 4

Peningkatan pendapatan petani merupakan tujuan utama pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Dengan adanya peningkatan pendapatan petani akan berdampak pada peningkatan kemampuan daya beli petani baik untuk pemenuhan kebutuhan pokok, sekunder, dan tersier. Dalam hal ini akan mengakibatkan peningkatan pendapatan perekonomian daerah. Dengan meningkatnya pendapatan petani, maka secara bertahap petani mampu mengalokasikan pendapatannya untuk meningkatkan produktivitas melalui penyediaan sarana produksi dan modal kerja sesuai kebutuhan.

Peningkatan nilai tambah merupakan tujuan prioritas kedua. Tujuan ini berhubungan erat dalam memberikan nilai tambah terhadap komoditas kentang. Dalam hal ini, kentang dapat dijadikan sebagai bahan pangan alternatif sumber karbohidrat, dan bahan pangan olahan lainnya. Dengan semakin banyaknya nilai tambah dari kentang, maka potensi komoditas kentang untuk dikembangkan semakin besar.

Tujuan prioritas ketiga yaitu meningkatkan produktivitas. Peningkatan produktivitas dilakukan dengan cara implementasi teknologi budidaya kentang di tingkat petani. Rendahnya produktivitas kentang antara lain disebabkan penggunaan benih yang kurang baik oleh petani karena benih bermutu tidak tersedia dalam jumlah yang cukup dan teknik bercocok tanam yang kurang tepat. Oleh karena itu, salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas kentang disamping menggunakan pupuk yang cukup juga dengan menggunakan benih kentang yang baik dan terbebas dari hama dan penyakit.

Membuka lapangan usaha merupakan tujuan keempat dalam pengembangan agribisnis komoditas kentang. Dengan berkembangnya komoditas kentang, maka akan membuka lapangan kerja baru yang berdampak pada penyerapan tenaga kerja di daerah sentra pengembangan yang akan memberikan dampak positif antara lain, berkurangnya jumlah pengangguran, menurunnya tingkat kriminalitas, meningkatkan daya beli, yang pada akhirnya berdampak pada pertumbuhan dan peningkatan ekonomi pedesaan.

d. Analisis Hasil Pengolahan pada Level Strategi

Berdasarkan hasil penilaian para pakar, maka diperoleh lima alternatif strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang yang dapat dilakukan di Kabupaten Banjarnegara. Alternatif strategi tersebut dapat dilihat pada Tabel 23 berikut :

Tabel 23 Bobot dan Prioritas Alternatif Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang

Alternatif Strategi Bobot Prioritas

Pemberdayaan Petani/Kelompok Tani 0,219 1

Meningkatkan Teknik Budidaya 0,217 2

Meningkatkan Dukungan Sarana dan Prasarana 0,214 3 Meningkatkan Jaringan Informasi dan Kemitraan 0,182 4 Meningkatkan Penelitian dan Pengembangan 0,168 5

Alternatif strategi paling penting untuk dilakukan adalah pemberdayaan petani/kelompok tani dengan bobot sebesar 0,219. Tujuan utama yang diharapkan dalam pemberdayaan petani/kelompok tani adalah peningkatan kualitas petani/kelompok tani yang mencakup pada pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya dalam pengembangan agribinis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Untuk mencapai peningkatan kualitas petani/kelompok tani, salah satunya adalah program penyuluhan dan pelatihan. Penyuluhan dan pelatihan kepada petani/kelompok tani dalam pengenalan praktek pertanian ramah lingkungan. Melalui program pelatihan ini diharapkan dapat menambah pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan petani/kelompok tani. Program pelatihan tersebut dapat berjalan efektif dan mencapai sasaran bila diikuti dengan kegiatan demonstrasi plot atau demontrasi lapangan.

Alternatif strategi terpenting kedua adalah meningkatkan teknik budidaya dengan bobot sebesar 0,217. Dalam upaya pengembangan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara, maka teknik budidaya yang selama ini dilakukan oleh petani perlu ditingkatkan dengan menerapkan teknik budidaya ramah lingkungan. Selain itu, mengubah cara bertani intensif menjadi model pertanian terpadu. Pertanian terpadu pada hakekatnya merupakan pertanian yang mampu menjaga keseimbangan ekosistem di dalamnya sehingga aliran nutrisi (unsur hara) dan energi terjadi secara seimbang. Keseimbangan inilah yang akan menghasilkan produktivitas yang tinggi dan keberlanjutan produksi yang terjaga secara efektif dan efisien.efis

Meningkatkan dukungan sarana dan prasarana merupakan alternatif strategi ketiga dengan bobot sebesar 0,214. Dukungan sarana dan prasarana memegang peranan penting dalam pelaksanaan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara. Sarana produksi pertanian merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam mendukung perkembangan agribisnis komoditas kentang terutama untuk mencapai tujuan terciptanya ketahanan pangan. Benih bermutu, pupuk, dan pestisida (obat-obatan pertanian) adalah sarana produksi pertanian utama yang paling banyak diperlukan petani dalam kegiatan pertanian. Untuk mengoptimalkan penggunaan lahan pertanian diperlukan adanya ketersediaan sarana produksi seperti penyediaan benih, pupuk dan pestisida yang memenuhi

kriteria enam tepat yaitu : tepat jenis, tepat mutu, tepat jumlah, tepat harga, tepat waktu dan tepat tempat. Penyediaan dan pengembangan prasarana pertanian merupakan pendukung dalam kegiatan agribisnis komoditas kentang di Kabupaten Banjarnegara.

Alternatif strategi berikutnya yang penting untuk dilakukan berturut-turut adalah meningkatkan jaringan informasi dan kemitraan dengan bobot sebesar 0,182 dan meningkatkan penelitian dan pengembangan dengan bobot 0,168. Hasil analisis menggunakan software AHP Microsoft Expert Choice 2000 dapat dilihat pada Lampiran 18. Berikut adalah hasil pengolahan vertikal strategi pengembangan agribisnis komoditas kentang melalui pendekatan sumber daya manajemen di Kabupaten Banjarnegara, dapat dilihat pada Gambar 8.

Fokus Faktor Aktor Tujuan Alternatif Strategi

Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang Melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara

Kebijakan Pemerintah (0,135) Pendidikan dan Pengetahuan Petani (0,078) Informasi Hasil Litbang Mutakhir (0,047) Pelatihan dan Penyuluhan (0,084) Potensi Lahan (0,073) Sarana Produksi Pertanian (0,083) Pemerintah Pusat dan Daerah (0,365) Lembaga Penelitian (0,223) Petani (0,177) Pengusaha (0,111) Lembaga Keuangan (0,113) Meningkatkan Teknik Budi Daya (0,217) Meningkatkan Penelitian dan Pengembangan (0,168) Pemberdayaan Petani/ KelompokTani (0,219) Mengembangkan Jaringan Informasi dan Kemitraan (0,182) Meningkatkan Dukungan Sarana dan Prasarana (0,214) Membuka Lapangan Usaha (0,119) Meningkatkan Pendapatan Petani (0,347) Meningkatkan Produktivitas (0,229) Peningkatan Nilai Tambah (0,290) Pengaturan Penggunaan Sarana Produksi (0,095) Keterlibatan Pemerintah Pusat dan Daerah

(0,128) Produktivitas (0,144) Pengaturan Waktu Tanam/Panen (0,132)

Gambar 8 Hasil Pengolahan Vertikal Strategi Pengembangan Agribisnis Komoditas Kentang melalui Pendekatan Sumber Daya Manajemen di Kabupaten Banjarnegara.