• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB IV TEMUAN DAN ANALISIS DATA

2. Struktur Superstruktur (Skematik)

Skematik adalah alur dari pendahuluan sampai akhir. Alur akan menjelaskan bagaimana bagian-bagian dalam teks disusun dan diuraikan sehingga membentuk kesatuan arti.

Pada umumnya skema dalam sebuah berita atau naskah terbagi menjadi dua bagian, yaitu:

a. Summary

Summary ditandai dengan adanya judul dan lead, pada teks empat berita dalam model Van Dijk judul dan lead umumnya menunjukkan tema yang ingin ditampilkan oleh wartawan dalam pemberitaannya. Lead umumnya sebagai pengantar ringkasan apa yang ingin dikatakan sebelum masuk dalam isi berita secara keseluruhan.98

b. Story

Story adalah isi berita secara keseluruhan, setiap berita memiliki beberapa paragraf.

a. Ibu ke Arab Supaya Adik-adik Bisa Sekolah

Pada paragraf 2, 3, dan 4 pernyataan dari Siti Warliyah, dia memiliki kekhawatiran terhadap adiknya Kikim Komalasari karena telpon dirumahnya rusak dan itulah salah satu penghubung antara Kikim dan Warliyah. Karena Wiwin tidak mempunyai nomer telpon rumah majikan Kikim. Walaupun hati

98

Wiwin cemas, Wiwin selalu menenangkan hatinya karena Kikim selalu bilang majikannya orang yang baik

Paragraf 5, 6, 7, dan 8 wartawan memberikan keterangan bahwa Wiwin tidak percaya bahwa adiknya sudah meninggal saat ia melihatnya di televisi. Wartawan memberikan keterangan bahwa Wiwin mencari-cari kebenaran info yang ia baca di running text sebuah berita di televisi, kemudian Wiwin dihubungi oleh kakaknya yang paling tua yang dihubungi oleh PJTKI. Dan barulah Wiwin yakin kalau yang meninggal adalah Kikim. Yang ditemukan di sebuah tempat sampah di Abha, Arab Saudi. Yang diduga dianiaya dan di perkosa. Padahal Kikim orang yang ramah dan telaten.

Paragraf 9, 10, 11, 12, dan 13 selanjutnya wartawan menerangkan bahwa Wiwin dengan kondisi mata yang merah dan bengkak menceritakan kenangan tentang adiknya pada Mei 2009 yang lalu. Kikim yang meminta izin kepada Wiwin menjadi TKW ke Arab Saudi. Padahal Wiwin mengetahui, Kikim hanya ibu rumah tangga yang tidak pernah bekarja sebelumnya. Kikim mau bekerja di Arab Saudi karena ingin menyekolahkan anak-anaknya sampai ke perguruan tinggi. Dan karena kebutuhan ekonomi yang serba mahal apalagi suaminya bekerja hanya seorang montir yang gajinya pas-pasan. Dan juga melihat tetangganya menjadi TKI yang sukses.

Paragraf 14, 15, dan 16 pernyataan dari Wiwin bahwa Juli 2009 melalui PT Bantal Perkasa Sejahtera Kikim pergi ke Arab Saudi dan di kontrak selama dua tahun. Kikim bekerja menjadi pengasuh anak di keluarga Arab. Kikim selalu rajin menghubungi Wiwin melalui telepon rumahnya dan awalnya majikan Kikim yang telepon. Lalu baru dikasih ke Kikim. Kikim tidak pernah mengeluhkan

prilaku majikannya dan Kikim mengaku bahwa dia di perlakukan baik oleh majikannya.

Paragraf 17 dan 18 pernyataan dari Wiwin pada Juni 2010, Kikim menghubungi Wiwin mengatakan bahwa Kikim ingin mempercepat kontraknya menjadi satu tahun karena rindu dengan anaknya paling kecil. Kikim bilang bahwa Desember 2010, Kikim akan pulang dan majikannya sudah mengizinkannya. Ternyata telepon tersebut merupakan komunikasi terakhir dari Kikim.

Paragraf 19 pernyataan dari Wiwin berharap jenazah Kikim bisa dipulangkan secepatnya ke Indonesia.

Paragraf 20 selanjutnya wartawan menerangkan kondisi dari anak-anak dan suami Kikim. Yosi, anak pertama yang terdiam sambil memegang erat foto Kikim yang mengenakan baju putih dan jilbab panjang berwarna hitam yang didapatkannya sebelum ibunya pergi ke Arab Saudi. Maman Ali Nurjaman suami Kikim yang memangku Galih dan Fikri yang tertidur.

Paragraf 21 wartawan menerangkan walaupun anak-anak Kikim telihat tegar dan tidak menangis. Anak yang pertama berkomentar dengan suara yang pelan bahwa ibunya bekerja ke Arab agar saya dan adik-adik bisa sekolah. Ibu orangnya baik dan sayang pada kami.

Paragraf 22 wartawan menerangkan anak-anak Kikim sudah menjadi piatu. Dan menjalani kehidupan tanpa didampingi oleh sosok ibu. Anak-anak Kikim berharap kepada keadilan dan hukum, agar menghukum para pelaku yang menganiaya dan membunuh ibunya.

b. Fisik Hariyatin tak Seperti Dulu

Pada paragraf 2, 3, dan 4 pernyataan Samsul Huda suami Hariyatin yang bekerja sebelumnya sebagai tenaga kerja wanita (TKW) di Arab Saudi. Hariyatin meminta Samsul menjemput di Bandara Juanda. Setelah sampai Bandara Jaunda, tidak menemukan Hariyatin. Setalah seharian mencari, saya menemukan isrti saya.

Paragraf 5 dan 6 pernyataan Samsul yang menerangkan bahwa wajah Hariyatin kepalanya dipenuhi bekas luka akibat di aniaya dan dipukuli oleh majikannya. Selain itu Samsul menceritakan juga bahwa Hariyatin selain menjadi cacat dia juga tidak ;pernah di gaji

Paragraf 7 dan 8 sebelum Samsul menceritakan kronologi penyiksaan istrinya. Dia juga menceritakan sebelum keberangkatan Hariyatin ke Arab Saudi pada bulan Desember 2006. Hariyantin membayar Rp.700 ribu kepada biro penyalur jasa tenaga kerja Indonesia (PJTKI) PT Kemuning Bunga Sejati. Sebelum diberangkatakan, Hariyatin hanya mendapat pelatihan selama sepuluh hari di Jakarta lalu langsung diberangkatkan ke Arab Saudi. Hariyatin seharusnya menjadi pembantu rumah tangga di rumah Hayam Mubarok, salah satu keluarga Arab yang tinggal di Riyadh. Namun, dia dipindahkan ke rumah Fatma anak dari Mubarok.

Paragraf 9 dan 10 selanjutnya dalam pernyataan Samsul. Pada bulan pertama, Hariyatin diperlakukan baik. Namun, memasuki bulan kedua Hariyatin mengalami penganiayaan dari Fatma. Setahun lamanya siksaan pun bertambah sering. Setiap hari badan, kepala, dan mata Hariyatin tertus menerus di pukuli.

Akibatnya saraf mata Hariyatin putus dan bola mata kirinya rusak dan terus dipukuli seperti binatang oleh majikannya.

Paragraf 11 dan 12 dalam pernyataan Samsul menerangkan Hariyatin tidak bisa leluasa menghubungi Samsul untuk mengadu. Hanya pada bulan pertama komunikasi lancar. Selebihnya, Samsul tidak bisa menghubungi istrinya. Karena nomor yang diberikan tidak bisa tersambung. Timbullah rasa kekhawatiran terhadap Hariyatin.

Paragraf 13 wartawan menenerangkan bahwa pada pertengahan 2010, Hariyatin mendapat pertolongan dari saudara majikannya yang kasihan. Hariyatin diberi telepon dan sejumlah uang untuk membeli tiket pulang.

Paragraf 14 dan 15 Samsul menceritakan selain sering dianiaya dan dipukuli Hariyatin tidak pernah digaji sepeser pun. Malahan, Hariyatin harus bekerja siang malam tanpa henti. Banyak luka fisik yang diterimanya. Karena sering di pecut dengan menggunakan selang plastik ke mata, akhirnya Hariyatin menjadi buta total.

Paragraf 16 dalam pernyataan Samsul, Hariyatin sudah lima kali mencoba kabur, tapi selalu ketahuan majikannya dan sebagai hukumannya Hariyatin diseret lalu dikurung agar tidak berbuat macam-macam. Hariyatin mendapat penyiksaan lebih kejam dari sebelumnya.

Paragraf 17 dan 18 wartawan menjelaskan bahwa keluarga Hariyatin sangat kecewa dengan PJTKI PT Kemuning Bangsa Sejahtera. Yang tidak mau memberikan bantuan pengobatan. Padahal, sebelumnya perwakilan dari PT Kemuning Bangsa Sejahtera mengajak berdamai untuk menyelesaikan masalah

dengan secara kekeluargaan. Tetapi tidak ada realisasinya. Mereka hanya janji- janji. Bahkan sampai lupa pada kewajibannya.

Paragraf 19 dan 20 selanjutnya wartawan menyatakan bahwa kedua mata Hariyatin menjadi buta, dan langsung di bawa ke Rumah Sakit Wlingi, Blitar. Namun, karena kekurangan alat medis, Hariyatin di rujuk ke Rumah Sakit Mata Undaan. Kemudian, Hariyatin di pindah ke Rumah Sakit Bhayangkara Polda Jatim. Di Rumah Sakit Bhayangkara mentarifkan Rp 3 juta tiap kali periksa. Nasib Hariyatin tetap terlunta-lunta meski di negeri sendiri.

Paragraf 21 wartawan menyatakan, bahwa Samsul tidak mempunyai uang. Akihrnya, Samsul mengajak Hariyatin pulang ke rumah.

Paragraf 22 wartawan menerangkan kekecewaan Samsul karena tidak ada perhatian dari pemerintah, mulai dari pemerintahan pusat hingga pemerintahan daerah. Tak ada bantuan advokasi maupun keuangan. Bantuan yang masuk hanya dari Badan Nasional Penempatan dan Perlindungan Tenaga Indonesia(BNP2TKI). Tapi uangnya sudah habis untuk biaya sekolah putri mereka.

Paragraf 23 wartawan menjelaskan bahwa keluarga Hariyatin tidak mengharapkan dikasihani. Namun, keluarga Hariyatin mengharapkan bantuan untuk keperluan perawatan Hariyatin agar kesehatannya bisa lebih baik.

c. Di Manapun Asal Bukan di Arab

Pada paragraf 2, 3, dan 4 wartawan memberikan keterangan bahwa Hasanah menjadi tenaga kerja wanita dengan bermodalkan tamatan Sekolah Menengah Pertama (SMP). Karena hidup keluarga Hasanah serbakekurangan, dan tergiur dengan para tetangganya yang sukses menjadi TKW.

Paragraf 5, dan 6 wartawan memberikan keterangan bahwa Hasanah sudah mendengar cerita-cerita nasib TKW yang bekerja di Malaysia dan Arab Saudi. ia menilai, pengalaman pahit itu hanya menimpa sebagian kecil dari jutaan TKW. Hasanah tidak mau ditempatkan di negara Timur Tengah dan Malaysia yang terkenal dengan penyiksaan TKW-nya. Ia ingin bekerja di Hong Kong, Singapura, atau Brunei Darussalam.

Paragraf 7 pernyataan dari Hasanah bahwa yang ia dengar dari para tetangga yang pernah bekerja menjadi TKW, bahwa bekerja di Hong Kong lebih enak dari pada di Arab Saudi dan Malaysia. Karena majikannya ramah daripada majikan di Arab Saudi yang menganggap bahwa pambantu rumah tangga adalah budak.

Paragraf 8, 9, 10, dan 11 wartawan memberikan keterangan bahwa Hasanah berangkat ke Hong Kong melalui PT Bina Dinamita Ramadengan gaji per bulan sebesar 3.580 dolar Hong Kong. Sesuai perjanjian, Hasanah men mencicil ongkos berangkat dengan pemotongan gaji selama tujuh bulan. Hasanah hanya akan menerima 580 dolar Hong Kong selama tujuh bulan. Sedangkan yang 3.000 dolar untuk membayar biaya pembinaan selama di karantina, tiket pesawat ke Hong Kong, dan ongkos makelar. Ia bisa menikmati gajinya sebesar 3.580 dolar setelah bulan ke delapan di luar negeri.

Paragraf 12 selanjutnya wartawan juga memberikan keterangan bahwa di dalam karantina para calon TKW dibimbing bahasa, budaya, hingga keterampilan- keterampilan kerja.

d. Kakak Pulang Jadi tak Waras

Pada paragraf 2 wartawan menjelaskan bahwa Tini menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Amman, Yordania, sejak 2006 dan pulang 2008

Paragraf 3, 4, 5, 6 dan 7 wartawan menjelaskan kondisi keadaan Tini sepulang dari Amman, Yordania. Sekarang Tini kedua pergelangan dirantai di tiang dipan. Di dalam kamar yang gelap dan lembab. Ia makan, minum, dan buang hajat di situ. Ia tidur pun tanpa alas kasur. Karena dia suka mengamuk dan bertindak ngawur. Padahal keluarga ingin mengetahui apa yang terjadi di Amman dan apa sebab dia berubah.

Paragraf 8 selanjutnya wartawan menjelaskan bahwa keluarga Tini takut menyebutkan nama perusahaan yang memberangkatkan dan memulangkan Tini.

Paragraf 9 selanjutnya wartawan menjelaskan kondisi ekonomi yang serba pas-pasan, ayah Tini sudah meninggal dan ibunya menjadi buruh petani itulah sebabnya yang memaksa Tini harus bekerja sebagai TKW meski usianya masih muda.

Paragraf 10, 11 dan 12 wartawan kembali menekankan bahwa kondisi Tini sangat memprihatinkan setelah mendapat pelakuan kasar dari majikan Tini. Karena, tidak tahan dengan pelakuan kasar dari majikannya. Tini pun stres dan prilakunya berubah.

Paragraf 13 adalah pernyataan dari Arobi ketua rukun tetangga bahwa Tini dan keluarganya belum pernah mendapat bantuan sepeser pun dari pemerintah pusat maupun daerah.

Paragraf 14 komentar dari Menko Kesra Agung Laksono mengenai agenda pembahasan tentang “moratorium”

Paragraf 15 Menko Kesra Agung Laksono lebih menekankan adalah peningkatan pengawasan dan pembenahan prosedur pengiriman tenaga kerja dalam menangani kasus penyiksaan yang dialami oleh TKW.

3. Struktur Mikro (Semantik, Sintaksis, Stilistik)

Dokumen terkait