• Tidak ada hasil yang ditemukan

PERMASALAHAN DAN ISU-ISU STRATEGIS DAERAH

3.2. Isu Strategis

3.2.2. Hasil Telaahan KLHS Kabupaten Minahasa Tenggara

Sesuai amanat Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup (PPLH), pemerintah wajib menyusun Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) untuk memastikan bahwa prinsip pembangunan berkelanjutan telah menjadi dasar dan terintegrasi dalam pembangunan suatu wilayah dan/atau kebijakan, rencana, dan/atau program. KLHS ini selanjutnya wajib dilaksanakan oleh pemerintah daerah dalam penyusunan perencanaan program pembangunan daerah, salah satunya dokumen Rencana Pembangunan Jangaka Panjang Daerah (RPJPD).

Penyusunan Perubahan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (P-RPJPD) di daerah memerlukan hasil analisis yang sistematik, menyeluruh, dan selaras dengan visi serta misi suatu daerah. Dalam penyusunan Perubahan RPJPD, diperlukan masukan analisis yang sistematis, menyeluruh, dan partisipatif dalam rangka mendukung perumusan isu-isu strategis daerah dan arah kebijakan atau rencana program pembangunan. Tentunya diperlukan suatu rekomendasi yang dapat menjadi dasar bagi penyusunan kebijakan, rencana, dan/atau program pembangunan dalam suatu wilayah. Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) merupakan salah satu instrumen yang mampu memberikan rekomendasi dengan fokus utama:

mengintegrasikan pertimbangan lingkungan pada tingkatan pengambilan keputusan yang bersifat strategis, yakni pada aras kebijakan, rencana dan program pembangunan.

Berdasarkan UU 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, dalam pasal 260 ayat (1) menyatakan Daerah sesuai dengan kewenangannya menyusun rencana pembangunan Daerah sebagai satu kesatuan dalam sistem perencanaan pembangunan nasional, dan dalam pasal 263 ayat (1) disebutkan salah satu dokumen perencanaan pembangunan Daerah adalah RPJPD. Sekaitan dengan penyusunan RPJPD tersebut Pemerintah melalui UU No.32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan

BAB III | 8

Lingkungan Hidup, dalam Pasal 15 ayat (2) menyatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah wajib melaksanakan KLHS ke dalam penyusunan atau evaluasi: (a) rencana tata ruang wilayah (RTRW) beserta Rencana Rincinya, Rencana Pembangunan Jangka Panjang (RPJP), dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Nasional, Provinsi, dan Kabupaten/Kota; dan (b) kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup.

Disamping itu Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 46 Tahun 2016 Tentang Tata Cara Penyelenggaraan KLHS pada pasal 2 ayat 1 mengamanatkan bahwa KLHS sebagaimana dimaksud wajib dilaksanakan ke dalam penyusunan atau evaluasi rencana tata ruang wilayah beserta rencana rincinya, RPJP nasional, RPJP daerah, RPJM nasional, dan RPJM daerah, serta kebijakan, rencana, dan/atau program yang berpotensi menimbulkan dampak dan/atau resiko lingkungan hidup. Pada pasal 29 ayat 2 semakin ditegaskan bahwa dalam hal terdapat perubahan terhadap dokumen Kebijakan, Rencana, dan/atau Program, terhadap KLHS dilakukan peninjauan kembali bersamaan dengan perubahan dokumen Kebijakan, Rencana dan/atau Program. Selanjutnya Kementerian Dalam Negeri menerbitkan Peraturan Menteri Dalam Negeri No. 7 Tahun 2018 tentang Pembuatan dan Pelaksanaan Kajian Lingkungan Hidup Strategis (KLHS) dalam Penyusunan Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD).

Identifikasi mutankebijakan, rencana dan program Perubahan rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2005 – 2025 yang berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap kondisi Lingkungan Hidup dilakukan untuk menemukan dan menentukan muatan kebijakan, rencana, program yang harus dianalisis untuk mengetahui pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan hidup.

Hasil identifikasi muatan KRP Perubahan RPJPD Kabuapten Minahasa Tenggara Tahun 2005-2025 dari 48 arah kebijakan yang diidentifikasikan terdapat 8 Arah kebijakan yang diperkirakan akan menimbulkan dampak/resiko pada lingkungan hidup, hasil identifikasi dapat dilihat pada Tabel 3.1. Adalah sebagai berikut :

BABA III I 9

Tabel 3.1

Identifikasi Materi Muatan KPR Yang Diperkirakan Menimbulkan Dampak/Resiko Lingkungan Hidup

No Muatan Kebijakan, Rencana dan/atau Program

Menciptakan Iklim Investasi yang kondusif, dengan meningkatkan keamanan dan kenyamanan berinvestasi di mInahasa Tenggara

_ _ _ _ _ + + _ +

2

Peningkatan Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya ALam dengan Berdaya Saing melalui penciptaan nilai tambah di daerah dengan program hilirisasi Pelabuhan Internasional HUB dan Simpul Konektifitas Nasional

_ _ _ _ _ + + _ +

BABA III I 10 No Muatan Kebijakan, Rencana

dan/atau Program berbasis pertanian dan wisata

bahari _ _ _ _ _ + + _ +

5

Pembangunan Infrastruktur akses ke tiga sektor utama dengan

berkualitas _ _ _ _ _ + + _ +

6

Meningkatkan Modernisasi dan Teknologi di Bidang perdagangan, pariwisata dan investasi dengan konsep trade tourism dan investment (TTI) dan MICE

_ _ _ _ _ + + _ +

MISI IV 1

Perbaikan dan Penyediaan Akses ke daerah tujuan wisata di Kabuapten

Minahasa Tenggara _ + _ _ + + + + +

MISI V -

Ket : ( - ) = Berdampak, (+) = Tidak Berdampak

Hasil dari identifikasi muatan KRP yang diperkirakan menimbilkan dampak/resiko lingkungan hidup disintesakan dengan identifikasi isu Pembangunan berkelanjutan Prioritas untuk mengetahui arah kebijakan mana yang akan dikaji lebih lanjut, hasil sintesa dapa dilihat pada tael 3.2.

BABA III I 11

Tabel 3.2. Sintesa Muatan KRP dengan Isu Pembangunan berkelanjutan Prioritas

No Muatan Kebijakan, Rencana dan /atau Program

Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas Pengelolaan

Persdampahan Kemiskinan Bencana Alam

Alih Fungsi Hutan dan

Lahan

Ketahanan

Pangan Ket

1 Menyediakan dan melengkapi sarana dan

prasarana/fasilitas pendidikan X XX X XX X Tidak Perlu

Dikaji 2 Menciptakan Iklim Investasi yang kondusif, dengan

meningkatkan keamanan dan kenyamanan berinvestasi di mInahasa Tenggara

X XXX XX XXX XXX Perlu Dikaji

3 Peningkatan Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya ALam dengan Berdaya Saing melalui penciptaan nilai tambah di daerah dengan program hilirisasi

X XX XXX XXX XXX Perlu Dikaji

4 Pengembangan Agribisnis. Agroindustri dan Kawasan Agropolitan sebagai upaya optimalisasi produksi dan produktifitas untuk memanfaatakan pelabuhan Bitung Sebagai Pelabuhan Internasional HUB dan Simpul Konektifitas Nasional

XX XX XX XX XX Tidak Perlu

Dikaji

5 Pengembangan Konsep Pariwisata berbasis pertanian

dan wisata bahari XX X X X XX Tidak Perlu

Dikaji 6 Pembangunan Infrastruktur akses ke tiga sektor

utama dengan berkualitas X X XXX XXX XXX Perlu Dikaji

7 Meningkatkan Modernisasi dan Teknologi di Bidang perdagangan, pariwisata dan investasi dengan konsep trade tourism dan investment (TTI) dan MICE

XX XX X XX Tidak Perlu

Dikaji 8 Perbaikan dan Penyediaan Akses ke daerah tujuan

wisata di Kabuapten Minahasa Tenggara X X X XX XX Tidak Perlu

Dikaji Ket : X = Berdampak Rendah

XX = Berdampak sedang

XXX = Berdampak TinggiPenting

BAB III | 12

Kebijakan rencana dan program (KRP) yang dianalisis pengaruhnya terhadap kondisi lingkungan hidup adalah KRP yang telah teridentifikasi berpotensi menimbulkan pengaruh terhadap Kondisi Lingkungan Hidup dar hasil sintesa antara muatan KRP dan Isu Pembangunan Berkelanjutan Prioritas maka dari 8 arah kebijakan yang diperkirakan menimbulkan dampak.resiko lingkungan arah kebijakan yang diperkirakan menimbulkan dampak/resiko lingkungan hidup hanya 4 arah kebijakan saja yang dikaji lebih lanjut.

Berikut analisis pengaruh mutan KRP terhadap lingkungan hidup :

1. Menciptakan Iklim Investasi yang kondusif, dengan meningkatkan keamanan dan kenyamanan berinvestasi di MInahasa Tenggara

a. Terlampauinya kapasitas daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup untuk kegiatan investasi tentu berpengaruh secar alangsung seperti investasi di bidang pertambangan dan industry yang nantinya akan menghasilkan limbah yang apabila tidak dikelola dengan baik akan berpengaruh terhadap daya tamping lingkungan hidup karena besarnya beban pencemaran yang akan ditimbulkan dari kegiatan ini, selain itu invesatasi juga memerlukan lahan yang cukup besar untuk pengembangannya. Kegiatan ini akan berdampak pada daya dukung lingkungan baik air maupun pangan. Pemerintah Minahasa Tenggara Perlu melakukan analisa lebih lanjut untuk menyediakan laha disesuaikan dengan RTRW baik Provinsi maupun Kabupaten juga perlu dilakukan penyusunan Daya Dukung dan Daya Tampung Lingkungan Hidup dengan Skala 1 : 50.000 untuk mengantisipasi ketersediaan lahan untuk investasi sehingga tidak menimbulkan pencemaran dan keruskan lingkungan.

b. Dampak dan resiko lingkungan hidup, diperkirakan akan secara langsung berpengaruh. Karena pembangunan investasi tentunya akan meningkatkan jumlah sampah dan polusi, penurunan muka tanah, dan resiko terhadap lingkungan hidup lainnya.

c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem tentunya akan berpengaruh secara langsung terkait dengan alih fungsi hutan dan lahan.

d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam akan dipengaruhi secara langsung karena pembangunan investasi tentunya akan berpotensi mengeksploitasi pemanfaatan sumber daya alam.

e. Tingkat kerentanan dan kapasitas adaptasi terhadap perubahan iklim berpotensi meningkat seiring dengan pembangunan investasi karena semakin banyaknya ruang yang terbangun, misalnya suhu udara kota semakin panas dan polusi udara.

BAB III | 13

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati diperkirakan akan terganggu diakibatkan oleh banyaknya ruang yang akan terpakai oleh pembangunan dalam investasi.

2. Peningkatan Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya ALam dengan Berdaya Saing melalui penciptaan nilai tambah di daerah dengan program hilirisasi

a. Terlampainya kapasitas daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup untuk arah kebijakan Peningkatan Optimalisasi pemanfaatan Sumber Daya ALam dengan Berdaya Saing melalui penciptaan nilai tambah di daerah dengan program hilirisasi tentunya akan berpengaruh secara langsung karena pemanfaatan sumber daya alam yang berlebihan akan mempengaruhi daya dukung dan daya tamping suatu wilayah.

b. Dampak dan resiko lingkungan hidup, diperkirakan akan secara langsung berpengaruh, karena arah kebijakan ini dapat berdampak langsung terhadap lingkungan hidup terkait perubahan bentang alam sebagai impact dari alih fungsi hutan dan lahan yang akan dimanfaatkan, dan juga berpotensi menimbulkan pencemaran akibat dari pembangunan industry untuk tujuan hilirisasi.

c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem tentunya akan berpengaruh secara langsung akibat dari pelaksanaan arah kebijakan ini terutama terhadap jasa ekosistem pengatur air, ketersediaan air dan pangan.

d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam akan dipengaruhi secara langsung karena arah kebijakan ini berorientasi langsung terhadap pemanfaatan sumber daya alam untuk itu Pemerintah Kabupaten Minahasa Tenggara perlu melakukan pengawasan dan pengendalian melalui regulasi yang ada.

e. Tingkat kerentanan dan kapsitas adaptasi terhadap perubahan iklim berpotensi meningkat seiring dengan pembangunan industry karena semakin banyak ruang yang terbangun, misalnya suhu udara semakin panas dan polusi udara.

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati diperkirakan akan terganggu diakibatkan oleh banyaknya ruang yang akan terpakai oleh pembangunan.

3. Pembangunan Infrastruktur akses ke tiga sektor utama dengan berkualitas

a. Terlampainya kapasitas daya dukung dan daya tamping lingkungan hidup untuk arah kebijakan Pembangunan Infrastruktur akses ke tiga sektor utama dengan berkualitas tentunya akan berpengaruh secara langsung terkait dengan pembangunan jalan serta infrastruktur lainnya yang memanfaatkan lahan yang cukup besar.

BAB III | 14

b. Dampak dan resiko lingkungan hidup, diperkirakan akan secara langsung berpengaruh, karena arah kebijakan ini dapat berdampak langsung terhadap lingkungan hidup terutama dalam pembangunan infrastruktur jalan dimana kondisi geografis dari Kabupaten Minahasa Tenggara yang berbukit sehingga kegiatan pengembangan jalan akan berdampak pada pemotongan punggung bukit sehingga dapat beresiko terjadinya tanah longsor. Hal ini dapat diantisipasi dengan pembuatan tanggul penahan tanah dan teknologi lainnya serta pembuatan drainase untuk mengalirkan air pada tubuh jalan sehingga kualitas jalan dapat bertahan lebih lama.

c. Kinerja layanan atau jasa ekosistem tidak akan berdampak secarea langsung, namun untuk jangka panjang akan mengganggu kinerja layanan jasa ekosistem.

d. Efisiensi pemanfaatan sumber daya alam akan dipengaruhi secara langsung karena pembangunan sarana dan prasarana tentunya akan berpotensi mengeksploitasi pemanfaatan sumber daya alam.

e. Tingkat kerentanan dan kapsitas adaptasi terhadap perubahan iklim berpotensi meningkat seiring dengan pembangunan sarana dan prasarana perkotaan ini, misalnya suhu udara semakin panas dan polusi udara.

f. Tingkat ketahanan dan potensi keanekaragaman hayati diperkirakan akan terganggu diakibatkan oleh banyaknya ruang yang akan terpakai oleh pembangunan.