• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hasil Rapat Koordinasi

Dalam dokumen Laporan Pelaksanaan Dekon sentrasi Lingku (Halaman 67-72)

BAB V KOORDINASI DAN PELAPORAN

5.4. Rapat Koordinasi Tahap II

5.4.12. Hasil Rapat Koordinasi

Rapat Koordinasi Dekonsentrasi Lingkup Kementerian Perumahan Rakyat Tahun 2011 telah dilaksanakan pada tanggal 16-19 November 2011 di Putri Duyung Ancol, Jakarta. Secara umum, rapat koordinasi ini bertujuan untuk mengevaluasi pelaksanaan Dekonsentrasi Tahun 2011 dan penyempurnaan rancangan komponen kegiatan Dekonsentrasi 2012. Berdasarkan tujuan tersebut, maka hasil Rakor meliputi:

1) Reviu Kegiatan Dekonsentrasi Tahun 2011 a. Kegiatan Sosialisasi Kebijakan Bidang PKP

- Informasi antara pusat dan daerah perlu disinkronkan kembali;

- Perlu ditingkatkan komunikasi intensif antara tim Dekonsentrasi di daerah.

b. Kegiatan Pembentukan Pokja PKP Provinsi

- Untuk Pembentukan Pokja PKP Kabupaten/Kota, diharapkan dapat menggunakan tenaga narasumber dari Pokja PKP provinsi agar tidak bergantung pada narasumber dari pusat;

- Mekanisme dan tata kerja Pokja PKP perlu diformulasikan dengan baik. c. Kegiatan Penyusunan Profil PKP dan Dokumen Perencanaan Pembangunan

PKP

- Outline profil PKP dan substansi harus sesuai dengan hasil kesepakatan Lokalatih Manajemen Pendataan di daerah dengan memperhatikan kriteria yang ditetapkan oleh Kemenpera;

- Pada outline, data yang sudah ditampilkan pada Bab di depan tidak perlu di tampilkan lagi pada Bab di belakang;

- Perlu dilakukan reviu/klarifikasi terhadap data Dekon 2010, untuk kelengkapan up date pendataan;

- Perlu dilakukan pengumpulan data primer oleh Kabupaten/Kota pada kegiatan selanjutnya;

- Dokumen Perencanaan PKP diharapkan mencerminkan kondisi Kabupaten/Kota.

d. Kegiatan Administrasi dan Pelaksanaan Kegiatan

- DIPA

 Diharapkan DIPA dapat diterima awal Januari;

 Perlu adanya penyesuaian dana Dekonsentrasi dengan kemampuan daerah;

 Penyederhanaan kegiatan Dekonsentrasi pada struktur RKA-KL;

 Pembahasan penyusunan RAB secara bersama dengan Daerah.

- Penetapan Pejabat SKPD Inti

 Mekanisme penetapan Pejabat SKPD ditetapkan oleh Menpera dengan usulan dari Provinsi untuk mempermudah dan mempercepat birokrasi apabila terdapat perubahan/revisi dapat langsung ke Kemenpera),

 Dalam hal penetapan pejabat SKPD ditetapkan juga sekaligus mulai dari KPA, PPK, Pejabat Penguji dan Penandatangan SPM, Bendahara Pengeluaran, dan Staf Pengelola,

 Adanya kriteria/persyaratan teknis untuk penetapan pejabat inti SKPD mulai dari KPA, PPK, Pejabat Penguji dan Penandatanganan SPM;

 Petugas UAK dibedakan dengan UAB (Unit Akuntasi Barang),

 Diharapkan dapat dibentuk UPTD PKP di provinsi, agar dapat mempercepat pelaksanaan kegiatan. Hal ini diperlukan untuk mengantisipasi keterlambatan penetapan pejabat inti SKPD.

- TAPP dan Tenaga Pendukung

 Peran TAPP perlu lebih dioptimalkan,

 Perlu seleksi TAPP yang lebih baik,

 Peningkatan kapasitas SDM TAPP,

 Tenaga pendukung ditambah (staf/orang yg terlibat diperbanyak dan dibina),

 Tenaga Pendukung dialokasikan 1 tahun anggaran (12 bulan).

- Juknis/ Modul

 Daerah diberi kebebasan untuk fleksibel/tidak terlalu kaku dalam mengikuti modul.

- Kegiatan Dekonsentrasi dan Lintas Kedeputian

 Jadwal kegiatan Dekonsentrasi diharapkan dapat direvisi dan dimulai lebih awal, misal dimulai pada Bulan Februari;

 Adanya alokasi dana untuk pendampingan kegiatan yang ada di Kedeputian;

 Adanya sinergi pelaksanaan kegiatan Kemenpera di daerah;

 Terkait Konreg, Kemenpera sedang menyusun pedoman perencanaan tahunan di Kemenpera dan merencanakan untuk menyelenggarakan Konreg pada Bulan Februari 2012.

2) Rancangan Kegiatan Dekonsentrasi Tahun 2012

a. Untuk Dekonsentrasi 2012 akan tetap ada sosialisasi dan peningkatan kapasitas. Peningkatan kapasitas melalui kegiatan fasilitasi penyusunan RP3KP dan pembentukan Pokja PKP Kabupaten/Kota;

b. Kegiatan sosialiasasi pada prinsipnya adalah untuk meningkatkan pemahaman. Sosialisasi ini dilakukan karena adanya kebijakan-kebijakan baru di bidang PKP. Pelaksanaan sosialisasi direncanakan terbagi kedalam 3 bentuk, yaitu sesi umum, seksi teknis, dan sesi desk;

c. Untuk penyusunan RP3KP Provinsi sebenarnya hampir sama dengan RP4D. Saat ini menurut catatan Kemenpera baru ada 6 provinsi yang memiliki RP4D. Salah satu kriteria yang digunakan untuk menyusun RP3KP adalah tersedianya RTRW. Untuk itu, dalam rancangan kegiatan Dekonsentrasi Tahun 2012, tidak semua daerah mendapat perlakuan yang sama. Diperlukan penanganan yang berbeda antara daerah yang sudah memiliki RP4D, daerah yang sudah memiliki RTRW, dan daerah yang masih menyusun RTRW ataupun RTRW dalam tahap revisi. Untuk itu, terdapat 3 skenario pelaksanaan fasilitas penyusunan RP3KP yang berbeda untuk masing-masing provinsi berdasarkan kriteria tersebut;

d. Pembentukan Pokja Kabupaten/Kota ini sebenarnya adalah replikasi dari pembentukan Pokja PKP Provinsi yang dilaksanakan pada tahun 2011. Kriteria pembentukan Pokja Kabupaten/Kota berdasarkan penilaian yang dilakukan oleh Kemenpera. Kedepannya, kriteria ini akan dibahas bersama untuk mendapatkan kesepakatan bersama;

e. Pertimbangan dalam penentuan kegiatan Dekonsentrasi Tahun 2012:

 Ketersediaan Anggaran Dekonsentrasi Tahun 2012;

 Rentang kendali dan keterbatasan narasumber Kemenpera;

 Beban kerja SKPD (terkait PKP).

3) Penyusunan RP3KP

a. Kondisi di daerah belum siap, terdapat kesulitan terkait penyusunan RP3KP terutama untuk menganalisis kondisi di daerah. Dibutuhkan tenaga ahli pemetaan permukiman dan tenaga ahli untuk analisa kawasan/permukiman; b. Untuk kegiatan Dekonsentrasi tahun 2012, akan dialokasikan tenaga ahli

bagi daerah yang mendapat fasilitasi dalam penyusunan RP3KP;

c. Perlu melibatkan penggiat bidang perumahan di daerah dengan jumlah yang banyak;

d. Perlunya melakukan pendekatan kepada Menteri Kehutanan;

e. Pedoman RP3KP ini akan digunakan sebagai dasar dalam pengembangan kota-kota baru dan disesuaikan dengan rencana tata ruang, agar memudahkan pengaturan tata ruang;

f. RP4D yang sudah/sedang tersusun nantinya akan menjadi dokumen RP3KP, sesuai dengan Permenpera yang sedang disiapkan oleh Kemenpera;

g. Daerah dapat mengirimkan surat ke Kemenpera untuk menyampaikan permasalahan yang dihadapi terkait dengan penyusunan RP3KP;

h. Terkait bahwa RTRW sebagai salah satu dasar penyusunan RP3KP, maka untuk daerah yang mengalami kesulitan dalam proses pengesahan Perda RTRW, perlu melakukan pendekatan ke instansi terkait, misalnya Kementerian Kehutanan.

4) Pengawasan Pelaksanaan Kegiatan Dekonsentrasi

a. Perlu dilakukan sosialisasi mengenai mekanisme APBN;

b. Pemda dapat menghubungi Inspektorat maupun Kementerian Keuangan untuk mengkonsultasikan perihal anggaran Dekonsentrasi Kemenpera; c. Kelengkapan dan ketepatan waktu pelaporan keuangan perlu diperhatikan; d. Perlu penetapan petugas yang tetap sampai dengan akhir pelaksanaan

kegiatan;

e. Kinerja TAPP perlu diawasi oleh Pemda. Jika tidak layak, maka dapat menyampaikan untuk meminta penggantian personil kepada Kemenpera; f. SKPD turut mengawasi penggunaan anggaran Dekonsentrasi Kemenpera

sesuai aturan yang berlaku.

5) Mekanisme Monitoring dan Evaluasi Dekonsentrasi a. Perlu strategi mining di provinsi;

b. Terkait pendataan, akan dilakukan MoU antara Kemenpera dengan BPS Provinsi;

c. Perlu dilaksanakan pertemuan antara Pokja Nasional dengan Pokja PKP di daerah;

d. Akan dilakukan pengiriman ceklist/format isian untuk monev 2011 oleh Kemenpera;

e. Untuk menghindari multi tafsir terhadap format monev yang belum sederhana, maka akan dilakukan pengiriman softcopy format monev Dekonsentrasi 2011 kepada SKPD Provinsi, TAPP, dan Pokja PKP Daerah; f. Untuk pemahaman lebih lanjut dapat dilakukan konsultasi langsung dengan

Tenaga Ahli Kemenpera.

6) Struktur RAB Dekonsentrasi Tahun 2012

a. Telah dilakukan pembahasan terhadap struktur RAB dan hasilnya akan ditindaklanjuti;

b. Khusus usulan terkait belanja sewa, menunggu surat usulan dan bukti dukung dari SKPD Provinsi yang bersangkutan, selambat-lambatnya disampaikan pada tanggal 23 November 2011;

c. Honor Pokja;

d. Penambahan sewa kendaraan roda dua dan empat.

7) Evaluasi Pelaksanaan Tugas TAPP

a. Perlu diperjelas tanggung jawab dan pembagian tugas antara SKPD dan TAPP yang dapat dituangkan ke dalam TOR TAPP;

b. Narasumber diharapkan datang sebelum acara sehingga ada alokasi waktu untuk membahas skenario acara serta pembedahan modul sebelum acara dimulai;

d. Perlunya kesesuaian pengiriman narasumber dari pusat dengan permintaan dari daerah, untuk memberikan lebih banyak kesempatan narasumber dari daerah;

e. Perlu dilakukan evaluasi bersama narasumber setelah rangkaian kegiatan selesai;

f. Beberapa provinsi khusus, perlu dicari payung hukunya terkait tunjangan kinerja dari daerah;

g. Perlu dilakukan perkuatan modul-modul yang digunakan;

h. Pelaksanaan TOT perlu dilakukan lebih lama karena modul yang cukup padat;

i. Isi laporan akhir TAPP terkait proses kegiatan yang sudah berjalan.

8) Pembentukan Pokja PKP Kab/Kota

a. Maksud pembentukan Pokja PKP Kabupaten/Kota ini adalah untuk membentuk suatu wadah yang akan membicarakan perumahan dengan tujuan untuk meningkatkan koordinasi dan sinergitas pembangunan PKP di daerah;

b. Pembentukan Pokja PKP Kabupaten/Kota dalam pelaksanaannya hampir sama dengan pembentukan Pokja PKP Provinsi. Hanya saja tidak semua proses yang dilakukan sama persis;

c. Untuk hal-hal prinsip dalam pembentukan Pokja Kabupaten/Kota tidak jauh berbeda dengan pembentukan Pokja PKP Propinsi;

d. Narasumber akan dihadirkan dari provinsi, karena dianggap telah memiliki kapasitas yang cukup baik;

e. Untuk provinsi yang mendapat fasilitasi pembentukan lebih dari 1 Pokja Kabupaten/Kota akan dibantu dengan ketersedian TAPP dan Asisten TAPP.

9) Peran Pokja PKP

a. Pembentukkan Pokja PKP sebagai wadah koordinasi yang melibatkan unsur-unsur terkait. Perlu adanya kekompakan antar unsur yang terlibat dalam program yang ditangani lintas sektoral;

b. Pokja PKP perlu difungsikan sebagai penggerak koordinasi antara program, katalisator, pemegang mandat fasilitasi dan monev. Program perlu direncanakan dengan tepat, dilaksanakan secara efektif, dan berorientasi pada proses yang berkelanjutan;

c. Dalam merencanakan setiap program, setiap anggota Pokja harus berkoordinasi untuk menyamakan persepsi atau visi terlebih dahulu, kemudian menyamakan misi dan hal-hal teknis termasuk mekanisme kerja Pokja;

d. Pokja PKP harus aktif, dan menjaga koordinasi yang baik dengan pihak pemerintah yang berperan penting dalam pengambilan keputusan di pusat. Setiap rekomendasi Pokja agar didukung dengan data yang lengkap dan kuat, serta analisis yang akurat;

e. Sangat direkomendasikan untuk melibatkan pihak-pihak politis/legislatif dan kerjasama dengan media massa;

f. Produk-produk Pokja harus benar-benar dibuat oleh Pokja, jangan diserahkan kepada pihak ketiga agar dapat dikawal dengan baik, mulai dari proses hingga pencapaian programnya;

g. Pemilihan Anggota Pokja PKP harus tepat sesuai dengan bidang PKP; h. Pokja Pusat dan Daerah perlu saling mendukung dan diperlukan adanya

kesepakatan bersama terkait agenda rencana kerja atau rencana aksi;

i. Tetap mengundang instansi/lembaga terkait PKP, meskipun tidak masuk dalam keanggotaan Pokja;

j. Perlu diperluas dan diperkuat kerjasama dan koordinasi antar Pokja. Anggota Pokja satu dengan Pokja yang lain bisa saja sama;

k. Pokja Nasional merumuskan rekomendasi, langkah kerja, dan hal-hal terkait advokasi, sosialisasi kebijakan, teknis pelaksanaan, dan koordinasi kemitraan serta kelembagaan;

l. Pokja Nasional harus mendorong dan mendukung rancangan program perumahan yang tepat sasaran bagi MBR;

m. Perlunya keaktifan dalam hal koordinasi antar Pokja maupun dengan K/L dan Pemerintah Daerah. Untuk itu Pokja PKP dapat mengkaji hal tersebut secara mendalam;

n. Nama Pokja dibuat agar diharapkan dapat berperan lebih fleksibel dalam menjalankan fungsinya.

5.4.13. Rekomendasi dan Rencana Tindak Lanjut

Dalam dokumen Laporan Pelaksanaan Dekon sentrasi Lingku (Halaman 67-72)

Dokumen terkait