BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA
D. Hasil Temuan Perbedaan Struktur Tematik, Skematik,
1. Perbadaan struktur tematik membangun wacana
Tematik adalah hal yang diamati dalam struktur makro, analisis wacana Teun Van Dijk. Topik merupakan elemen yang terdapat dalam tematik. Topik menunjukkan inti pesan atau informasi yang paling penting yang ingin disampaikan komunikator dalam hal ini wartawan. Dengan topik, kita dapat mengetahui masalah dan tindakan yang diambil oleh wartawan dalam mengatasi masalah.
2. Perbedaan struktur skematik membangun wacana
Skematik merupakan strategi wartawan untuk mendukung topik tertentu yang ingin disampaikan dengan menyusun bagian-bagian dengan urutan-urutan tertentu. Skematik yang memberikan tekanan mana yang didahulukan, dan bagian mana yang diakhirkan untuk menyembunyikan informasi penting.106
3. Perbedaan semantik membangun wacana
Semantik adalah disiplin ilmu bahasa yag menelaah makna satuan lingual, baik makna leksikon yaitu makna untuk semantik yang terkecil yang disebut dengan makna gramatikal. Dengan kata lain, semantik tidak hanya mendefinisikan bagian mana yang penting dari struktur wacana, tetapi juga menggiring ke arah tertentu dari suatu peristiwa. Eleman yang diamati dalam semantik adalah latar, detail, maksud, pra-anggap, dan nominalisasi.
106
BAB V PENUTUP
Kesimpulan
Setelah menjalaskan dan menganalisa bahasan-bahasan yang telah dipaparkan pada bab-bab sebelumnya, dan di perkuat dengan wawancara langsung, maka dapat disimpulkan bahwa pemberitaan kekerasaan TKW di Harian Umum Republika sebagai berikut:
1. Struktur Wacana
a) Secara struktur makro, rentetan tema berita yang dikamas oleh Harian umum Republika menjelaskan bahwa Harian Umum Republika ikut mengungkapkan kondisi-kondisi beberapa para TKW yang menjadi korban penganiayaan dan kekerasan. Harian Umum Republika juga mengecam para pelaku penganiayaan dan kekerasan.
b) Secara super struktur, Harian Umum Republika mengemas alur berita dengan skema tentang kondisi para TKW yang menjadi korban kekerasan, penyiksaan dan penganiayaan. Seperti kikim yang meninggal dunia dan kemudian mayatnya ditemukan di tempat sampah, Abra Madinah, karena disiksa dan dianiaya majikannya, padahal niat kikim menjadi TKW untuk menyekolahan anak-anaknya dan melepaskan hidup mereka dari kemiskinan agar bisa hidup mereka menjadi lebih layak. Kasus ini
tidak dapat perhatian dari pemerintah pusat maupun daerah. Sungguh ironis bahwa bangsa Indonesia bangsa yang berdaulat dan berwibawa dimata negara lain tidak mampu melindungi hak-hak asasi warga negaranya sendiri. Hal ini memicu kemarahan di berbagai kalangan. Baik kalangan buruh, perempuan, lembaga- lembaga masyarakat dan elit politik. Mereka menganggap pemerintah tidak bisa mengurusi permasalahan TKW.
c) Secara struktur mikro, bedasarkan latar, detail, dan maksud Republika selalu memaparkan kecaman dan penolakan terhadap segala macam penyiksaan dan penganiayaan yang melangar norma-norma prikemanusiaan.
Republika tidak menampilkan gaya bahasa dalam berita ini. Bentuk kalimat yang digunakan kalimat langsung, kata ganti yang digunakan secara umum adalah kata ganti pernyataan dari nara sumber.
2. Kognisi sosial
Dilihat dari kognisi sosial, dengan dasar idiologi nasionalisme wartawan merasa sepenanggungan apa yang dialami oleh korban kekerasan TKW di luar negeri. Hal ini juga dirasakan oleh madia cetak Harian Umum Republika yang mana idiologinya sebagai koran umat yang mempunyai prinsip dalam keterlibatannya menjaga kesatuan bangsa dan kepentingan umat yang bedasarkan pemahaman rahmatan lil alamin, pemberitaan yang ditulis oleh wartawan berusaha memberitahukan kepada pembaca bahwa pemberitaan kekerasan TKW
kasusnya harus segera diungkapkan dan para pelakunya harus dihukum seadil- adilnya.
3. Konteks sosial
Dalam konteks sosial dapat diketahui bahwa Harian Umum Republika sebagai koran muslim dengan garis keberpihakan dengan umat dan menjunjung tinggi kebenaran. Unsur bias ini tidak dapat terlepas dari visi Harian Umum Republika. Harian Umum Republika ingin memberitahukan masyarakat Indonesia bahwa perlu kesadaran bagi bangsa Indonesia bahwa apa yang harus dilakukan untuk menyikapi masalah itu. Juga sebagai sebuah tantangan bagaimana menyelesaikan masalah tersebut sampai akhir.
Saran-saran
1. Berita yang dipaparkan Republika dilakukan secara kontinyu dan up to date berkaitan dengan hal-hal terbaru dalam kasus pemberitaan kekerasan TKW, namun kiranya perlu diberitahukan kepada khalayak ramai tentang penyelesaian kasus kekerasan TKW yang terjadi baik kasus lama ataupun kasus TKW baru dan bagaimana sikap pemerintah terhadap kekerasan yang dialami oleh TKW.
2. Dalam rentang empat hari pemberitaan kasus kekerasan TKW Republika tidak menyinggung pernyelesaian dari kasus tersebut pada pengadian tempat terjadinya kekerasan baik yang bekerja di timur tengah ataupun di negara lain.
3. Untuk memenuhi unsur chack dan balance terhadap suatu berita, Republika harus secara langsung mencari tahu bagaimana kekerasan itu terjadi baik dengan jalur diplomasi ataupun dengan mewawancarai secara langsung pelaku kekerasan TKW.
4. Untuk penelitian dapat dilakukan dengan secara langsung meneliti ke PJTKI dan departemen keternagakerjaan untuk mendapatkan data yang lebih maksimal mengenai kasus kekerasan TKW di luar negeri.
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Pendidikan Nasional, Kamus Besar Bahasa Indonesia-KBBI, Jakarta: Balai Pustaka,. 2001
Eneste, Pamusuk, Buku Pintar Sastra Indonesia, Jakarta: Republika :2001
Eriyanto, Analisa Wacana: Pengantar Analisis Teks Media, Yoygakarta: PT. LkiS, 2008
Hamad, Ibnu, Konstruksi Realitas Politik dalam Media Massa: Sebuah Studi Critical Discourse Analysis terhadap Berita-berita Politik, Jakarta: Granit 2004
Hariadi, Sri Sanituti, Tindak Kekerasan Terhadap Wanita Dalam Keluarga (Study Kasus), Makalah disampaikan dalam Forum Komunikasi Bidang peranan wanita diselenggarakan oleh Lembaga Pengabdian Masyarakat UI,2005 Hikmat dan Purnama Kusumaningrat, Jurnalistik Teori dan Praktek,
Bandung:Remaja Rosda Karya, 2007
Ihromi, Omas, Sulistyowati Irianto dan Achie Sudiarti Luhulima, (ed), Penghapusan Diskriminasi Trehadap Wanita, Bandung: Alumni, 2000 Indonesia, Undang-Undang Tentang Penghapusan Kekerasan dalam Rumah
Tangga, UU No.23 thn 2004, pasal 1 ayat 1.
Ishwara, Luwi, Catatan-catatan Jurnalisme Dasar, Jakarta: Kompas, 2005
Kalibonso, Rita Serena, Kejahatan itu Bernama Kekerasan dalam Rumah Tangga. Jakarta: Jurnal Perempuan No.26, 2002
Kridaksana, Harimukti, Leksikon Komunikasi, Jakarta: PT Pradya Paramita, 1984 Kriyantono, Rachmat, Teknik Praktis dan Riset Komunikasi: disertai contoh
Praktis Riset Media, Public Relation, Advertising, Komunikasi Organisasi, Komunikasi Pemasaran, Jakarta: Kencana, 2007
Laporan Badan Pusat Statistik Republik Indonesia (Statistics Indonesia) 2010. Laporan Indonesia kepada Pelapor Khusus PBB untuk Hak Asasi Migran, Buruh
Migran Pekerja Rumah Tangga (TKW-PRT) Indonesia, Komnas Perempuan Komisi Nasional Anti Kekerasaan terhadap Perempuan dan Solidaritas Perempuan: Indonesia 2003
Luhulima , Achie Sudiarti , Pemahaman Bentuk-bentuk Tindak Kekerasan Terhadap /Perempuan dan Alternatif Pemecahanya, Jakarta: Pusat Kajian Wanita dan Jender UI, 2000
Maleong, Lexy J., Metodologi Penelitian Kualitatif (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2000
Marahimin, Ismail, Menulis secara Populer, Jakarta: Pustaka Jaya, 1994
Martha, Aroma Elmina, Perempuan Kekerasan dan Hukum , Yogyakarta: UII Perss, 2001
Mc Quail, Dennis, Teori Komunikasi Massa: Suatu Pengantar,Jakarta: Erlangga, 1996
Muhtadi, Asep Saeful, Jurnalistik: Pendekatan Teori dan Praktek,Jakarta: Logos, 1999
Mulyana, Deddy, Metodologi Penelitian Kualitatif: Paradigma Baru, Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial lainnya,Bandung: Rosdakarya, 2006
Pamela J. Shoemaker dan Stephen D. Reese, Mediating The Message; Theories Of Influences On Mass Media Content, New York, Longman Publisher USA, Second Edition 1996
Rekomendasi Umum no. 19 Tentang Kekerasaan Terhadap Perempuan, Komite PBB Tentang Penghapusan Segala Bentuk Diskriminasi terhadap Perempuan, Pasal 16
Ruslan, Rosady, Metodologi Penelitian Public Relation dan Komunikasi Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2003
Ruslani, Islam Dialogis Akar-akar Toleransi dalam Sejarah dan Kitab Suci, Yogyakarta: Pustaka Cendikia Press,2003
Sanjaya, Sasa Djuarsa, dkk, Teori Komunikasi, Jakarta: Universitas Terbuka, 2007 Santana, Septiawan, Jurnalistik Kontemporer, Jakarta: Yayasan Obor Indonesia,
2005
Sobur , Alex, Analisis Teks Media: Suatu Pengantar Untuk Analisis Wacana, Analisis Semiotik, dan Analisis Framing, Bandung: PT. Remaja Rosda Karya, 2001
Soekarto, Soerjono dan Panjdi Santoso, Kamus Kriminolog, Jakarta: Ghalia Indonesia, 1985
Subono, Nur Iman, Negara dan Kekerasan Terhadap perempuan, kerjasama, Jakarta: Yayasan Jurnal Perempuan dan The Asia Fondation, 2000
Suhaimi dan Rulli Nashrullah, Bahasa Jurnalistik, Jakarta: Lembaga Penelitian UIN Jakarta, 2009
Suhendang, Kustandi, Pengantar Jurnalistik; Seputar Organisasi, Produk, dan Kode Etik, Bandung: Nuansa, 2004
Sumadiria, AS Haris, Jurnalistik Indonesia, Menulis Berita dan Feature, Bandung: Remaja Rosda Karya, 2006
Tebba, Sudirman, Jurnalistik Baru, Jakarta: Klam Indonesia, 2005
Tim Penyusun Pusat Pembinaan, Pengembangan Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Jakarta: Balai Pustaka, 1988
Totok Djuroto, Manajemen Penerbitan Pers, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2004 Uchjana, Onong, Ilmu Komunikasi, Teori dan Praktek, Bandung: Remaja
Rosdakarya, 2003
Wahyudi, JB, Komunikasi Jurnalistik; Pengetahuan Praktis Bidang Kewartawanan, Surat Kabar, Majalah, Radio dan Televisi, Bandung Alumni, 1991
Wandita, Hukum Pidana Internasional dan Perempuan: Sebuah Buku Acuan untuk Praktisi, Jakarta: Komnas Perempuan, 2003
Yahya Ilyas, Beragam di Abad Dua Satu, Jakarta: Zikrullah Hakim, 1997
Zulkarinain Nasution, Sosiologi Komunikasi Massa(Jakarta: Universitas Terbuka, 2001.
A. Struktur Redaksi Harian Umum Republika REDAKSI
Pemimpin Redaksi : Nasihin Masha Wakil Pemimpin Redaksi : Arya Hilman Sekretaris Redaksi : Fachrul Ratzi Redaktur Pelaksana : Elba Damhuri Redaktur Senior : Anif Punto Utomo
Investigasi : Darmawan Sepriyossa
Kepala Quality Control dan Bahasa : Rakhmat Hadi Sucipto Kepala Biro Foto : Fachrul Ratzi
Kepala Desain : Sarjono
Kepala News Room :Irwan Arief Yanto
Rachmat Santosa Basarah EH Ismail
Palupi Annisa Aulia Wakil Redaktur Pelaksana : Syahruddin El-Fikri
Irfan Junaidi
S. Kumara Dewantara
Asisten Redaktur Pelaksana : Nur Hasan Murtiaji Joko Sadewo Subroto Bidramnanta
Kepala Redaksi: : Johar Arief
Stevy Mradona
Siwi Tri Puji Budiwiyati Krisman Purwoko Ajeng Pitakasari Didi Purwadi Muhannad Djibriel
Repoter Senior : Muhammad Subarkah
Harun Hussein Nurul S. Hamami Teguh Setiawan Selamat Ginting Andi Nur Aminah Budi Utomo
Staff Redaksi : Rahmad Budi Harto
Budi Rahardjo
Wulan Tunjung Palupi
Firkah Fansuri Zaky Al Hamza Isar Endro Yuwanto Yeyen Rostiyani Andi Saubani Dewi Mardiani Burhanuddin Bella Maghfiroh Yenny Priyantono Oemar Natalia Endah Hapsari Ferry Kisihandi Heri Ruslan
Wachidah Hadasah Nina Chairani Ibrahim Irwan Kelana
Khoirul Azwar Siregar
Christine Purwatiningsih, dkk.107
107
B. Tabel Elemen Skematik I
Edisi Judul Skematik
Senin, 22 November 2010
Ibu ke Arab Supaya Adik-adik Bisa Sekolah
Telkom untuk memperbaiki jaringan, namun Lead; sudah enam bulan telpon rumah Siti Warliyah (42) rusak. Berkali-kali, inu rumah tangga itu berupaya mendatangi usahanya itu kerap tak membuahkan hasil Selasa, 23 November
2010
Fisik Hariyatintak Seperti Dulu
Lead; hati Samsul Huda (35 tahun) berbunga-bunga. Setelah menunggu empat tahun lamanya, Hariyanto (32), istrinya, bisa pulang ke Indonesia. Hariyanto sebelumnya bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi. Lewat sambungan telepon, Hariyanto meminta Samsul menjemputnya di Bandara Juanda, Rabu, 4 Agustus lalu.
Rabu, 24 November 2010
Di Manapun Asal Bukan di Arab
Lead; Apa yang membuat banyak perempuan Indonesia mempertaruhkan hidupnya menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di luar negeri? Jawabannya hanya satu: Bebas dari kemiskinan. Kamis, 25 November
2010
Kakak pulang Jadi Tak Waras
Lead; Tini Indriani (18 tahun) seharusnya sedang menikmati masa-masa remajanya
di Kampung Ragas, Desa Purwadadi, Kecamatan Cerenang, Kabupaten Serang,
remaja, berjalan-jalan ke pusat perbelanjaan,
membeli baju, membeli telepon seluler, mengakses laman jejaring sosial
macam Facebook atau ber- chatting ria.
C. Tabel Elemen Skematik II
Edisi Judul Skematik
Senin, 22 November 2010
Ibu ke Arab Supaya Adik-adik Bisa Sekolah
Story terdapat pada paragraf: Paragraf 2, “Ketir-ketir dirasa Wiwin, panggilan akrab Siti Warliyah, saat itu. Pasalnya, telepon rumah itulah salah satu yang menghubungkannya dengan sang adik bungsu, Kikim Komalasari, yang menjadi tenaga kerja Indonesia (TKI) di Arab Saudi.”
Paragraf 3, “Setiap bulan adik kesayangannya itu kerap menghubunginya. Namun sayangnya, selama itu pula, Kikim tak pernah memberi tahu nomor telepon atau rumah majikannya. Otomatis, sudah berbulan- bulan ia tak pernah mendengar kabar sosok yang menjadi teman curhatnya ini.”
Paragraf 4, “Meskipun cemas, Wiwin terus-menerus menenangkan hatinya. Dalam hati ia selalu berujar, tenang Kikim bilang ia bersama majikan yang baik. Akhirnya, ia rela melepas sang adik tanpa kabar berita
di negeri orang.”
Paragraf 5, “Jumat (19/11) lalu, Wiwin yang sedang menonton televisi di rumahnya pada subuh hari itu sontak kaget. Berulang- ulang diusapnya matanya saat melihat running text berita di sebuah stasiun televisi swasta nasional.” Paragraf 6, “Karena tak percaya dengan apa yang ia baca, perempuan itu mau tak mau terus terpaku menyimak siaran televisi hingga sore hari, mencari-cari kebenaran info yang ia baca.”
Paragraf 7, “Saya nggak nyangka, katanya terisak. Kikim, perempuan kelahiran 9 Mei 1974 yang dikenal ramah dan telaten itu, ditemukan tak bernyawa di sebuah tempat sampah di Abha, Arab Saudi, tiga hari sebelum Idul Adha (17/11), karena diduga dianiaya dan diperkosa oleh sang majikan.”
Paragraf 8, “Saya nggak nyangka, katanya terisak. Kikim, perempuan kelahiran 9 Mei 1974 yang dikenal ramah dan telaten itu, ditemukan tak bernyawa di sebuah tempat sampah di Abha, Arab Saudi, tiga hari sebelum Idul Adha (17/11), karena diduga dianiaya dan diperkosa oleh sang majikan.”
yang merah dan bengkak, Wiwin kembali mengingat kenangan tentang adiknya pada Mei 2009 lalu. Saat itu, Kikim yang menghampiri rumahnya, mengaku ingin menjadi TKI ke Arab Saudi.” Paragraf 10, “Entah apa yang ada dibenak adiknya saat itu. Yang jelas, menurut Wiwin, adiknya yang hanya ibu rumah tangga itu sama sekali tak pernah bekerja sebelumnya, apalagi hingga keluar negeri.”
Paragraf 11, “Satu yang saya ingat, waktu itu dia bilang dia pengen cari duit buat anaknya sekolah. Anaknya yang paling tua baru lulus SMA dan mau kuliah. Apalagi, anak-anak lelakinya dua yang masih kecil juga, katanya.”
Paragraf 12, “Kebutuhan ekonomi yang semakin tinggi, ditambah suami yang hanya seorang montir di Sukabumi membuat Kikim ingin mengubah nasib. Apalagi, desa tempat dia tinggal, merupakan desa yang banyak menyalurkan tenaga kerja ke luar negeri.” Paragraf 13, “Mungkin karena lihat banyak juga TKI lain yang ternyata sukses. Karena itu, jadi ingin pergi, ujar Wiwin.”
Paragraf 14, “Akhirnya, Juli 2009 melalui PT Bantal Perkasa Sejahtera, resmilah
Kikim pergi ke Arab Saudi. Ia bekerja dengan sistem kontrak selama dua tahun.” Paragraf 15, “Meskipun tak tahu dengan siapa adiknya bekerja, saat itu, Wiwin memastikan adiknya merupakan pengasuh anak di salah satu keluarga di Arab. Semenjak itu, setiap bulan Kikim rajin menghubungi Wiwin melalui telepon rumahnya.”
Paragraf 16, “Awalnya Uminya (majikan) yang telepon. Lalu, baru dikasih ke dia, katanya. Menurut dia, Kikim selalu meneleponnya untuk menanyakan kabar tiga buah hatinya Yosi (19), Galih (10), dan Fikri (5). Seingatnya, Kikim tak pernah mengeluh selama bekerja. Ia mengaku kerap diperlakukan baik oleh majikannya.”
Paragraf 17, “Juni 2010 lalu, Kikim kembali menghubungi Wiwin. Saat itu ia mengatakan ingin mempercepat kontrak kerjanya menjadi satu tahun. Rasa rindu dengan Fikri, anaknya yang paling kecil membuatnya kekeh ingin pulang.”
Paragraf 18, “Ia bilang, Desember ini (2010) aku pulang. Umi (majikan perempuan Kikim) mengizinkan. Katanya nanti, kalau mau lanjut kerja lagi
juga enggak apa-apa, kata Wiwin menirukan Kikim. Ternyata telepon tersebut merupakan komunikasi terakhir ia dan adiknya.” Paragraf 19, “Wiwin hanya berharap jenazah Kikim bisa dipulangkan secepatnya ke Indonesia. Menurut mereka, Desa Mekarwangi adalah kampung halamannya. Karena itu, Kikim harus dimakamkan di Indonesia.” Paragraf 20, “Yosi, anak pertama Kikim, tampak terdiam di sisi ayahnya, Maman Ali Nurjaman yang sedang memangku kedua adiknya Galih dan Fikri yang tertidur. Tangan Yosi memegang erat foto seorang wanita dengan baju putih dan jilbab panjang berwarna hitam. Foto itu satu-satunya kenangan sang ibu, yang didapatkannya beberapa menit sebelum ibunya pergi berangkat ke Arab Saudi.” Paragraf 21, “Meskipun terlihat tegar dan tak meneteskan air mata, gadis yang enggan
berkomentar banyak ini mengaku sangat kehilangan ibunya. Ibu saya ke sana biar saya dan adik-adik bisa sekolah. Ibu orangnya baik. Dia sangat sayang pada kami, katanya pelan.”
Paragraf 22, “itu harus berperan sebagai pengganti sang ibu untuk adik-adiknya.
Harapannya tak jauh beda dari bibinya. Ia ingin jenazah ibunya pulang. Ia pun berharap ada keadilan hukum untuk ibunya.”
Selasa, 23 November 2010
Fisik Hariyatintak Seperti Dulu
Story terdapat pada paragraf: Paragraf 2, “Hariyatin sebelumnya bekerja sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi. Lewat sambungan telepon, Hariyatin meminta Samsul menjemputnya di Bandara Juanda, Rabu 4 Agustus lalu.”
Paragraf 3, “bukan kebahagiaan yang muncul, tetapi justru kesedihan. Rabu itu, Samsul menunggu hampa di bandara. Tak sekali pun ia melihat sosok istrinya. Sementara, Hariyatin tak tahu keberadaan Samsul. Keduanya saling mencari.” Paragraf 4, “Akhirnya, setelah seharian mencari, saya menemukan istri saya. Kesulitan bertemu itu karena saya pangling pada wajah istri saya," kata Samsul membuka kisahnya kepada Republika, Senin (21/11).” Paragraf 5, “Wajah Hariyatin, jelas Samsul, berubah 180 derajat. Fisik ibu dua anak ini tak lagi seperti dulu karena mengalami siksaan. Kepalanya penuh bekas luka. Matanya buta.”
menjerit. Cobaan tidak hanya datang dari istrinya yang kini cacat. Selama bekerja di Arab Saudi ternyata Hariyatin tak pernah diupah.”
Paragraf 7, “Ia lalu menceritakan kronologi penyiksaan istrinya. Hariyatin berangkat ke Arab Saudi pada Desember 2006. Ia hanya membayar Rp 700 ribu kepada
biro penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (TKI) PT Kemuning Bunga Sejati. Perusahaan ini punya cabang di Blitar, kampung Hariyatin.”
Paragraf 8, “Sebelum diberangkatkan, Hariyatin mendapat pelatihan selama 10 hari di Jakarta. Di Arab Saudi, Hariyatin seharusnya menjadi pembantu rumah tangga Hayam Mubarok di
Riyadh. Namun,
sesampainya di sana ia dipindahkan ke rumah Fatma, anak Mubarok.” Paragraf 9, “Pada awalnya segala sesuatu berlangsung normal. "Memasuki bulan kedua, istri saya mulai mengalami perlakuan kasar dari Fatma," kata Samsul.” Paragraf 10, “Siksaan pun bertambah sering. Menjelang setahun bekerja di rumah Fatma, setiap hari bagian badan, kepala, dan mata Hariyatin terus-terusan
dipukuli. "Akibatnya saraf mata istri saya putus dan bola mata kirinya rusak, sebab terus diperlakukan secara tak manusiawi," kata Samsul.”
Paragraf 11, “Sialnya lagi, saat di tanah perantauan Hariyatin tak leluasa menghubungi Samsul untuk mengadu. Hanya pada bulan- bulan awal bekerja komunikasi lancar. Selebihnya, Samsul tak lagi bisa menghubungi istrinya.” Paragraf 12, “Nomor yang diberikan Hariyatin setiap ditelepon tak bisa tersambung. "Dari situ saya mulai bertanya-tanya dengan keadaan istri saya. Tapi, saya tak bisa berbuat apa-apa," terangnya.”
Paragraf 13, “Akhirnya pada pertengahan 2010, satu telepon dari Hariyatin mengagetkan keluarga di Desa Bakalan RT/RW 03/05, Kecamatan Wonodadi, Blitar. "Istri saya bisa menelepon berkat pertolongan saudara majikannya yang kasihan. Istri saya diberi telepon dan sejumlah uang untuk membeli tiket pulang," katanya.”
Paragraf 14, “Dari telepon inilah Samsul mengetahui istrinya selama bekerja menjadi pembantu tak pernah digaji sepeser pun.
Malahan, Hariyatin harus bekerja siang-malam tanpa henti sembari dipukuli. ” Paragraf 15, “Banyak luka fisik yang diterimanya. Bahkan, karena sering
dipecut dengan
menggunakan selang plastik di bagian mata, akhirnya istri saya mengalami gangguan penglihatan sebelum menjadi buta total," ungkap Samsul.” Paragraf 16, “Samsul menceritakan, istrinya sudah lima kali mencoba kabur, tapi selalu ketahuan majikannya dan diseret lagi ke rumah, lalu dikurung agar tak berbuat macam-macam. "Istri saya saat kabur tak tahu harus meminta pertolongan kepada siapa. Jadi, setiap mencoba kabur selalu gagal dan mendapat penyiksaan lebih kejam dari majikannya," kata Samsul.” Paragraf 17, “Samsul pun sangat kecewa dengan biro jasa penyalur istrinya yang seolah lepas tangan, tak mau memberikan bantuan pengobatan atau dana tali asih. Padahal, sebelumnya terdapat perwakilan dari PT KBS yang mengajaknya
berdamai untuk
menyelesaikan masalah tersebut secara kekeluargaan.”
Paragraf 18, “Tapi, nggak ada realisasinya. Mereka hanya janji-janji. Bisa jadi
malah lupa pada kewajibannya sekarang," tegas Samsul.”
Paragraf 19, “Karena kondisi kedua matanya yang buta, Samsul pun sempat membawa Hariyatin bolak- balik sejumlah rumah sakit. Pertama ia dibawa ke RS Wlingi, Blitar. Namun, karena keterbatasan alat medis, ia dirujuk ke RS Mata Undaan.”
Paragraf 20, “Kemudian, Hariyatin dipindah ke RS Bhayangkara Polda Jatim. Sialnya, meski sudah di negeri sendiri, nasib Hariyatin tetap terlunta- lunta. Dokter di RS Bhayangkara mematok tarif Rp 3 juta tiap kali periksa.” Paragraf 21, “Samsul yang punya pekerjaan serabutan ini jelas angkat tangan. Dompetnya tak setebal permintaan dokter. Akhirnya ia mengajak istrinya pulang ke Blitar pada Jumat (19/11) lalu.”
Paragraf 22, “Samsul menyesalkan tak adanya perhatian dari pemerintah, mulai dari Kabupaten Blitar, Pemprov Jatim, hingga pusat. Tak ada bantuan advokasi maupun keuangan. Bantuan yang masuk hanya dari Badan Nasional
Penempatan dan
Perlindungan Tenaga Kerja Indonesia (BNP2TKI). Tapi,
uangnya sudah ia gunakan untuk biaya sekolah putri
mereka, Wulan
Asnaningrum.”
Paragraf 23, “Samsul memang tak mengharap dikasihani. Namun, ia mengharap adanya bantuan yang akan digunakannya untuk keperluan perawatan