• Tidak ada hasil yang ditemukan

2,00 4,00 6,00 8,00 10,00 12,00 14,00 16,00 18,00

2013 2014 2015 2016 2017

Sulwesi Utara Minahasa Tenggara

II - 30

KABUPATEN/KOTA TAHUN

2013 2014 2015 2016 2017 Bolaang Mongondow Utara 9,61 9,32 9,72 9,38 8.89 Kep. Siau Tagulandang Biaro 9,48 11,36 11,08 10,58 10.33 Minahasa Tenggara 16,10 15,84 15,88 14,71 14.08 Bolaang Mongondow Selatan 15,28 15,07 15,17 14,85 14.16 Bolaang Mongondow Timur 6,92 6,64 6,90 6,77 6.2

Manado 4,88 4,76 5,63 5,24 5.46

Bitung 6,45 6,24 6,87 6,57 6.62

Tomohon 6,57 6,28 6,78 6,56 6.47

Kotamobagu 5,98 5,77 5,85 6,01 5.9

Sulawesi Utara 8,50 8,26 8,65 8,34 8.1

Indonesia 11,47 10,96 11,13 10,70 10,12

Sumber : Minahasa Tenggara Dalam Angka 2018

Sampai saat ini, kemiskinan masih menjadi tantangan besar bagi setiap daerah dalam melaksanakan kegiatan pembangunan. Masih perlunya peningkatan pemenuhan kebutuhan dasar bagi warga miskin menjadi salah satu masalah sosial perkotaan yang harus diselesaikan pemerintah secara konsisten melalui sinergitas program pembangunan daerah. Berbagai upaya telah dilakukan oleh pemerintah melalui program dan kegiatan untuk menurunkan angka kemiskinan. Upaya-upaya tersebut baik dilakukan oleh pemerintah pusat maupun daerah. Dalam melaksanakan program dan kegiatan penanggulangan kemiskinan perlu adanya ketepaduan antara pemerintah kota, dunia usaha, perguruan tinggi dan masyarakat yang peduli terhadap pengentasan kemiskinan.

Tabel. 2.21

Jumlah Penduduk Miskin Menurut Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2013‒2017

(Dalam 000)

KABUPATEN/KOTA TAHUN

2013 2014 2015 2016 2017 Bolaang Mongondow 20,20 19,84 20,04 19,55 19,05

Minahasa 28,46 27,96 28,88 27,64 26,34

Kep. Sangihe 15,67 15,40 15,87 15,95 15,38

Kep. Talaud 8,96 8,80 8,92 9,22 8,84

Minahasa Selatan 20,37 20,02 20,88 20,42 20,26

Minahasa Utara 15,65 15,38 16,03 15,71 14,93

Bolaang Mongondow Utara 7,16 7,03 7,38 7,22 6,95 Kep. Siau Tagulandang Biaro 7,40 7,27 7,15 6,69 6,81 Minahasa Tenggara 16,63 16,34 17,45 16,19 15,57 Bolaang Mongondow Selatan 9,24 9,07 9,40 9,35 9,05 Bolaang Mongondow Timur 4,64 4,56 4,73 4,69 4,37

Manado 20,55 20,18 23,96 22,41 23,39

II - 31

KABUPATEN/KOTA TAHUN

2013 2014 2015 2016 2017

Bitung 12,88 12,65 14,13 13,64 14

Tomohon 6,40 6,28 6,77 6,63 6,69

Kotamobagu 6,89 6,77 6,95 7,24 7,28

Sulawesi Utara 201,09 197,56 208,54 202,82 198,88

Indonesia 28,55

Juta

27,37 Juta

28,51 juta

27,76 Juta

26,58 Juta

Sumber : Minahasa Tenggara Dalam Angka 2018

2.2.1.6 Angka Kriminalitas

Dinamika perkembangan Kabupaten Minahasa Tenggara yang pesat dengan kemajemukan masyarakat akan berdampak pada perubahan sosial di masyarakat.

Disisi lain peningkatan jumlah penduduk yang tidak seimbang dengan ketersediaan fasilitas akan berdampak negatif seperti semakin bertambahnya tingkat pengangguran, bertambahnya angka kemiskinan, akan memicu meningkatnya angka kriminalitas. Selama 5 tahun dari tahun 2013 – 2017, jumlah tindak pidana menonjol (crime index) menurut jenis dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 2.22

Angka Kriminalitas Kabupaten Minahasa Tenggara Tahun 2013-2017

URAIAN satuan Tahun

2013 2014 2015 2016 2017 Jumlah tingkat Kriminal

Yang Tertangani Kasus 708 766 791 943 311

Jumlah Penduduk Jiwa 102.228 103.818 104.536 105.163 105.174 Angka Kriminalitas yang

tertangani % 69,25 73,78 75,66 89,67 30

Sumber : Polres Minahasa Selatan 2018

Meskipun secara statistik total jumlah kriminalitas menurun, namun secara rata-rata 5 tahun terakhir masih cukup tinggi. Hal ini dapat diindikasikan bahwa kesadaran masyarakat untuk menjaga ketertiban dan ketentraman serta kepatuhan masyarakat terhadap peraturan perundangan masih perlu dioptimalkan.

2.2.2 Aspek Kesejahteraan Masyarakat 2.2.2.1 Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Indeks yang dipakai untuk menunjukkan aspek-aspek peluang hidup panjang dan sehat, mempunyai pengetahuan dan ketrampilan yang memadai, serta hidup layak adalah IPM. Indikator ini meruapakan kemudahan dalam aspek sosial, budaya dan aspek ekonomi.

II - 32

Sebelumnya, komponen penyusun IPM adalah : Angka harapan hidup (e0) Angka melek huruf (AMH), rata-rata lama sekolah (RLS), kombinasi APK serta PDB per kapita. Namun pada tahun 2010, UNDP merubah metodologi IPM, beberapa perubahan yang dilakukan yakni :

- Mengganti Angka melek huruf (AMH) dengan Harapan lama sekolah (HLS).

- Mengganti Produk Domestik Bruto (PDB) perkapita menjadi Produk Nasional Bruto (PNB) perkapita.

- Metode agregasi diubah dari rata-rata aritmatik menjadi rata-rata geometrik.

Perubahan metodologi IPM tahun 2010 oleh UNDP tersebut diadopsi oleh BPS dalam penghitungan IPM 2014 keatas dengan alasan: Beberapa indikator sudah tidak tepat untuk digunakan dalam penghitungan IPM. Angka Melek Huruf (AMH) sudah tidak relevan dalam mengukur pendidikan secara utuh karena tidak dapat menggambarkan kualitas pendidikan. Selain itu, karena AMH di sebagian besar daerah sudah tinggi, sehingga tidak dapat membedakan tingkat pendidikan antar daerah dengan baik. Indikatr selanjutnya, Produk Domestik Bruto (PDB) per kapita tidak dapat menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah diganti dengan Produk Nasional Bruto (PNB) karena lebih menggambarkan pendapatan masyarakat pada suatu wilayah.

Berdasarkan komponen penyusun IPM, angka harapan hidup rata-rata masyarakat Kabupaten Minahasa Tenggara pada Tahun 2012 adalah 69,37 tahun meningkat naik menjadi 69,53 tahun di 2016, angka harapan lama sekolah adalah 11,21 tahun di ahun 2012 meningkat menjadi 11,51 tahun di tahun 2016.

Untuk rata-rata lama sekolah ditahun 2012 berada pada 8,18 tahun meningkat menjadi 8,39 tahun, sedangkan pengeluaran per kapita rata-rata adalah Rp.93,61 di tahun 2012 meningkat 10,002 di tahun 2016. Secara keseluruhan, IPM Minahasa Tenggara pada Tahun 2012 menyentuh point 67,10% menempati peringkat delapan se Kabupaten/ Kota se Sulawesi Utara. Sedangkan Tahun 2016 menyentuh point 68,42% menempati perikat delapan se Kabupaten/Kota se Sulawesi Utara.

Pencapaian IPM Minahasa Tenggara dalam 5 tahun terakhir masuk kedalam kategori tinggi dengan angka capaian ≥70 dan <80. Hal ini menunjukkan bahwa bidang kesehatan, pendidikan dan ekonomi mengalami peningkatan dibandingkan periode sebelumnya. Hal-hal yang perlu dilakukan untuk meningkatkat pembangunan manusia diKabupaten Minahasa Tenggara, antara lain yaitu: harus

II - 33

selalu menerapkan pola hidup bersih dan sehat dalam kehidupan masyarakat, hal ini merupakan salah satu penentu perbaikan derajat kesehatan masyarakat namun dalam kenyataannya hal ini cukup sulit diintervensi. Peran Pemerintah harus terus ditingkatkan dalam hal sosialisasi Pola Hidup Sehat. Penuntasan buta huruf dan penurunan angka putus sekolah harus tetap ditingkatkan. Beasiswa pendidikan dan penyediaan infrastruktur pendidikan harus terus dikawal oleh Pemerintah.

Dalam rangka meningkatkan daya beli masyarakat, upaya pengembangan skala mikro dan usaha kecil menengah merupakan alternatif untuk menaikkan pendapatan masyarakat yang masih rendah dan bermuara pada peningkatan daya beli.

Tabel 2.23

Komponen pembentuk IPM per Kabupaten Minahasa Tenggara

IPM KABUPATEN MINAHASA TENGGARA

Tahun

Sumber : Minahasa Tenggara Dalam Angka 2018

Tabel. 2.24

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Menurut

Kabupaten/Kota di Provinsi Sulawesi Utara, 2013‒2017

KABUPATEN/KOTA TAHUN

Sumber : Minahasa Tenggara Dalam Angka 2018

II - 34 2.2.2.4 Aspek Pendidikan

Strategi pembangunan pendidikan dijabarkan melalui empat sendi pokok yaitu Pemerataan kesempatan, Relevansi pendidikan dengan pembangunan, Kualitas pendidikan dan Efisiensi pengelolaan. Pemerataan kesempatan pendidikan diupayakan melalui penyediaan sarana dan prasarana belajar seperti gedung sekolah baru dan penambahan tenaga pengajar mulaidari pendidikan dasar sampai pendidikan tinggi. Relevansi pendidikan merupakan konsep link and match, yaitu pendekatan atau strategi meningkatkan relevansi sistem pendidikan dengan kebutuhan lapangan kerja.

Kualitas pendidikan adalah menghasilkan manusia terdidik yang bermutu dan handal sesuai dengan tuntutan zaman. Sedangkan efisiensi pengelolaan pendidikan dimaksudkan bahwa pendidikan diselenggarakan secara berdayaguna dan berhasil guna.

Jika dibandingkan tahun 2013, angka melek huruf Kabupaten Minahasa Tenggara tahun 2016 mengalami peningkatan. Pada tahun 2013 angka melek huruf sebesar 99,5% artinya bahwa di Kabupaten Minahasa Tenggara pada tahun 2013 masih ada 0,5% penduduk usia 15 tahun ke atas yang masih buta huruf.

Sedangkan untuk tahun 2017 angka melek huruf sebesar 99,71%, hal ini mengindikasikan bahwa hampir sebagian besar penduduk Kabupaten Minahasa Tenggara mampu untuk membaca dan menulis serta menyerap informasi dengan baik. Persentase angka melek huruf yang tinggi di Kabupaten Minahasa Tenggara ini juga mengindikasikan ketersediaan sarana dan prasana pendidikan yang cukup memadai.

Rata-rata lama sekolah Penduduk Minahasa Tenggara tahun 2013 2016 belum menamatkan Pendidikan Dasar 9 tahun. Dimana Tahun 2013 rata-rata lama sekolah 8.24 tahun meningkat menjadi 8.38 tahun di tahun 2015 dan pada tahun 2016 menjadi 8,39 tahun.

Pada Tahun 2013 Angka partisipasi kasar (APK) pada jenjang pendidikan SD/MI mencapai 114,78%, jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai 76,67%, jenjang pendidikan SMA/MA/sederajat mencapai 88,21%, sampai tahun 2016 Angka partisipasi kasar (APK) pada jenjang pendidikan SD/MI mencapai 114.50%,jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai 91,90%, jenjang pendidikan SMA/MA/sederajat mencapai 78,20%. Ditahun 2017 Angka partisipasi kasar (APK) pada jenjang pendidikan SD/MI mencapai 108,51%,jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai 99,3.%. Sedangkan untuk Angka partisipasi Murni (APM) pada Tahun

II - 35

2013 bagi jenjang pendidikan SD/MI/sederajat mencapai 94,14%, jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai 63,55%, jenjang pendidikan SMA/MA/sederajat mencapai 55,24%. Di tahun 2017 bagi jenjang pendidikan SD/MI/sederajat mencapai 91,98%, jenjang pendidikan SMP/MTs mencapai 76,53%.

Tahun 2013- 2016 Penduduk Minahasa Tenggara yang berusia 15 tahun keatas menyelesaikan Pendidikan SD sampai SMP berfluktuatif, dimana Penduduk yang menamatkan SD sebanyak 33,24% tahun 2013, 23,17% tahun 2015, 32,62% tahun 2016, 28,32% ditahun 2017. Menamatkan SMP sebanyak 21,85%

tahun 2013, 25,80% tahun 2015, 16,74% tahun 2016, tahun 2017, sebesar 19,76

Tabel 2.25

Kinerja Makro Urusan Pendidikan FokusKesejahteraan Sosial Tahun 2013-2017

Uraian 2013 2014 2015 2016 2017

Angka Melek Huruf 99.5 99,6 99,7 99,71 99,8

Rata-rata Lama Sekolah (Tahun) 8,24 8,37 8,38 8,39

Angka Partisipasi Murni:

SD 114,78 106,98 113,85 114,50 91,98

SMP 76,67 86,49 63,55 67,28 76,53

Angka Partisipasi Kasar :

SD 114,78 106,98 97,65 114.50 108,51

SMP 86,67 86.49 96,81 80,19 99,33

Jumlah Penduduk Yang

Menamatkan SD (%) 32,24 28,22 23,17 32,62 28,32

Jumlah Penduduk Yang

Menamatkan SMP (%) 21,85 22,13 25,80 16,74 19,76

2.2.2.5 Aspek Kesehatan

Untuk mencapai umur panjang yang sehat adalah tujuan dari pembangunan manusia dibidang kesehatan. Peningkatan derajat kesehatan dipengaruhi oleh empat faktor penentu, antara lain: Faktor lingkungan, Perilaku kesehatan, Pelayanan kesehatan dan Kependudukan/keturunan. Dari empat faktor tersebut yang dapat diintervensi dengan cepat yaitu Faktor kesehatan lingkungan dan faktor Pelayanan kesehatan.

Berdasarkan data dari dinas Kesehatan sesuai tabel di bawah ini terlihat bahwa indikator angka Angka usia harapan hidup meningkat dari 69,44 tahun ditahun 2013 menjadi 72,2 tahun pada tahun 2017. Sedangkan untuk persentase gizi buruk tahun 2013 terjadi 0 kasus ditahun 2013 dan 2014 sedangkan ditahun 2015 s/d 2017 terjadi 1 kasus.

II - 36 Tabel 2.26

Kinerja Makro Urusan Kesehatan Fokus Kesejahteraan Sosial Tahun 2013-2017

Uraian Satuan 2013 2014 2015 2016 2017 Angka usia harapan hidup Tahun 69,44 69,48 69,48 69,53 72,2 Persentase balita gizi

buruk % 0,01 0,06 0.04 0.02 0.01

Prevalensi balita gizi

kurang % 0,62 0,86 0,93 0,91 0,92

Cakupan Desa Siaga Aktif % 100 100 100 100 100

2.2.2.6 Ketenagakerjaan

Kesempatan kerja merupakan hubungan antara angkatan kerja dengan kemampuan penyerapan tenaga kerja. Pertambahan angkatan kerja harus diimbangi dengan investasi yang dapat menciptakan kesempatan kerja. Dengan demikian, dapat menyerap pertambahan angkatan kerja. Secara singkat dapat dikatakan bahwa pertumbuhan ekonomi mempengaruhi ketenagakerjaan dari sisi permintaan (menciptakan lapangan kerja) dan sisi penawaran (meningkatkan kualitas tenaga kerja).

Dalam ilmu ekonomi, kesempatan kerja berarti peluang atau keadaan yang menunjukkan tersedianya lapangan pekerjaan sehingga semua orang yang bersedia dan sanggup bekerja dalam proses produksi dapat memperoleh pekerjaan sesuai dengan keahlian, keterampilan dan bakatnya masing-masing. Kesempatan kerja (demand for labour) adalah suatu keadaan yang menggambarkan/ketersediaan pekerjaan (lapangan kerja untuk diisi oleh para pencari kerja). Dengan demikian kesempatan kerja dapat diartikan sebagai permintaan atas tenaga kerja.

Untuk melihat kesempatan kerja, dapat dilihat dari beberapa indikator yakni :