• Tidak ada hasil yang ditemukan

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Penelitian

4.2.2 Hasil Uji Coba Modul IPA Terpadu

Tahap uji coba skala terbatas yaitu uji coba pengembangan modul pada sampel yang terbatas atau sedikit. Uji skala terbatas dilakukan di kelas VII B SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah sebanyak 10 siswa. Dalam tahapan ini modul yang digunakan adalah modul yang telah diperbaiki kekuranganya sesuai hasil validasi pakar dan saran yang diberikan pakar. Hasil uji coba skala terbatas meliputi: hasil tanggapan siswa tentang modul yang dikembangkan.

Tanggapan siswa yang diberikan pada uji coba skala terbatas dan skala luas secara keseluruhan semua aspek mendapat tanggapan positif dengan skor 83% pada uji skala terbatas dan 91 % pada uji skala luas termasuk dalam kriteria “sangat baik”, tetapi pada uji coba skala terbatas aspek tanggapan nomor 6 mendapatkan kriteria “baik” karena ada 10% siswa yang tidak setuju bahwa modul dapat mempermudah siswa mempelajari secara mandiri tanpa bantuan guru. Siswa yang tidak setuju karena siswa malas belajar mandiri dirumah. Hal itu terlihat dari modul yang diberikan, latihan-latihan didalam modul belum dikerjakan. Langkah yang dilakukan peneliti untuk menyempurnakan modul adalah dengan menyempurnakan modul menjadi lebih menarik agar minat siswa untuk belajar menggunakan modul bertambah. Langkah selanjutnya yang dilakukan peneliti adalah dengan menyediakan website tentang materi yang sedang dipelajari sehingga siswa dapat membuka internet di rumah. Setelah dilakukan penyempurnaan pada modul, aspek tanggapan nomor 6 mengalami peningkatan dengan mendapatkan tanggapan positif dengan kriteria “sangat baik” yang berarti siswa setuju dengan aspek tersebut.

Tanggapan positif yang diberikan siswa terhadap modul IPA terpadu dikarenakan produk modul yang dihasilkan memiliki beberapa keunggulan yaitu sifatnya yang menarik, sajian tema bunyi yang mudah dipahami oleh siswa melalui bahasa yang sederhana dan gambar yang proporsional dapat mengarahkan siswa memahami uraian materi. Presentase pada seluruh item angket baik pada uji skala terbatas maupun uji skala luas diakumulasi dan diambil rata-ratanya terjadi peningkatan rata-rata dari 83% menjadi 91%. Hasil tersebut menginterpretasikan revisi dan validasi yang dilakukan setelah uji coba skala terbatas dinilai sangat berperan untuk meningkatkan persentase kelayakan modul. Persentase perolehan menginterpretasikan bahwa modul IPA terpadu direspon positif oleh siswa sebagai bahan ajar yang dapat diterapkan di SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah. Kondisi ini sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Nisak (2013) bahwa siswa merespon secara positif pembelajaran IPA terpadu yang disampaikan menggunakan perangkat pembelajaran yang dikembangkan termasuk modul.

Respon positif yang diberikan siswa menginterpretasikan bahwa secara umum modul menjadi salah satu alternatif untuk mengatasi kebosanan siswa dalam belajar. Hal tersebut sesuai dengan simpulan dari penelitian yang dilakukan oleh Ningsih (2012) bahwa model pembelajaran dengan media modul dapat digunakan oleh pihak sekolah atau berbagai pihak yang ingin mengembangkan metode pembelajaran di sekolah untuk mengatasi kebosanan siswa karena penggunaan metode yang monoton.

Hasil tanggapan guru digunakan untuk memperoleh masukan-masukan guna penyempurnaan produk serta sebagai indikator bahwa modul yang dikembangkan efektif. Berdasarkan Tabel 4.8 dapat diketahui bahwa guru

memberikan tanggapan positif. Presentase pada seluruh item angket baik pada uji skala terbatas maupun uji skala luas diakumulasi dan diambil rata-ratanya yaitu terjadi peningkatan rata-rata dari 87,5% menjadi 96,25%. Hasil tersebut revisi dan validasi yang dilakukan setelah uji coba skala terbatas dinilai sangat berperan untuk meningkatkan persentase kelayakan modul.

Dari hasil tersebut dapat diketahui bahwa modul IPA terpadu yang dikembangkan termasuk dalam kriteria “sangat baik” dengan rerata skor tanggapan guru sebesar 91,88%. Skor tersebut menginterpretasikan bahwa modul IPA terpadu dapat menjadi pedoman pembelajaran IPA disekolah sehingga guru tidak lagi melakukan pembelajaran terpisah-pisah menjadi Biologi dan Fisika melainkan sudah terpadu menjadi pembelajaran IPA terpadu. Harapanya dengan modul IPA terpadu yang dikembangkan peneliti dapat menjadi pedoman penyusunan modul IPA terpadu pada tema yang lain atau penyusunan bahan ajar bentuk lain sehingga pembelajaran IPA terpadu di sekolah efektif.

Hasil belajar siswa digunakan untuk mengetahui kefektifan produk. Hasil belajar siswa diperoleh dari gabungan antara nilai tugas dan nilai evaluasi akhir. Pembelajaran dilakukan selama 3 pertemuan dikarenakan terbatasnya waktu dan biaya. Hal itu dilakukan berdasarkan masukan dari guru IPA dan Sekolah dengan alasan penelitian yang dilakukan tidak mengganggu sistem pembelajaran yang sudah dibuat di sekolah.

Berdasarkan Tabel 4.7 dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu menunjukan hasil positif. Hal tersebut terlihat dari jumlah siswa yang tuntas sebanyak 37 siswa dengan ketuntasan belajar siswa secara klasikal 100% termasuk dalam kriteria “sangat baik” dan rata-rata nilai 90,40. Keberhasilan

penggunaan modul IPA terpadu dikarenakan siswa dapat memahami modul IPA terpadu yang disajikan. Hal ini terbukti dari hasil tanggapan siswa menyatakan bahwa 91% siswa lebih mudah memahami modul IPA terpadu tema bunyi. Hasil tersebut membuktikan bahwa modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi efektif digunakan untuk siswa SMP kelas VIII. Kondisi ini sesuai dengan pembahasan Fitriyani (2011) bahwa penggunaan buku teks pelajaran merupakan sumber belajar pokok atau bahan ajar wajib bagi siswa yang juga mampu memudahkan siswa dalam memahami materi yang bersifar abstrak.

Berdasarkan hasil belajar tersebut, dapat diketahui bahwa pembelajaran menggunakan modul IPA terpadu lebih efektif dari pada menggunakan bahan ajar lain. Hal itu sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Rodiah (2010) bahwa terdapat perbedaan prestasi belajar antara siswa yang menggunakan modul IPA terpadu dan siswa yang menggunakan buku teks IPA.

Observasi keterampilan proses digunakan untuk mengetahui keterampilan proses setiap siswa. Berdasarkan Tabel 4.8 dan 4.9 observasi keterampilan proses dibagi menjadi keterampilan proses siswa pada diskusi dan praktikum. Kegiatan pengamatan dilaksanakan pada saat melakukan diskusi. Pada aspek ini terdapat 3% siswa mendapatkan skor 2 dari total keseluruhan siswa 37 siswa, yang berarti pengamatan yang dilakukan kurang tepat. Hal tersebut mungkin karena dalam melakukan pengamatan kurang maksimal sehingga dalam mengemukakan pendapat kurang tepat. Secara keseluruhan skor yang didapatkan persentase skor rata-rata 86,48% termasuk dalam kriteria “sangat baik”. Hal tersebut menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat meningkatkan aspek pengamatan siswa didalam melakukan diskusi.

Kegiatan eksperimen dilaksanakan pada saat melakukan praktikum. Pada aspek ini terdapat 3% siswa mendapatkan skor 2 dari total keseluruhan siswa 37 siswa, yang berarti pengamatan yang dilakukan kurang tepat. Hal tersebut karena dalam melakukan eksperimen siswa tersebut bermain sendiri dan tidak memperhatikan intruksi yang diberikan guru. Secara keseluruhan skor yang didapatkan persentase skor rata-rata 87,17% termasuk dalam kriteria “sangat baik. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat menghasilkan data untuk menjawab masalah atau menguji hipotesis. Kondisi tersebut sesuai dengan hasil penelitian Ajoke (2012) bahwa untuk mencapai kemandirian melalui kreativitas dan keterampilan proses, siswa harus secara aktif terlibat dalam proses instruksi.

Keterampilan menyusun data mendapatkan skor 87,16% pada diskusi dan skor 88,51% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria “sangat baik”. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat meningkatkan pemahaman dalam menginterpretasikan data kedalam bentuk tabel.

Keterampilan menyimpulkan mendapatkan skor 87,5% pada diskusi dan skor 89,19% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria “sangat baik”. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat mendorong siswa untuk membuat pernyataan yang dibuat berdasarkan fakta hasil pengamatan yang dilakukan.

Keterampilan menjawab pertanyaan mendapatkan skor 87,5% pada diskusi dan skor 89,19% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria “sangat baik”. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat mendidik siswa untuk terbiasa menjawab pertanyaan dengan bahasa yang baik.

Keterampilan mengkomunikasikan mendapatkan skor 86,15 % pada diskusi dan skor 88,52% pada praktikum, keduanya termasuk dalam kriteria “sangat baik”. Hal ini menunjukan bahwa modul IPA terpadu dapat melatih siswa dalam mengkomunikasikan pendapatnya secara tertulis maupun lisan.

Secara keseluruhan dapat diketahui bahwa keterampilan proses rata-rata skor siswa pada diskusi dan praktikum berturut-turut sebesar 86,96% dan 88,51%, keduanya termasuk dalam kriteria “sangat baik” sehingga dapat dikatakan bahwa modul IPA terpadu yang telah dikembangkan mampu mengembangkan keterampilan proses siswa untuk aktif dan tanggap.

BAB 5

PENUTUP

5.1 Simpulan

Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa:

1. Modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang dikembangkan layak berdasarkan standar penilaian buku teks BSNP 2006. Berdasarkan hasil validasi pakar IPA 84,10%, pakar penyajian 88,21%, dan pakar bahasa 89,17%.

2. Modul IPA terpadu berpendekatan keterampilan proses pada tema bunyi yang dikembangkan efektif digunakan dalam pembelajaran siswa kelas VIII SMP Negeri 3 Satu Atap Ayah karena diperoleh ketuntasan belajar secara klasikal sebesar 100% siswa telah tuntas belajar.

5.2 Saran

Saran untuk yang akan melakukan penelitian yaitu:

1. Soal yang diberikan kepada siswa hendaknya di uji validitas, reliabilitas, tingkat kesukaran dan daya pembeda sehingga soal tersebut valid dalam validitas isi.

2. Perlu penelitian lanjutan untuk menguji keefektifan modul dengan subyek penelitian yang lebih banyak sehingga hasil yang didapatkan lebih valid.

Dokumen terkait